Hari itu salju turun untuk pertama kalinya. Orang-orang biasa menyebutnya The First Snow, mereka merasa sangat beruntung jika dapat menyentuh butiran salju pertama yang turun dari langit. Merembes pada pakaian mereka, atau bahkan menyerap di kukit mereka dan bahkan mengecap rasa ringannya.

Tidak begitu berbeda jauh dengan seorang lelaki muda yang tengah tersenyum memandang langit malam tanpa bintang yang kini menurunkan butiran-butiran salju kecil.

Wajah pucat itu terlihat berseri saat melihat bagaimana salju-salju itu saling berebut berjatuhan ke bumi. Terjun bebas dengan keringanannya, dan kelembutannya.

Ia menengadahkan tangannya dan menangkap satu butir salju, memperhatikan es itu mencair secara perlahan di atas permukaan tangannya yang telanjang.

"Brrr udara mulai dingin"

Lelaki itu kemudian kembali berjalan, merapatkan jaket tebalnya selagi terus menyusuri trotoar yang lumayan ramai. Ia baru saja pulang bekerja, dan turun dari bus di halte, membutuhkan waktu 10 menit dari halte menuju rumahnya.

Lelaki itu memasuki sebuah gang dan tersenyum saat mata dengan manik hitamnya mendapati rumah sederhana di ujung gang, rumahnya.

Dengan senyuman yang tak pernah hilang dari bibir tebalnya, ia mengetuk pintu kayu geser disana.

Tok Tok

"Aku pulang"

Tak lama setelah ia mengatakan hal itu, pintu di depannya tergeser dan keluar lah seorang anak lelaki berumur sekitar 15 tahun dengan es krim di tangannya.

"Yeayy hyung pulang..."

"Hallo Mark, ayo masuk! Di luar dingin"

Lelaki itu menuntun lelaki kecil yang ia panggil Mark ke dalam rumah. Kemudian ia mulai melepaskan jaket tebalnya, mendudukan dirinya di sebelah Mark pada sofa tua disana.

"Mark, ini sudah memasuki musim dingin kenapa kau memakan ice cream?"

"Mark suka rasanya. Enak sekali Kai hyung"

Kai Lee menghela nafas mendengar penuturan Mark, adiknya.

"Ya sudah, jangan banyak-banyak. Hyung mandi dulu"

Mark hanya mengangguk dan membiarkan kaka nya berlalu pergi ke kamar mandi. Kai hyung, kaka satu-satunya, keluarga nya yang tersisa. Hanya Kai hyung yang selalu ada untuknya, setelah 3 tahun yang lalu keluarganya meninggal dunia dalam insiden kebakaran rumah.

Mark sangat menyayangi Kai, rasanya membanyangkan hidup tanpa Kai itu tidak akan mungkin. Oh tapi, anak special seperti Mark tidak bisa membayangkan hal-hal seperti itu selain hal-hal yang menyenangkan.

Title : Oh-Ah!

Cast : Oh Sehun, Kim Jongin, Park Chanyeol, etc.

Genre : Romance, Hurt/Comfort

Author : CicimotLee

13 : Kidnapped

HUNKAI

Ting

Taeyong membuka aplikasi messanger di ponselnya dan menemukan satu pesan baru disana.

Chanyeol :

'Hari ini kau harus membawa dia ke hadapanku!'

Taeyong berdecih kecil sebelum kembali memasukan ponselnya ke saku jaket yang ia pakai, Taeyong memakai tudung jaketnya dan mulai berjalan pelan menuju tangga mansion Sehun.

"Taeyong"

Taeyong membalikan tubuhnya dan menemukan Jongin berdiri di sana dengan wajah, gugup? Lelaki itu terlihat gelisah dengan memilin ujung T-shirt putih yang Sehun pinjamkan padanya.

Taeyong menatap jengah Jongin yang hanya diam seperti orang dungu. Tunggu! Jarang sekali Jongin ada keperluan dengannya, atau bahkan mungkin tidak pernah.

"Apa?"

Jongin sedikit kaget saat mendengar balasan kasar Taeyong. Ia menelan ludah gugup.

"A..ada yang mau aku bicarakan"

Taeyong memutar bola matanya dan mulai menghampiri Jongin, ia memasukan kedua tangan di saku jeans nya dan berhenti di hadapan Jongin dengan wajah angkuh.

"Apa?"

Jongin menelan ludah gugup dan mulai berdehem pelan "Ak-aku hanya penasaran"

Taeyong mengeryitkan dahinya tidak mengerti, penasaran? Apa yang lelaki itu tahu tentang dirinya hingga membuat ia penasaran?

