Am I Lucky?

Disclaimer :

Naruto, Masashi Kishimoto

Story :

Punya saya, semua karakter dipinjam dari punya om MK

Genre : Humor & Romance.

Rating : T, K+

Pairing : NaruSasu (Naruto X Sasuke)

Warning : AU, Multi chapters, Mild Language, Typos as always, OOC, Boys Love, Shounen-Ai Naruto X Sasuke, Don't like don't read! Feel free to leave this page if you don't like it. I've warned you already!

Summary : Niat awalnya hanya ingin membantu, tapi siapa sangka pemuda yang ditolong adalah senior yang terkenal sebagai berandalan paling ditakuti? Hidup Sasuke mulai terganggu, si dobe benar-benar tidak melepaskannya. Multi ch Special dedicated for NaruSasu's day. Warning: Shounen Ai, NaruSasu (Naruto X Sasuke), Feel free to leave this page!

.

.

.

Enjoy

.

.

.


~サスケはナルトへ~

Pergi ke sekolah dengan cuaca hujan memang menyebalkan. Hal itu yang dirasakan Sasuke saat ini. Jalanan memang tidak banyak kendaraan tapi, bukan berarti tidak ada supir kurang ajar yang melaju kencang, mengakibatkan tercipratnya air genangan dan terakhir membasahi pejalan kaki.

Memilih agar sampai di sekolah tanpa setetes air pun yang membasahinya, Sasuke memperbaiki tas dipunggung, mengangkat ujung celana dengan tangan kiri, mengeratkan genggaman payung ditangan kanan dan berjalan lambat penuh kewaspadaan.

"MEONG..."

Menghentikan langkah sejenak, Sasuke refleks menoleh kearah suara kucing yang ternyata berasal dari gang sebelah kirinya. Matanya menangkap seekor kucing berbulu hitam pekat tengah menggerak-gerakan kepala minta perhatian. Baru saja ingin menuju kearah kucing itu, bahunya ditabrak keras dari arah belakang.

"Kaos kaki-chan... " Suara cempreng yang Sasuke tahu berasal dari penabraknya tadi, berlari kearah kucing hitam. Sasuke mengeram pelan begitu menyadari sebagian celananya basah akibat 'terjangan' pemuda berambut pirang itu.

"Maaf, aku cuma bisa membeli roti kecil ini." Pemuda itu merobek paksa plastik pembungkus lalu membagi roti tersebut menjadi beberapa bagian kecil dan mulai memberi makan si kucing. "Makan yang banyak, ya."

Sasuke menyadari seluruh tubuh pemuda pirang ini basah, sedang mantel hujannya dipakaikan untuk menutupi kucing hitam itu agar tidak basah.

"Kau memang kucing pintar, kaos kaki-chan."

Kedua alis Sasuke bertaut. Kaos kaki-chan? Nama macam apa itu? Huh, yang benar saja!

"...Dobe..." Sasuke mendesis.

Seketika tangan tan yang sedari tadi mengelus kepala kucing berhenti dan menatap Sasuke sengit, "...Apa yang barusan kau katakan, brengsek?"

Merasa aura kurang menyenangkan dari si 'dobe', Sasuke mengangkat bahu ringan, lalu melangkah kaki lebar-lebar, segera menjauh.

"...Temee! Kau dengar pertanyaanku barusan kan, brengse-..."

"-Ternyata kau bersembunyi disini , Uzumaki keparat!"

Uzumaki? Sasuke merasa familiar dengan nama itu. Tapi, bukan itu yang menjadi masalahnya sekarang, karena dobe yang hampir mengatai brengsek pada dirinya tadi, kini dikelilingi sekelompok pemuda yang memegang benda-benda tajam.

Sasuke mencium adanya aroma perkelahian.

"Berapa kali harus kukatakan padamu untuk menjauhi Hinata-sama, huh?!" Pemuda yang Sasuke prediksi sebagai bos mendekati pemuda lain yang dipanggil Uzumaki, sambil memukul tongkat bisbol ditelapak tangan yang satunya, terkesan memberi ancaman.

