XXX===XXX

US

XXX===XXX

Cast : EXO Oh Sehun, Byun Baekhyun, and other.

Genre : Romance, Slice of Life, Drama

Rated : M

Disclaimer : EXO dan para membernya bukan punya saya. Fic ini punya saya.

Summary : CHAPTER 6 END UPDATE! Ini adalah akhir bahagia untuk mereka. Atau setidaknya jika ini bukan akhir, maka ini adalah awal yang bagus. Mereka bisa membangun semuanya dari awal. Cerita tentang Komikus, Novelis, dan para Editornya. EXO AU FICT. SehunxBaekhyun. SeBaek. HunBaek. Slight SuhoxBaekhyun. SuBaek. SuhoxLay. SuLay. ChanyeolxJongin. ChanKai. Ini BL lho~~

XXX===XXX

HAPPY READING

XXX===XXX

"Sehun" gerakan tangannya meraih gagang pintu tertunda. Suara Baekhyun membuatnya menoleh dengan tatapan penuh tanya. Seingatnya dia sudah menyuruh sosok mungil itu pulang ke rumah tadi.

Benar.

Dari kantor penerbit mereka naik taksi bersama dan Baekhyun bilang mereka akan berhenti untuk mengantar Sehun dulu baru setelahnya dia akan pulang sendiri ke apartemennya dengan taksi yang sama. Baru sekitar dua menit lalu mereka berpisah dan sekarang si novelis itu malah berada di hadapannya dengan nafas terengah.

"Kau kembali? Ada yang tertinggal?".

"Ti-Tidak ada".

"Terus?".

"A-Aku-" Baekhyun mengusap tengkuk, wajahnya bersemu samar. Beruntung Sehun tidak melihatnya atau Baekhyun akan habis dicium lagi olehnya. "-Umm. Aku- OH, kau membayar taksinya terlalu banyak. Aku mau mengembalikannya" oh, great. Alasan macam apa itu Baekhyun. Dia bergerak merogoh sakunya tapi tak menemukan sepeser uangpun disana. Si mungil itu meringis. Sehun menatapnya aneh. Sedetik kemudian mulai tertawa kecil.

"Kau kembali hanya karena itu?".

"U-Um" Baekhyun mengangguk canggung. Sumpah, dia merasa bodoh. Ditertawakan Sehun membuat wajahnya makin merah dan dia kesal karena itu.

"Lalu sekarang?" Sehun bermaksud menggodanya, Baekhyun cuma tidak sadar saja sebab Sehun sangat pintar berekspresi. Dia gelagapan, bingung jawaban apa yang harus dia katakan setelah pertanyaan barusan.

"Pu-Pulang- Tentu saja! Aku akan pulang" Baekhyun berbalik cepat, kakinya melangkah menjauh. Dia merasa tindakannya saat ini adalah hal bodoh. Okay, salahkan sesuatu dalam dirinya yang menyuruhnya menghentikan si supir taksi yang bahkan belum menginjak pedal gas. Salahkan dirinya sendiri yang menurut pada insting dan kakinya yang bergerak cepat mengejar Sehun masuk ke dalam apartemennya.

"Sangat susah mencari taksi didaerah sini sebenarnya" ucapan Sehun membuat langkahnya berhenti. 'Sial. Bagaimana aku pulang?' Baekhyun merutuki kebodohannya. Sementara dibalik punggungnya, Sehun menatap dari depan pintu apartemennya sambil menahan tawa. "Dan juga tidak ada bis yang lewat lagi jam segini" dan opsi kedua yang belum sampai sedetik singgah di kepalanya juga hangus.

"A-Aku bisa jalan kaki" pikiran mustahil macam apa yang kau bicarakan barusan, Baekhyun-ssi?!

"Apartemen mu jauh dari sini" Sehun selalu tepat. Lagipula selain jauh, Baekhyun juga tidak tahu jalan jadi percuma saja.

Sehun terkekeh, kemudian segaris senyum terlukis di bibir tipisnya. Jujur, soal taksi yang jarang lewat didaerah situ memang benar. Tapi tidak soal bis nya. Oh, dia bahkan naik bis pukul 10 malam saat pergi menyelamatkan Baekhyun waktu itu.

"Kau ingin aku menelepon Chanyeol-ssi? Dia bisa mengantarmu pulang" Sehun berdoa semoga Baekhyun tidak mengiyakan penawaran barusan.

"Ti-Tidak. Tidak usah. Aku sudah cukup banyak merepotkan dia hari ini. Aku pulang sendiri saja".

"Bagaimana kalau menginap disini saja?" Sehun belum memikirkan hal ini sampai beberapa detik lalu. Mengerjai Baekhyun ternyata ada keuntungannya juga, dia jadi bisa lebih lama bersama namja kecil itu. Bahkan sempat terpikirkan beberapa hal yang bisa mereka lakukan sepanjang malam.

"E-Eh?!".

"Cuma semalam saja. Aku tak punya kendaraan jadi tidak bisa mengantarmu. Bis dan taksi juga tidak ada. Jadi tidak ada pilihan lain kan?" Sehun benar. Baekhyun menghela nafas, kepalanya tertunduk sebelum mengangguk mengiyakan tawaran itu. Sehun mulai membuka kunci pintunya. Setelahnya mempersilahkan Baekhyun masuk.

