Karena gx pada suka ending gantung. Nih deh tambaihin satu chapter lagi.

.

I Like It

.

103 Day

x-mas

.

.

.

Lagi-lagi Yoongi sibuk dengan pekerjaannya. Statusnya sebagai intern sebuah studio musik ternama membuatnya sibuk. Karena mau tak mau, Yoongi harus menuruti segala perintah senior dan pulang setelah seniornya pulang. Sedangkan bekerja di sebuah studio musik cenderung memiliki waktu panjang sampai pukul 8 sampai 9 malam atau lebih. Memang gajinya lumayan tetapi itu cukup memakan tenaga dan fikirannya. Belum Yoongi mengecek ulang lagu ia juga harus merapikan studio, belum lagi senior yang meminta makan atau sekedar ingin meminum coffe. Yoongi bahkan tak membuka ponselnya sejak pagi dan tentu saja ia lupa hari apa ini. Membuat kekasihnya kesal sendiri di kamarnya.

"Menyebalkan! Baru 100 hari oppa sudah mulai lagi.,,," Jimin kembali teringat saat gadis-gadis mengerubunginya memberi bunga mawar maupun meminta foto dengan begitu dekat sewaktu mereka baru putus dulu. ",,,Apa disana ada karyawan wanita yang cantik?"

Jimin mulai curiga, dan itu wajar. Wanita manapun akan selalu curiga jika kekasihnya mulai berubah dan mengacuhkannnya. Jimin tau Yoongi sibuk bekerja dan ia ingin sekali percaya bahwa Yoongi fokus dengan pekerjaannya. Tetapi tidak, kecurigaannya lebih besar daripada kepercayaanya.

"Andwe! Kau tak boleh curiga seperti itu."

Yang Jimin butuhkan hanyalah berfikir positif dan percaya pada Yoongi. Jimin tak ingin berprasangka buruk lagi seperti dulu hingga membuat hubungan mereka menjadi buruk. Jimin tak ingin putus dengan Yoongi lagi. Sudah cukup dulu hubungan mereka hancur, dan jika sampai itu terjadi lagi maka Jimin tak tau harus bagaimana lagi.

...

Yoongi melemparkan tubuhnya pada sofa rumahnya dengan penuh lelah. Yoongi yakin ayah ibunya sudah tidur, dan Yoongi mengambil ponselnya di tas. Seperti perjanjian ia harus menghubungi Jimin setidaknya seminggu sekali. Tapi Yoongi melakukannya hampir setiap hari di sela-sela kesibukannya.

"Aku merindukanmu!"

"Oppa apa kau tau hari apa ini?"

'Hari apa ini? Bukankah kamis?' "Tiga hari sebelum natal. weo?"

"Baguslah jika oppa tak ingat. Maka aku akan tidur sekarang."

Yoongi juga ingin tidur sekarang, tetapi ucapan kekasihnya membuatnya terpaksa harus terjaga. Terdengar ada nada marah disana dan Yoongi tak tau apa masalahnya.

"Apa aku melakukan kesalahan lagi?"

"Ini hari ke seratus kita!"

'oh Sh*t!' Yoongi langsung bangun dari tidurnya dan duduk tegang di sofa. ",,,Jimin-ah! A-"

"Lupakan saja! Lagipula ini hanya hari ke seratus belum ke seribu. Itupun kalau oppa mau bersamaku sampai hari ke seribu ataupun selamanya." Jimin memotong perkataan Yoongi dengan nada yang terdengar marah.

"Jimin aku minta maaf. Aku benar-benar lupa."

Bip bip bip

"Dia memutus sambungan. Sh*t. Apa yang harus aku lakukan? Aku baru saja melewatkan kiloan emas yang datang padaku." 'Firts Jimin' "Itu sangat penting dan aku,,, Oh tuhan apa yang harus aku lakukan."

Seminggu setelah jadian Yoongi melewatkan first Jimin karena ia ada panggilan wawancara di seoul dan sekarang kesempatan kedua ia melupakannya karena kesibukannya. Yoongi merasa bodoh dan berdosa sekarang. Yoongi mengingat tanggal dan tiga hari lagi adalah natal yang jatuh pada hari minggu. Dia libur dan dia bisa menebus kesalahannya pada hari itu. Yoongi mencoba menghubungi Jimin lagi tetapi di reject. Yoongi panik sekarang.

...

"MIN YOONGI PABOOOOO!"

