REMAKE NOVEL CLAIRE BY PHOEBE

Ini bukanlah cerita yang saya buat, saya hanya meremake cerita ini menjadi Jongin sebagai tokoh utama.

Maafkan saya belum bisa melanjutkan cerita yang lain, setidaknya untuk 2 bulan kedepan.

.

.

.

Memory; First Man First time loving

JONGIN TAU INI ADALAH TINDAKAN BODOH, menjual rumah peninggalan ibu angkatnya demi sebuah mobil tua. Tapi Jongin merasa bukanlah prioritas untuk menetap di satu tempat mengingat dirinya masih sangat muda. Dengan mobil itu, Jongin berharap bisa berkeliling ke banyak tempat yang memungkinkan dirinya untuk menemukan jalan hidupnya. Sebenarnya, jelas-jelas Jongin ingin melanjutkan kuliah. Tapi ia akan berhenti sementara tentang cita-citanya yang satu itu dan akan melanjutkAnnya lagi jika memiliki uang yang cukup suatu saat nanti.

Sekarang, beginilah nasibnya, berkeliling Seoul dan bekerja di banyak tempat dengan keahlian yang sangat minim. Setidaknya Jongin tidak perlu merasa bosan karena ia hanya akan bertahan di satu tempat selama beberapa minggu. Hari ini ia sudah mengundurkan diri dari pekerjannynya menjadi pelayan di sebuah rumah makan cepat saji. Jongin sudah bekerja cukup lama disana. Sebulan, rekor terlama Jongin tinggal di suatu lokasi. Ia sedang menghitung uang bekalnya untuk berpindah ketempat yang baru saat melihat seorang pemuda kebingungan. Usia pemuda itu mungkin sebaya dengAnnya, tapi wajah asingnya membuat Jongin memutuskan untuk menganggap orang itu sebagai pendatang baru. Jongin memandanginya beberapa lama dan tidak membuang wajah saat pemuda itu juga mendekatinya.

"Ada yang bisa saya bantu?" Hanya itu yang bisa Jongin ucapkan. Kata-kata yang selalu di ucapkAnnya kepada pelanggan yang datang untuk makan di tempatnya bekerja.

"Kau tau kemana aku harus melapor? Aku semalam tidur di penginapan itu bersama dengan seorang Pria penghibur." Ia menunjuk ke sebuah penginapan yang Jongin baru sadari keberadannynya. "Begitu aku bangun pagi, semua barang berhargaku hilang."

"Apa saja yang hilang?"

"Banyak, uangku juga. Untungnya aku menyimpan satu kartu kreditku ditempat rahasia. Tapi aku pendatang di Korea dan semua surat-surat pentingku dibawa oleh Pria itu!"

"Termasuk passport?"

Pemuda itu mengangguk.

Jongin tertawa renyah. "Seharusnya kau berhati-hati dengan kecendrungan meniduri Pria penghibur! Ayolah naik ke mobilku! Aku akan mengantarkanmu ke kantor polisi terdekat."

"Terimakasih."

"Jongin mengangguk. Tapi gerakAnnya terhenti saat pemuda itu mengulurkan tangAnnya untuk bersalaman. Jongin menatapnya heran, lalu tersenyum dan menyambutnya dengan jabatan tangan yang kokoh. "Jongin!"

"Wu Yifan! Aku beruntung bertemu denganmu, Jongin!"

"Jadi kau benar-benar tidak menetap di satu tempat?" Wu Yifan menatap Jongin antusias. Mereka sedang menanti keputusan polisi atas laporan yang sudah di buat oleh Jongin untuk Wu Yifan. Sekarang hanya tinggal menanti keputusan petugas tentang kapan mereka di perbolehkan untuk pergi. Berbekal dengan sikapnya yang mudah akrab dengan orang lain, bukan hal yang sulit bagi Jongin untuk akrab dengan laki- laki ini. Ia bahkan tau kalau Wu Yifan adalah pemuda yang berasal dari China dan sangat suka bepergian. Sama seperti dirinya. Adanya kesamanny pokok tentang diri mereka membuat Wu Yifan juga merasa cepat akrab dengAnnya. Bagi pemuda itu Jongin adalah pria yang menyenangkan.