"Permisi" Baekhyun masuk perlahan. Setelah melepas sepatu, kakinya mengekor dibelakang tubuh tinggi Sehun. Sehun masuk ke kamar kemudian, membiarkan Baekhyun menunggunya di ruang tamu sambil melihat-lihat sekilas ruangan itu. Tempat itu kurang lebih sama luasnya dengan apartemen Baekhyun. Sedikit berantakan di beberapa sisi, kebanyakan kertas berisi dialog atau gambar-gambar karakter komiknya. Beberapa sketsa selain karakter komik juga sempat dilihat Baekhyun berserakan diatas meja

"Maaf, aku belum sempat membereskannya" Sehun keluar dengan pakaian berbeda. Celana pendek dan kaos hitam polos membuat dia tampak lebih santai. Satu setel piyama biru dan satu handuk disodorkan pada Baekhyun. "Ini punyaku. Belum pernah kupakai. Ibuku membelikannya dulu".

"Te-Terima kasih".

"Kamar mandinya didekat dapur. Kau bisa mandi duluan" Baekhyun menurut dan pergi kesana. Sementara Sehun mulai membereskan ruangan itu dan membuat makan malam selagi menunggu Baekhyun.

"Aku tidak tahu kau bisa masak" Sehun menoleh. Baekhyun dibelakangnya dengan handuknya terpasang asal dikepala. Berniat mengeringkan rambutnya yang basah. Sehun tersenyum sekilas. "Cuma makanan yang menurutku mudah dibuat".

"Lebih baik dari pada ramen instan" Sehun terkekeh. Dia tahu jika pola makan Baekhyun cukup buruk. Makanan instan mungkin jadi makanannya sehari-hari. Sehun tahu saat mengecek lemari dapurnya dulu. "Aku tidak bertanggung jawab soal rasanya" Sehun berucap setengah bercanda. Tangannya kini menganggat teflon berisi nasi goreng dan menuangnya perlahan dalam dua piring yang sama.

"Hei, aku yakin rasanya baik-baik saja".

"Apa maksudnya 'baik-baik saja'? Kau meragukanku kan?" Baekhyun tertawa kecil. Garis matanya melengkung lucu dan Sehun merasakan sekumpulan ngengat sedang berusaha menggelitik perutnya dari dalam.

"Kau tertawa".

"Maaf?".

"Kau tertawa. Itu bagus" Sehun tersenyum, dia memang selalu suka Baekhyun yang begini. Jarang dia lihat memang, tapi Baekhyun yang ceria dan banyak bicara adalah favoritnya. Novelis itu tersenyum juga, dia mendesah pelan. "Terima kasih, Sehun".

"Untuk apa?".

"Semuanya" senyumnya masih bertahan. Tatapannya lurus pada Sehun, membuat sosok itu mau tak mau balas menatapnya dan menahan diri untuk tidak melakukan hal lain padanya. "Terima kasih sudah menolongku. Terima kasih sudah selalu ada untukku. Terima kasih sudah menemukanku" dua sabit itu terbentuk dari matanya. Bibir Sehun bergerak otomatis membentuk cekungan kecil. Astaga, betapa manisnya laki-laki kecintaannya ini.

Sehun maju mendekati Baekhyun. Menyentuh puncak kepalanya lembut dan mengacak surai basah itu pelan. "Sama-sama" jawaban itu mendapat respon tawa kecil dari sosok didepannya. Sehun merasa ini adalah akhir bahagia untuk mereka. Atau setidaknya jika ini bukan akhir, maka ini adalah awal yang bagus. Mereka bisa membangun semuanya dari awal dan berdoa tak akan ada hambatan buruk di kemudian hari.

"Sehun, soal pernyataanmu waktu itu-" Baekhyun jeda sebentar. Baginya bahkan bertanya saja sudah sangat sulit apalagi secara terang-terangan menyatakan. "Soal itu- Bagaimana jika aku juga menyukaimu?".

"Mudah saja. Aku akan lebih sering menyentuhmu".

"E-Eh, sesimple itu?".

"Tentu" Sehun tersenyum, senyum yang beda. Entah kenapa Baekyun sedikit takut dengan itu. Sehun mendekati telinganya, membisikkan sesuatu dengan suara desah aneh yang membuat Baekhyun merona. "Dan bahkan jika kau menangis memintaku berhenti aku tidak akan menurutinya" diakhiri dengan hembusan nafas panas yang membuat Baekhyun menjauh sambil memegangi telinganya. Tatapannya dianggap lucu oleh Sehun hingga namja pucat itu tertawa.

"Aku bercanda. Jadi tolong jangan ketakutan begitu" Sehun masih tertawa bahkan saat membawa dua piring makan malam mereka ke meja makan diruangan itu. "Nah, duduk dan makanlah".

'Menyeramkan!' Baekhyun membatin. Dia tak akan pernah bisa paham soal namja itu.

