~SeJong~

Oh Sehun
Kim Jongin
and other characters...

Rate M for

Bad language, sex scene, mature contect, boyxboy

+++++SEKAI+++++

Oh Shit!

Umpatan sial sangat cocok Jongin layangkan dari belah bibir sexy nya. Tidak ada hal yang paling sial bagi seorang karyawan biasa seperti dirinya selain surat peringatan terakhir di ajukan.
Fuck that boss! Jongin membenci boss nya dengan sangat, lelaki tua beruban itu bukan hanya kali ini saja berlaku tidak adil padanya, entah kesalahan apa yang dia perbuat sehingga -his jerk- boss selalu berbuat seenaknya padanya.

"Jong, uhm I'm sorry to hear that. Well, aku merasa prihatin padamu kali ini dan aku bersungguh sungguh"

"Terimakasih atas simpatimu dude, tapi aku tidak butuh"

Errr, Jaehyun meringis pelan mendapat balasan yang tak menyenangkan dari teman se divisinya itu. Lelaki bersurai hitam legam itu menepuk keras keras punggung Jongin di sebelahnya, ini di kantor.

"Stop Jung! Aku tidak butuh itu"

"Hey, aku berniat membantu" Jaehyun memajukan bibir bawahnya sebal, Jongin dan sifat keras kepalanya. Selalu susah di jinakan dan kadang membuat Jung Jaehyun stress.

"Pikirkan jalan keluar dari masalahku. Mungkin kau akan sedikit berguna"

Jaehyun menaikan alisnya "Oi, kau memanfaatkanku"

"Something like that maybe"

Jaehyun mendengus, Jongin benar benar.

"Terserah Jong, aku hanya membantumu semampuku. Oke"

Jaehyun menghela nafas, sedangkan Jongin di sebelahnya hanya menaikan bahu dan kembali pada komputernya. Ya, untung dia masih bisa bekerja. Melirik amplop panjang berwarna putih di sebelah komputernya dan kembali mengumpat.

Itu surat peringatan terakhir dari atasannya. Melihatnya saja malas apalagi membukanya, oke dia hanya tidak mau membayangkan bagaimana nantinya jika ia jadi pengangguran.
But, setidaknya Jaehyun bisa sedikit membantu. Mungkin...

.

.

.

.

Ini malam hari, kantor tempat Jongin bekerja sudah tutup dilihat dari gantungan aluminium bertulisan CLOSED di pintu kaca itu.
Namun sepertinya, lelaki berkulit sexy bronze itu belum mau beranjak dari tempat duduknya sejak pagi. Seharian ini dia bekerja, meninggalkan kursi kantornya hanya untuk makan siang dan buang air, ew. Bahkan saat boss nya melewati tempatnya duduk dia tersenyum lebar sampai Jaehyun bergidik, siapa orang kurang ajar yang mengumpati Pak tua itu tadi siang?!

"Artikel sialan, apa maksudnya ini?" Jongin menunjuk nunjuk layar komputernya yang menunjukan sebuah artikel mengenai diagram penikmat majalah, dan sialnya majalah CECI mengalami penurunan drastis dari bulan ke bulan.

Ancamannya di pecat semakin terbayang saja, siapa yang ingin menjadi pengangguran di kota Metropolitan seperti Seoul. Yah yah, you are stupid guy if think like that. Jongin masih menyayangi masa mudanya untuk tidak jadi seorang yang menyedihkan.

Bayangan wajah sang Ibu yang memandang kecewa padanya sudah tergambar jelas, ow so touchy. Dia tidak egois, masih memikirkan bagaimana jadinya jika keluarganya tau ia di pecat? Sebenarnya belum terjadi sih, tapi melihat kondisi yang di alaminya sekarang, hal itu sangat berkemungkinan besar untuk terjadi.

"Sepertinya aku harus mengasingkan diri"

DING

Ponsel di sebelah komputernya berbunyi, dan bunyi itu sangat clasic.
Jongin mengambil benda persegi panjang itu dan melihat siapa pengirim pesan padanya.

Jaejae : Um, i'm not sure for this, but you must be shocked. Aku sudah menemukan lowongan kerja untuk berjaga jaga, hehe. Jangan terlalu memaksakan dirimu hitam, i know i know if you just stupid bad guy, tapi setidaknya kau tidak bertindak bodoh dengan mengambil lembur setiap hari. Oke, i just care of you black. Jadi, good night.

Cih,
Jongin mendengus geli membaca isi pesan Jaehyun yang diselingi bahasa inggris abal abalnya. Jongin paham jika rekannya itu sebetulnya peduli, hanya saja mereka kurang baik mendeskripsikan sebuah pertemanan.

Jongin dan Jaehyun bekerja di kantor yang sama, kantor Majalah CECI. Dalam satu divisi yang sama yaitu editor.
Jaehyun masuk lebih dulu dan dua bulan kemudian Jongin di rekrut setelah surat lamaran ke sepuluhnya, ouh menyedihkan.
Mereka sudah tiga tahun bekerja disini. Dan nasib sial bagi Jongin karena ia mendapat 5 kali surat peringatan yang artinya itu sudah batas maximum. Alasannya, ada pada keterlambatan waktu kerja ; well, he actually most to sleep. Ada juga pada ketelitian pengeditan ; Jongin sering salah mengedit suatu 'kata asing' dalam istilah. Dan masih banyak lagi alasannya.
Boss nya begitu teliti terhadap karyawan, tapi sebenarnya Jongin termasuk karyawan yang baik hanya saja, dia kurang beruntung.

Jongin mulai mematikan komputer dan CPU nya, ia mengambil tas ransel di belakang kursi kantor dan memasukan perlengkapan kerjanya hari ini. Matanya melirik surat peringatan dan ia hanya memasukannya ke dalam laci meja. Hari ini tidak lebih baik dari kemarin, itu artinya dia merugi.

"Aku harus membuat surat lamaran kerja untuk berjaga jaga" Jongin bermonolog sambil bergegas berdiri dan keluar dari kantor, ia mengunci pintu kantor dan meninggalkan gedung yang termasuk tinggi itu. FYI, semua karyawan disini memiliki kunci masing masing.

Udara dingin yang menggigit kulit membuat Jongin bersumpah tidak akan lupa membawa mantelnya lagi(walau hal itu sering terulang kembali) dirinya sulit menghalau dingin hanya dengan mengandalkan sebuah kemeja dan jas kantor.

"Ouch, dingin sialan"

Jalanan Seoul begitu ramai di malam hari, pukul 9 malam dan Jongin baru mendapatkan taksi. Ia bergegas masuk sambil memberitahukan tujuannya.

.

.

.