"Katakan!"

Jongin kini mendongak dan bertemu pandang dengan Taeyong yang masih menatapnya tanpa ekspresi, pandai sekali anak itu dalam bermain topeng wajah.

"Apa hubunganmu dengan Jaehyun?"

Jongin dapat melihat raut terkejut terpatri di wajah itu sebentar sebelum kembali normal.

"Apa urusanmu?"

"Aku hanya penasaran, ehem. Kemarin, aku melihat Jaehyun menangis saat melihat foto mu di ponselnya, yah kurasa itu foto mu"

Jongin menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia tidak yakin akan pertanyaannya. Dan sepertinya Taeyong sedikit tidak nyaman, di lihat dari rahang pria itu yang mengeras.

"A-ah, lupakan saja. Aku pergi"

Setelah mengatakan itu Jongin berlalu dari hadapan Taeyong yang kini mengepalkan kedua tangannya erat di antara sisi tubuhnya dan matanya mulai memerah.

"Ini semua gara-gara kau Jongin!"

Yah, ini semua adalah salah Jongin bagi Taeyong.

Ayah nya meninggalkan dia dan Ibu nya karena Taeyeon yang memiliki Jongin waktu itu. Youngwoon lebih mementingkan Jongin padahal Taeyong juga darah dagingnya walaupun dalam kesalahan lelaki tua itu.

Jongin mengambil ayah nya, Jongin membuat ayah nya pergi. Jongin juga mengambil Jaehyun, orang yang di cintainya. Jaehyun yang selalu ada untuknya saat di high school kini berbalik selalu ada untuk Jongin setelah ia memutuskan untuk pergi.

Kenapa harus Kim Jongin lagi?

HUNKAI

Sehun menghela nafas dan memijat tengkuknya, hari ini terasa begitu melelahkan apalagi saat mengingat jika pasokan narkoba nya sudah habis.

Keningnya berkedut saat merasakan usapan lembut di punggungnya, Sehun membalikan tubuhnya dan melihat Jongin berdiri dengan cangkir di tangannya, Sehun tersenyum dan menerima cangkir berisi teh gingseng itu.

"Terimakasih, sayang kau tidak bekerja?"

Sehun menyeruput teh nya dan melirik pada Jongin yang hanya tersenyum.

"Aku akan berangkat" Jongin membalas "Kau terlihat lelah Sehun"

Jongin mengulurkan tangannya dan mengelus pipi Sehun, pipi dengan bekas luka yang menurut Jongin seksi. Pria pucat itu hanya terkekeh dan mengambil tangan Jongin, mengecupi jemarinya satu persatu, menunjukan betapa ia mengasihi lelaki itu.

Jongin tersenyum mendapati perlakuan dari Sehun, di benaknya masih tidak menyangka jika dirinya bisa menjadi gay dan bottom hanya karena Oh Sehun.

"Aku hanya... memikirkan beberapa persoalan"

"Tentang apa?"

Sehun menelan ludah gugup, sejauh ini Jongin tidak tahu pekerjaan gelap Sehun yang sebenarnya. Apa ini saat yang tepat untuk mengatakannya pada Jongin?

Tapi, mereka baru saja dalam masa-masa harmonis dan Sehun tidak mau merusak setiap moment indah nya bersama Jongin, mungkin ia akan mengatakannya nanti.

Yang ia sendiri tidak tahu kapan.

"Hanya... tentang Taeyong!"

Sehun asal saja menjawab sebenarnya, walau memang ia sedang sedikit kesal pada anak itu yang sekarang jarang sekali beraksi, bahkan Taeyong sering menolak jika dirinya suruh antarkan obat-obatan pada pembeli.

Namun reaksi Jongin sangat berbanding terbalik dari ekspetasinya, kekasihnya itu membulatkan matanya dan menatapnya penuh rasa ingin tahu.

"Kenapa? Ada apa dengan Taeyong?"

Sehun mengerutkan keningnya bingung, langka sekali Kim Jongin tertarik dengan persoalan mengenai anak buahnya apalagi Taeyong yang bahkan bicara saja jarang. Sedangkan Jongin, ia hanya merasa Taeyong memiliki suatu masalah dengan Jaehyun dan apapun itu menyangkut Jaehyun, ia selalu ingin tahu.

"Kenapa?" Sehun bertanya lembut, Jongin gelagapan dan mencoba menetralkan ekspresi wajahnya agar tidak terlalu terbaca oleh Sehun.