Jongin mengangguk. "Aku sebatang kara di dunia ini. Satu-satunya keluarga yang kumiliki adalah ibu angkatku dan dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ku fikir akan sangat membosankan hidup di tempat yang sama untuk seumur hidupku mengingat aku masih muda. Selama ini aku selalu di dera kebosanan dan aku menghindari kebosanan itu untuk kehidupanku selanjutnya."

"Jadi kemana kau akan menuju sebenarnya?"

"Entahlah. Aku hanya ingin berkeliling Korea. Untuk kehidupanku, aku bekerja di rumah makan yang pastinya akan menerima tenaga tambahan yang siap bekerja penuh dan bersedia di gaji murah. Untuk sementara ini hidup seperti itu lebih menyenangkan. Akan lebih menyenangkan lagi kalau aku bisa jalan-jalan tanpa harus memikirkan uang!" Jongin lalu tertawa, ia sedang bercanda. Wu Yifan memandangnya dengan serius lalu tersenyum begitu mendapatkan ide baru. "Kita pergi bersama bagaimana?"

"Maksudmu apa? Jangan kau fikir…"

"Aku tidak berfikir apa-apa selain mendapat tumpangan yang aman. Jangan khawatir karena aku tidak akan menumpang secara gratis. Aku pastikan kalau aku akan memberikan uang yang pantas selama aku bersamamu!"

Jongin mengangkat sebelah alisnya. Ya, dan dia tidak perlu susah payah bekerja setidaknya untuk sementara ini. Tujuan merekapun juga sama, berkeliling Korea. Mungkin dirinya tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini. "Kau menjamin segalanya? Aku akan setuju kalau kau menjamin biaya bahan bakar, penginapan, makan, dan…"

"Aku bahkan akan membelikanmu pakaian baru jika kau menginginkAnnya. Uang bukan masalah bagiku. Lagi pula kau akan memiliki teman yang tidak membosankan dalam perjalanan kehidupamu!"

"Lalu berapa lama kau akan menjadikanku pemandu?"

Wu Yifan menyeringai, Jongin mengatakan kalau dirinya adalah pemandu?, ya, pria ini memang pemandunya untuk sementara selama ia menghabiskan waktunya di Korea, "Sampai kita kembali lagi ke tempat ini untuk mengambil pasporku!

Aku harap saat itu mereka sudah menemukan perempuan penipu itu!"

Kisah yang terlalu sederhana, Mereka bepergian bersama dan Wu Yifan tidak bisa menghindari kalau mereka adalah sahabat baik. Jongin terlalu menyenangkan dan seringkali membuatnya tertawa. Pria itu juga sangat pengertian atas segala hal tentang dirinya. Perlu waktu seminggu untuk membuat Wu Yifan tertarik kepada Jongin melebihi seorang teman. Walau bagaimanapun kebersamanny mereka yang berlangsung setiap hari ini membuatnya terbiasa untuk melihat Jongin dan bercanda dengAnnya. Ada satu hal yang selalu mengganggu Wu Yifan tentang Jongin. Dia terlalu manis untuk di tinggalkan sendirian di malam hari. Tapi Jongin tidak bermaksud untuk tidur selain di dalam mobilnya dan selalu mengusir Wu Yifan untuk mencari penginapan di waktu tidur tiba. Padahal Wu Yifan meyakinkan dirinya yang sama sekali tidak bisa tidur karena kepalanya selalu memikirkan Jongin. Interaksi mereka selama ini membuat Wu Yifan begitu tertarik dan itu akan terus berkumpul di dalam otaknya. Seharusnya Wu Yifan tidak memikirkan hal itu karena mereka terlalu seperti saudara. Mereka selalu bersenang-senang di berbagai tempat wisata, tertawa bersama dan berlarian bersama. Higga di suatu waktu, Wu Yifan melihat Jongin mengganti pakaiAnnya di dalam mobil dengan sengaja. Entah apa yang mendorongnya untuk melakukan itu, tapi Jongin akan segera marah-marah kepadanya. Interaksi nakal mulai Wu Yifan lakonkan semenjak itu. Ia seringkali menatap pinggul dan dada Jongin berlama-lama. Pada awalnya Jongin akan marah tapi lama kelamanny sepertinya pria itu sudah mulai terbiasa. Apakah dia mulai jatuh cinta kepada Wu Yifan? Bukankah Wu Yifan terkenal memiliki pesona yang tinggi?