"Aku pulang"

Nada malas nya sungguh kentara, Jongin masuk dan meletakan sepatunya di lemari khusus sepatu. Ini rumahnya, terbilang besar dan well kalangan atas.
Rumahnya berada di kompleks, dan Jongin menyumpah serapahi jaringan sinyal disini yang sungguh ingin ia maki. Jika saja ia tidak memasang wi-fi mau jadi apa hidupnya?.

"Oh, hallo Jong. How bout today?"

Kaka perempuan cantiknya menyambut dengan pertanyaan yang tak ingin Jongin sambut.

"Not bad, yeah setidaknya aku tidak menabrak pejalan kaki lagi"

"Tentu, kau lebih baik bekerja dengan taxi"

"Terimakasih atas pujianmu nona, dimana Ibu?"

Kim Ahra, kaka perempuan pertamanya itu terkikik jenaka. Ia lalu memberitahu jika Ibu mereka sedang belanja dengan Yuri, kaka perempuan keduanya.
Jongin hanya bisa melesukan bahunya, ahhh dia ingin sekali berkeluh kesah pada Ibunya.
Great! He just sweetie home boy, dia memang sedikit manja.

Tungkainya beranjak malas menaiki undakan tangga menuju kamarnya di lantai dua, kamar adalah istana saat hatinya gundah dan bisa dibilang saksi bisu segala perasaan yang ia rasakan.

Usianya yang sudah memasuki 25 belum cukup membuatnya menjadi seorang yang dewasa, mature is difficult dan Jongin menanamkan ultimatum itu pada dirinya. Ini jangan ditiru, dia memang sedikit manja dan aku sudah mengatakannya.
Tentang karir, Jongin cukup berpengalaman karena selain bekerja di kantor Majalah, ia juga pernah bekerja di sebuah perusahaan properti pada bagian Super Visor. Hanya 8 bulan, karena setelahnya dia langsung di pecat akibat sering lalai mengawasi bawahannya.
Jangan tiru itu juga, Jongin memang bukan peneliti yang baik.

Sebenarnya tidak ada pekerjaan yang menarik baginya, ia juga tidak punya hobi atau mungkin tidur dan berkencan seharian dengan Monggu -anjingnya- bisa di sebut sebagai hobi?
Masalah perjalanan cinta, aduh pacar saja dia tidak punya.
Pernah si pacaran sama wanita cantik dari distrik Gangseo, namanya Son Naeun. Namun hanya 4 bulan dan harus kandas karena Naeun lebih memilih Taemin sebagai selingkiluhannya. Kata Naeun, Jongin itu tidak romantis dan juga itung itungan, apalagi masalah shoping. Padahal belanjaannya yang mengalahkan Naeun, siapa yang tidak kesal punya pacar seperti itu.

Putus asa? Tidak!

Jongin juga kurang tertarik masalah cinta, ia masih ingin bebas dan hidup tanpa ikatan. Sebut saja ia termasuk golongan pria yang takut berkomitmen.
Sebenarnya bukan takut, Jongin hanya belum mau memiliki komitmen dengan seorang wanita.
Urus diri sendiri saja dia kelimpungan, bagaimana jika nanti ia punya istri? Kecuali jika Jongin mau menjadi penerus perusahaan keluarga dan ia tidak akan mau. Ahra lah yang jadi korban, Kim Jongin adalah putra bungsu by the way.

"Nona, apa Ayah tidak pulang?"

Jongin berteriak dari ambang pintu kamarnya, Ahra balas berteriak dari lantai bawah

"Not for tonight boy"

Jongin menghela nafas, ia masuk kedalam kamar minimalis modern nya dan membanting ransel diatas ranjang sebelum tubuhnya menyusul, memandangi langit langit kamar yang dihiasi lampu bintang kecil bertebaran. Aduh, Jongin malas mencopotnya sejak ia berusia 15 tahun.

"Ahra nona menjadi GM di kantor Appa, Yuri nona penerus usaha rumah mode Ibu. Dan aku? Coming soon menjadi pengangguran? Oh, tidak lucu sama sekali" Jongin mengusap kasar wajahnya dan mngacak rambut brunete nya frustasi.

Ha! Dimana letak semangat orang malas ini? Dasar merepotkan...

.

.
.

Jaehyun tersenyum lebar saat melihat Jongin memasuki kantor. Pemuda tampan itu menebar senyum pada karyawan yang lain sebelum akhirnya sampai di sebelah Jaehyun.

"Hallo Jong, bagaimana tidurmu semalam?"

Jongin melepas jasnya dan menggulung lengan kemeja berwarna peach nya, ia mengabaikan Jaehyun dan lebih memilih menyalakan komputer serta ke -sok- sibukan lainnya.

"Kau tidak tuli Jongin" itu lebih tepat seperti sindiran, dan Jongin berhasil dibuat jengkel oleh lelaki yang lebih muda darinya itu.

"Don't distrub Jae, aku hanya ingin ketenangan"

"Hey! Dimana semangat mu Jong?" Jaehyun berbalik menghadap Jongin, ia gemas sendiri pada temannya itu karena malah bergalau ria dan bukannya mencari lowongan kerja atau apa mungkin.

"Di titik terendah levelku Jae"

Jongin menelungkupkan kedua tangan di meja kemudian menaruh kepalanya disana. Ia masih memikirkan nasibnya sejak tadi malam jika nanti jadi pengangguran, mencari kerja itu sulit. Apalagi Jongin yang lulusan sarjana Managemen ini tidak memiliki ketertarikan dari industri kerja manapun.

"Jangan pesimis dong, ayolah Jongin sayang..."

Ewh, apa apaan itu?

"Jijik Jae, mending kamu diam dan bantu aku!"

Jaehyun memanyunkan bibirnya "I've help you, aku sudah mencari lowongan kerja untukmu"

Jongin mengangkat kepalanya, ia lupa jika semalam Jaehyun mengirim pesan padanya. Ia lantas menepuk bahu Jaehyun membuat pemuda itu berseru kesal.

"Apa lowongan kerja yang kau temukan?" Jongin menatap berbinar pada Jaehyun, orang di depannya mengedipkan sebelah mata dan memberikan Jongin sebuah selebaran kertas, Jongin mengambil dan membacanya.

"Hah? Housekeeping Manager?"

"Yup!" Jaehyun menepuk tangannya "Itu hotel bintang 5 Jong, Xo'Me Resort and Conference Hotel. Direktur nya menurut informasi tidak begitu rewel -not like our bos- , dan well kurasa bagian itu cocok untukmu. Kau kan lulusan Managemen dan kau juga pernah menjadi supervisor"

Jongin masih membaca lembar kertas lowongan kerja itu, mulai dari profil perusahaan sampai waktu dan tempat perekrutan.

"Ini hanya memerlukan satu orang Jae, dan besar kemungkinan jika banyak yang mengikuti test nya"

Jaehyun berdecak, si Jongin memang tidak punya semangat padahal ia sendiri sangat antusias.