Jimin teriak membuat Taehyung yang sedang makan memuntahkan makanan yang ada dalam mulutnya. Jimin menendang kursi di kamarnya. Sungguh ia kesal. Dua kali Jimin bersiap merelakan keperawanannya dan itu bukanlah hal mudah, tapi Yoongi menyia-nyiakannya, membuat semua pengorbanannya sia-sia. Jimin kini menutupi wajahnya dengan bantal untuk menangis. Yoongi tak tau betapa sulitnya menyiapkan mental untuk melakukannya, untuk menyerahkan keperawanannya dan ketika ia siap Yoongi melupakannya. Tak ada yang lebih menyebalkan dari itu. Jimin merasa di sia-siakan, Jimin meresa hal penting dalam hidupnya tak berharga bagi Yoongi.

"Aku tak pernah mengerti kenapa aku mencintai pria menyebalkan macam dia."

Layar ponselnya menyala bersama suara musik dan Jimin melihatnya, ketika nama Yoongi yang tertera, Jimin langsung mematikan ponselnya. Sungguh Jimin benci rasanya di abaikan.

...

Keesokan harinya Jimin sampai siang terus memandangi ponselnya, ia bahkan tak konsentrasi dengan apa yang dosen katakan. Berulang kali Jimin menyalakan ponsel lalu menguncinya kembali hanya untuk mengecek apakah Yoongi menghubunginya atau sekedar mengirimi pesan tapi nyatanya tidak.

"Lihat! Dia bahkan tak pedulu aku marah padanya. Apa dia benar-benar mencintaiku?"

"Masalah apa lagi kalian? Ck! Kenapa kalian senang sekali ribut?"

"Salahkan dia yang menyebalkan. Dia tak ingat seratus hari kita dan dia tak menghubungiku lagi, atau setidaknya terus berusaha untuk meminta maaf padaku. Ish."

Ketika Jimin sedang dirundung amarah, hal buruk kembali muncul menghancurkan moodnya. Jeon Jungkook masuk ke dalam caffe dan duduk mesra dengan Lisa bersandar di pundak Jungkook.

"Menjijikan sekali! Dari sekian banyak caffe di jalan ini kenapa mereka harus makan disini?! Apa dia sedang memamerkan wanitanya itu?"

Taehyung menahan senyum melihat kecemburuan di mata Jimin. Bukan cemburu cinta, Taehyung yakin Jimin cemburu karena Jungkook sekarang memiliki hubungan yang lebih baik dengan pacaranya daripada hubungannya dengan Yoongi.

"Jika Jungkook tau hubunganmu dan sunbae seperti ini, dia pasti akan puas menertawakanmu karena telah mencampakannya."

Jimin membuang mukanya kesal "Tidak adakah hari yang lebih buruk dari ini?"

Diabaikan sang kekasih dan melihat mantan move-on adalah kombinasi yang sangat buruk. Jimin bahkan tak sadar bahwa ia sudah mencabik-cabik kuenya sampai tak berbentuk.

"Fine! Aku tak akan pernah membalas ataupun mengangkat telfon dari oppa lagi."

"Andwe! Hubunganmu dan dia sedang buruk. Jika kau malah membalas perbuatannya dengan hal yang membuatnya jengkel itu tak akan memperbaiki keadaan."

"Lalu aku harus bagaimana? Ini baru seratus hari tapi dia sudah mulai menyebalkan."

"Gunakan sihir rubahmu."

"Sihir rubah? Apa maksudmu aku siluman rubah?"

"Hey bukan itu maksudku. Aku hanya mengatakan perumpamaan.,,, Maksudku, lelaki mana yang tak akan tunduk dibawah wanita yang cantik dan mempesona. Karena terlalu banyak berfikir kau jadi stress dan kulitmu jadi sedikit kusam."

"Aku?"

"Memang kau masih terlihat cantik tapi, aku yakin kau bisa lebih cantik lagi dari wanita manapun termasuk kekasih Jungkook. Dengan kecantikan luar biasa, kau bisa membuat Yoongi sunbae memikirkanmu terus di tempat kerja. Buat dia tak konsen dan akhirnya dia hanya akan memperhatikanmu lagi."

"Sunbae bukan tipe yang akan peduli dengan kecantikan dewi sekalipun ketika ia sedang kerja."

"Tidak ada salahnya di coba. Hilangkan Jimin cute dan bangkitkan Jimin sexy."

"Sexy?"

"Tak perlu berpakaian minim. Seksi bisa berarti pembawaan diri, make-up dan warna pakaianmu. Aku juga ingin melihat reaksi Hoseok oppa jika melihat penampilan baruku."

Jimin fikir Taehyung ada benarnya. Akan lebih bagus Jika Jimin berubah image menjadi wanita dewasa yang terlihat matang, itu lebih bisa mengalahkan saingan wanita yang bekerja di kantor Yoongi. Mendekati pria dewasa dengan gaya yang dewasa. Jimin tersenyum memikirkan pakaian barunya.

"Ayo kita belanja."

"Dan sedikit perawatan tubuh." Taehyung mendekat dan berbisik. "Waxing!"

