Sebelumnya saya meminta maaf karena lupa mencantumkan fic ini saya dedikasikan untuk Fic of Delusion :D
.
.
Sinar mentari pagi itu menembus celah tirai jendela sebuah apartemen minimalis. Pemiliknya, seorang gadis blondie mengerutkan dahinya, merasa terganggu dengan cahaya yang sedikit menimpanya. Perlahan, kelopak matanya mengerjap beberapa kali sebelum terbuka sepenuhnya. Ia terduduk, bola matanya merotasi memeriksa tempatnya sekarang berada. Kamarnya. Entah karena apa tiba-tiba gadis ini mendesah kecewa.
"Bangunlah Lucy," tegurnya pada dirinya sendiri.
Gadis itu, Lucy, tampak memegang kepalanya. Pusing melanda kepalanya akibat kekurangan tidur. Dengan langkah terhuyung, Lucy menuju dapur mengambil segelas air.
ooOoo
Hari ini Lucy memakai pakaian yang tertutup, tidak terbuka seperti biasanya. Ia mengenakan kaos navy ketat dengan kerah tinggi dan rok putih rample 10cm diatas lutut. Yah, meskipun tertutup, tubuh Lucy yang menonjol di beberapa bagian tidak menguangi kesan sexy yang melekat pada gadis itu. Bahkan beberapa pejalan kaki sampai menabrak tembok atau tercebur di sungai karena terus menatapnya.
Gadis itu sempat kerepotan mencari pakaian yang dapat menutupi belasan tanda kemerahan akibat perbuatan— "Aku pasti sudah gila," gumam Lucy sepanjang jalan. Ia menggeleng kuat-kuat untuk menghilangkan memori kegiatannya semalam, namun naasnya, justru kepalanya bertambah pusing.
Entah apa yang di debatkan gadis itu dalam hati. Langkah kakinya tidak begitu semangat saat menuju guild. Ya, Lucy akan menuju Fairy Tail sekarang. Kenapa? Tentu saja untuk bekerja. Uang menarinya tadi malam belum ia minta dari kakek Makarov. Oh benar, persoalan uang inilah yang membuat gadis blondie ini memiliki banyak sekali pengalaman dalam satu malam.
"Hay Lucy," sapa salah seorang anggota guild ramah.
Lucy hanya tersenyum muram menanggapi sapaan teman-teman guildnya. Ia bahkan mengabaikan ocehan Levy tentang menemukan buku yang di incar Lucy sejak minggu kemarin, padahal kemarin Lucy masih antusias. Sepertinya mood si pirang ini sedang berada di ujung keputus asaan.
Lucy duduk di kursi tinggi depan bar, tatapannya lurus menuju rak minuman di hadapannya. Ini masih pagi, kepala pirangnya sangat pusing, tapi Lucy ingin minum alkohol. Tidak. Tidak. Ia bukan Cana yang suka minum di setiap waktu. Ia harus bekerja. Jemari Lucy menggenggam helaian pirangnya dan mencengkramnya erat. Singkirkan pusing ini!
"Ini, minumlah," ucap seseorang.
Lucy melirik Mairajane di hadapannya yang meletakkan gelas mug dengan asap yang mengepul. Minuman hangat yang di bawakan Mirajane tampak menggugah indra penciuman Lucy. Aromanya yang manis dan hangat membuat gadis itu mengulurkan tangan, kemudian tanpa basa-basi mulai meresapnya.
"Ocha hijau baik untuk relaksasi," jelas Mirajane di sertai senyuman manisnya.
Lucy hanya terdiam. Ia berusaha keras untuk tidak mengkonfirmasi apa yang ia lihat semalam. Mirajane adalah teman yang baik, Lucy tidak ingin mencari gara-gara. Ia tidak akan membahas itu selama bukan Mirajane sendiri yang memulai. Lucy terus meresap ocha pemberian Mirajane, dan perlahan nyeri di kepalanya sedikit memudar. Wow. All hail Mira!
"Terima kasih banyak," Lucy menempatkan uang di meja bar.
"Tidak. Tidak. Ambil ini kembali," Mirajane mendorong kembali uang ke hadapan Lucy. Saat dahi Lucy berkerut, Mira menambahkan, "Ini hadiah dariku, karena kau sudah bekerja keras semalam."
Lucy tersenyum. Tidak baik menolak kebaikan teman. "Sekali lagi terima kasih," ucapnya lembut. Mira hanya mengangguk kalem.
"Jadi apa kau mau bekerja lagi nanti malam?" tawar Mirajane.
Lucy sempat terdiam, kesmudian ia berkata akan memikirkannya.
"Datang saja kalau kau memang ingin bekerja. Kau tahu, banyak yang menyukai pertunjukanmu semalam, Luce," Mira berujar ceria.