"C'mon man! Aku berebut brosur itu kemarin saat mengunjungi Hotel untuk menawarkan kerjasama"

Jongin mengerutkan dahinya, untuk bekerja sama Jaehyun bilang? Apa hubungan Hotel itu dengan kantor ini?

"Curious right? Aku hanya disuruh menawarkan sesi pemotretan di beberapa bagian Hotel itu, lumayan juga untuk inspirasi baruku"

Jongin mendelik pada Jaehyun dengan tatapan -are you kidding me?- yang di balas oleh gelengan kepala dari Jaehyun. Lelaki berkulit putih itu kemudian membuka internet dan mengetikan nama Hotel yang mereka bahas, ia mengklik option image pada layanan Google, kemudian muncul banyak gambar bagian bagian Hotel tersebut pada layanan.

"Woah, aku belum pernah melihatnya"

Jaehyun refleks menoleh pada Jongin, astaga orang itu. Ia akui Jongin memang manusia modern yang kuno karena dia kudetnya keterlaluan. Niatnya sih mengejek, tapi berhubung Jongin di landa awan kelabu Jaehyun jadi mengurungkan niatnya.

"Maka dari itu selain tempatnya bagus, Hotel ini juga terkenal Jong"

"Apa hubungannya?"

Jaehyun membuat gesture ingin mencakar wajah Jongin, dan lelaki tan itu menatapnya heran

"Astaga Jong...! Ya jelas kaitannya kuat, tempat itu bagus dan terkenal sehingga ekspetasi lakunya Majalah akan besar. Kerjasama disana susah dan kau harus tau itu. Bos kita baru saja menugaskan ku kemarin dan dia sukses menggangguku usai bercinta"

Jaehyun mengeluh di akhir cerita, dan Jongin menempeleng kepalanya keras.

"Kurangi kadar mesumu itu Jae, kau bahkan dua tahun lebih muda dariku"

Jaehyun mengaduh sakit dan meminta maaf pada Jongin, lelaki yang lebih tua itu kemudian mulai memahami sedikit demi sedikit mengenai Hotel itu, dia membuka situs resmi Hotel dan menemukan Office Profil kemudian meng klik opsi tersebut.

"Huh? Owner nya tidak di tunjukan disini"

Jaehyun ikut memperhatikan apa yang Jongin lihat dan ia mengangguk setuju.

"Menurut direktur yang kemarin aku temui, owner nya memang tidak mau membuka profil terang terangan. Dia hanya menugaskan direktur itu mengelola Hotelnya"

"Tapi disini di sebutkan nama pemiliknya Oh Sehun"

Jaehyun menjentikan jarinya "Ah ya, Chanyeol sajangnim juga bilang begitu dan dia memang pemiliknya"

"Chanyeol?"

"Uhum, direktur itu namanya Chanyeol"

Jongin mengangguk "I got it" gumamnya, ia lalu mulai menulis surat lamaran kerja di komputernya.

"Bagus deh kalo ngerti"

"Shut up your fucking mouth Jae!"

"Ups, oke. Sorry sir" Jaehyun mengangkat kedua tangannya tanda menyerah dan kembali pada pekerjaannya, membiarkan Jongin bekerja sendiri dulu.

.

.

.

.

Sudah di duga soon or later hal ini akan terjadi. Dan hari ini, detik ini, menit dan jam inilah hal itu terjadi.

Dimana Jongin sepenuhnya di pecat dengan sangattttt halus. Ya, halus dan benar benar halus tapi tetap saja itu berlabel pemecatan.

"Jae..."

"Maaf hyung, aku tidak bisa membantu banyak dalam hal ini. Keputusan bos adalah mutlak"

Jongin membuang nafas kasar, ia melirik amplop cokelat berisi uang pesangonnya dan kemudian menatap Jaehyun dengan wajah menyedihkan.

"Bos bilang jika ia seharusnya memberhentikanku kemarin, namun ia tidak tega dan masih memikirkan keputusannya"

Jaehyun memeluk sahabatnya itu dan menepuk punggungnya mengasihani. Baru kali ini Jongin merasa nyaman di peluk Jaehyun, bajingan kecil yang selalu berlaku tidak sopan padanya .

Jaehyun mengelus punggung Jongin pelan, mereka masih di kantor sampai malam begini karena Jaehyun berniat menemani Jongin.

"Sudahlah hyung, aku akan membantumu dalam hal lain"

"Yah, terimakasih Jae" Jongin membalas pelukan Jaehyun dan menenggelamkan kepalanya di bahu orang yang sudah ia anggap adik. Ia tidak punya adik, makannya walau begitu begitu pun Jongin menyayangi Jaehyun.

"Ayo dong semangat! Bagaimana jika kita bersenang senang malam ini hyung?"

Jaehyun melepaskan pelukannya dan melihat wajah berseri teman karibnya membuat Jongin ikut tersenyum. Ia mengacak surai Jaehyun gemas,

"Di saat begini saja kau memanggilku dengan benar"

Jaehyun menyengir, ia lalu membantu Jongin membereskan barang barangnya dan tak lupa memasukan surat lamaran kerja yang Jongin buat tadi pagi kedalam tas pemuda itu.

"Cha, let's be young and free tonight! Whohuuu" Jaehyun bersorak gembria dengan tangan menggandeng Jongin keluar kantor.

Club Heaven Diamond
Jaehyun dan Jongin menunjukan identitas mereka sebelum di izinkan masuk oleh security club.
Jaehyun terus menggandeng tangan Jongin sampai masuk kedalam club, karena Jongin jarang sekali mendatangi tempat semacam ini sedangkan Jaehyun sudah sering mengunjungi Club.

Tatapan lapar, dilayangkan para wanita di sana pada Jaehyun yang terus tersenyum nakal. Jongin saja geli melihat wanita wanita berpakaian kekurangan bahan seperti mereka. Ugh, they are so sluty.

"Hiraukan saja hyung, ayo pesan minuman" Jaehyun menuntun Jongin pada meja bar, ia lalu memanggil salah satu bartender disana. Jaehyun dan Jongin hanya mengenakan kemeja saja saat ini, mereka menggulung lengan kemejanya hingga siku dan sumpah demi apapun mereka sangat hot!

"Eum, aku mau white wine" Jaehyun menyerukan pesanannya di susul Jongin "Teh manis saja"

"WHAT?" Jaehyun memandang Jongin tidak percaya, apa apaan itu?

"What's wrong? Dulu aku meminta es teh manis di Club dan mereka memberikannya"

Jaehyun memandang Jongin tidak yakin diikuti si bartender, entah Jongin polos atau memang dia malas mabuk mabukan.

"Maaf tuan, tapi disini tidak menyediakan teh manis"

"Ah payah" Jongin mengibaskan tangannya membuat Jaehyun mengumpat 'what the fuck, man!' Yang sayangnya tidak bisa Jongin dengar

"Oke, bawakan aku soju"

"Kadar alkoholnya sangat rendah, kau memang peminum yang buruk"

Jongin hanya mengajukan jari tengahnya pada Jaehyun mendengar kalimatnya, itu penghinaan.