Jimin tersenyum penuh maksud. "Akan aku buat Min Yoongi di bawah kakiku."

...

Dari draped skirt sampai pencil skirt, blouse lace sampai kemeja, semua pakaian serba hitam dan elegant. Jimin memang harus terlihat dewasa untuk Yoongi, untuk membangkitkan gairah Yoongi padanya. Jimin sangat ingin Yoongi memilihnya sesekali dari pada musik. Meskipun merasa konyol karena cemburu dengan pekerjaan Yoongi, tetapi itulah kenyataanya.

Puas dengan belanja, Jimin dan Taehyung masuk ke dalam salon dan spa untuk melakukan perawatan tubuh. Jika Jimin ingin kulitnya cerah bersinar, Taehyung justru ingin membuat kulitnya lebih eksotis dengan perawatan asia tenggara. Hasilnya, siapapun akan melihat mereka dengan terkagum-kagum. Tak ada yang lebih seksi lagi daripada kain berbahan sutera atau lace dengan warna gelap. Itu sangat matang, seksi dan anggun. Siapapun tak akan bisa menolak pesona mereka.

Jimin dan Taehyung tertawa membicarakan bagaimana mereka akan membuat kekasih mereka bertekuk lutut lalu saat mereka turun dari taxi Jimin terkejut melihat Yoongi duduk di tangga depan gedung flat Jimin. Yoongi berdiri saat melihat Jimin. Sedangkan Taehyung langsung mengambil belanjaan Jimin dan masuk lebih dulu ke dalam.

"Jimin-ah! Maafkan aku!"

Bukan sapaan atau basa-basi. Yoongi langsung mengatakan maksud dan tujuannya datang ke tempat Jimin. Yoongi meminta maaf, dengan buket bunga di tangannya. Jimin melipat tangannya di bawah dada karena kesal. Jimin bahkan tak melihat wajah Yoongi yang menatapnya dengan penuh sesal. Bunga yang kini Yoongi berikan, Jimin berfikir entah dari mana Yoongi mendapatkan ide tersebut karena Jimin tau Yoongi bukan tipe pria romantis.

"Jimin aku mohon!"

"Oppa fikir mudah bagiku mempersiapkan diri untuk itu? Aku ingin menyerahkannya pada cinta pertamaku tapi oppa sepertinya tak menganggapnya penting."

"Aku tau ini penting bagimu tetapi sungguh. Aku tau aku bersalah itulah kenapa aku kemari. Kau tak menganggkat telfonku kemarin."

"Oppa hanya menelfonku kemarin dan hari ini kau tak mencoba menelfon atau mengirimiku pesan untuk meminta maaf."

"Aku fikir kau butuh waktu kemarin."

"Bukan karena oppa tak peduli aku marah atau tidak?"

"Bagaimana aku tak peduli padamu?"

"Oppa hanya memikirkan pekerjaanmu! Kau sudah dua kali mengabaikannku? Apa oppa tau rasanya di abaikan seperti itu? Aku merasa oppa tak membutuhkanku."

Yoongi tak bisa berkata-kata lagi. Yang ia tau hanyalah, ia telah melakukan banyak kesalahan pada gadis imut di depannya. Sampai Yoongi menyadari apa yang Jimin kenakan, kata imut tiba-tiba hilang dari fikirannya. Jimin mengenakan draped skirt dengan heels kulit dan kemeja panjang berbahan sutera yang terlihat lembut seperti kulit Jimin yang halus. Yoongi tersadar perubahan itu, Jimin seksi, dan itu memancing gairah dalam hidup Yoongi bangkit. Jimin melihat kemana mata Yoongi terpaku. Bibirnya, Jimin membuka bibirnya sedikit agar itu tampak lebih menggoda dan berhasil. Yoongi membuang muka sambil menelan salvianya. Bendera kemenangan Jimin berkibar lalu satu langkah lagi.

"Apa oppa benar-benar mencintaiku?"

Yoongi kini memandan Jimin yang menatap mata Yoongi begitu dalam. ia mencari kesungguhan di mata pria itu.

"Aku selalu mencintaimu! Kau tau itu bukan?"

"Kalau begitu berhentilah membuatku ragu! Aku terus berfikir kalau hanya aku yang mencintai oppa."

"Jimin-ah!" Yoongi menggenggam tangan lembut Jimin.

'Sekarang waktunya Jimin! Keluarkan ekormu!' Jimin yang menunduk kemudian mengangkat wajahnya dan menatap Yoongi dengan wajah hampir menangis.

"Oppa Aku mencintaimu! Tolong jangan pernah mengabaikanku."