"Malam ini kau mau tidur di penginapan atau disini?"

Wu Yifan menahan nafas. Untuk pertama kalinya Jongin menawarkan. Selama ini pria itu bahkan selalu memastikan agar Wu Yifan tidak berada di dekatnya disaat- saat yang menggoda seperti malam hari. "Kau menawarkanku untuk tidur bersamamu?"

Wajah Jongin memerah di ketemaraman cahaya lampu mobilnya. "Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke penginapan terdekat!" Jongin mulai menyentuh kemudi dan terdiam saat Wu Yifan menjauhkan tangan Jongin dari benda itu.

"Jongin, katakan satu hal. Interaksi kita satu bulan belakangan ini apakah membuatmu menyukaiku?"

Jongin mendesah, Ia ingin sekali berbohong dan mengatakan tidak. Tapi berbohong tentang perasanny hanya akan membuatnya merasa menderita. Jongin mengangguk, jika karena ini Wu Yifan tidak lagi ingin bersamanya. Jongin yakinkan kalau dirinya akan menerimanya dengan baik.

Begitu lebih melegakan bila terus harus bersamanya tapi selalu memendam perasanny. "Tapi aku bukanlah orang yang mau terikat! Perjalanan hidupku masih panjang untuk di kacaukan oleh perasanny yang seperti itu"

"Sejak kapan kau merasakan perasanny seperti itu?"

"Sejak kau selalu mengganggku, kau sangat baik pada minggu pertama. Tapi setelah itu tindakanmu selalu membuat wajahku memerah. Awalnya aku tidak suka tapi lama-kelamanny aku mengharapkAnnya. Tapi sudahlah, kau juga tidak akan bertahan di Korea, kan?"

"Tapi kita tetap bisa jadi kekasih, kan?" Wu Yifan menatap Jongin serius. Saat Jongin memandangnya dunia terasa berhenti berputar. "Jongin, jadilah kekasihku. Setidaknya selama kita bersama!"

"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak ingin…"

"Aku tau!" potong Wu Yifan. "Aku juga tidak ingin terikat. Tapi apa salahnya kalau kita menjadikan kebersamanny kita sebagai kenangan indah."

"Kenangan yang ada sudah cukup indah."

"Tapi kita bisa membuatnya menjadi lebih indah lagi."

"Kau selalu melakukan ini bila mampir di satu tempat plesir? Ah, ya! Aku lupa. Kau bahkan tertipu karena itu! Tapi aku bukan pelacur yang mau di bayar untuk menemanimu!"

"Aku tidak bilang akan membayarmu sebagai Pria yang menemaniku, kan? Aku membayarmu atas jasa sebagai pemandu! Soal hubungan khusus kita, itu di luar kesepakatan. Kecuali kalau kau menginginkan aku membayar untuk ini juga!"

Wu Yifan mendekatkan wajahnya kepada Jongin dan menyentuh bibir Jongin dengan lidahnya. Jongin merasa gemetar saat Wu Yifan menjilati bibirnya meskipun hanya sekilas. Ia juga menyukai Wu Yifan dan itu sudah di akuinya. Jongin tidak tahu harus menyetujui atau tidak. Ia ingin bersama dengan Wu Yifan lebih dari sekedar teman meskipun hanya untuk sementara. Yah, hanya sementara saja. Hanya untuk kenangan seperti yang lainnya. Jongin tidak mungkin mencintai Wu Yifan untuk selamanya karena ia tahu kalau Wu Yifan tidak akan tinggal dan menetap disini.