Karena jika ia mengatakan alasannya, Sehun pasti akan marah mengingat lelaki itu sangat membenci Jaehyun untuk beberapa alasan.

"A-ah itu, aku hanya sedikit penasaran"

Jongin meringis saat melihat Sehun menatapnya dengan pandangan menuntut, ia pun melanjutkan.

"Ya..yah, aku hanya penasaran pada Taeyong. Dia satu-satu nya anak buah mu yang terlihat tidak menyukaiku"

Jongin menghela nafas yang tanpa sadar ia tahan tadi saat melihat Sehun tersenyum dan mengusak rambutnya.

"Dia hanya sedikit introvet. Yah, aku tidak sengaja menemukannya dulu"

Sehun menerawang pikirannya, pada seorang Lee Taeyong.

Dengan rasa bersalah, Sehun menarik Jongin kedalam pelukannya. Awalnya, Taeyong adalah slave nya, yahh slave dari Oh Sehun.

Bukan, bukan di jadikan budak sex atau apa. Ia hanya di jadikan pesuruh, pembantu dan juga sesekali di jadikan korban kekerasan Sehun jika lelaki itu sedang marah.

Namun semuanya berubah saat Sehun bertemu Luna, wanita tangguh yang sangat baik hati. Wanita yang ia hormati sebagai kakak nya sendiri, wanita itu berhasil membuat Taeyong terbebas dari belenggu Sehun yang dulu masih tidak bisa mengontrol emosinya.

Insiden kebakaran Hotel, Kai, dan Mark terus berputar dalam kepalanya sehingga ia tidak bisa mengatur emosinya sendiri.

"Hmm, aku merindukanmu"

Jongin memeluk lebih erat pundak Sehun "Kau bercanda? Aku tidur denganmu semalaman Tuan Oh"

Sehun terkekeh kecil dan mengecup-ngecup puncak kepala Jongin yang wangi.

"Kau mau ku antar?"

Jongin menggelengkan kepalanya "Nanti saja, kau jemput aku. Biar aku di antar paman Kang saja"

Sehun melepaskan pelukannya dan mencium cepat bibir Jongin.

"Benarkah?"

"Ya, kau terlihat lelah"

Jongin tersenyum, lalu mulai mengambil tas nya yang ia taruh di atas kasur Sehun dan segera pergi dari kamar kekasihnya itu.

HUNKAI

Kyungsoo baru saja memasuki bar dan pandangannya langsung tertuju pada Jongin, salah satu karyawan nya yang sejak kemarin terus ia pikirkan mengenai beberapa hal.

Dengan langkah lebar, Kyungsoo berjalan kearah meja bartender dan di sapa senyuman ramah dari Onew.

"Bos, tumben kau datang cepat"

Kyungsoo hanya tersenyum "Aku sedang ada urusan"

Onew menganggukan kepalanya dan kembali melanjutkan pekerjaannya meracik alkohol.

Sedangkan Kyungsoo melangkahkan kakinya pada Jongin yang terlihat sibuk dengan aneka alkohol sehingga tidak menyadari keberadaannya. Kyungsoo menghela nafas, tidak tahu juga apakah ia berhak atas semua ini.

Namun, demi kebaikan Jongin dan Sehun sepertinya ini tidak akan berakibat fatal. Toh, ada pepatah mengatakan sedalam-dalamnya kau mengubur bangkai baunya pasti akan tercium juga.

"Jongin"

Yang di panggil masih belum sadar padahal Kyungsoo sudah berada di depannya.

"Jonginie"

"Omo!"

Kyungsoo terkekeh saat melihat karyawannya itu terkejut dan segera menundukan kepalanya memohon maaf, pria berambut cepak itu kemudian mengelus pundak Jongin.

"Bisakah kau ikut denganku sebentar?"

Huh?

Jongin masih terpaku di tempatnya, jarang sekali Kyungsoo mengajaknya mengobrol atau bahkan tidak pernah. Tidak di jam kerja nya seperti sekarang.

"A..ah tentu"

Namun mengingat pria mungil itu adalah atasannya, Jongin segera menyimpan peralatan meraciknya dan mengelap tangannya agar bersih.

"Kita ke ruanganku saja"

Jongin hanya mengangguk dan mengikuti Kyungsoo dari belakang, sesekali membasahi bibirnya karena gugup.

Kyungsoo mengajaknya memasuki sebuah ruangan di lantai dua, tempat VIP dari bar milik pria itu. Di ujung lorong sana adalah ruangan pribadi Kyungsoo tempat pria itu bekerja.