"Whatever did you want, aku tidak ikut campur" Jaehyun meneguk White Wine nya kemudian mengernyit, ia melonggarkan dasi dan menenggak kembali minuman beralkohol tinggi itu.

Jongin menatap Soju nya ragu, hanya secawan sih. Tapi kan tetap saja, ia peminum yang buruk dan bagaimana nanti jika dirinya mabuk? Namun memikirkan kekalutannya hari ini membuatnya meneguk minuman itu dan menambah lagi dan lagi hingga kepalanya pening.

"Aku pergi sebentar, stay here" Jaehyun menepuk pundak Jongin kemudian melangkah pergi, tujuannya ingin ke restroom.

Jongin memijat pelipisnya, sepertinya 3 cawan Soju membuatnya lumayan mabuk. Ia kemudian mengedarkan pandangannya, Club ini ramai dan banyak sekali wanita hiburannya.

Sedikit masalahnya dapat di lupakan, Jongin cegukan sekali dan mulai merasa mual.

DOR DOR

"KYAAAAA"

Suara tembakan dan jeritan pilu membuat Jongin langsung tersadar, ia celingukan mencari sumber suara tembakan kemudian beranjak turun dari kursi tinggi bar.
Jalannya yang sempoyongan dikalahkan oleh orang yang berlarian, Jongin merasa takut dan juga kuatir. Dimana Jaehyun?

DOR

DEG

Jongin membeku saat melihat seorang pria paruh baya tergeletak tak bernyawa di depannya setelah terkena tembal tepat di hati. Jongin menoleh ke belakang dan menenukan seorang lelaki ber tudung melihat kearahnya, refleks Jongin berlari menghindari orang itu yang ternyata mengejarnya.

Shit! Jongin baru sadar bahwa tinggal ia yang tersisa didalam Club, pantas saja lelaki itu mengejarnya.
Berjarak sekitar 5meter dari lelakit itu, Jongin berhasil keluar Club dan ia tidak tau harus menuju ke arah mana.

"Fuck today, aku harus kemana?" Monolog nya sambil memegang kepalanya yang berdenyut.

"Hey!"

Seruan dari arah belakang menyadarkan Jongin, ia semakin kebingungan dan sebelum Jongin sempat memutuskan berlari kemana, seseorang tiba tiba menarik lengan kanannya dan membawanya berlari.

.

.
.

Jongin tidak tau seberapa lama ia berlari dan dengan siapa ia berlari, yang jelas perutnya sudah terasa melilit dan lengannya sudah kebas karna di genggam oleh lelaki di depannya.

"Stop!" Jongin berseru lemah, lelaki yang menariknya berhenti dan melihat keadaannya.

"Hosh hosh, aku pusing sekali"

Jongin memegangi kepala nya yang terasa berputar, lelaki di depannya hanya menatap Jongin acuh tak acuh.

"Kau sia-" saat Jongin mendongak hendak bertanya siapa lelaki itu, ia kehilangan kata katanya. Lelaki didepannya sangat tampan, lekuk wajahnya tegas dan berdagu runcing.
Rambutnya hitam legam dinaikan, dan manik mata itu menyorot tajam kearahnya melemahkan persendian Jongin.

Sial, dia bukan gay.
Tapi kenapa ia seolah merasa rerdominasi oleh aura pria ini.

Belum lagi kulitnya seputih porselen, bibirnya tipis dan keringat mengaliri pelipisnya menimbulkan kesan sexy.
Jongin menurunkan pandangan, tubuh lelaki itu tinggi dan body nya sangat pas di balut kemeja hitam berkerah blink blilk, menimbulkan kesan mewah.

"Kau, si-siapa? uhh"

BRUG

Jongin masih menilai pemuda itu namun kepalanya sudah terasa ingin pecah, sehingga ia kehilangan keseimbangan tubuh dan menimpa lelaki itu. Jongin mendengar umpatannya sebentar sebelum ia kehilangan kesadaran.

.

.

.

Mual...

Jongin tiba tiba terbangun dan membuka matanya lebar lebar sebelum akhirnya berlari turun dari ranjang dan menutup mulutnya, ia mondar mandir di sebuah kamar yang luas itu kemudian melihat sebuah pintu kecil...

Kamar mandi,

BRUG

Jongin menabrak pintu begitu saja dan langsung menemukan washtafel, ia menyalakan kran dan mulai mengeluarkan isi perut sialannya

"Hoekk... uhuk, hoekk cuih" Jongin meludah di akhir kegiatan muntahnya, tubuhnya sangat lemas dan ia tidak ingat banyak hal yang terjadi sebelum pagi ini.
Jongin memegangi kepalanya, pusing itu masih terasa dan ia segera berkumur.

"Rupanya kau belum sadar ya, mengganggu seseorang yang sedang mandi"

BRUSTTT

Jongin refleks menyemburkan air dalam mulutnya pada cermin di depan, ia menatap pantulan wajah memerahnya dengan pandangan shock kemudian meneguk ludah susah payah.

Holly shit! Jadi yang semalam itu sungguhan? Jongin ingat dia ditarik dan di bawa lari seorang lelaki...
Wait, lelaki?!

Dengan gaya patah patah Jongin memutar tubuhnya kebelakang dan melotot horor saat melihat seorang pria dewasa tengah berendam di bathup.

"Kyaaaa!"

"Fuck!" Lelaki itu mengumpat soal teriakan Jongin

"Si-sia-siapa kau?"

Jongin menunjuk horor lelaki itu dari tempatnya berdiri, ia kaget tentu saja.

"Wow, kau berniat menggodaku?"

Jongin membulatkan matanya tak mengerti. Jika, dia bukan seorang lelaki mungkin Jongin sudah melempari pria -sok- swag itu dengan sikat gigi atau... facial foam?

"Ap-apa maksudmu?"

"Lihatlah dirimu, ck menyedihkan!"

Jongin menyirit bingung, namun kemudian dia menghadap kembali pada cermin di dinding washtafel yang memantulkan setengah bayangan tubuhnya, dan saat itulah jiwa kemaluannya menyeruak.

"WHAT THE HELL!"

Jongin berteriak nyaring sebelum kemudian berlari keluar kamar mandi setelah mengacungkan kedua jari tengahnya pada lelaki berkulit pale yang ia temui tadi malam-kalau tidak salah- kemudian membanting pintu kamar mandi.

Bagaimana Jongin tidak kaget man! Jika ia hanya memakai kemeja putih besar yang hanya menutupi sebatas lututnya, sialan. He really like a whore, dan fuck! Dia bukan wanita.

.

.

.

.

"Pelayananmu semalam cukup memuaskan"

"Just shut up!"