Lucy hanya tertawa menanggapinya. Tentu saja para hidung belang akan menyukai apapun yang wanita telanjang tampilkan. Tapi Lucy tidak mengutarakan pendapatnya. "Jadi dimana Kakek Makarov? Aku ingin mengambil gaji, hehe."
Mirajane mengatakan bahwa Kakek Makarov berada di ruangannya dan Lucy segera berpamitan.
ooOoo
"Oh Master~ ...Hentikan~ AHHHhh"
Ouch.
Tangan Lucy terhenti ketika akan mengetuk pintu di hadapannya. Suara genit wanita dengan desahan manja mengalun sepanjang koridor yang sepi tersebut. Dapat di dengarnya suara Kakek Makarov yang terkekeh dan menggombali lawannya. Entah siapa wanita itu.
Lucy membuang napas pendek. Wajahnya menampilkan ekspresi datar. Sudah cukup segala penggugah birahi yang terjadi dalam guild ini. Ia tidak akan menjadi orang yang sungkan dengan kelakuan tidak wajar teman-teman guildnya. Ya, bukankah ini sudah hal yang biasa ketika kau beranjak dewasa? Kenapa harus malu melihat secara live kehidupan malam yang liar? Huh.
Memantapkan diri, Lucy mengetuk pintu. Ada sedikit suara ribut di dalam, dan ia segera membuka pintu. Penasaran.
"Waaa! Tung—"
Lucy sejenak terpaku menatap pemandangan di hadapannya, dan—
BLAM
—segera menutup pintu kembali.
.
.
"Maaf tentang tadi, Master.." sesal Lucy. Meskipun wajah gadis itu berkata sebaliknya.
Kakek Makarov tersenyum kikuk, sebelah tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Yah.. tidak apa-apa. Aku hanya sedikit bersenang-senang.. Hahahaha" tawanya menggelegar.
Lucy berdeham. "Jadi, Master, saya ke sini untuk mengambil gaji saya semalam.."
"Oh! Ya! Ya! Tentu saja. Akan aku ambilkan, Lucy." Kakek Makarov segera beranjak menuju meja kerjanya. "Kau bekerja sangat baik semalam," puji Kakek, ia telah membawa amplop bertuliskan gaji untuk Lucy. "Apa kau akan mempertimbangkan tawaran bekerja lagi nanti malam? Bahkan untuk seterusnya? Kau punya bakat alami, Lucy." tawar si Kakek dengan raut wajah meyakinkan.
Lucy hanya tersenyum mendengarnya. Ia menerima gaji yang di sodorkan padanya dan menghitung di depan Kakek Makarov. Sedikit terkejut ketika jumlahnya melebihi yang dijanjikan. "Ini kelebihan, Kek.."
"Tidak apa-apa. Beberapa pelanggan menyukaimu dan.. anggap saja tip. Kau sedang membutuhkan uang kan? Seseorang bilang begitu."
Ucapan Kakek Makarov tampak tulus. Lucy terharu mendengarnya. Gadis itu menundukkan kepala hormat dan mengucapkan banyak terima kasih yang kemudian di balas dengan senyum lembut si kakek.
"Kau bahkan akan mendapatkan lebih banyak kalau kau bekerja lagi nanti malam," bujuk kakek Makarov lagi.
"Hehe.. terima kasih tawarannya kek. Akan aku pertimbangkan.."
Lucy dan Kakek Makarov berdiri. Gadis itu membungkukkan badan hormat dan akan memberikan salam, tetapi tiba-tiba tubuhnya kaku akibat belaian lembut pada pantatnya. Di liriknya si Kakek Makarov yang tadinya tampak bijak—kini berekspresi mesum, sedang membelai pantat Lucy. Tingginya yang tidak mencapai paha Lucy membuat si kakek dapat mengintip celana dalam gadis itu.
Dengan satu gerakan, Lucy mencengkram pergelangan tangan si Kakek dan membuatnya terkilir dan mengaduh ampun. Rasakan! Dasar dirty old man!
"Kakek.. jaga sikapmu karena aku masih menghormatimu," Lucy berujar dingin. Tatapan tajam Lucy membuatnya terlihat lebih menakutkan dari Erza ketika sedang marah.
"Su-sumimasen.." gagap Kakek Makarov meringkuk di pojokan.
"Permisi," Lucy membungkukkan badan dan melesat keluar.
ooOoo
Lucy melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Ia mengacuhkan Mirajane yang menatapnya cemas, mengabaikan Levy ataupun teman-teman lain yang berusaha memanggil dan mendapatkan perhatiannya.