Dengan gugup Jongin melangkahkan kakinya memasuki ruangan dan diikuti Kyungsoo yang tertinggal di belakang untuk menutup pintu.

"Duduklah Jongin!"

Jongin mengangguk canggung dan mulai mendudukan dirinya di sebuah sofa besar, sedangkan Kyungsoo terlihat mengambil sesuatu dari dalam tas nya sebelum ikut duduk di samping Jongin.

"Maaf sebelumnya karena mengganggu pekerjaanmu"

"I..itu, tidak masalah Kyungsoo-ssi"

Kyungsoo tersenyum mendapati jawaban Jongin, ia lalu mulai mengeluarkan beberapa kertas dari dalam amplop besar berwarna cokelat, membuat Jongin penasaran. Namun lelaki itu tidak juga segera memperlihatkannya pada Jongin.

Kyungsoo menghela nafas berat, ia lalu menoleh pada Jongin dan di lihatnya lelaki itu menatapnya gugup membuatnya terhibur.

"Kau harus berjanji satu hal"

Jongin mengerutkan keningnya bingung, ia juga tampak sedikit merinding saat mendapati tatapan Kyungsoo berubah menjadi serius. Bos nya itu memang selalu tampak serius tapi kali ini tatapan bos nya seolah menelanjangi dirinya.

"A..ah iya"

"Jangan marah padaku, ya?" Kyungsoo menatap Jongin penuh pengharapan yang hanya di jawaban anggukan pelan dari lelaki tan di depannya.

Kyungsoo terlihat menghela nafas dengan jawaban ragu-ragu Jongin.

"Maaf, aku tidak bermaksud ikut campur dalam hal pribadimu. Aku hanya berniat membantu"

Jongin mengerutkan keningnya, ia semakin bingung saja akan apa yang Kyungsoo katakan.

Kyungsoo yang melihat wajah Jongin tegang, mengambil cangkir dan mengisi nya dengan teh hangat yang telah ia buat.

"Minumlah, jangan terlalu tegang Jongin!"

Jongin mengangguk canggung dan mulai menyeruput sedikit demi sedikit teh herbal yang di sodorkan Kyungsoo, wangi dan rasa nya cukup menenangkan bagi Jongin sehingga ia bisa lebih santai dalam percakapan ini.

"Aku tidak tahu harus memulainya dari mana. Ku rasa, lebih baik kau melihatnya sendiri!"

Kyungsoo kembali memulai, ia menyodorkan beberapa kertas dan amplop cokelat yang tadi ia ambil dari tas nya.

Jongin dengan ragu mengambil salah satu amplop dari dua buah amplop cokelat yang ada di sana. Tangannya terlihat jelas bergetar karena gugup dan penasaran, ia masih tidak mengerti apa yang ingin Kyungsoo coba beri tahu padanya.

Dengan pelan, ia membuka pengait amplop itu dan mengambil sebuah koran yang terlihat usang di dalam nya, masih dengan ekspresi tidak mengertinya, Jongin mulai membaca berita yang ada di koran itu.

Keningnya mengkerut heran saat memindai tajuk dari berita tersebut.

'Kebakaran Hotel Oh Gold menewaskan kekasih dari CEO Hotel ini'

Jongin mengerutkan keningnya semakin dalam, ia mendongak untuk menatap Kyungsoo, namun lelaki itu hanya menaikan dagunya memerintah ia untuk terus membaca isi berita.

'Media di penuhi oleh berita kebakarannya Hotel Oh Gold yang terjadi kemarin malam (02/03/2010). Penyebab kebakaran di ketahui berasal dari tabung gas kosong yang tersulut api kompor gas tipe 'xx' dan meledak tanpa bisa di cegah...'

'...tak hanya korban luka, bahkan kebakaran ini menewaskan kekasih dari Oh Sehun, CEO Oh Gold Hotel yang di kabarkan telah menjalin hubungan ke jenjang yang lebih serius'

Mata Jongin terbelalak saat melihat nama Oh Sehun, kekasihnya tertera dalam berita tersebut. Apa maksudnya semua ini? Oh Sehun? CEO? Oh Gold Hotel? Semuanya terasa sangat asing bagi Jongin, ya Sehun memang cucu dari pemilik hotel tapi Xo'me bukan Oh Gold. Atau, dia yang tidak tahu apa-apa?

'...Kai Lee (22) di nyatakan tewas saat berusaha menyelamatkan diri'

DEG

Kai?