XXX===XXX

"Kau bisa tidur di kamarku" suara Sehun terdengar dari arah kursinya. Baekhyun menoleh setelah mematikan keran wastafel yang dia gunakan untuk membilas piring penuh busa sabun ditangannya. "Ti-Tidak, aku di sofa saja. Biasanya kau juga begitu dirumahku" Baekhyun menolak tentu saja. Dia merasa tidak enak jika merepotkan begitu.

"Aku saja yang di sofa, okay?".

"T-Tapi-".

"Atau kau mau aku tidur denganmu?" Baekhyun memerah, badannya berbalik lagi ke arah wastafel. Menyalakan keran dengan debit maksimal untuk membasuh piring dan meredakan ronanya sendiri. Dia bisa mendengar samar kekehan Sehun dibelakang sana. "D-Dasar bodoh".

"Aku dengar itu" Baekhyun merengut. Lupa jika si pucat itu entah punya kekuatan aneh atau bagaimana pasti bisa mendengar suara sepelan apapun atau bahkan membaca pikirannya. Keran air masih menyala walau pekerjaannya sudah selesai. Baekhyun membasuh tangannya asal, mengabaikan cipratan air yang membasahi bagian depan piyama yang dia kenakan. Tidak sadar jika Sehun melangkah mendekatinya dan bahkan kini sudah berada tepat dibelakangnya.

"Jadi bagaimana?" bisikan itu tepat ditelinga kanannya. Tangan kanan Sehun bergerak mematikan keran, sementara satunya bersandar di pinggiran wastafel. Gerakan itu memenjarakan Baekhyun, membuat tubuhnya terkurung. Bahkan dada Sehun sudah bersentuhan dengan punggungnya sekarang. Baekhyun menelan liurnya sendiri.

"A-Apanya?!" suara ketus itu juga sebagai protes soal tindakan tiba-tiba ini. Diperlakukan begini oleh orang lain tentu membuatnya sangat tidak nyaman atau bahkan dia akan berteriak keras membentaknya. Tapi Sehun adalah pengecualian. Hatinya memang mengisyaratkan penolakan tapi tidak dengan tubuhnya.

"Entahlah" suara itu lebih rendah dan lembut daripada biasanya. Dagu Sehun bersandar di bahu kanan Baekhyun, membuat gerak kejut sekilas darinya namun tenang kemudian. Baekhyun mulai terbiasa dengan sentuhan tiba-tiba dari Sehun. "Kau tahu? Aku selalu ingin berada sedekat ini denganmu" Baekhyun agak terkejut soal ini. Wajahnya mendadak lirih. Jika dia tak punya phobia aneh ini maka mereka sudah menjadi pasangan sejak dulu.

"Maaf".

"Bukan salahmu" kedua lengan besar itu memeluknya kemudian. "Aku selalu ingin menggenggam tanganmu. Aku selalu ingin memelukmu. Aku selalu ingin melakukan apapun denganmu. Aku selalu ingin menyentuhmu" semuanya benar-benar keinginan Sehun sejak dulu. Terlontar begitu lembut dan jujur hingga Baekhyun merasa jika dirinya sama dengan laki-laki itu. Dia juga ingin mereka begitu, dan mungkin sejak dulu juga.

"Aku tidak akan menyakitimu. Aku akan melindungimu dari apapun termasuk masa lalumu. Aku bahkan tak perduli soal itu. Kau yang sekarang adalah yang selalu aku pikirkan" Sehun mendesah pelan, kepalanya terangkat dari bahu Baekhyun. Tangannya memutar tubuh mungil itu, menghadap padanya. Baekhyun menatapnya, rasanya semua serba salah. Baekhyun bahkan tidak tahu respon apa yang harus dia berikan nantinya.

"Aku mencintai dirimu yang sekarang dan yang akan datang. Jadi biarkan aku membuatmu lupa soal dirimu yang dulu. Okay?" Baekhyun mengangguk. Itu benar, soal phobianya. Dia hanya harus melupakan masa lalunya. Menguburnya rapat. Bertindak seolah itu tak pernah terjadi walau rasa sakitnya akan terus dia rasakan sampai kapanpun.

Sehun mengecupnya lembut tepat di bibir. Membuat Baekhyun memejamkan matanya sebelum terbuka lagi setelah kecupan singkat itu berakhir. Kesalahan Baekhyun adalah menerima kecupan singkat itu. Sehun akan bertindak sesuai persetujuan. Diam menurutnya adalah tanda persetujuan. Sebab Baekhyun diam maka sekali lagi ciuman melayang ke bibir Baekhyun. Lebih dalam dan lama. Bahkan diikuti hisapan dan lumatan kecil pada bibir atas dan bawah secara bergantian. Membuat jemari kurus Baekhyun tanpa sadar menggenggam erat bagian depan kaos yang dikenakan Sehun.

Sehun tidak berhenti sampai disitu. Tangannya menahan pinggang Baekhyun. Ciumannya turun ke leher. Menciumi senti demi senti bagiannya hingga menghasilkan getar halus berkala dari tubuh dalam rengkuhannya. Kegiatannya berhenti sejenak. Ditatapnya wajah merona Baekhyun yang kini menatapnya bingung.

"Kita benar-benar harus ke kamar" Baekhyun menurut. Dia percaya hal ini akan berlanjut jadi menolak juga percuma saja sebab Sehun pasti tetap membawanya kesana. Sehun menggendong tubuh kecilnya, dia tahu kaki Baekhyun sudah sangat gemetar jadi mustahil mereka bisa bergerak cepat walau hanya kekamar.