"Ya Ampun.. gadis itu sepertinya sedang dalam mood yang buruk. Apa yang terjadi semalam?" tanya Levy kepada Mira.
Mirajane mengangkat bahu, "Aku tidak bertemu Lucy setelah dia menaiki panggung. Aku sedikit sibuk, hehe." Terang Mira malu-malu.
"Ya.. kau memang sibuk. Sibuk bermain dengan dua Om-Om mesum," sindir Cana.
Perkataan Cana membuat Mirajane pucat seketika.
Poor Mira!Belajarlah untuk berhati-hati saat 'bersenang-senang' di tempat umum~
ooOoo
DEG. Astaga.
"Di-dimana kunci roh bintangku?"
Dunia kepada Lucy.. Baru sadar sekarang?
"Ta-tadi malam Natsu yang mengerjaiku.. berarti kemungkinan besar dia mengetahui dimana kunciku berada." Secepat kilat Lucy menuju kediaman Natsu.
Sebenarnya gadis itu sedikit bimbang. Tadi pagi saat di guild ia tidak menemukan Natsu, Happy, Gray, Wendy maupun Erza. Entah kemana mereka pergi. Ia memang sedang tidak ingin menemui Natsu, tapi pria itu memegang kunci roh bintangnya. Jiwanya yang lain.
"Hay Luce! Mau kemana?!"
"Happy?"
Happy muncul dengan menampilkan senyum jahil khas miliknya. "Lucy~ Apa kau akan menikah dengan Natsu? Pftt.."
"Hm?" Lucy menatap Happy bingung.
"Ahh.. tidak perlu malu-malu! Natsu sudah bekerja sangat keras, kau tahu kan!" Happy tertawa. Tangan kucingnya membentuk tanda love dengan jahil. "Jika sudah menikah nanti, berikan aku ikan setiap hari, Lucy!"
"Oh, em.. Okay." Lucy masih belum paham maksud Happy. Tetapi.. 'Saatnya mengorek informasi,' batinnya licik. "Um, Happy?"
Happy yang masih menggoda Lucy menoleh,"Ya? Apa Lucy? Kau mau bertanya dimana Natsu?" godanya lagi.
"Y-ya.. tapi sebelumnya beritahu aku. Kenapa Natsu harus bekerja keras?"
Happy terdiam. Lucy mengira ia salah berbicara. Ouch. "Kenapa, kau bilang? Kau tidak tahu ya, Lucy? Natsu tidak memberitahumu?" tanya Happy beruntun.
Lucy tampak salah tingkah, "Y-Ya.. kau tahu 'kan, semalam kami sibuk akan sesuatu sampai kami tidak membicarakan dengan detail," Lucy memberi kode dengan tangannya. Wajahnya merona, menambah nilai plus untuk actingnya mengelabui happy.
Happy mengangguk dengan wajah mesum. "Oh tentu saja aku tahu~ kalian adalah pasangan ero(mesum)," tawanya meledak dan Lucy menahan diri untuk menjitak Happy. "Natsu bekerja keras untuk membelikanmu rumah, jadi kau tidak perlu membayar uang sewa setiap bulannya. Dia mencari batu indah untuk di jadikan cincin. Juga merelakan harga dirinya dengan meminta bantuan pada Gray untuk mendesign cincin untukmu," terang Happy. Sedetik kemudian ia menutup mulutnya dan panic karena kelepasan bicara.
Lucy membeku.
Entah kenapa, sepertinya kejutan semalam masih berlangsung..
ooOoo
"Natsu ada di rumah, sepertinya ia sedang tidur. Aku ada janji dengan Carla, jaa Lucy~ . Ngomong-ngomong, aku juga ingin menikah!"
.
Setelah mengorek informasi dari kucing biru itu, Lucy terdiam cukup lama.
Apa yang akan ia lakukan? Menemui Natsu dan bertanya dimana kunci roh bintangnya? Itu saja? Informasi tadi cukup membuat rasa penasaran Lucy berada di level tertinggi. Apa Happy berkata jujur?
Pertanyaan-pertanyaan terus berkecamuk di dalam kepala pirangnya, hingga tanpa sadar Lucy sudah berada di depan pintu rumah Natsu. 'Kyaaa kenapa aku sudah sampai rumahnya?!' batinnya panik.
"Aku harus kembali.. AH! Bagaimana dengan kunci roh bintangku? Ughh," Lucy mengacak rambut pirangnya dengan frustasi. "Ketuk? Tidak. Ketuk? Tidak." Gadis itu terus menarik-ulur tangannya yang hendak mengetuk pintu rumah Natsu.
"Mungkin besok saja.. Aku harus menenagkan pikiranku dulu." Putus Lucy akhirnya.
.
.