Seperti ribuan panah menusuk jantung Yoongi. Yoongi tak bisa berfikir apapun lagi selain segera mencium gadis itu, dan tanpa ragu lagi Yoongi menciumnya. Mengecupnya lembut merasakan kelembaban bibir Jimin yang beraroma berat, seperti coffe yang membuat candu. Merasa ingin lebih, Yoongi menggerakan bibirnya untuk menyesap bibir Jimin. Ketika jimin membalasnya Yoongi merasakan tegang. Aroma parfum Park Jimin sunggung menggoda. Ia tak tau itu apa tapi, Yoongi yakin itu parfum baru karena ia tau Jimin biasanya memakai parfum yang beraroma buah yang segar. Enatah sejak kapan Yoongi melewatkan segala hal yang baru dari Park Jimin, Yoongi fikir ia baru saja menyia-nyiakan aroma bunga yang sepenuhnya mekar dengan indah. Ini adalah waktu yang tepat bagi kumbang mengambil sari madu di dalamnya. Tanggan Yoongi berpindah menuju pinggang dan tengkuk Jimin untuk menariknya lebih intens bersentuhan.

'Oppa sangat pintar mencium wanita!' Jimin ingin menikmatinya lebih lama tetapi, ia harus melanjutkan rencana untuk membuat Yoongi memikirkannya. Jimin membawa tangannya dari punggung Yoongi menuju dada pria itu, tepat di dadanya lalu mendorongnya menjauh secara perlahan.

"Natal nanti oppa harus menebus segalanya. Jika oppa tak memberiku kejutan yang baik oppa akan rasakan akibatnya."

"Aku mengerti."

Jimin mengambil bunga dari tangan Yoongi. "Sampai bertemu malam natal nanti."

Jimin masuk ke dalam meninggalkan Yoongi seteleh pria itu melambaikan tangan. Yoongi menghela nafas panjang mengingat sensasi saat menyentuh Jimin tadi. Bibirnya yang lembab, kulitnya yang halus, pakaiannya dan wangi tubuhnya benar-benar membuatnya mabuk. Yoongi menatap ke dalam dimana Jimin masuk tadi sambil berusaha bangkit menuju kesadaran. Sekali lagi ia menghela nafas untuk mengontrol dirinya kemudian ia pergi.

...

"Bagaimana? Berhasil?"

"m!" Jimin mengangguk. "Oppa belum pernah menciumku sepanas tadi. Oh Taehyung-ah~! Oppa sangat pintar berciuman. Aku hampir melayang tadi."

"Yack! Kaulah yang harusnya membuat dia melayang. Bukan sebaliknya."

"Aku yakin Oppa juga melayang tadi. Aku melihat dia menelan ludah saat melihat bibirku. Kau tau?! Saat aku memintanya untuk memberiku surprise di hari natal nanti, dia hanya bilang. 'Aku mengerti' sambil menundukan kepala. Dia sangat menggemaskan saat merasa bersalah."

"Bagus! Aku Yakin dia sedang kebingungan sekarang."


Natal

Sabtu, 25 Desember 2016.

"Eoma apa boleh aku meminjam mobilmu malam ini?"

"Kau akan kencan dengan Jimin?!"

Yoongi tersentak. "Darimana ibu tau?"

"Felling!" Mrs. Min membawa kuncinya lalu ia pamerkan pada Yoongi. "Dengan satu syarat."

"Apa?"

"Bawa Jimin kerumah minggu ini."

"Ok!"

Mrs. Min langsung memberikan kunci itu lalu ia pergi segera. Tetapi sebelum melaju Yoongi menelfon seseorang.

"Apa semuanya sudah siap?!"

"Ya Tuan! Semuanya sudah siap."

...

"Apa yang kau lakukan Tae! Aku tak mau!"

"Jika kau tak mau memakainya sendiri maka, aku yang akan memakaikannya padamu."

Taehyung menarik blazer Jimin dan membuka paksa pakaian Jimin.

"Taehyung hentikan!"

"Kau harus memakainya."

"Tidak mau!"

Taehyung berhasil melepas balzer Jimin lalu ia menarik blouse Jimin.

"Taehyung! Bajuku bisa robek. Hentikan!" Jimin terus berusaha berontak sampai ia menyerah. "Baiklah aku akan memakainya.,,, Argh ini memalukan sekali."

"Tidak ada yang memalukan ketika wanita memakai corset lingerie Park Jimin. Itu normal."

Sebuah corset lace berwarna hitam dengan stocking sepaha dengan hiasan lace yang semotif dengan corsetnya.

"Tidakkah ini terlalu berani untuk firstku? Tae bikini saja ya! Ini terlalu berlebihan."

"Tidak Park Jimin."

"Tapi ini bukan malam pengantin atau semacamnya."

"Memakai lingerie itu biasa Jimin. kau saja yang ketinggalan zaman!"