Kemudian benar-benar berlanjut. Piyama biru sudah terbuka separuh. Sehun mengulum perlahan puting merah muda yang tegang itu. Bergantian. Kanan kiri, dijilati hingga basah dan desahan manis terdengar dari atas sana. Tangan mungil Baekhyun mencengkram erat bahu Sehun saat dirasa sesuatu makin menegang dibawah sana.

"Se- UH!" panggilannya tertahan kala gigi Sehun beradu, membuat gigitan kecil di dada kirinya.

"Hm?" respon singkat, bahkan tanpa tatapan sedikitpun sebab sosok pucat itu masih sibuk bermain dengan dadanya. "Mau berhenti?" kegiatannya berhenti. Matanya sayu dengan tatapan dingin yang entah kenapa membuat Baekhyun merasa dia akan berakhir buruk jika menolak. Pemikiran yang salah, atau mungkin benar setengahnya.

"Aku akan berhenti jika kau minta sekarang. Tapi aku tak akan berhenti jika kita sudah bertindak lebih jauh dari ini" pilihan sulit. Menolak karena masih tersisa sedikit takut adalah yang dipikirkan Baekhyun tadi. Tapi setelah rangsangan-rangsangan hebat barusan, tubuhnya bahkan meminta sentuhan lebih. "Bagaimana?" Baekhyun masih belum menentukan.

"L-Lanjutkan saja" terima kasih, mulut tercinta. Lagi-lagi kau mengkhianati pemilikmu. Sehun tersenyum sekilas. Wajahnya mendekat, menggesek lembut hidungnya pada hidung Baekhyun sambil memberi tatapan lembut. "Aku akan berhati-hati, kay?" Baekhyun mengangguk. Dia percaya Sehun tidak akan menyakitinya.

Sambil menjauh, Sehun melepas kaos hitamnya. Tangannya menyentuh perlahan gundukan diantara selangkangan Baekhyun. Menekannya lembut dan berakhir dengan lenguhan Baekhyun. Sehun menjilati bibir bawahnya. Dia tak akan bisa menahannya lebih lama lagi, jadi dengan gerakan cepat bagian bawah Baekhyun sudah terekspos sempurna. Menyisakan atasan piyamanya hampir terlepas seluruhnya.

Kejantanan tegang itu kini berada dalam genggaman Sehun. Setelah melebarkan dua tungkai kurus Baekhyun, kepalanya bergerak turun. Memasukan perlahan batang mengeras itu kedalam mulutnya sendiri. Mengulumnya lembut disertai gigitan-gigitan kecil yang membuat Baekhyun terhentak merasakan kenikmatan.

Dada Baekhyun terangkat saat sapuan panas dari lidah Sehun pada kemaluannya semakin menjadi. Tangan Sehun bahkan ikut andil menyerang puting kirinya. Mencubitnya gemas pada benda kecil yang menegang itu. Memberi rangsangan lebih yang membuat kejantanan Baekhyun makin keras dan siap meledakkan cairannya kapan saja.

"Se-Sehun-" belum sempat dia bicara, cairannya sudah lebih dulu menyembur memenuhi mulut Sehun. Baekhyun merasa sedikit lega walau tubuhnya masih terasa begitu panas. "MA-MAAF! Aku tidak bermaksud" tubuhnya bertopang pada siku, menatap penuh rasa bersalah ke arah Sehun dibawahnya yang kini mengusap sudut bibirnya setelah gerakan menurun pada jakunnya. Pertanda dia baru saja menelan sesuatu dan Baekhyun yakin jika itu adalah cairan miliknya.

"Tidak apa".

"I-Itu menjijikkan".

"Apanya?".

"Aku membuatmu menelan itu".

"Baekhyun-" tatapan Sehun berubah tajam, membuat Baekhyun agak terkejut. Sehun pasti marah padanya karena hal barusan. "Jangan pernah menyebut kata menjijikkan lagi. Aku tidak suka itu" oh, ternyata karena itu. Baekhyun menunduk, menggigiti bibir bawahnya. "Maaf".

Sehun mendesah. Tubuhnya naik, mengecup puncak kepala Baekhyun sebelum kembali menatapnya lembut. "Aku tidak pernah menganggapmu menjijikkan. Jadi berhenti mengatakan hal semacam itu" Sehun mengusap pipi Baekhyun, membuat sosok mungil itu menatapnya masih dengan wajah bersalah.

"Boleh kulanjutkan?" Baekhyun mengangguk. Sehun sudah memikirkan tindakan selanjutnya. Baekhyun tampak berkeringat dengan atasan piyama berantakan. Menurutnya penampilan Baekhyun sekarang sungguh sangat membangkitkan sesuatu dalam dirinya. Ini hal bagus sebab dia bisa melakukannya dengan cepat.

Gerakannya terhenti sejenak saat Baekhyun meraih tangannya. Menggenggamnya erat sambil menatap lurus pada manik ebony Sehun. "A-Aku tahu kau akan memulainya. Aku cuma mau membantu" Sehun menatapnya bingung tapi sedetik kemudian dia paham maksud namja mungil itu. Baekhyun mengulum dua jari Sehun, memberi jilatan-jilatan lucu dengan bunyi basah terdengar saat jari Sehun dikeluarkannya kembali karena begitu penuh di mulutnya.