Cklek
Gerakan Lucy terhenti ketika mendengar suara pintu di belakangnya terbuka.
ooOoo
Lucy duduk dengan gelisah. Ia menatap segala benda di dalam rumah Natsu. Gadis itu bukannya belum pernah bersinggah disini, hanya saja segala hal ia lakukan―termasuk memandangi benda-benda aneh koleksi Natsu, agar rasa gugupnya hilang.
Rumah Natsu dan Happy yang mungil dan sederhana ini tampak tidak berubah dari saat pertama kali Lucy bersinggah. Dulu Lucy sempat merapikan tempat ini, tetapi sepertinya baik Natsu maupun Happy tidak dapat menjaganya tetap rapi. Rumah ini sangat berantakan. Semua benda berada di lantai, Lucy tidak ingin mengabsennya satu-persatu, tetapi meskipun berantakan, ternyata tidak adanya gunungan sampah. Sehingga tidak ada serangga ataupun bau busuk sampah di rumah ini.
Lucy tersenyum geli menatap ranjang di depannya. Selimut milik Natsu jatuh ke lantai, seprai dan bentalnya tampak acak-acakan. Ia dapat melihat kamar Natsu karena rumah Natsu hanya memiliki satu ruangan besar untuk kamar tidur dan ruang duduk, serta satu ruang kecil untuk kamar mandi. Tempat tidur Happy satu ranjang bersama Natsu. Dan meskipun berantakan, Lucy masih ingat betapa empuk dan nyamannya ranjang tersebut. Natsu pernah bercerita bahwa kasur tersebut terbuat dari domba salju, yaitu domba yang memiliki bulu seputih salju. Dan pikiran Lucy langsung teringat oleh bulu domba milik roh bintang Aries, temannya. Oke, saatnya memikirkan kunci roh bintangnya kembali.
"Natsu?" panggil Lucy.
"Hm?" sahut Natsu dari kamar mandi. Rupanya Lucy sedang menunggui Natsu yang mandi.
"Apa kau mengetahui dimana kunci roh bintang milikku? Aku kehilangan mereka tadi malam." Tiba-tiba wajah Lucy memerah. Mungkin teringat hal semalam.
Terdengar kran air di matikan dan pintu di buka. Natsu menampakkan diri dengan setengah tubuhnya yang telanjang. Bagian terlarangnya hanya tertutup selembar handuk kecil. Netra Lucy melotot sempurna melihat pemandangan eksotis di depannya. Badan atletis, macho, dan seksi milik pria itu membuat wajahnya memerah sempurna.
"Kyaaaa! Ke-kenapa kau telanjang!?"
Pria pinkish itu tampak acuh tak acuh dengan rekasi Lucy yang menurutnya berlebihan. "Aku 'kan habis mandi," ujarnya dengan mengangkat bahu santai. Natsu memilah pakaian dan menemukan celana santai miliknya. Tangannya hendak melepas handuk kecil di pinggangnya―bermaksud memakai celana itu, sebelum sebuah bantal mengenai kepala merah mudanya.
"JANGAN SEENAKNYA BERGANTI PAKAIAN DI DEPANKU, DASAR MESUM!" raung Lucy.
Dengan malas, Natsu membawa celana itu ke kamar kecil dan mamakainya di sana. Meninggalkan gadis penyihir pirang yang tengah menenangkan debaran jantungnya yang menggila. "Natsu bodoh!" umpat sang gadis.
.
.
"Jadi apa kau tahu dimana kunci roh bintangku?" tanya Lucy.
"Ah, ya." sahut Natsu cuek. Pria itu sibuk memakan sarapannya.
"Benarkah? Dimana? Berikan padaku?!" tuntut Lucy.
Natsu masih mengunyah makanannya. Tidak mempedulikan pernyataan Lucy. hal ini membuat gadis pirang tersebut naik pitam.
"Natsu. Kau sangat mengerti bahwa kunci itu sangat berarti untukku, bukan? Jangan main-main denganku! Aku tidak ingin bercanda sekarang!" ungkap Lucy dengan nada meninggi.
Natsu tampaknya tidak terusik dengan kemarahan Lucy. ia tidak menanggapi dan terus memakan sarapannya. Ya Ampun, pria ini kenapa? Ia bersikap sangat menyebalkan.
"Natsu―"
"Aku sedang makan, Luce. Diamlah sebentar," titah Natsu. Dan Lucy terdiam.
Beberapa saat kemudian.
"Aku harus mencuci piring," ujar pria itu. Dan mencuci peralatan makan miliknya. Lucy terdiam dan mengawasi.
Beberapa waktu berlalu.
"Aku harus membersihkan rumah." Dan Natsu melakukan apa yang di ucapkannya.