Seakan tidak gentar, pemuda yang diancam memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana kemudian berdecih, "Berapa kali pun kau katakan...-" Sang Uzumaki membusungkan dadanya lalu mendekat kearah si bos, "-Tidak. Akan. Aku. Dengarkan!" Nada suaranya penuh tantangan.

"Brengsek!" Tongkat bisbol yang sedari tadi dipegang mulai menyerang pemuda pirang itu namun, gerakannya kalah cepat, terlalu mudah untuk dihindari. Lalu dengan gerakan gesit, si blonde mendaratkan satu tendangan keras diperut dan mengakibatkan pemimpin kelompok tertunduk sambil terbatuk hebat. Tidak butuh lama, sekelompok berandalan lainnya juga ikut ditumbangkan.

Alarm di kepala Sasuke mendadak berbunyi, mengingatkan dirinya agar segera pergi tapi, tubuhnya seakan menolak. Ia bahkan tidak bisa menggeser se-inchi pun tubuhnya.

"Cih! Kalau kalian seperti ini, mana mungkin aku menyerahkan Hinata-chan? Kalian terlalu meremehkan-..."

"-Awa-..." Belum selesai Sasuke menyelesaikan teriakan peringatan, blonde yang tadinya berdiri tegak kini jatuh tersungkur, karena hantaman keras mengenai tengkuknya. Sekelompok berandalan yang sebelumnya tersungkur mulai berdiri, satu persatu menyerang secara brutal.

Sasuke terserang panik, meski tak tergambar jelas diwajahnya. Seumur hidup, ia cuma seorang anti sosial dan tidak pernah terlibat kegiatan yang memiliki potensi untuk berinteraksi. Apalagi situasi seperti saat ini. Apa yang harus dilakukannya? Jelas ia kalah tenaga jika ingin membantu dobe yang mulai sekarat itu. Lagi pula lihat, segelintir orang yang lewat pun hanya berbisik pelan lalu mempercepat langkah mereka seolah tidak terjadi apa-apa.

Damn!

Meneguk saliva-nya, Sasuke berusaha berteriak sekeras dan senormal mungkin, "Patroli... Ada patroli polisi!" Usahanya berhasil, pemukulan berhenti dan para berandalan itu segera berlari menjauh kesembarang arah.

Melihat situasi aman, Sasuke segera berlari mendapatkan pemuda pirang itu, mengangkat kepala yang sedang berdarah kepangkuannya. Sasuke lupa kalau tadi dirinya tidak ingin basah, payung entah sudah tertiup angin kemana, seluruh tubuhnya basah, bercak lumpur ada dimana-mana dan parahnya kini celananya sudah berwarna merah darah. Melirik sekilas arloji, Sasuke mengumpat, hari ini dia terlambat untuk pertama kali seumur hidupnya.

"Oi... Dobe bangun! Jangan berani mati, aku tidak ingin terseret kasus ini." Mencoba agar blonde tetap tersadar, Sasuke terus menepuk keras pipi si dobe.

"...Uhuk... uhuk..." Suara batuk membuat Sasuke mengurangi tenaga tepukannya. Ketika kelopak mata itu terbuka, dengan jarak dekat, Sasuke menyadari bola mata pemuda ini sangat jernih.

"...Ka-kau... Kenapa masih a-ada disini?" Dan suara itu terdengar kepayahan.

"Seharusnya kau bersyukur aku masih mau menolongmu, usuratonkachi!" Sasuke memukul salah satu bagian luka diwajah, menyebabkan pemuda itu meringis. "Dimana alamatmu? Tanda pengenal?"

Gelengan lemah yang didapat, "... Aku tidak... Membawa... Apapun saat keluar... Tadiii..." Nafasnya berat, kalimatnya pun terputus-putus.

Sasuke berdecak kesal, hari ini, sudah pasti hari sialnya. "Kau memang dobe sekaligus usuratonkachi!"

"Temee... Kalau tidak... sedang... sekarat... kau sudah...ku... hajar, ttebayo..." Si blonde menarik nafasnya tersengal-sengal. "Jalan rubah... Asrama rasengan... Nomor 23... Lantai 2..."

Sasuke menaikkan alisnya, tidak mengerti ucapan dobe yang satu ini.

"...Temeee..." Si blonde mendesis, "...Itu tempat tinggal... ku..."