Sehun menelan ludah. Sialnya dia makin terangsang melihat Baekhyun bertingkah seperti bayi yang menghisap jemari ibunya. Terlihat menggemaskan dan menggairahkan dalam satu waktu. Sesekali giginya bergesekan dengan kulit jari-jari milik Sehun dan dia merasa sentuhan itu membuatnya hampir lepas kendali.

"A-Apa rasanya aneh?" pertanyaan polos, selaras dengan tindakannya. Sehun tidak bisa menahan senyumnya. Sosok itu berhasil membuat emosi dan nafsunya naik turun. Hebat sekali mempermainkan perasaannya. Sehun menggeleng kemudian.

"Mau melakukannya sekarang?".

"U-Um-" Baekhyun mengangguk kaku. Dia sudah bisa membayangkan rasa sakitnya (dia pernah merasakannya dulu, bahkan mungkin lebih menyakitkan). Dilihatnya tangan Sehun menepuk pahanya, mengisyaratkan agar Baekhyun duduk dipangkuannya. Baekhyun menatapnya ragu, "Aku akan melakukan penetrasi sebentar lalu membiarkanmu melakukannya sendiri jadi ini tidak akan sesakit yang kau bayangkan" Baekhyun merona. Lagi-lagi Sehun berhasil menebak isi kepalanya.

Baekhyun menurut. Dia duduk diatas pangkuan Sehun kemudian. Merasa canggung sejenak, bahkan mengalihkan pandangan untuk meredakan rona wajahnya. Dia agak malu walau rasanya terlambat untuk itu.

"Masukkan milikku perlahan saat aku selesai, kau pasti tahu caranya kan?" Baekhyun menatap kesal dengan wajah memerah ke arah Sehun.

"A-Apa maksudmu? Jangan bicara seolah aku sering melakukannya".

"Hei, kau marah? Maksudku- kau sudah dewasa dan aku yakin kau tahu 'cara'nya. Atau kau butuh aku yang melakukannya?".

"TI-TIDAK! AKU SAJA!" Sehun nyaris tertawa melihat ekspresi Baekhyun. Dia tampak polos di luar tapi Sehun tahu dia cukup mengerti soal ini. Mereka sama-sama lelaki dewasa ingat? Dan Sehun juga tahu jika beberapa novel Baekhyun berisi konten dewasa. Jadi mustahil kan novelis itu tidak paham soal ini?

Baekhyun menahan tubuhnya, membuat tumpuan dengan lututnya diatas ranjang Sehun. Kakinya melebar diantara paha Sehun sementara namja pucat itu mulai memasukkan satu jarinya kedalam lubang milik Baekhyun. Pekikan dan gerak kejut terjadi setelahnya. Baekhyun bergumam sekilas, menyuruh Sehun melanjutkannya. Jarinya bertambah menjadi dua. Sehun menggerakkan dua jari itu zig-zag. Membuat lenguhan kecil dari sosok yang mencengkram bahunya.

"SEHUN!" suara meninggi itu terdengar saat Sehun menambahkan satu lagi jari kedalam sana. Sehun merasa perih dibahunya, dia yakin Baekhyun menancapkan kukunya tanpa sadar. "Maaf" gumaman itu dilanjutkan dengan gerakan melebar pada jarinya. Baekhyun menggigit keras bibir bawahnya, menimbulkan satu aliran merah pekat di sudut bibirnya. Rasanya sakit tapi dia tahun yang selanjutnya akan lebih sakit dari ini.

"Nah, sekarang lakukan" Baekhyun menurut. Kakinya sudah lemas dan Sehun menahannya agar tidak tumbang. Perlahan, diarahkannya penis tegang Sehun yang terekspos entah sejak kapan pada lubangnya. Memasukkan perlahan, menurunkan sedikit demi sedikit bagian tubuhnya. Erangan sudah terdengar walau baru ujung kejantanan Sehun yang berhasil melesak masuk.

"Sa-Sakit" Sehun melihat air mata Baekhyun sudah turun di pipi kanannya. Sebelah tangannya terangkat mengusap cairan itu. "Pelan-pelan saja" dijilatnya sekilas darah yang mengalir dari sudut bibir Baekhyun. Sehun membantu gerakan Baekhyun kemudian. Baekhyun bergerak sedikit lebih cepat, dia pikir semakin cepat maka rasa sakitnya juga semakin cepat pergi.

Setelah bunyi slip samar, maka seluruh bagian milik Sehun dicengkram sepenuhnya oleh lubang Baekhyun. Baekhyun terisak, masih kesakitan. Sementara Sehun meringis, merasakan miliknya seperti digenggam kuat didalam sana.

"Se-Sehun, cepat-".

"Sesakit itu?".

"Kau- ugh, ra-rasakan saja sendiri!" Sehun terkekeh. Bibirnya mencium dada kiri Baekhyun sekilas sambil melempar senyum pada sosok mungil diatas pangkuannya. "Kita mulai" Sehun menggenggam erat pinggul Baekhyun. Membantunya bergerak naik turun perlahan. Desahan keduanya beradu. Entah kenapa mereka suka mendengarnya satu sama lain.