Setiap pria itu selesai dengan suatu pekerjaan, ia akan melakukan pekerjaan lainnya. Membuat Lucy tidak memunyai kesempatan untuk bertanya. Bahkan saat ini, rumah Natsu menjadi sangat rapi dan lebih nyaman dari sebelumnya. Namun keadaan rumah Natsu sangat kontras dengan wajah Lucy yang tampak luar biasa kesal. Natsu mempermainkannya!
"Hah~ aku lelah sekali.. ada apa denganmu, Luce?"
". . ."
"Oh, iya, kunci! Aku akan memberikannya setelah kau dapat menghiburku." Ujar Natsu seenaknya.
Wajah Lucy sangat merah menahan amarah. Pria di sampingnya benar-benar minta di hajar. "Natsu―" tangan mungilnya bersiap memukul kepala si merah muda.
Dengan mudah Natsu menangkap lengan mungil Lucy. Ia tersenyum kecil dan berbisik, "kali ini aku sungguh akan memberikannya. Kau hanya tinggal menghiburku, Luce. Bukankah itu mudah?"
Lucy memandang natsu sinis. Sedikit waspada apabila ada kemungkinan pria itu akan mengerjainya kembali. "Apa yang kau inginkan?" ujarnya tajam.
"Hm.. hal yang mudah sebenarnya.." Natsu mendekati telinga Lucy dan berbisik sesuatu.
"APAAAA?" teriak Lucy. "KAU GILA? Sebenarnya apa yang tengah merasukimu dari kemarin?!"
"Ayolah, Luce. Aku sedang ingin itu.. Kau kan sudah biasa melakukannya~"
"TIDAK MAU! Apa kau lupa apa yang telah kau lakukan semalam?! Dan itu belum hilang!" tolak Lucy.
"Apa kau tidak ingin teman-teman roh bintangmu kembali?"
Skak mat. Natsu sangat mengetahui kelemahannya. Bukannya Lucy takut dengan ancaman Natsu. Namun kerena Natsu sedang bertingkah tidak seperti biasanya, hal tersebut membuat gadis pirang itu sedikit waspada dengan ancamannya―
"Baiklah,"―dan melakukan permintaannya.
ooOoo
"Lucy keluarlah~" goda Natsu di depan kamar mandi miliknya.
"Tidak mau. Natsu.." rengek Lucy.
"Kau ini kenapa, Luce? Padahal kau sudah sering melakukannya," pancing Natsu.
"Ini semua karena perbuatanmu! Aku tidak menyangka kau semesum ini, Natsu!"
"Sudahlah, keluar saja." Tangan Natsu menyusup kedalam celah pintu dan menarik tangan Lucy agar keluar dari ruang kecil tersebut. Setelah mendengar teriakan dan rengekan, akhirnya Natsu berhasil menarik Lucy keluar menuju ruang dekat ranjang.
"Ja-jangan melihatku!" gadis itu menutupi dadanya dengan kedua tangannya yang menyilang.
Natsu tertawa dan berusaha menarik kedua tangan Lucy. "Kalau kau terus menutupinya, bagaimana caramu akan menghiburku? Nanti tidak cepat selesai lhoo," perkataan Natsu membuat Lucy terdiam. Dengan perlahan Natsu menarik tangan menyilang Lucy dari dadanya dan menampilkan pemandangan manis gadis tersebut.
Natsu di buat takjub. Lucy memang selalu manis dan seksi. Polos dan liar di saat bersamaan.
Di hadapannya, Lucy memakai kostum merah bunny girl. Kostum yang memang seksi tersebut bertambah liar dengan adanya bercak-bercak merah yang menyebar pada dada dan leher Lucy. Stoking hitam pada kaki jenjang Lucy, telinga kelinci yang memberikan kesan polos, dan wajah memerah gadis tersubut.. bahkan memandangnya saja membuat adik Natsu bangkit.
Lucy yang merasa heran karena tidak adanya reaksi Natsu sedikit mengangkat wajahnya. Namun ternyata iris caramel tersebut menatap gundukan pada celana Natsu. Seketika kelopaknya melebar sempurna, dan menatap Natsu panik.
Sebelum Lucy berpaling, mulutnya telah di lumat oleh bibir tegas seseorang. Saat tangan Lucy menuju dada telanjang Natsu, berniat mendorongnya, gerakannya terhenti ketika merasakan debaran menggila dari dada pria itu.
"Luce.."
"Na-Natsu.. Kau.. "
"Aku ingin memilikimu, Luce. Jadilah milikku."
Tanpa mendengar jawaban pernyataannya, pria itu mendominasi bibir Lucy. Indra pengecap tak bertulang miliknya menyusup dalam rongga mulut Lucy dan menjelajah. Ciuman dalam Natsu membuat Lucy mabuk. Tanpa sadar tangan-tangan mungil Lucy merambat dan mengunci helaian merah muda pria itu. Memperdalam ciuman penuh gairah mereka.