Jimin mendorong Taehyung keluar kamarnya lalu memakainya. Ia bercermin di kaca dan memejamkan mata karena malu. "Oh Tuhan. Ini memalukan sekali. Aku tak bisa memakai ini di depan oppa."

Taehyung langsung membuka pintu hingga Jimin reflek mundur dan terjatuh ke kasur sambil menutup dadanya.

"Oh My God! Jimin Kau,,, Waw. Jika aku pria aku akan memakanmu saat ini juga."

"Taehyung aku malu memakai ini di depan Yoongi oppa!"

Blitz

Taehyung mengarahkan ponselnya pada Jimin untuk memfoto gadis itu. Sangat sexy, tangan menyilang di dada dengan corcet. Jimin terlihat inocent dan menggoda bersamaan.

"Apa yang kau lakukan?"

"Kau memakainya malam ini atau aku akan mengirimkan ini pada Yoongi Sunbae?!"

"Kau gila Kim Taehyung! Hapus itu!"

"Sekarang pakai chic dressmu lalu pakai make-up gaya retro! Pakai riasan mata cokelat dan lipstik warna merah."

"Aku tau! Tapi hapus gambarku!"

"Aku akan menghapusnya setelah kau memberi tahuku malam pelepasan kevirginanmu."

Taehyung terus memperhatikan Jimin memakai make-up. Ia terus mengawasi untuk memastikan Jimin melakukan apa yang sudah ia sarankan. Ponsel Jimin menyala dan itu dari Yoongi. Jimin terdiam memandang takut. Taehyung mengangkatnya dan menyalakan Loadspeaker.

"Chim!"

"Ya oppa!"

"Apa kau sudah siap? Aku sudah ada di depan gedung."

Jimin melotot terkejut. "Iya oppa tunggu sebentar! Aku masih bersiap-siap. Beri aku 5 menit lagi."

Jimin segeram memakai lipstick lalu memasukan segala hal yang ia butuhkan ke dalam tasnya. Jimin memeriksanya lagi. Make-up, Ponsel, Carger, dompet, dan tissue. Jimin merasa ada yang kurang dan saat ia ingin menanyakannya pada Taehyung, gadis itu sudah pergi entah kemana.

...

Yoongi melihat jam tangannya, sudah hampir lima menit dan Yoongi masih menunggu. Sampai pintu kaca mobilnya diketuk, Yoongi menoleh dan ternyata dia Taehyung. Yoongi membuka kaca mobilnya.

"Apa sunbae sudah mempersiapkan semuanya?"

"Tentu saja!" 'Kenapa dia menanyakan itu?'

Taehyung memberikan Yoongi sebuah kotak kertas berwarna orange. "Di dalam sana ada berbagai rasa dan ukuran. Jimin suka buah strawberry jadi aku sarankan kau memakai rasa strawberry."

Benar! Yoongi hampir melupakan hal yang paling penting di malam natalnya. Ia terlalu fokus memberi kejutan hingga lupa membeli pengaman.

"Sunbae ini adalah hal penting bagi Jimin maka, be gentle ok!?"

Yoongi mengangguk. Ia tak sangka Jimin memiliki teman yang sangat peduli pada kekasihnya itu. "Terimakasih! Aku akan memberikan yang terbaik untuknya."

"Baiklah kalau begitu! Masukan itu kedalam dompetmu. Semoga kencan kalian berhasil."

"Terimakasih!"

Taehyung pergi masuk ke dalam dan terkejut melihat Jimin yang muncul dari gerbang. Jimin mengerutkan kening bingung dengan senyuman Taehyung yang jelas terlihat seperti habis memakan darah. Jimin memandang mobil hitam di depan gedung. Ia yakin itu Yoongi.

"Kau sempurna! Kau akan membunuh Yoongi dengan penampilanmu ini. Cepat kesana!"

Taehyung mendorong Jimin benar-benar keluar gerbang. Taehyung segera masuk dan Jimin hanya berjalan menuju mobil Yoongi dengan perasaan bingung. Jimin masuk ke dalam mobil dan heran melihat Yoongi yang terlihat terkejut.

"Apa Taehyung mengatakan sesuatu?!" memori Jimin teringat fotonya di ponsel Taehyung tadi. 'Apa Taehyung memperlihatkannya pada Yoongi oppa?'

"Tidak!"

"Jelas sekali itu bohong!"

"Itu rahasia Jimin."

"Apa dia memperlihatkanmu sesuatu?"

"Tepatnya dia memberiku sesuatu!"

Jimin bersandar pasrah pada sandaran mobil. Jimin fikir Yoongi sudah memiliki foto telanjangnya sekarang. Ia memandang Yoongi dengan puppy eyes.

"Oppa! Aku mohon hapus."