Mengangguk mengerti dan dengan susah payah, Sasuke memapah tubuh yang sekarat itu, "Kuharap kau tidak pingsan dijalan, dobe." Gumamnya.

"...Aku hanya... Butuh tidur saja..."

Dan Sasuke bersyukur pemuda itu tetap terjaga sehingga dirinya tidak kesusahan memapah, lagi pula losmen cuma berjarak kurang lebih tiga ratus meter dari tempat kejadian.

Saat tiba di losmen dan Sasuke membuka pintu, alis Sasuke bertaut menyadari pintu kamar tidak terkunci. Apa orang ini lupa mengunci pintu? Benar-benar dobe! Tapi, dirinya lebih syok lagi ketika pintu kamar nomor dua puluh tiga terbuka.

Kapal pecah pun masih terlihat lebih rapi.

Memilih untuk tidak mempedulikan keadaan, Sasuke memapah Uzumaki -setidaknya itu yang diingat- ke sofa panjang yang ada di ruang tamu. Tentu saja dirinya harus terlebih dahulu 'sedikit' merapikan sofa.

Si pirang benar-benar menutup mata begitu kepalanya bersandar di sofa. Saat setelah membaringkan pemuda Uzumaki itu, Sasuke segera menuju ruang kecil walaupun cuma dibatasi sekat, ia yakini sebagai dapur lalu membuka lemari pendingin dan mengeluar beberapa potongan kecil es batu, membungkus disapu tangan miliknya kemudian membawa untuk mengompresi luka-luka diwajah Uzumaki.

"...Ssshh..." Si blonde mendesis, merasa tidurnya terganggu saat rasa dingin dan perih menembusi kulit. "Apa yang kau lakukan, teme! Kau mengganggu tidurku!" Pemuda itu mengeram tertahan walaupun kelopak matanya masih tertutup.

Tak peduli, Sasuke semakin menekan keras wajah babak belur itu, "Diam, dobe! Kau baru boleh tidur jika lukamu sudah selesai diobati dan diperban." Dalam hati, Sasuke tahu dari mulut yang terbuka dan tertutup, orang ini hendak protes, tapi kemudian lebih memilih pasrah.

Hampir setengah jam terlewat, saat Sasuke selesai mengobati dan Uzumaki itu benar-benar terlelap. Sebisa mungkin, sasuke membereskan 'kekacauan' di losmen kecil ini, sungguh tak tahan rasanya begitu melihat sampah menggunung dan ruangan yang berantakan.

Baru saja Sasuke selesai membereskan kamar kecil yang sekali lagi diyakini kamar tidur Uzumaki, matanya menangkap seragam sekolah yang sama persis dengan yang dipakainya, tergantung disalah satu sisi tembok kamar. Konoha's High School? Rasa penasaran terlampau besar, Sasuke bergerak menyentuh jersey itu. Merasa ada sesuatu di dalam saku jersey, jemari pucat miliknya merogoh dan mengeluarkan sebuah kartu pelajar. Mata malamnya mulai membaca tulisan yang tertera disana.

KONOHA'S HIGH SCHOOL

Student Card

ID : 25763

Name : Uzumaki Naruto

Class Of Science XII 2

Address : Rasengan's Dormitory

Kyubi Rd

Konoha 5124

Tunggu!

Uzumaki Naruto?

Uhh, Naruto Uzumaki?!

...Naruto...

Rasanya nama itu pernah didengarnya di Konoha's high school.

"Hey! Kau tahu Uzumaki Naruto-senpai?"

"Yang tampan itu?"

"Kyaaa dia memang tampan! Tunggu! Bukan itu maksudku, bodoh... Dia itu berandalan! Siswa yang paling bermasalah tahu!"

"Eh?"

"Iya.. Dengar-dengar sih dia itu perokok hebat, sering mabuk-mabukan, pengguna lalu sering membolos dan berkelahi."

"Mengerikan."

"Benar, katanya jika kau mencari masalah sedikit saja atau mengatainya, kau beruntung kalau pulang dengan luka sobek. Biasanya dia akan membuat salah satu anggota tubuhmu cacat."

"Kalau begitu kita harus menyingkir jauh-jauh sebelum bertemu dengan Naruto-senpai."