Natsu memiringkan kepalanya. ia mulai mengecup sepanjang dagu dan leher Lucy. Sedikit tersenyum ketika menemukan tanda merah perbuatannya kemarin, dan tanpa segan menambahnya. Kedua lengan kekar miliknya yang melingkari tubuh Lucy mulai menyusuri setiap jengkal area tubuh gadis itu. Membelainya dengan sangat lembut dan perhatian. Membuat Lucy, mau tidak mau terengah karenanya.
Natsu masih memanjakan belahan dada Lucy ketika jemarinya meremas gemas dua bongkahan pantat seksi gadis itu. Desahan Lucy lolos dan semakin menjadi-jadi ketika hidung Natsu menyusup dan mendesak belahan dadanya. Bibir Natsu menjilat dan menggoda kulit sensitiv tersebut. Pria itu kemudian menusuk-nusukkan jemarinya pada celah pantat Lucy dan menuju area kewanitaan gadis itu dari belakang.
"Ahh..mmm..Na-Natsu~ah"
Natsu menyibakkan kain kostum di area kewanitaan Lucy dari depan dan menusukkan jemarinya dari belakang pantat Lucy. Stoking hitam tipis yang menjadi penghalang jari Natsu menambah sensasi gesekan halus nan panas yang menggoda. Jemari Natsu yang terus bekerja tersebut mendapatkan sambutan cairan Lucy yang mulai berkumpul dan membasahi permukaan stoking.
"Ahhnnm~ Ahh~" desahan Lucy seirama dengan banyaknya cairan miliknya yang merembes keluar. Napasnya mulai tersenggal-senggal dan merasa sesak. Dengan sebelah tangannya, Lucy menarik ke bawah kain di area dadanya dan membebaskan ke dua payudaranya.
"Se-sesak.." bisik Lucy menjawab malu-malu tatapan heran Natsu.
Dengan seringainya, Natsu menghisap dan menggigit kedua puting merah muda di hadapannya dengan bergantian. Kedua lutut Lucy menjadi lemas akibat mendapat berbagai serangan sekaligus. Hingga―
"HYAAAAAHHH!"―teriak Lucy mendapatkan klimaks pertamanya.
Natsu menangkap Lucy yang lemas dan tidak dapat berdiri tegak. Pria itu mendudukkan Lucy pada ranjang. Namun karena Lucy sangat lemas, setengah badannya terbaring di ranjang dengan kakinya yang terjuntai di bawah. Natsu duduk menghadap diantara kaki Lucy yang ia buka lebar. Dengan gerakan cepat, pria itu merenggut kain di hadapannya dan merobeknya dengan mudah. Lucy terkejut dan akan bangkit, namun ia terbaring kembali ketika ia merasakan benda lunak tak bertulang membelai kewanitaannya.
Lidah Natsu membelai dengan lembut permukaan kewanitaan Lucy. Ia menyapu cairan klimaks Lucy di sekitar area lubang vagina. Lucy mencengkram seprai ranjang dengan kuat, tidak tahan dengan sensasi geli dan nikmat di bagian bawah tubuhnya. Napasnya kembali tersenggal ketika lidah Natsu menyusup dan mengobrak-abrik rongga vaginanya. Gerakan lidah zigzag Natsu serta napas hangat di sekitar kewanitaannya membuat klitorisnya semakin menegang. Dan ketika jemari pria itu memainkan klitoris disertai hisapan bibir pria itu pada kewanitaannya, Lucy mendapatkan badai klimaksnya kembali. Natsu kembali membersihkan cairan Lucy. Kali ini jemari pria itu meremas-remas bongkahan pantat gadis itu. Membuat Lucy semakin tidak berdaya.
"Ahh..Ahh~aaah.."
Jilatan terakhir Natsu menyudahi kegiatan pria itu di area bawahnya. Natsu ngusap sisa cairan di sekitar bibir pria itu dengan ibu jarinya, lalu menjilatnya dengan sensual. Hal ini tidak luput dari iris caramel Lucy, dan entah mengapa gadis itu kembali terbakar dengan gerakan Natsu yang ia anggap sangat seksi.
Lucy kembali menatap gundukan pada selangkangan pria pinkish di hadapannya dan tersenyum. Dengan gerakan pelan, di tuntunnya Natsu agar terlentang di ranjang. Natsu yang awalnya menurut, kini di buat terkejut dengan posisi Lucy yang duduk di atas pahanya. Menghadap ke arah kejantanannya. Gadis itu tanpa keraguan membuka celana santai milik Natsu dan membebaskan kajantanan pria itu.