"Apa yang di hapus?"

"Yang Taehyung berikan!"

Yoongi terlihat berfikir dan disanalah Jimin ingin sekali percaya bahwa dugaannya salah tentang fotonya.

"Apa dia memberikan fotoku padamu?"

"Foto? Foto apa?"

Jimin tersenyum. Jelas sudah Yoongi tak tau tentang pakaian dalamnya. "Anio! Ayo kita jalan. Apa yang sudah oppa siapkan untukku?"

"Itu kejutan."

...

Taehyung menelfon kekasihnya sambil tiduran di kasur.

"Apa oppa jadi datang kesini? Aku sudah mempersiapkan kado natal untukmu!"

Jangan tanya itu kado apa. Kamar Taehyung sudah penuh dengan hiasan natal tetapi, bukan itu hadianya. Taehyung dengan pakaian santa yang super minim itulah hadiahnya. Rambut piarang lurus dengan corcet merah dihiasi bulu-bulu putih, dan lebih menantang lagi adalah stocking merah dengan stiletto merah. Kombinasi pakaian yang sangat memprovokasi nafsu liar seorang lelaki.

"Aku berangkat sayang!"

"Jangan lupa kado untukku dan aku ingin whipped cream."

"Whipped cream? Kau sedang membuat kue?"

"Ya! Aku mempersiapkan sesuatu untuk kau makan disini." 'akulah yang nanti akan kau makan oppa'

Entah kerasukan Aphrodite atau Siluman rubah. Taehyung tiba-tiba berubah menjadi wanita paling nakal sedunia. Dilihat dari sisi manapun, Taehyung terlihat seperti bintang porno barat saat ini. Dia seperti bintang porno yang siap beradengan kasar bersama kekasihnya di kamera. Dia terlihat sangat panas.

"Aku menunggumu oppa! cepat!"

...

Jimin tersenyum. Sebenarnya bukan apa yang akan Yoongi berikan tetapi, ia ingin melihat kesungguhan pria itu. Jimin hanya mengikuti Yoongi hingga ia sampai di restoran ia sedikit merasa tersanjung dengan interior ruangan tersebut. Hanya ada satu meja dekat dinding kaca gedung yang menghadap ke laut. Lalu ketika Yoongi mempersilahkan Jimin duduk ia tersentak dengan wajah Yoongi yang terlihat begitu dekat dengannya.

"Aku ingin menikmati sunset bersamamu."

Jimin tersipu. Menikmati matahari tebenam berdua bersama seseorang yang kau cintai. Itu sangat romantis, batin Jimin. Hidangan datang, sebuah roti dengan caviar dan cream. Jimin melirik Yoongi. terkesan dengan isi kantong pria itu yang tebal. Yoongi hanyalah karyawan yang masih dalam tahap trainning dan dua kali Yoongi mengajaknya makan di restoran mewah. Ia tau Yoongi kaya, hanya saja ia sekarang menjadi penasaran isi saldo milik Yoongi. Melihat angka tahun yang tertera dalam merk winenya, Jimin sedikit tercekat. Demi apapun Jimin tak pernah makan malam semewah ini, dan Jimin tak pernah bermipi bisa membeli apa yang sekarang ada di mejanya. Jimin menerawang warna dari anggur tersebur lalu mencium aromanya dan crap. Lidahnya merasakan sensasi wangi, manis dan lembut dari minuman berwarna putih itu.

'Ini benar-benar anggur yang bagus.'

"Kau menyukai seafood dan aku fikir kau juga suka dry wine. Karena itu yang terbaik untuk makan seafood bukan?"

"Ya! Ini anggur yang bagus. Apa oppa menyiapkan ini hanya untukku?"

"Tentu saja! Ini malam natal, aku fikir ini malam yang spesial untuk kita jadi aku ingin moment spesial untuk kita."

Sisi romantis seorang Min Yoongi. Jantung Jimin berdetak kencang dan ia yakin kupingnya sudah merah karena tersanjung dengan sisi romantis kekasihnya. Jimin dan Yoongi saling pandang dan Jimin menahan senyum karena ia bisa menangkap pandangan Yoongi ke bibirnya.

"Sebenarnya red wine akan sangat cocok dengamu!" 'Tidak! Red Wine akan sangat cocok dengan warna bibirmu!'

"Benarkah? Dari mana oppa bisa berfikiran jika red wine lebih cocok denganku?."

"Kau dan red wine sama-sama terlihat menggodaku."

Blush! Sungguh itu rayuan yang murahan tetapi ketika yang mengatakannya itu adalah suara pekat Yoongi, semuanya terdengar benar-benar seksi.