Nama itu sangat tidak asing bagi Jongin, ia pernah mendengar nama itu. Tapi, kapan?

'...sangat di sayangkan jika kini kita harus kehilangan salah satu saudara kita'

Jongin dengan tergesa-gesa membuka amplop cokelat yang satunya, tanpa mempedulikan Kyungsoo lagi. Ia membuka pengaitnya tak sabaran dan dengan cepat menarik keluar isi dari amplop itu, matanya terbelalak lebar, jantungnya berdetak cepat dengan percikan rasa sakit di dalamnya di sertai mata yang mulai memanas.

Di dalam amplop itu terdapat sebuah print foto dengan wajah seorang pemuda bernama Kai Lee yang memakai pakaian ala koki, pemuda itu...

...sangat mirip dengannya.

"Tidak mungkin"

Jongin menutup mulutnya, ia tanpa sadar meremas pinggiran foto itu dan kembali mengambil foto lain yang ada di dalamnya, astaga kepalanya benar-benar pusing dan hatinya terasa sesak sekali akan fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang sejak tadi ia pikirkan.

"Tidak!"

Jongin berucap lirih saat melihat foto selanjutnya..

"Mark"

Bibirnya mengucap satu nama, ia melihat pemuda bernama Kai tadi tengah merangkul seorang anak lelaki yang tak lain adalah Mark. Di samping foto Mark terdapat sticky note yang tertulis 'adik Kai' membuat matanya semakin memanas.

Sekarang dia ingat, kapan ia mendengar nama Kai. Ya, Mark baru saja memanggilnya dengan nama Kai kemarin. Kai hyung.

Rasa sesak kembali mendera dadanya saat semua puzzle yang Kyungsoo sodorkan sebagai bukti padanya ini tersusun dengan rapi, ia tidak mau tahu dari mana Kyungsoo mendapatkan semua ini. Yang ia tahu sekarang adalah, ia telah di bodohi.

Ia di manfaatkan oleh semua orang termasuk Sehun.

Ia telah di anggap sebagai pengganti.

Ia di anggap sebagai boneka dan ganti dari seseorang yang telah tiada, ia bukan apa-apa jika dirinya tidak mirp dengan Kai.

Rasa panas di matanya membuahkan tetesan air mata dan ia mulai menangis, ia sekarang tahu semuanya. Ia tahu kenapa Sehun bersikeras mengejar-ngejarnya dulu. Ia tahu sekarang kenapa Mark terlihat sangat menyukainya padahal mereka baru saling kenal.

Dan ia tahu sekarang, kenapa dirinya bisa di jadikan kekasih oleh Sehun. Pada dasarnya, Sehun bahkan tidak mencintainya, ia hanya menganggapnya orang lain selama ini.

Kenyataan memang pahit, dan Jongin tidak pernah menyangka jika ia akan jadi sebodoh ini.

Dulu, seharusnya ia meninggalkan lelaki itu dan tidak menggubrisnya lagi.

Kenapa dirinya menjadi sangat bodoh?! Kenapa dirinya mau saja kehilangan harga diri dan hatinya untuk seseorang yang bahkan menganggapnya orang lain?

Seharusnya ia tahu, tidak mungkin Sehun memaksanya masuk kedalam kehidupan lelaki itu jika tidak ada maksud apa-apa. Seharusnya dia tidak membiarkan Sehun yang beralasan 'sakit' itu merebut hatinya dengan mudah.

Bodoh!

Sekarang apa yang harus Jongin lakukan?

"Ke..kenapa?" Jongin berucap lirih, ia hanya tidak tahu harus berkata dan bereaksi seperti apa akan kenyataan yang menggoreskan luka yang sangat dalam di hatinya ini.

Kyungsoo yang melihat Jongin menangis jadi sedikit merasa bersalah. Lelaki cepak itu menghela nafas panjang dan mulai berbicara...

"Sebelumnya kau harus tahu jika aku adalah putra tunggal dokter Do Myunjoo. Dokter yang menangani Sehun selama ini"

Jongin mendongak dengan mata memerah, entahlah suara Kyungsoo bahkan terdengar samar di telinganya. Ia hanya, belum bisa menerima kenyataan pahit yang terlalu telak menghantam ulu hatinya ini.