Natsu hanya terkekeh geli ketika Lucy terkejut dengan miliknya yang berukuran terbilang besar. Pria itu akan bangkit namun di tahan Lucy. Kelopak mata Natsu melebar sempurna ketika Lucy mengapit kejantanannya di antara payudara besarnya. Sensasi kelembutan dan kehangatan pada kejantanannya membuat pria itu menyesakkan kepalanya pada ranjang. Natsu hampir meloloskan desahan memalukan ketika Lucy terus menaik-turunkan dadanya pada sepanjang kejantanan tegak Natsu yang ia apit. Gerakan gadis itu semakin cepat ketika ia tahu Natsu menikmatinya. Lidahnya terjulur pada ujung kejantanan Natsu, dan membelai lubang kecil di tengahnya. Ketika bibir mungil Lucy menghisap cairan precum kejantanan pria itu, kedutan pada kejantanan Natsu semakin terasa. Hampir saja Natsu klimaks apabila ia tidak segera bangkit dan mencium bibir Lucy.
"Hmm..Ahmm~"
Tangan Natsu mencengkram dada besar Lucy dan memijatnya dengan kasar. Gadis itu refleks membusungkan dadanya, meminta lebih. Dengan desakan badan kekarnya, Natsu berhasil membuat Lucy terbaring di atas ranjang.
Natsu bangkit dari atas Lucy dan menatap gadis itu dalam. Kembali meminta restu. Inilah saatnya, batin Lucy. Gadis itu tersenyum dan mengangguk yakin. Dengan bahasa tubuhnya, ia membuka kakinya lebih lebar. Kali ini mengijinkan Natsu melakukannya.
Natsu memeluk Lucy sejenak. Kecupan sayang di berikan pada seluruh wajah Lucy. Dan dengan gerakan lembut, Natsu memposisikan diri.
Lucy merasakan benda keras dan panas di area kewanitaannya. Jantungnya berdebar semakin keras ketika benda itu mulai memasukinya dengan susah payah. Lucy meringis sakit. Rintihannya terdengar ketika milik Natsu bergerak semakin dalam. Dan ketika Natsu merasakan suatu penghalang halus, pria itu berbisik sesuatu lalu mencium bibir Lucy.
Dengan satu hentakan Natsu menerobos penghalang itu dan membuat Lucy seketika menjerit dalam mulutnya. Lucy menangis dan mencengkram seprai di bawahnya. Rasa perih dan menyayat terasa pada bagian bawah tubuhnya. Natsu memindahkan tangan Lucy pada punggungnya, dan jemari gadis itu bekerja melukai punggung pria itu.
Rasa perih di punggungnya tidak membuat pria itu melupakan sensasi nikmat pada kejantanannya. Dinding kewanitaan suci milik Lucy sangat ketat dan memanjakannya. Hanya berdiam diri dalam diri Lucy saja sudah membuat Natsu terpuaskan. Remasan dinding kewanitaan gadisnya membuatnya hampir tidak dapat menahan diri untuk bergerak.
"K-kau boleh menggerakkannya, Natsu.." bisik Lucy.
Natsu bergerak. Awalnya dengan perlahan dan hati-hati. Tetapi Lucy yang telah melupakan rasa sakitnya, dan mulai merasakan sensasi nikmat dari pergerakan kejantanannya, meminta Natsu untuk bergerak lebih.
"Ahh~ Na-Natsuu.. Lebih.. Lakukan lebih~aahh.. seperti yang kau inginkan~"
"Dengan senang hati," seringai Natsu terukir.
Hentakan pinggang Natsu mulai cepat dan kasar. Ia membuat desahan Lucy semakin tidak karuan. Kejantanannya yang besar membuat dinding vagina lucy terasa penuh dan terjangkau seluruhnya. Kenikmatan yang di rasa keduanya terasa luar biasa. Baik Lucy maupun Natsu sudah merasa di ujung badai gairah. Dengan kedua tangannya, Natsu meraih kedua dada besar Lucy yang menggoda di hadapannya dan meremasnya dengan kasar. Tanpa menutunkan kecepatan tusukannya, pria itu menghisap puting merah muda dada kiri Lucy dan menarik-narik puting sebelah kanannya.
"Aahhhh.. Ahh..Na-Natsu a-aku hampi-r.. AAAAAHHHH~" Lucy mendapatkan klimaksnya yang kesekian.