'bibirmu dan warna wine sama-sama ingin aku resap rasanya' dan Yoongi yakin rasanya akan sama-sama memabukan. Yoongi bukan orang yang cabul tetapi salahkan penampilan Jimin yang sangat menggoda hari ini. Semua yang Jimin pakai adalah sihir untuk membangunkan gairah seorang lelaki. Yoongi menghela nafas dan Jimin tau Yoongi sedang mencoba mengontrol dirinya untuk tetap tenang.

'Apa dia bereaksi seperi itu karena aku?'

Jimin tersenyum puas, karena merasa penampilannya sangat baik hingga membuat Yoongi harus terlihat menahan dirinya. Jimin memandang langit sore yang kini berwarna orange yang terlihat hangat dibanding cuaca dingin diluar sana.

"Indah!"

Baru saja Jimin mengucapkan indah, lantunan lembut piano Just the way you are dari Bruno Mars terdengar. Membangkitkan suasana romantis yang sangat kuat. Jimin kini hanya bisa menatap mata Yoongi. Ia sangat terkesan dengan apa yang telah Yoongi persiapkan untuknya. Menikmati sunset dengan instrumen piano yang lembut, tak ada yang lebih romantis dari ini. Yoongi tersenyum dan meletakan tangannya terbuka mengisyaratkan Jimin untuk menggenggamnya. Jimin dengan senang hati menerima lalu memegang tangan pria tampan itu.

"Ini sangat romantis! Aku sangat menyukainya."

"Aku melakukan ini karena aku mencintaimu Park Jimin."

Sungguh Jimin ingin menagis karena terharu. Ia hanyut dalam suasana romantis piano dan kilau emas mentari. Sekarang Yoongi mengatakan cinta.

"Aku juga mencintai oppa! Sangat!"

Semuanya tulus dari hatinya. Jimin benar-benar mencintai Yoongi, dan Yoongi bisa merasakan getaran yang timbul dari sentuhan tangan dan tatapan mata gadis itu. Begitupun dengan Yoongi, dalam fikirannya hanya Jimin. Gadis yang selalu mampu membuat hatinya sesak karena terlalu mencintainya terlalu bayak, dan hanya Jimin yang bisa membuatnya berfikir bahwa ada hal lain yang lebih indah dari musik. Itu adalah Park Jimin. Gadis yang memancarkan cinta dimatanya.

Ketika sinar orange berubah menjadi gelap, hidangan makan malam disajikan di meja. Sang pramusaji menyalakan lilin yang terpajang di meja dan sekeliling mereka. Jimin hanya bisa tersenyum karena ia tak bisa berkata-kata lagi. Kemudian kejutan lain muncul ketika hidangan dessert datang dibawa dengan sebuah troley. Yoongi mengambil buket besar mawar di troley lalu memberikannya pada Jimin. ketika pramusaji meletakan kue dengan lilin angka 103 di meja, Pramusaji itu pergi. Yoongi kini bersimpu tepat disamping kiri Jimin yang sedang duduk.

"Selamat hari natal!. Aku harap ini semua bisa membayar hari keseratus kita dan bisa menebus semua kesalahanku padamu."

Jimin menutup mulut dengan kedua tangannya lalu mengambil mawar itu. Salahkan pemain piano dan segala kejutan yang menghanyutkannya dalam suasana yang sangat romantis. Jimin bahkan tak bisa menahan air matanya yang jatuh dari mata kananya.

"Oppa baru saja membunuhku!" Jimin memeluk bunganya dengan hati-hati. "Wanita mana yang tak bisa memaafkanmu jika diperlakukan seperti ini?!"

Jimin bisa melihat Yoongi tersenyum sekarang dan entah mengapa Yoongi menjadi terlihat sangat tampan. Yoongi berdiri dan menghapus garis tetes air mata di pipi kanan Jimin lalu mengecup bibir gadis itu. Sangat gentle hingga Jimin hanya mampu menutup mata, membuat air mata yang masih menggenang di mata kiri Jimin terjatuh. Jimin kembali merasakan getaran itu, perasaan dimana hatinya berteriak bahwa ia siap memberikan seluruh hatinya hanya untuk Yoongi, dan Hanya Yoongi bisa memiliki hatinya. Semua itu kini tertulis dalam catatan takdir, bahwa Park Jimin adalah milik Min Yoongi.

...