"Ya, kalau mau hidupmu tentram selama bersekolah disini."

Kepala Sasuke mendadak pening, begitu mengingat percakapan yang tidak sengaja didengarnya saat di sekolah.

"...Dobe..."

"Oi... Dobe bangun! Jangan berani mati, aku tidak ingin terseret kasus ini."

"Seharusnya kau bersyukur aku masih mau menolongmu, usuratonkachi!"

"Kau memang dobe sekaligus usuratonkachi!"

Mata malam itu membelalak. Memori di kepala mengingat kembali serapahannya beberapa jam lalu.

Sial!

Pertama, ia terjebak perkelahian, pakaiannya kotor, terlambat sekolah dan akhirnya membolos.

Kedua, ia membuang tenaga percuma dengan cara menolong dan membereskan kamar seseorang yang baru dikenal beberapa jam sebelumnya dan,

Ketiga, mengatai bahkan menempuk kasar pipi senior yang paling ditakuti di sekolahnya.

Ralat,

Ini bukan hari sial dirinya.

INI HARI TERSIAL SEUMUR HIDUPNYA!

~サスケはナルトへ~

Dua hari berlalu dengan tenang. Sasuke, pemuda yang sedang melangkahkan kakinya ke sekolah, merasa beruntung. Setelah kejadian menolong dan berkata kasar pada senpai yang ternyata berandalan terkenal satu sekolahan, ia bersyukur mereka tidak bertemu lagi. Sebagian kecil dirinya takut juga kalau-kalau Uzumaki dobe membalaskan dendam, akibat sindirannya.

"Kau memang manja, kaos kaki-chan."

Seketika langkah kakinya terhenti, tubuhnya membeku. Suara itu, suara Uzumaki-senpai. Suara yang pemiliknya sangat ia hindari.

Tersadar, Sasuke memilih mempercepat langkah dan segera menjauh tanpa menimbulkan bunyi apapun.

"...Ah! Kita bertemu lagi, teme-chan!"

Menonaktifkan pendengar, Sasuke tetap melangkah menjauh. Ia tahu, panggilan itu tertuju padanya. Siapa lagi yang dipanggil 'teme' kalau bukan dirinya, ketika hanya ada dirinya dan dobe ini?

Tangan yang mendadak melingkari bahunya, sedikit membuat Sasuke terkejut.

"Kau yang ku panggil, teme-chan." Mulut itu mengerucut, "Jangan bilang kau lupa? Aku yang kau tolong dua hari lalu. Ingat?" Kali ini berganti cengiran.

Sasuke melepas paksa tangan itu dari bahunya. Merasa risih disentuh, iris malamnya menatap tajam.

"Aww.. Kau manis kalau melihatku seperti itu." Tawa lebar lolos dari bibir senpai-nya. Alis Sasuke mengerut, bagian mana dari tatapannya yang disebut manis? Dilihat dari kepala yang masih diperban, Sasuke yakin otak si dobe ini belum kembali keposisi semula.

"Aku hanya ingin berterima kasih, ttebayo." Si dobe mengerucutkan bibirnya lagi.

Sasuke tetap berlaku cuek, malah semakin mempercepat langkahnya. Walaupun jantungnya berdetak tak beraturan. Takut kalau sifat-nya bisa membuat senpai sialan ini mengamuk.

"Kau dingin sekali, teme." Langkah kaki jenjang itu menyamakan langkahnya dengan Sasuke. "Senang rasanya ternyata satu sekolah denganmu. Aku Uzumaki Naruto, boleh tahu namamu?"

Lagi-lagi langkah kaki Sasuke berhenti, matanya kembali menyipit sedang yang ditatap cuma menyengir.

"Tidak!" Jawaban singkat Sasuke berikan.

"...Huh? Kenapa?" Iris biru itu terlihat bingung.

"Tidak ingin memberitahu saja."

"Huh?!... Teme! Berikan alasan yang benar! Alasanmu tidak masuk akal!" Suara itu terdengar kesal dan Sasuke tahu, ia telah membuat senpai yang ditakuti se-Konaha High School itu meradang. Keringat imajiner menetes dipelipis, takut jika Naruto berubah menjadi berandalan dan membuat salah satu anggota tubuhnya cacat.