Mengetahui Lucy telah klimaks, gerakan Natsu semakin menggila. Ia menahan dan melebarkan kaki Lucy, kejantanannya keluar-masuk kewanitaan Lucy dengan tusukan yang dalam. Gerakan Natsu semakin terasa berat akibat hisapan pada dinding-dinding kewanitaan Lucy, namun hal itu membuat kejantanannya berkedut-kedut nikmat. Dengan hentakannya yang paling dalam, Natsu menembakkan jutaan benihnya ke dalam Lucy. Natsu menghisap kuat puting milik Lucy selama pelepasannya. Keduanya tampak terengah dengan cairan cinta yang menyusup keluar dari kewanitaan Lucy.
Dengan senyuman tulus, Natsu mengecup bibir Lucy.
.
.
.
.
.
.
"Aku mencintaimu Luce.. Menikahlah denganku.."
.
.
FIN
Terima kasih telah membaca wkwk :D
Maaf atas segala kekurangan dan kenistaan dalam fic ini. RnR, please?
Thank's to:
nataliafenni4 , shiroi tensi , Yukihiro Yumi, Yan Kaze , Aimi Dragneel, dragonfirenatsu90, hydeZoldyck, Guest, mihawk607, Guest , draco , Serly Scarlet, vicky-chan, Naomi Koala, Fic of Delusion , cherry, Lucy, guest, animefans
.
.
OMAKE
Lucy tersenyum bahagia menatap cincin perak unik dengan permata cantik di jari manisnya. Natsu yang melihatnya hanya tersenyum lembut. Ia tidak menyangka ternyata Lucy menyukai cincinnya. Yah, walaupun pembuatan cincin tersebut harus menjatuhkan harga dirinya di depan Gray. Huh, hasilnya sepadan, 'kan?
"Luce?"
"Hm?"
"Darimana kau belajar blowjob?"
"Blowjob? Apa itu?" tanya Lucy heran. Gadis itu ternyata tidak mengetahui apa itu blowjob, padahal telah melakukannya.
"Maksudmu? Kau tidak tahu apa arti itu?" tanua Natsu kembali.
"Kau bicara apa sih Natsu? Jangan menganggapku aneh kalau aku tidak tahu arti suatu kata. Aku 'kan masih harus banyak belajar," elak Lucy.
"Lalu dari mana kau tahu cara.. em, memanjakan itu seorang pria?"
"Apa maksudmu dengan memanjakan itu seorang pria?" Lucy tampak berpikir sejenak, "ASTAGA! Ja-jangan-jangan.. blowjob adalah.." wajah Lucy memerah seketika.
"Ya.. ketika kau melakukan itu dengan―" tangan Lucy seketika membekap mulut Natsu.
"Kyaaa! Hentikan! Aku sangat malu sekali mengingatnya!"
"Lalu darimana kau mempelajarinya?" tanya Natsu kembali setelah lucy melepaskan bekapannya.
Lucy terdiam sejenak. Ia tampak ragu antara menjawab atau tidak pertanyaan dari Natsu. melihatnya, pikiran Natsu melayang ke mana-mana. Rupanya kepala merah mudanya menjadi negative thinking.
"Jujur saja tidak apa, kok." Ucap Natsu santai. Padahal di dalam hati sudah cenat-cenut.
"I-itu.. sebenarnya.." jawab lucy ragu-ragu. Hal ini membuat Natsu geregetan. "A-aku tahu dari Kakek Makarov."
"APAAAA?! Jadi Kakek Mesum itu yang telah menodai gadisku?" raung Natsu. "AKAN AKU HANCURKAN TEMPAT BISNISNYA SEKARANG"
Lucy memerah mendengar pernyataan gadisku dari mulut Natsu. Tapi kepala pirangnya menyadari Natsu tampak salah paham.
Lucy menahan Natsu. "Tu-tunggu! Kau salah paham!"
"Lepaskan, Luce! Tidak usah mengasihani Kakek Mesum itu. Aku akan menghajarnya sekarang, Luce! Biarkan aku!" berontak Natsu.
"Tapi kau salah paham Natsu! DENGARKAN AKU!" teriakan Lucy membuat Natsu terdiam. Tanpa melepaskan pelukannya dari belakang, Lucy menjelaskan kejadian yang sebenarnya.
"Saat itu aku sedang menuju kantornya. Kemudian aku mendengar suara gadis yang melakukan sesuatu di kantor kakek, karena penasaran aku membuka pintu itu. Dan ternyata ada seorang gadis seksi yang sedang menghisap itu kakek yang berada di antara belahan dadanya. Aku langsung menutup pintu karena terkejut," terang Lucy.
Natsu tampak terdiam. Lucy tidak tahu harus bagaimana. Namun tiba-tiba pria itu berdiri, membuat Lucy heran.
"Ternyata aku memang harus menghancurkan tempat bisnis kakek mesum itu," ujarnya dan melesat pergi.
Lucy hanya bisa membeku mendengarnya..
FIN