Jongin melempar bantal guling pada lelaki -yang harus ia akui tampan- di depannya dengan sekuat tenaga.

"Hey calm down, you're not a girl right?"

Jongin menarik nafas dalam dalam dan menghembuskannya kasar. Bajingan! Siapa yang baru saja melecehkannya?!

"Itu di luar kesadaranku"

Lelaki bermata tajam itu menatap Jongin dengan kesan misterius, membuat Jongin lagi lagi merasa terintimidasi padahal jarak mereka berkisar dua meter. Jongin berdehem

"Apa saja yang aku lakulan semalam?" Fuck it off! Kenapa suaranya terdengar gugup?! Dia bukan wanita, ingat?

"Aku bukan pencerita yang baik"

Jongin menendang nendang selimut yang di pakainya tanda mengamuk, ia menatap lelaki itu sengit. Dia tidak sadar saja jika kelakuannya itu membuat selimutnya jatuh ke lantai dan berhasil mempertontonkan bagian bawah tubuhnya yang fuck! Hanya memakai celana dalam Crocodile yang klasik.

Lelaki tampan di sofa itu kemudian bersiul menatap Jongin, ia mulai beranjak dari duduknya dan menghampiri Jongin. Pemuda tan itu menatap menantang kearahnya

"I'm coming my litle slut"

"What the fuck bastard!? Menjauh dariku!"

Jongin menendang nendangkan kakinya ke udara menghalau si lelaki -fucking hot- yang kini menaiki ranjang yang sama dengannya. Apa yang dia akan lakukan Jongin tidak tau, yang pasti jantungnya berdebar didalam sana dan c'mon, he is not a gay.

Tapi, saat lelaki itu mendekat dan mengelus sensual kedua paha dalamnya entah kenapa Jongin merasa waktunya berhenti.
Lelaki itu seolah menghipnotis Jongin dan ia hanya bisa diam, bahkan saat lelaki dengan bathrobe putih itu mendekatkan kepalanya kearah telinga Jongin.

"Just call me Shixun"

Apa apaan itu? Dia berujar seenaknya seolh ini tidaklah salah, Yang benar saja, dan siapa nama lelaki pendominasi ini tadi? Shi-Shixun?

"Bajingan. Lepaskan aku!"

Jongin meronta seperti cacing yang hendak di aniaya, sedang Shixun hanya diam dengan wajah datar menatap Jongin oleh mata tajamnya.

Glup...

Jongin menelan ludah berat, ia memberanikan diri menatap nyalang pria di atasnya dan menghiraukan betapa sakit kedua pergelangan tangannya yang di genggam si brengsek itu.

"Ap-apa maumu?"

Shixun mendekatkan wajahnya pada wajah Jongin yang memerah, dia marah dan bukan malu tolong catat itu!
Jongin tak berkutik sedikitpun bahkan saat Shixun mulai memejamkan matanya dan sesuatu yang selembut permen kapas menempel pada belah bibirnya.

HE JUST KISS ME?!

Jongin berteriak dalam hati, dan logikanya menyuruh dia untuk segera menendang lelaki itu dari atas tubuhnya pada bagian kejantanan mungkin?. Tapi nyatanya Jongin hanya diam dengan mata melotot dan 'ofcrs, dia sepenuhnya sadar'.

Shixun melumat bibir atas bawah milik mainan barunya itu bergantian dengan tempo yang cukup cepat dan intens. Entah, lelaki yang ia temui tadi malam ini menyita penuh perhatiannya. Actually he never care of another people, ini seperti bukan dirinya sama sekali bahkan saat ia menarik Jongin dari kejaran para seorang polisi tadi malam. Yah, yang menggrebek Club itu sekawanan polosi karena pengincaran tersangka pengedar narkoba.

"Umh..."

Tunggu! Apa itu desahan? Jongin was have moan? Siapa yang berontak tidak ingin di cumbu tadi?

Desahan yang terdengar serak dan pasrah, Shixun semakin dalam mencium Jongin yang kini memejamkan matanya. Lelaki tan itu sekarang sepenuhnya terbaring di ranjang dengan Shixun yang masih mendominasi di atasnya.
Saat lidah hangat itu terjulur, Jongin dengan sukarela membuka mulutnya untuk di nikmati.

Shixun menjilati lidah Jongin dan Jongin membalasnya, Shixun menyeringai

"Eumh akh!" Jongin berteriak saat Shixun menggigit ujung lidahnya namun kemudian lelaki tampan itu menyedot kuat bibirnya sebagai pengalihan.

"Oh eumhh Shi-xun"

Saat, Jongin memanggil namanya Shixun melepas tautan bibir mereka dan mengalihlan ciumannya pada leher Jongin,.
Dia bisex dan well, Jongin merupakan tangkapan yang bagus untuk dijadikan seorang slave or sex doll?

Shixun menghisap kulit leher Jongin yang sensitif, dia tidak berniat meninggalkan jejak.

"Ah..ah eum"

.

.

.

Jongin menatap gelisah kearah kepala Shixun yang berada di dadanya, mulut lelaki itu menyusu di puting kanannya. Fuck, belum pernah ada seorangpun yang menyentuh bagian paling sensitif itu dan sialan si brengsek ini mampu membuat Jongin merasakan euphoria yang beda.

"Ah jangan euh digigit!"

Itu perintah, namun Shixun tetap menyedot niple kemerahan itu dengan antusias. Ia menjilati niple kiri Jongin dengan tempo cepat dan tangan kanannya ia gunakan untuk menggelitik niple kanan Jongin, mencubitnya dan menekannya hingga mengeras.

"Ohhh ahhh gelihh"

Jongin keenakan mendesah, ia lupa segalanya bagai di hantam sebuah benda keras sehingga amnesia. Apa mungkin ini pengaruh Soju? Yah, tiga cawan Soju yang bahkan ia minum tadi malam -_-

"Hey, kau sangat sensitif Apple"

Jongin berhenti mendesah, berhenti mangap mangap, dan berhenti memijat tengkuk Shixun. Seolah tertampar dan kembali pada kenyataan bahwa, dia sedang di lecehkan!

DUAGH

"Arghh shit!" Shixun menyumpah serapahi Jongin yang menendang kejantannya dengan punggung kaki dan sungguh! Itu sakit sekali, fakta bahwa Jongin seorang lelaki harus di ingatkan disini, sial.!

"Talk that to my ass jerk! Stay away from me!"

Jongin segera mengancingkan kancing kemejanya yang terbuka beberapa bagian, bahkan ia lupa kapan Shixun membuka kemejanya.

Jongin seolah kembali ke dunia nya lagi, seharusnya ia ada di rumah atau di Apartement Jaehyun untuk merencanakan pengikutan testing Housekeeping Manager di Hotel yang kemarin mereka bahas, bukan terjebak disini dengan seorang bajingan yang melecehkannya.