"A-AH!-" Baekhyun memekik saat batang keras Sehun menyentuh titik sensitifnya. Sehun menggerakkan pinggul Baekhyun semakin cepat. Membuat novelis itu mendesah lebih keras saat Sehun dengan begitu pintar terus memukulnya dari dalam sana. Memberinya perasaan aneh antara kenikmatan dan candu yang bercampur menjadi satu. Membuat isi kepala Baekhyun serasa kosong dan dia merasa kehilangan kendali atas dirinya sendiri.

Sehun sudah menyerukan nama Baekhyun berkali-kali. Penisnya terjepit rapat didalam sana dan dia merasa itu sangat menyenangkan. Dia memang sudah melakukan sex beberapa kali dengan wanita tapi entah kenapa ini adalah sex terhebatnya. Baekhyun membuatnya gila karena ini. Dan dia tidak keberatan sama sekali jika dia menjadi benar-benar gila karenanya.

"Se-Sehun- a-aku- uhh-".

"K-Keluarkan saja" Sehun seakan tahu pikiran Baekhyun. Dia sedang sibuk mencari kenikmatannya sendiri jadi tidak asalah jika dia membiarkan Baekhyun keluar lebih dulu. Cairan Baekhyun menyembur lagi setelahnya, lebih banyak dari sebelumnya. Menodai perut Sehun dan miliknya sendiri sebab tubuh keduanya saling menempel. Tapi Sehun masih belum mencapi klimaksnya. Belum. Setidaknya sampai beberapa hentakan lagi dan dia keluar didalam Baekhyun.

Baekhyun lemas. Tubuhnya rubuh jika saja Sehun tidak menahannya. Kedua tangannya masih berada di bahu Sehun. Cengkramannya lepas sejak dia mencapai puncaknya.

"W-Wow! Kau tidak berniat pingsan kan?".

"Akan kulakukan jika diperbolehkan" Baekhyun berucap dengan nafas terengah. Tubuhnya masih dalam pelukan Sehun. Sehun terkekeh, diciuminya leher jenjang dihadapannya. Menghirup aroma khas Baekhyun yang entah sudah berapa lama tidak melewati penciumannya.

"Aku mencintaimu" Baekhyun mendorong pelan dada Sehun. Membuat tatapan mereka bertemu dan Baekhyun tersenyum lemah padanya.

"Aku juga" kemudian satu kecupan manis jatuh dibibir kecilnya. Membuatnya tertawa pelan dan Sehun memberinya beberapa kecupan lagi.

"Yang tadi itu sangat hebat".

"Jangan bicarakan hal dewasa dengan wajah kekanakanmu itu".

"Hei, wajahmu juga seperti bocah smp kalau kau mau tahu".

"Aku lebih tua darimu".

"Oh, ya? Aku sudah 24, Baekhyun-ssi".

"Dan aku 26".

"Wow" jeda cukup lama diantara perdebatan kecil itu. keduanya tertawa kemudian. Merasa jika pembicaraan barusan adalah hal bodoh yang tidak penting untuk menjadi perdebatan.

"Aku tidak perduli soal umur. Selain itu-" Sehun menjilat bibir bawahnya. Kebiasaan yang akhir-akhir ini diperhatikan Baekhyun. "Hm?" nada itu bertanya, alis Baekhyun terangkat sebelah. Menuntut lanjutan kata yang terputus.

"Bisa kita lakukan sekali lagi?".

"TI-TIDAK!" yah, setidaknya penolakan itu masih sedikit menguntungkan sebab Sehun diijinkan tetap pada posisinya saat mereka tidur.

XXX===XXX

Baekhyun bangun saat aroma manis meresap masuk kedalam penciumannya. Sambil meregangkan tubuh, dia mulai bangkit dengan mulut menguap dan usapan kasar pada kedua matanya. Komikus pucat itu sudah tak berada disampingnya. Mungkin dia yang membuat aroma manis ini di dapur.

Baekhyun menyingkap selimutnya. Dia tidak ingat mengancingkan piyama biru itu semalam. Bahkan celananya juga terlipat rapi diatas meja nakas sebelah ranjang itu. setelah mengenakannya, Baekhyun mulai keluar dari kamar milik Sehun. Matanya langsung tertuju ke arah dapur begitupun langkahnya.

Saat masuk, yang pertama dia lihat adalah Oh Sehun dengan apron hitamnya. Diatas meja dapur terlihat satu piring berisi tumpukan panekuk dan sebotol sirup maple di sebelahnya.

"Oh, selamat pagi" sapaan itu membuatnya sadar. Dia mendekat ke meja makan dan duduk disalah satu kursi. "P-Pagi" respon singkat. Baekhyun lanjut memandangi punggung tegap Sehun. Laki-laki itu sibuk dengan sarapan yang dibuatnya sekarang. Kemudian membawa dua piring berisi panekuk dengan siraman sirup maple ke arah Baekhyun. Menyodorkan satu piring padanya, Sehun lalu tersenyum.

"Sarapanmu".