"Bagaimana Jongin? Maukah kau jadi kekasihku?"

"Sulit untukku. Tapi berjanjilah kalau aku tidak akan mengalami sesuatu yang buruk sampai kita berpisah. Aku tidak ingin di tinggalkan ketika mengandung anakmu!"

Wu Yifan tertawa renyah. "Kau sangat mengerti dengan apa yang ku inginkan."

"Tentu saja aku tau kalau kau hanya ingin bercinta denganku. Karena itu kau menjadikanku kekasihmu, kan? Interaksi kita selama ini sudah seperti sepasang kekasih, hanya saja tidak ada seks. Dan kau memintaku menjadi kekasihmu untuk melengkapi interaksi kita dengan seks!"

"Ah, ya! Kau sangat pintar!"

Jongin tidak bergerak setelah Wu Yifan mengatakan itu. Laki-laki itu merebahkan sandaran bangku setirnya sehingga menjadi sangat rendah dan mereka memulainya. Mereka berciuman, bukan hal yang asing bagi Jongin. Ciuman sudah seringkali di lakukAnnya saat berpacaran di sekolah. Tapi ia harus gemetar saat Wu Yifan membuka celananya dan merangkak di atas tubuhnya. Saat Jongin merasakan ada sesuatu yang memaksa masuk di wilayah pangkal pahanya, Jongin merasakan kepedihan menyeruak, ia bahkan tidak segan untuk berteriak tanpa perduli dengan Wu Yifan yang terus mencari kenikmatan dari dirinya. Jongin menahan nafas sejenak, kedua tangannya memeluk Wu Yifan dengan kuat karena rasa sakit yang dirasakAnnya tak kunjung hilang. Ia baru bisa berhenti saat Wu Yifan juga berhenti dan menatapnya.

"Astaga, kau masih…"

"Perjaka? Ya!"

"Berapa usiamu Jongin, aku harusnya menanyakan hal itu!"

Sembilan belas tahun? Jongin tidak akan mengatakAnnya. Wu Yifan bisa saja meninggalkannya karena itu. Jongin juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang usianya yang sebenarnya. "Dua puluh tiga!"

"dan kau masih perjaka? Aku sama sekali tidak bisa percaya!"

"Aku sudah mengatakan padamu kalau aku tidak suka berdekatan dengan laki- laki karena ini bisa mengikatku."

"Tapi aku tidak akan mengikatmu. Meskipun tidak bisa ku pungkiri kalau aku sangat beruntung menjadi yang pertama." Wu Yifan memberikan senyuman nakal kepadanya. "Bertahanlah, aku akan membayarnya dengan sesuatu yang sangat indah."

Dan Jongin terpaksa mengikuti kata hatinya malam itu. Ia melakukan hal yang selama ini sangat di hindarinya bersama laki-laki yang sudah memastikan kalau hubungan mereka sementara. Jongin tidak perduli, ia hanya ingin menikmati kehidupan yang tidak pernah nikmat baginya selama ini. Mungkin Wu Yifan adalah orang pertama yang mengajarkannya tentang cara menikmati hidup. Meskipun ia berjanji untuk tidak melakukannya terlalu sering, tapi Jongin tidak bisa menolak saat Wu Yifan memintanya. Jongin harus menyesal karena itu pada akhirnya membuatnya benar-benar jatuh cinta dan tidak bisa lepas dari Wu Yifan. Sayangnya Wu Yifan menepati janjinya untuk mengakhiri hubungAnnya setelah mereka kembali ke Busan dan berpisah. Jongin merasa sakit hati meskipun ia terus berharap kalau Wu Yifan akan kembali lagi untuknya. Laki-laki itu membuatnya merasa ingin mati untuk yang pertama kali.

TBC