"Aku harap, kita tidak akan pernah bertemu lagi. Dan terimakasih sudah menolongku"

Jongin berkata dengan nada datar, ia melangkah ke arah lemari besar dan mengambil celana jeans hitam pekat. Mengabaikan Shixun yang menggeram kesal padanya, ia hanya ingin segera pergi dari tempat ini dan pulang atau mungkin berkeluh kesah pada Jaehyun.

"Bye!" Jongin melewati Shixun begitu saja, lelaki pale itu masih mengaduh kesakitan dan menendang kursi didepan meja rias hingga terjungkal.

Nafasnya terengah dan memandang nyalang kearah pintu yang baru saja Jongin banting setelah keluar. Shit, dia lupa malah menggantungkan kunci di knop pintu.

"Aku tidak berjanji, Kim Jongin."

Shixun menggumam, ia lalu mengambil sebuah telpon genggam yang tak lain milik Jongin setelah ia mengambilnya dari saku celana lelaki sexy itu. Tubuh Jongin yang berlekuk membangkitkan gairahnya yang seorang bisex tadi malam, well dia tidak melakukan apapun pada Jongin sebenarnya. Hanya menggantikan pakaian pada Jongin setelah lelaki itu muntah dan mengotori seluruh pakaiannya, walau Shixun hanya menggantinya dengan kemeja tapi hey, jarang sekali Wu Shixun mau menolong orang.

"Jaejae?" Shixun bergumam saat menemukan banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan masuk yang di dominasi nama ID itu 'Jaejae'.

"Ck, terlalu posesif"
Melihat kata kata yang tertera di pesan yang Jaehyun kirim, Shixun menyimpulkan jika orang ini adalah pacar Jongin. Dengan agak dongkol Shixun membalas pesan terakhir yang Jaehyun kirim...

'Kekasihmu sangat binal tadi malam kau tau? Jadi, berhenti mengkhawatirkannya'

.

.
.

Jongin melangkah pelan di trotoar, hidupnya terasa menyedihkan kini. Sudah jadi pengangguran, di kejar orang asing, dan di lecehkan seorang pria bajingan. Great! Dia merasa jadi manusia malang saat ini, dan rasanya ingin mengasingkan diri.

Jongin bahkan tidak tau ponselnya ada dimana, pakaian nya tadi malam di taruh dimana pun Jongin tidak tau. Dan Jongin tidak mau tau prihal apa yang sudah di lakukan lelaki gay Shixun padanya selama ia tidak sadar.

"Ibu" wanita itu, wanita paling ia hormati dan hargai di dunia ini lah yang sekarang ia butuhkan. Semalam tak sempat bercerita pada Ibunya, ia ingin sekali berkeluh kesah (pengecualian untuk yang tadi) tidak mungkin ia menceritakan soal Shixun.

'TINNNN'

Suara klakson mobil membuat Jongin terlonjak, ia rasa dirinya berjalan di trotoar dan bukan di pinggir jalan apa lagi di tengah jalan. Lalu kenapa mobil itu seolah menyuruhnya minggir? Jongin menatap tidak suka pada mobil Ferarri Enzo merah metalik yang kini berhenti tepat di sampingnya.

Jongin menatap tidak mengerti bahkan saat seorang lelaki berambut merah dengan kacamata hitam kotak bertengger melingkupi kedua matanya, dan pakaian berupa setelan kemeja abu-abu beserta jas senada, pun dengan celananya. Well, dia sangat tampan namun tidak mampu mendebarkan jantung Jongin seperti saat Shixun yang menghampirinya, yup! Orang asing itu menghampiri Jongin sekarang.

"Hey, kau terlihat kurang baik eum maksudku kondisimu"

Jongin mengangkat alis, sok peduli atau memang tulus peduli lelaki tinggi di depannya ini?

"Memang kenapa?"

Lelaki itu tersenyum, ia lalu membuka kacamatanya dan menaruh di saku dalam jas, kembali menatap Jongin.

"Tidak, aku hanya kasian melihat lelaki malang seperti mu. Apalagi kau sendirian, dan tidak memakai alas kaki" lelaki itu mengarahkan pandangannya kebawah, pftttt wajah Jongin merah padam saat itu.

Dia sampai tidak sadar berjalan lumayan jauh tanpa alas kaki. Shixun sialan!

"Ah.. ak-aku hanya-"

"Aku punya cadangan sepatu di mobil. Wait!"

Jongin menggaruk tengkuknya canggung saat lelaki tampan tadi berlari pelan menuju mobil sport nya dan membuka bagasi. Ia hanya diam sambil menatap kedua kakinya dan menggerak gerakan jempol kakinya resah, ternyata telapak kakinya terasa panas.

"Nah, pakailah. Itu untukmu"

Jongin menerima sepasang sepatu vens berwarna biru yang di berikan lelaki itu dengan ikhlas.

"Terimakasih" Jongin menatap lelaki itu dengan senyum dan di balas anggukan darinya.

"Well, kurasa aku harus pergi. Senang bisa menolongmu" si rambut merah menepuk pundak Jongin dan tesenyum lebar, ia pun melangkah lagi menuju mobilnya dan mulai melaju dengan tenang.

Meninggalkan Jongin yang kini menatapi sepatu vens tadi dengan pandangan polos, ia meringis merasakan kulit telapak kakinya seolah terbakar dan mulai memakai sepatu itu. Walau agak kebesaran beberapa centi tapi tidak jadi masalah, sepertinya Jongin harus bertemu lagi dengan orang tadi.

Sepertinya ia sudah memutuskan kemana ia akan pulang...
Apartemen Jaehyun

.

.

.

"Kau tau Jongin, aku semalaman mengubek seluruh tempat yang biasa kau kunjungi. For god shake Jong, aku sangat menghawatirkanmu!"

"Diamlah Jaejae sayang, kau tidak lihat aku sedang makan? Aku lapar sekali bodoh!"

Jaehyun menatap tidak percaya akan tanggapan Jongin yang beberapa menit yang lalu menggedor pintu Apartement nya dan masuk tanpa permisi lalu memakan setengah isi kulkas nya. Mengabaikan rasa kuatir Jaehyun yang tidak main main, bahkan lelaki berkulit putih itu rela tidak masuk kantor hanya untuk mencari Jongin kembali.

Jaehyun mendudukan dirinya di samping Jongin yang duduk di kursi meja makan, that guy! Jaehyun sungguh tidak mengerti dengan apa masalah Jongin, dia sangat penasaran namun lelaki tan itu masih sibuk dengan makanannya.

"Kau berhutang banyak penjelasan padaku Jong!"

Jongin meneguk sari jeruk di kaleng nya sebelum membalas pertanyaan Jaehyun.

"Ahhh, nanti saja. Dan what? Kau memanggilku dengan tidak sopan lagi dan lagi"

Jaehyun menipiskan bibirnya tanda kesal, Jongin malah mengalihkan topik dan Jaehyun tidak suka itu.