"Te-Terima kasih".

"Tidur nyenyak semalam?".

"Kau harusnya tidak menanyakan hal itu" Sehun tertawa disela kegiatannya menyuap satu potong panekuk masuk kedalam mulutnya. Baekhyun memasukan potongan besar dan mengunyahnya gusar. Tubuhnya terasa sakit, dia paham betul soal rasa sakit setelah sex dan mau tak mau harus menerimanya.

"Masih sakit?".

"Tidak" jawaban ketus. Sehun tertawa lagi. "Aku bisa membantumu melakukan apapun".

"Tidak perlu".

"Kau sangat manis saat marah" Baekhyun memerah, membuat Sehun terkekeh sambil terus memandangi sosok mungil yang sedang mengalihkan pandangan. Merajuk.

"Maaf" Sehun menghela nafas setelahnya. Terkesan dibuat-dibuat tapi Baekhyun adalah tipe yang tak akan sadar jika dikerjai jadi itu tidak masalah. "Aku tidak akan memintamu melakukannya lagi".

"Bu-Bukan itu maksudku" Baekhyun jadi merasa bersalah. Dia memang tidak marah, mungkin hanya kesal soal sakit yang mendera bagian bawahnya tapi sebenarnya dia baik-baik saja. "K-Kau harusnya pelan-pelan".

"Hei, aku sudah melakukannya dengan lembut".

"Tidak dibagian akhirnya, Oh Sehun".

"Kau seperti sedang membahas novel dewasamu" ugh, Baekhyun benar-benar tidak paham soal bagaimana Sehun bisa membelokkan topik pembicaraan. Selalu melenceng dan membuatnya sulit menjawab tapi selalu benar juga.

"M-Maaf kalau begitu".

"Kumaafkan jika kita melakukannya lagi".

"SEHUN-".

"Iya, maaf. Aku bercanda" Sehun mengunyah potongan terakhir panekuknya. Senyumnya terlihat segaris disela kegiatannya. Sementara Baekhyun masih merengut, menatap Sehun yang berekspresi tanpa rasa salah. "Aku tidak sejahat itu" lanjutan itu membuat Baekhyun menghela nafas.

"Lagipula aku sudah cukup bahagia sekarang. Aku yakin kau akan sembuh dari trauma mu setelah ini" astaga, Baekhyun bahkan hampir lupa soal traumanya (dan itu bagus sebenarnya). Irisnya menatap lurus pada Sehun yang tersenyum menatapnya. Tangannya terangkat, menyentuh lembut tangan Sehun diatas meja dan menggenggamnya.

"Mungkin sudah sembuh sekarang. Terima kasih".

"Oh, bagus sekali. Sama-sama".

Biar Sehun katakan sekali lagi, ini adalah akhir bahagia untuk mereka. Atau setidaknya jika ini bukan akhir, maka ini adalah awal yang bagus. Mereka bisa membangun semuanya dari awal dan berdoa tak akan ada hambatan buruk di kemudian hari.

Soal hubungan mereka. Mereka pasangan. Entah kekasih, rekan kerja atau apapun yang jelas mereka akan terus bersama mulai sekarang. Saling menutupi kekurangan masing-masing adalah tujuan mereka mulai sekarang. Saling mendukung juga menjadi tujuan mereka.

Mereka hanya berharap satu hal.

Salah satu dari mereka tidak akan pergi sebelum waktunya tiba. Jadi biarkan keduanya menghabiskan waktu selagi bisa.

XXX===XXX

END

XXX===XXX

US SELESAI ( TT w TT )

-p.s. lewati saja ocehanku jika kalian tidak berniat membacanya. Langsung saja baca OMAKE ( o w o )-

Maaf atas semua keabsurdan, typo dan berbagai macam kesalahan yang saya perbuat dalam fanfic ini /bow/

Aku tidak mengambil keuntungan apapun dari FF ini, ini semua cuma untuk menghibur kalian semua /author berlagak jadi wanita penghibur/slap/LOL

Maki saja aku di review wahaha ( TT w TT )

Tolong review, favorit dan follownya ya yeorobuuuunnn~~~ (/ '0' )/

Soal Chankai dan SuLay dalam proses ya

Aku bingung mau memasukkan cerita mereka sebagai chapter tambahan di FF ini atau post mereka secara terpisah sebagai side story

Saran please /puppy eyes/

Okay, sekali lagi terima kasih sudah membaca FF ini sampai akhir /bow bareng all cast/

Sampai jumpa di FF lainnya /tebar konveti/ \( ^ 0 ^ )/

Balasan review *buat yang namanya berwarna biru kubalas di PM*

XXX===XXX

OMAKE

XXX===XXX

"Baekhyun-hyung" kepala bersurai blonde itu menyembul dari arah pintu. Baekhyun mendongak dari naskahnya, menatap penuh tanya pada sosok yang menatapnya dengan senyum lebar itu.

"Jongin?".

"Ada titipan untukmu. Dari staff percetakan" Jongin menyodorkan sebuah buku bercover gelap padanya. Judul besar memenuhi covernya.

-DARKER THAN WHITE-

"Mereka bilang novelisnya ingin kau punya cetakan pertamanya. Ah, novel ini baru dialihbahasakan dalam bahasa Korea. Sebelumnya hanya bahasa Mandarin, Jepang dan Inggris".