"Sehun dan Mark adalah pasien ayah ku. Sebelum aku memberitahumu soal ini, aku sudah izin pada beliau dan sedikit meminta cerita"

HUNKAI

"...beberapa hari yang lalu Sehun menemui ayahku dan bercerita tentang mu Jongin"

"Dia pernah mengalami trauma. Dia telah gagal menyelamatkan Kai dari kebakaran karena dia menyetir dalam keadaan kalut saat itu. Ini adalah alasan kenapa Sehun tidak pernah mau menyetir mobil lagi"

"...dia mencintaimu Jongin"

"Hanya saja dia masih belum siap memberitahu semuanya padamu"

Jongin menghentikan langkahnya, tangisannya semakin kencang dan air matanya kembali mengalir deras. Di gang kosong yang sepi ini ia menangis, mengeluarkan segala emosi yang tertanam di dalam hatinya. Ia sedih, sakit dan merasa terhianati.

Membayangkan jika dirimu hanya di jadikan pengganti orang yang telah tiada oleh orang yang sangat kau cintai itu begitu menyakitkan.

Tidak pernah terpikir olehnya jika Sehun menganggap dirinya orang lain, tidak pernah terpikir olehnya jika Sehun ternyata hanya menatapnya dari kemiripan wajahnya ini.

Dan juga Mark, anak itu pasti baik padanya karena ia mirip dengan kakak nya. Kenapa semua orang membodohinya seperti ini?

"Arrghhh! Hiks wajah sialan! Sialan, bedebah!"

Jongin terduduk di gang kotor nan kumuh itu, mencakari wajah manisnya hingga menimbulkan luka goresan di pipi dan dahinya. Perih... luka-luka itu perih tapi hatinya lebih perih saat menerima kenyataan yang tidak pernah ia ekspetasikan sebelumnya.

"Sehun baru saja di nyatakan sembuh dari anxiety disorder nya. Dan itu semua berkat dirimu"

Perkataan Kyungsoo kembali terngiang di kepalanya, sialan Sehun! Jika dirinya sembuh maka sekarang Jongin lah yang sakit.

Selain di jadikan boneka penggnti ternyata Jongin di jadikan treatment penyembuhan juga. Huh, menyedihkan sekali perannya disini.

"Kenapa Tuhan menghukumku dengan wajah ini? Hiks kenapa kau berikan wajah ini jika akhirnya aku tersiksa?"

Jongin menengadahkan kepalanya, menatap langit malam yang sangat gelap karena bulan berpendar lemah dan bintang yang tidak muncul malam ini. Lampu di jalanan ini juga temaram dan suasana sangat sepi, wajar saja. Waktu sudah menunjukan pukul 12 malam lebih dan Jongin baru akan pulang ke rumah.

Panggilan serta pesan Sehun tidak ada yang di gubrisnya, Sehun adalah manusia terakhir yang ingin ia lihat saat ini.

BUGH

"Akh!"

Tiba-tiba kepalanya terasa berdenyut sakit dan matanya berkunang-kunang. Jongin sadar seseorang baru saja memukulnya dengan benda tumpul, namun sebelum ia memahami keadaan. Kesadarannya mulai menghilang dan ia tidak bisa menahannya lagi.

HUNKAI

Sehun dengan wajah 'kau mendekat maka akan ku bunuh' nya itu sama sekali tidak baik bagi siapapun terutama Chen yang memang sangat takut pada Sehun dalam mode devil seperti ini.

Sejak jam 9 tadi, waktu dimana Jongin seharusnya sudah pulang dari Bar. Lelaki berambut blonde itu tidak berhenti membuat seluruh anak buahnya takut dan merasa terancam. Pasalnya, Sehun terus marah-marah dan menggeram rendah, tak jarang ia menendang segala benda yang di lihatnya jika Jongin tidak jua membalas pesan dan mengangkat telponnya.

"Keparat!"

PRANG

Sehun baru saja membanting sebuah gelas di meja makan mansionnya yang sangat luas ini. Jenny yang berada paling dekat dengan bos nya itu merasa semakin takut. Tidak pernah rasanya Sehun mengamuk sampai seperti ini.

"Seh-"

"Cari Jongin lagi!"

Lay yang hendak mengucapkan perotesnya terpaks harus berhenti saat Sehun menoleh padanya dengan tatapan tajam dan sebuah perintah yang pastinya absolut itu.

Tapi, Lay baru saja kembali setelah mencari Jongin keliling kota Gangnam dan Sehun menyuruhnya mencari lagi?

"Tap-"

"Sekarang!"

Suara rendah dan penuh ancaman itu, Lay masih sayang pada nyawanya yang hanya satu. Dengan pelan ia menyenggol lengan Chen dan langsung di angguki oleh lelaki berwajah unik itu, keduanya lalu berjalan keluar meninggalkan Sehun dan Jenny.