"Oke, kemana kau semalam? Dengan siapa, dan kenapa tidak membalas pesan juga telponku?"

Jongin merole matanya jengah, Jaehyun memang terlalu protektif. Bukannya youngbro complex, anak itu malah terlihat seperti brother complex dan really! Disini Jongin lah yang lebih tua.

"Semalam kau yang meninggalkanku, ingat?"

Jaehyun memekik dramatis, well dia baru menyadari yang satu itu. Terlalu mengkuatirkan Jongin hingga berdampak buruk seperti ini, dia jadi pelupa.

"Aku hanya ke kamar mandi dan menyuruhmu menunggu"

"Ya ya ya, menunggu mu dan saat kau kembali aku sudah terkapar tidak bernyawa karena tertembak" Jongin menatap sangsi Jaehyun yang langsung bungkam. Jika di pandang dari sisi dirinya sih itu memang benar, karena ia meninggalkan Jongin sesaat sebelum kericuhan itu terjadi, untung dirinya sedang di toilet saat itu.

"Teganya kau malah bersembunyi disana"

Seolah dapat membaca pikiran Jaehyun, Jongin mengutarakannya.

"E eh, tidak Jong maafkan aku. Aku tidak tau akan jadi seperti semalam, sungguh"

Jongin memainkan bibirnya asal mengikuti Jaehyun yang berbicara padanya, mengejek.

"Ish... aku minta maaf, oke"

Jongin menyuapkan sisa sandwich nya kemudian meneguk sari jeruk sebelum sendawa di depan wajah Jaehyun.

"Jorok"

"Whatever i want, dude!" Dan setelahnya Jongin meninggalkan Jaehyun menuju kamar satu satunya disini.

"Hey!" Jaehyun menyusul, dia sangat kepo saat ini dan Jongin sama sekali tidak menanggapi ke kepoannya.

"Jongin ayolah, ceritakan padaku"

Jaehyun mengguncangkan tubuh Jongin yang sedang tengkurap layaknya ikan paus terdampar di kasurnya. Merasa tidak mendapat respon, Jaehyun nenindih tubuh Jongin dan menepuk nepuk keras punggung Jongin.

"Fuck Jae, kau berat"

Jongin mendudukan tubuhnya membuat Jaehyun juga ikut terduduk, Jaehyun memanyunkan bibirnya dan Jongin mencomot bibir itu kesal.

"First, aku di kejar orang asing dan di bawa lari orang asing juga"

"APA? La.."

"Shut up! Lalu aku di lecehkan lelaki bajingan dan bertemu orang asing lagi di pinggir jalan"

Jongin menerawang dengan tangan terkepal, jika di pikir pikir ia banyak sekali bertemu orang asing.

"Di di lecehkan maksudmu?" Jaehyun menatap Jongin harap harap cemas menunggu orang yang ia anggap kaka itu dengan mata terbelo

"Aku sebenarnya tidak mau membahas ini, but at last kau pasti akan tau juga"

Jaehyun mengalihkan pandangannya menuju tubuh Jongin yang pakaiannya berbeda dari semalam terakhir bersamanya, jadi Jongin sungguhan di lecehkan?

"Hyung, katakan padaku! Siapa dan apa yang telah dia lakukan padamu hyung?!" Jaehyun tiba tiba mencengkram kedua pundak Jongin dan mengguncangnya, membuat Jongin jengah dan menempeleng pelipis Jaehyun

"Sakit bodoh! Huh, dia hanya mengganti bajuku tanpa izin dan-"

"Dan?" Jaehyun menanti penasaran

"-he was kiss me"

"Hngk!" Jaehyun memekik tertahan dengan gaya lebay yang membuat Jongim malas, lelaki berambut hitam kelam itu menutup mulutnya tidak percaya.

"Ja.. jadi, dia laki laki?"

"Like what u say" Jongin mengiyakan dan menunduk lesu, teringat kejadian pelecehan yang menimpanya.

"Sudahlah jangan di pikirkan, aku mau mandi" Jongin menepuk bahu Jaehyun dan beranjak turun dari ranjang, mengabikan Jaehyun yang masih terbengong di tempatnya.

Jaehyun tidak menyangka jika sahabat sehidup sematinya itu akan di lecehkan seorang lelaki. Well, Jongin actually so damn sexy dan Jaehyun mengakui itu.

Jaehyun tersadar setelah mendengar suara notifikasi LINE dari ponselnya, ia belum menyentuh benda itu sejak pagi.
Jaehyun turun dari ranjang dan mengambilnya di nakas.

Membuka aplikasi LINE untuk pertama kali dan membaca pesan dari rekan kerjanya 'Hong Jiso' yang mengabarkan jika atasannya tidak ke kantor untuk hari ini. Baguslah, jadi Jaehyun bisa bebas dari pertanyaan bos nya besok besok.

Jaehyun membalas kata terimakasih pada Jiso kemudian melihat notif pesan masuk, ada balasan dari Jongin di sana dan ia mengernyit bingung.

Jaehyun membuka percakpannya dengan Jongin dan seketika matanya melotot horror

'Kekasihmu sangat binal tadi malam kau tau? Jadi, berhenti mengkhawatirkannya'

Isi pesan itu cukup untuk membuat Jaehyun mengepalkan tangannya.

"Kau harus jelaskan yang satu ini padaku HYUNGGG!"

.

.

.

Jaehyun menyetir Porsche nya dengan tatapan sesekali mengarah pada Jongin. Lelaki itu kini sibuk bertukar pesan dengan nomor telponnya sendiri memakai ponsel Jaehyun, setelah insiden Jaehyun berteriak dan Jongin keluar kamar mandi lelaki tan itu langsung merebut ponsel Jaehyun dan mendumel tidak jelas, tanpa menjelaskan apapun pada Jaehyun.

Sekarang mereka menuju Xo'Me Hotel untuk mengajukan sesi interview Jongin dengan Park Chanyeol setelah Jaehyun menuai janji dengnnya.

"Jae, tolong jangan hapus dulu riwayat percakapan kita-" Jongin menaruh ponsel di dashboard dan menggantung kalimatnya

"-aku bisa jadikan itu bukti untuk melapor polisi sebagai tuduhan pelecehan"

Jaehyun menaikan alis, ia menatap Jongin sekilas

"Jangan bilang isi pesan kalian mengenai dirty talk"

Jongin mendengus geli menanggapi ejekan Jaehyun padanya "Yah, dia yang ber dirty talk padaku, sepertinya tidak pernah ada yang menyentuh penis nya sama sekali"

Jaehyun hampir menginjak rem mobil mendengar balasan Jongin, dia hanya bisa membatin dalam hati 'you should talk that to yourself guy' .
Jaehyun menghela nafas dan kembali fokus menyetir.