"Wow, pasti novel bagus" Baekhyun tampak membolak balik buku itu. Fokus lagi kemudian pada covernya. Sebuah inisial tertangkap matanya. Terukir dengan tinta timbul di pojok kanan bawah covernya.

-XYZ-

"Ini nama pena-nya?" tanya Baekhyun. Jongin mengangguk asal. "Nama yang aneh kan, hyung?" kepala Baekhyun miring sedikit, rasanya familiar dengan inisial ini tapi dia lupa.

"Hmmm".

"Tampak seperti cerita suram. Katanya memang novelisnya selalu menulis cerita sedih. Berlawanan denganmu, hyung" Baekhyun tertawa pelan. Buku itu dia letakkan diatas tumpukan naskahnya.

"Bukannya bagus? Aku bisa belajar darinya".

"Benar juga. Ah, ngomong-ngomong aku ingin mengatakannya sejak pagi tapi terlalu banyak orang" alis Baekhyun terangkat. "Kenapa?" wajah Jongin terlalu serius. Kemudian sosok tan itu mendekat kearah, bersuara sepelan mungkin.

"Sebenarnya ada bekas kemerahan dileher belakangmu".

"Oh".

Kita bisa menunggu beberapa detik sebelum Baekhyun memekik dan menutupi bagian belakang lehernya.

"E-E-EH! APA KELIHATAN JELAS?!" jelas dia gusar, ini adalah hal memalukan menurutnya.

"Lumayan".

"Oh, tidak" Baekhyun sibuk menaikkan kerah kemejanya. Jongin hanya mengangkat bahu.

"Oh, ayolah hyung. Ini bukan hal serius".

"Tapi-".

"Aku juga punya bekas seperti itu, tepat didada" Jongin berucap polos, membuat wajah heran dari Baekhyun terlihat.

BLETAK!

"AW!" Jongin memegang belakang kepalanya yang menjadi korban pukulan map besar milik Chanyeol.

"Jangan umbar aibmu sendiri, bocah".

"Aku tidak-".

"Baekhyun-ssi, cerpenmu sudah dimuat di majalah bulan ini" Chanyeol mengabaikan Jongin yang uring-uringan karena ulahnya barusan. Baekhyun tersenyum canggung, dia masih belum terbiasa dengan tingkah kedua orang didepannya. "Dan soal cerpen bulananmu sejak satu tahun lalu, seperti permintaanmu. Mereka akan dibukukan. Cetakan pertamanya selesai sekitar dua minggu lagi".

"A-Ah, terima kasih, Chanyeol-ssi. Kau sangat membantu".

"Sama-sama. Kau juga sebenarnya. Aku baru saja naik gaji" Chanyeol berucap bangga. Baekhyun tertawa pelan karenanya.

"KAU HARUS MENTRAKTIRKU" Jongin memekik keras di telinga Chanyeol. Membuat sosok jangkung itu menatapnya kesal. "Tidak mau".

"Kau pelit, sunbae".

"Kau yang terlalu banyak minta, bocah" dan pertengkaran itu berlanjut. Membuat senyum Baekhyun bertahan. Mereka memang begitu tapi justru karena pertengkaran itu mereka jadi terlihat begitu dekat.

"Yah, kalian bisa bertengkar di luar ruanganku" mereka benar-benar keluar kemudian. Baekhyun terkekeh. Saat menunduk, onyx nya jatuh menatap cover buku tadi. Dia merasa benar-benar kenal dengan inisial itu.

"Hmm, XYZ. ZYX. Tunggu, ini- ZHANG YI XING?!" yah, dia butuh waktu beberapa menit untuk sadar soal buku itu. Memang buku Yixing, cerita cinta suram khasnya memang bertentangan dengan karya Baekhyun. Baekhyun tersenyum sekilas. Ah, dia bahkan tahu darimana semua inspirasi yang didapat Yixing untuk novelnya.

"Terima kasih, Yixing-ssi".

"Ah~ aku harus selesaikan dialognya" yah, untuk sekarang fokusnya akan dicurahkan pada dialog untuk komik milik kekasihnya. "Oh Sehun si bodoh yang suka menggambar komik aneh" dia bergumam sendiri, kesal juga sebab sosok pucat itu meninggalkan bekas aneh setelah kegiatan mereka semalam.

"Aku akan menghajarnya karena meninggalkan bekas ini".

"Siapa yang mau kau hajar?".

"Kau, Sehun! Memangnya siapa lagi?" Baekhyun mendongak saat sadar jika suara itu berasal dari namja bersurai gelap itu. Sehun tertawa pelan. "Maaf".

"Bagaimana jika orang-orang melihatnya?".

"Tidak masalah" Sehun maju mendekati meja Baekhyun. Sosok pucat itu menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan Baekhyun sebelum mengecup sekilas bibir mungil itu. "Memang sengaja kubuat supaya orang-orang tahu" Baekhyun merona. Dia benar-benar tidak bisa paham soal namja ini.

"Ugh, Se-Sehun bodoh".

"Aku juga mencintaimu".

XXX===XXX

OWARIMASU

XXX===XXX