"Dimana Taeyong?" Sehun bertanya tanpa menatap Jenny, gadis berpakaian metal itu mengangkat bahunya.

"Dia tidak terlihat sejak tadi sore"

"Cari dia!"

Dan tanpa perotes atau di suruh dua kali, Jenny segera menghilang dari pandangan Sehun.

Setelah hanya ia yang ada di ruang makan ini, Sehun terduduk di lantai marmer yang dingin. Ia mengusap wajahnya kasar dan mendongak, menatap lampu rangkai yang besar di langit-langit mansionnya.

"Ya Tuhan, dimana Jongin?"

Ia melirih, matanya mengeluarkan cairan bening. Sehun menangis.

Ia yang tiga jam lalu menjemput Jongin harus di hadapkan pada kenyataan pahit karena Jongin tidak ada disana dan Kyungsoo bilang kekasihnya itu sudah pulang.

Ia mendatangi rumah Jongin tapi Ibu dan para kakak Jongin juga tidak tahu, malah mereka ikut kuatir dan andil dalam pencarian Jongin.

Sehun takut, ia sangat kalut, ia tidak mau kehilangan untuk yang kedua kalinya. Ia tidak bisa, Jongin lah tumpuan hidupnya saat ini. Lelaki itu yang telah membuatnya kembali bangkit. Ia tidak mau terjatuh lagi, siapa nanti yang akan menangkapnya dan membalut lukanya jika ia terjatuh?

"Jongin..."

Dalam gelapnya malam, Oh Sehun hanya bisa memohon agar Tuhan mau menjaga Jongin untuknya.

Ia belum sempat mengatakan betapa berharaga dan berarti nya Jongin bagi dirinya. Betapa ia mencintai Jongin dan betapa ia menyesal karena berbohong pada lelaki itu. Ia ingin menyelesaikan semuanya tapi Jongin malah menghilang dalam sekejap, rasanya baru kemarin ia menemukan kembali alasannya untuk hidup.

HUNKAI

Temaram nya lampu duduk di kamar dengan nuansa merah maroon itu terlihat gamang dan auranya terasa mencekam. Walau pada dasarnya kamar ini sangat amat luas dengan ranjang king size di hiasi tirai-tirai tipis berwarn putih.

Di balik tirai itu terlihat seorang pemuda manis yang tengah tertidur, ia adalah Kim Jongin.

Tidak hanya ada Jongin di kamar ini melainkan juga lelaki berambut merah yang tengah duduk santai di sofa panjang di sebrang ranjang itu, Park Chanyeol. Lelaki jangkung dengan bathrobe putih besar itu terlihat menikmati wine di dalam gelas tinggi yang ia pegang.

Mata bulat nya memperhatikan Jongin yang masih tertidur di depan sana, lalu ia melirik dinding di sebelah kanan dan berdecak saat tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 1 malam namun Jongin masih belum sadar juga. Taeyong sialan, ia memukul Jongin terlalu keras. Padahal Chanyeol hanya menyuruhnya membawa Jongin kesini tanpa ada tindak kekerasan, tapi memang yah... Taeyong juga ada dendam pada lelaki itu.

Menghela nafas, Chanyeol berdiri dari duduknya dan menaruh wine yang ia sesap sedari tadi dan mulai berjalan menghampiri ranjang, ia mengeratkan tali bathrobe yang membalut tubuh semampainya dan duduk di sisi ranjang tepat di sebelah kanan Jongin.

"Sudah lama aku menanti saat-saat ini bersamamu" Chanyeol berujar lirih, tangan kanannya mengelus pelan pipi Jongin yang terdapat beberapa luka cakaran, ada apa dengan dia? Chanyeol menerawang masa lalunya...

Dulu, ia dan Kai sangat dekat seperti tak terpisahkan. Saking dekatnya Kai selalu bilang jika Chanyeol sudah seperti kakak nya sendiri. Dan itulah yang selalu Chanyeol benci, ia tidak ingin hanya jadi kakak bagi Kai ia ingin lebih. Ia mencintai Kai, tapi si bedebah kecil Sehun merebutnya.

Kali ini, ia juga menyukai Jongin dan tidak akan membiarkan Jongin jatuh pada pelukan Sehun lagi, sudah cukup lelaki pucat itu mengambil Kai darinya, sekarang tibalah saatnya Chanyeol mengambil Jongin darinya.