"Sasuke-kuuunn..."

Sialan! Sasuke mengumpat disela-sela nafas yang memburu, mengutuk siapapun yang memanggilnya.

"Ohayo, Sasuke-kun... Kita berangkat bersama lagi hari ini." Senyuman manis terlihat diwajah gadis bersurai merah muda yang berlari kecil mendekat.

"...Sakura..." Sasuke mendesis.

"Loh? Ada apa, Sasuke-kun?" Iris gadis yang dipanggil Sakura, melebar begitu melihat Naruto yang berdiri tidak jauh dari Sasuke, "...Na-Naruto-senpai?" Lanjutan suara itu begitu kecil dan gagap.

"Jadi, namanya Sasuke?" Seringai tercetak diwajah Naruto. Sakura mengangguk ketakutan, sedang Sasuke mendesah.

Naruto mengeluarkan sapu tangan dari saku celana yang Sasuke sangat kenali, sapu tangan itu yang dipakainya untuk mengompres Naruto.

"Ah~ Jadi inisial 'S' disapu tangan ini, Sasuke?-" Tujuk Naruto tepat diukiran benang yang membentuk huruf U.S.

Sasuke kembali mengutuk dalam hati, menyesali pemberian ibunya. Ibunya selalu mengukir inisial U.S dibenda miliknya yang dijahit ibunya.

"-Terus U itu apa?"

Sakura baru saja ingin menjawab ketika dengan cepat Sasuke membungkam mulutnya secara kasar. Bahaya kan kalau seorang berandalan mengetahui nama lengkapmu?

"Kau pelit sekali, teme."Lidah Naruto menjulur keluar, mengejek Sasuke. "Ah aku tahu!" Ekspresi mengejek berubah menjadi gembira, seperti anak kecil yang dihadiah sekantong permen. "Uzumaki Sasuke! Pasti Uzumaki Sasuke." Polos sekali nada itu saat mengatakan Uzumaki Sasuke.

Putus sudah kesabaran Sasuke.

"Usuratonkachi!" Sasuke mengeram kesal. "Jangan bercanda, apa kau benar-benar dobe, huh?!"

Naruto menyeringai mendengar panggilan namanya. Sakura membuka tutup mulut, kehilangan kata-kata dan Sasuke hampir membelalakan mata, ia menutup mulut erat kemudian, saat menyadari kelancangan sendiri.

Semenit kemudian nafas Sasuke tercekat, Naruto mengangkat kerah baju Sasuke sampai pemuda berkulit pucat itu berjinjit. Nafas hangat beraroma jeruk menerpa wajah pucatnya. Perlahan bibir Naruto tersenyum penuh makna. "Kau membuat kesalahan, teme." Wajah itu semakin mendekat dan sedikit dimiringkan, bibir mereka hampir saling bersentuhan. Sasuke meneguk ludahnya dengan susah payah. "Setelah ini, kau tidak akan kulepas dengan mudah, ttebayo..." Lanjut Naruto dengan suara rendah.

Sedetik kemudian kerah itu melongar, Naruto melepas cengkramannya seraya merapikan dan menepuk perlahan pundak Sasuke, seolah membersihkan dari debu.

"Sampai jumpa lagi, Sasuke-teme chan." Iris biru itu mengedip genit lalu beranjak meninggalkan Sasuke dan Sakura.

"Sebenarnya apa yang terjadi, Sasuke-kun?"

Sasuke mendesah, terlalu malas menjawab pertanyaan Sakura.

Sial! Sasuke mulai mempertanyakan peruntungannya.

.

.

.

To Be Continued

.

.

.


Note:

=) Fic ini dibuat dalam rangka merayakan NaruSasu day. Terdiri dari beberapa chapter dan saya harap bisa selesai tepat dihari NaruSasu 2016 (Tidak yakin juga, sih). Kemungkinan fic ini bakal OOC , maklum saya tidak terbiasa dengan fic NS, hehehe.

=) Jika ada typo atau kesalahan kata, mohon dikoreksi.

And the least not the last...

Our Ship Doesn't Need A Canon For It To Sail!

~18/09/2016~

.

.

.

Best Regards.

-Yua-