"Apa yang interview hari ini hanya aku?"

"Entah, yang pasti boss Chanyeol mengadakan dua kali sesi interview minggu ini. Sekarang dan lusa"

Jongin menghela nafas, ia sudah menghubungi Ibunya yang terdengar sangat kuatir tadi, ia bilang ingin pergi dengan Jaehyun seharian ini.

Mobil yang di kendarai Jaehyun berhenti di depan gedung Hotel bintang 5 yang tinggi menjulang.

Xo'Me Resost and Conference Hotel

"Hurry up!" Jaehyun turun terlebih dahulu dan menunggu Jongin di samping pintu mobil penumpang, namun 10 menit berlangsung Jongin tak kunjung keluar. Jaehyun mengetuk kaca mobilnya dan Jongin juga enggan membukanya, akhirnya Jaehyun membuka paksa pintu mobil itu.

"Hoi, any problem? Kenapa kau diam saja, what's up?"

Jongin menatap Jaehyun dengan pandangan tidak yakin, rupanya dia masih pesimis dan interview ini sangat mendadak, kenapa Jaehyun yang selalu seenaknya itu suka sekali menumbalkannya.

"Eum- aku ragu" He is not like Jongin ofcrs.

"Astaga, ayolahhh Jonginie Gom"

"YAK!"

Jongin menggemplak kepala Jaehyun kesal. Panggilan sialan itu yang sungguh bulshit! Gara gara kaka keduanya yang sangat suka beruang, Jongin kecil yang dulu bertubuh gempal dan kulit tan menjadi sasaran hingga akhirnya di panggil Jonginie Gom, Yuri memang sedikit aneh.

"Stop talk about bulshit!"

Jahyun mencubit pipi kiri Jongin menimbulkan kerutan tak suka dari yang di cubit.

"Ayolahhhh, eum- Miss Gom"

Sialan!

Yah, panggilan yang lebih menjijikan dari Jung Jaehyun untuknya.

.

.

.

.

Chanyeol menatap heran pada seorang lelaki pale yang sedaritadi tersenyum aneh di sofa ruang kerjanya. Dengan langkah pasti Chanyeol mendekat dan duduk di samping lelaki itu, Chanyeol mengaduk Matcha allure nya dengan tenang sambil bertumpang kaki.

"Kau aneh sekali, Hun"

Oh Sehun tertawa semakin keras mendengar sindiran Chanyeol, lelaki berambut merah itu semakin heran dengan tingkah si pemilik hotel ini, ya Oh Sehun.

Chanyeol melongok pada benda yang di pegang Sehun, itu ponsel. Tapi setau dia Sehun tidak pernah memakai merk lain selain i-phone.

"Itu bukan punyamu?"

"Hyung, aku pinjam ini ya" Sehun mengabaikan pertanyaan Chanyeol dan mengambil sebuah earphone milik Chanyeol di meja panjang, ia memasang earphone itu ke ponsel dan memakainya.

Chanyeol menggeleng sambil berjalan menuju singgahsananya, sebagai General Manager Xo'Me Hotel. Ia membiarkan saja tingkah Sehun yang seenaknya, dia yakin earphone nya tidak akan di kembalikan lagi (karena apapun yang Sehun pinjam selalu di klaim sebagai miliknya) kebiasaan buruk Oh Sehun.

"Hari ini ada interview untuk perekrutan Houskeeping Manager, kau mau bergabung?"

"Tidak"

Chanyeol menghela maklum, Sehun bahkan tidak menatapnya saat menjawab.

"Kau selalu keras kepala. Lebih mementingkan bisnis gelapmu daripada meneruskan Hotel peninggalan kakek"

Sehun terdiam, ia mengalihkan pandangannya pada Chanyeol yang santai menanggapinya.

"Bukan urusanmu"

Chanyeol mengangguk main main dan menyiapkan berbagai dokumen di depannya untuk di tanda tangani.

"Oke, Wu Shixun memang selalu benar"

Sehun mengabaikan Chanyeol pada akhirnya. Ia melihat lagi layar ponsel yang di pengangnya, itu milik Jongin.
Benar sekali!

Sehun terus tersenyum sejak tadi karena menonton sebuah video berdurasi 4 menit dengan tayangan seorang bocah usia kisaran 5-6 tahun yang di sinyalir adalah Kim Jongin, dengan kostum beruang yang lucu tengah bernyanyi ria di temani Ibunya menyanyikan lagu Three Bears, Sehun sangat terhibur dengan isi ponsel Jongin. Foto selca Jongin dari berbagai ekspresi tak luput dari penglihatannya, he is so adorable.

"Lusa ada interview kembali, apa kau tetap tidak mau menunjukan batang hidungmu?"

Chanyeol kembali bersuara membuat Sehun geram, lelaki pale itu berdiri dan melotot pada Chanyeol yang masih bersikap santai seolah menghadpi anak kecil yang labil.

"Urus saja semuanya olehmu. I don't care"

Sehun berjalan keluar ruangan Chanyeol dengan usapan terakhir berupa tendangan nyaring pada kaki meja. Chanyeol memijat pelipisnya melihat tingkah Sehun yang sangat tempramental.

.

.
Sehun membuka pintu dan bertepatan dengan itu, Lisa sekertaris Chanyeol berdiri di depannya dengan gugup.

"Eu- Tuan..."

Belum selesai Lisa berucap, Sehun sudah memelototi gadis itu. Tapi pandangannya langsung teralihkan pada dua orang lelaki yang ada di sebelah Lisa. Matanya semakin menyorot tajam tanda kaget.

"You-!" Jongin menganga dan menunjuk ujung hidung Sehun dengn tidak sopan, Jaehyun mencerna keadaan.

"Hey" Sehun menurunkan tangan Jongin, setelah menguasai situasi si brengsek itu menyeringai. Ia menatap Jongin penuh intimidasi dan beralih pada Jaehyun yang masih mencerna keadaan, kemudian berdecak bosan.

"Well-"
Sehun menggantung kalimatnya sengaja, ia menyaku kedua tangan di saku celana dan menatap Jongin penuh kemenangan.

Semuanya terlalu tiba tiba bagi Jongin hingga ia blank bahkan sekedar untuk mengenli situasi.

"-we meet again, Babby Gom"

Jongin melotot sadis dan rasa rasanya ia ingin mencakar wajah orang songong itu saat ini juga.

Sial! Panggilan menjijikan itu bertambah lagi.
Fuck!

"Kita pergi dari sini sekarang. JUNG JAEHYUN!"

To Be Continued

hay, aduh jangan bosen yah hehe modem lg kenceng kuota/plak

ini ff udah aku post di wattpad, maaf kalo penulisannya bda soalnya aku ngetik pake hp tadinya, bukan pc jadi mohon di maklum dan review nya tunggu loh, tembus 25 aku next/digebuk/ oke see u in next chap.