"Aku menginginkanmu Jongin"

Chanyeol merendahkan tubuhnya, ia menyingkap selimut tebal yang menutupi tubuh Jongin dan terpangpanglah tubuh itu yang hanya memakai kemeja linen tipis berwarna merah, warna kesukaan Chanyeol. Ia tersenyum tampan dan mulai mengungkung Jongin di bawahnya.

"Kau cantik Jongin, sama seperti Kai"

Chanyeol mengelus wajah Jongin dengan jemarinya. Mengaggumi pahatan Tuhan yang sangat sempurna, ia tidak akan pernah membiarkan Jongin meninggalkannya, walaupun harus dengan cara yang paling kejam, ia akan tetap mengurung Jongin bersamanya. Katakanlah ini obsesi, karena Chanyeol benar-benar menginginkan lelaki di bawahnya ini.

"Maafkan aku"

Dengan itu Chanyeol mengecup bibir Jongin, kecupan itu berubah menjadi lumatan dan ciuman lembut. Jongin masih dalam keadaan pingsan jadi ia tidak membalas apapun, namun Chanyeol malah semakin gencar mencium bibir penuh itu, melumatnya, menyesapnya bahkan sesekali lidahnya menjilati bibir Jongin yang sangat manis.

Chanyeol berhenti, ia menatap lekat wajah Jongin dan bernafas terengah. Jemarinya mengusap lembut bibir Jongin dan wajahnya kini ia cerukan di belahan leher Jongin, mengecupi leher jenjang itu dan menjilatnya memanjang lalu menghisapnya seperti vampire untuk kemudian memunculkan tanda kemerahan di sana, Chanyeol melakukan itu berulang kali.

Bibir hangat Chanyeol kemudian turun dan mengecupi tulang selangka Jongin yang terekspos lalu tangan kokohnya mulai bekerja membuka kancing kemeja Jongin dan menurunkannya sebatas bahu Jongin, tubuh bagian atas Jongin kini terekspos di depan matanya.

"Kau indah Jongin" Chanyeol tersenyum lagi, ia merasa menjadi pengecut karena melakukan ini sepihak, tapi jika pun Jongin tersadar ia juga akan tetap melakukannya sepihak, karena Jongin pasti menolaknya.

Chanyeol mengecupi turun dari mulai leher, tulang selangka hingga dada Jongin. Saat sampai di dada Jongin bibirnya mulai terbuka dan memasukan puting kanan Jongin kedalam mulutnya, awalnya ia hanya mengemutnya dan menghisapnya, tapi ternyata puting Jongin yang sedikit besar dan kemerahan itu sangat menggelitik untuk tidak di nikmati lebih lama.

"E..eunghh"

Chanyeol berhenti, ia mendongak dan menatap wajah Jongin yang terlihat gelisah, berarti fase pingsan Jongin sudah hilang dan lelaki itu tertidur.

Cpkk..cpk

Chanyeol kembali menyusu di dada kiri Jongin dan menjilati puting itu naik turun sehingga kacang ereksi itu basah oleh liurnya.

"Emmh..uhh"

Jongin semakin resah, ia membusungkan dadanya dan tubuhnya menggelinjang merasakan betapa hangatnya mulut Chanyeol yang memanjakan kedua putingnya.

Kecupan Chanyeol turun, ia mengecupi perut Jongin dan sampai pada selangkangan Jongin. Chanyeol membaui penis kecil Jongin yang tegang karena rangsangannya dan langsung memasukan ujung kejantanan itu kedalam mulutnya membuahkan erangan dari Jongin.

"A..ahh ohh mm"

Chanyeol menaik turunkan kepalanya dengan cepat. Menikmati betapa menggodanya keadaan dan wajah Jongin saat ini.

"Ahh ahh mmmhh ohh"

Jongin yang sebenarnya bermimpi jika ia tengah bercinta dengan Sehun semakin mengeratkan cengkramannya pada sprei dan mulai menggeliat. Matanya terbuka sedikit demi sedikit saat kesadaran mulai menghampirinya...

Dan saat sesuatu hendak memasuki lubang analnya, saat itulah ia terbangun dan kaget mendapati seseorang dengan rambut merah bekerja begitu erotis di sela selangkangannya dan Jongin mulai panik, dia bukan Sehun... dia...

"Chanyeol hyung!!"

TBC

Hallo all lama tak jumpa, maaf karena baru bisa update. Ekpetcted ff ini kemungkinan akn tamat dua chapter lagi, terimakasih atas dukungan dan review kalian. See u next chap and next ff The Ugly Twin.