Ciuman itu berlanjut di kamar hotel yang tak kalah romantis. Dinding dan gorden yang menutupi jendela memberikan tekanan yang lebih intens bagi mereka. Jari Yoongi perlahan menurunkan sleting di punggung Jimin kemudian tangannya menyentuh kulit punggung Jimin yang halus, menciptakan getaran seperti listrik yang membuat tubuhnya mejadi tegang. Ketika bibirnya tak lagi merasakan kelembaban bibir Yoongi Jimin membuka mata dan langsung menemukan mata indah Yoongi yang menatapnya, sangat lembut hingga ia tak sadar bahwa gaunnya sudah jatuh ke lantai. Jimin membawa tangannya ke dada Yoongi, merasakan detak jantung pria itu yang terasa cepat. Jimin membuka setiap kancing kemeja Yoongi. Yoongi tak pernah membayangkan ada wanita seksi dengan tubuh hampir telanjang membuka setiap kancing kemejanya. Merasa gemas Yoongi menarik dagu Jimin agar ia bisa kembali melumat bibir manis gadis itu.

"mmhh!"

Jimin melengguh dengan sentuhan tangan Yoongi yang sudah turun dibawah pinggangnya. Jimin mundur begitu ia merasa Yoongi mendorongnya ditengah ciuman mereka. Jimin jatuh terduduk di tempat tidur lalu dengan cepat Yoongi membuka sabuk dan melepas celananya. Membuat Jimin berpaling karena merasa malu.

"Naiklah ke atas."

Jimin mengangkat tubuhnya dan mundur ke kepala ranjang, menunggu Yoongi ikut naik ke ranjang. Ia bisa melihat bentuk kejantanan Yoongi yang tegang, itu tercetak jelas dari celana dalam Yoongi. Sesuatu yang akan memasukinya nanti, Jimin tak bisa berfikir lagi setelah melihat itu. Ia merasa gugup saat ini. Yoongi tersenyum menatap kegugupan Jimin. Itu terlihat sangat menggemaskan. Membuatnya ingin kembali mencium bibir gadis itu. Memberikan ciuman panas yang turun perlahan ke leher lalu menyesap kulit Jimin yang terlihat menggiurkan. Tangan Yoongi tak diam, ia melepaskan pengait bra Jimin dan membukanya. Puting Jimin yang sudak tegak menggoda Yoongi untuk mencicipinya.

"Ahn! Oppa~!"

Jimin meremas sprei begitu merasakan lidah Yoongi menyentuh putingnya, mengulum kemudian menggigitnya. Membuat gairah dalam dirinya bangkit, dan sepertinya Yoongi tak berhenti menyerang Jimin dengan sentuhannya. Tangan Yoongi sudah mengusap area sensitif dibawah tubuh Jimin dengan lembut. Jimin menggelinjang, mengangkat dadanya karena merasa sesuatu memasukinya. Itu Jari Yoongi.

"Oppa~!"

Jimin menggenggam pergelangan tangan Yoongi yang sedang bermain disana. Ia terkejut karena lagi-lagi ia tak ingat kapan Yoongi melepas pakaiannya. Jimin hanya bisa menahan desahan merasakan sensasi yang Yoongi buat. Ternyata disentuh Yoongi jauh lebih baik daripada menyentuh dirinya sendiri. Jangan fikir Jimin belum pernah menyentuh dirinya sendiri. Jimin pernah, hanya pernah. Tak bisa di bilang sering. Jimin memang menyukainya tetapi rasanya disentuh Yoongi lebih intens. Ia sangat malu tetapi tubuhnya merespon Yoongi tanpa izin dari otaknya. Jimin bernafas lega ketika Yoongi berhenti, ia menghela nafas panjang begitu mendapatkan kesadarannya dari sensasi barusan. Yoongi kembali mencium Jimin, memberinya kecupan-kecupan kecil sambil melepas pakaian dalam Yoongi.

"Kau siap?!"

Jimin mengangguk dan Yoongi berbaring menahan tubuhnya diatas Jimin.

"Katakan padaku Jika sakit."

"Ne!"

Jimin langsung memekik sakit saat Yoongi suda mulai masuk. Jimin tau akan sakit tetapi, ia tak tau Jika sakitnya berbeda dari yang ia fikirkan. Itu bebeda dari rasa sakit kulitnya disobek seperti perih pegal dan lemas tetapi ada rasa ngilu yang lebih dominan disana. Yoongi kembali mendesak masuk setelah beberapa saat berhenti.

"Argh!" Kali ini Jimin tak bisa menahan sakitnya.

"Rileks chim!"

Bagaimana Jimin bisa rileks jika rasanya sakit. Jimin ingin sekali berhenti tetapi ia harus melakukannya untuk Yoongi. Ia tak boleh berhenti. Jimin terus meutup matanya rapat-rapat, menahan sakit saat Yoongi terus berusaha masuk. Seolah tak pernah berakhir Jimin menatap kebawah dan ia melihat sedikit lagi bagian yang belum masuk. Jimin menjatuhkan kepalanya ke bantal lagi.

"Oppa berhenti sebentar."

Jimin mengambil nafas. Mencoba mengontrol pernafasannya akibat rasa sakit. Yoongi harus melakukannya dengan gentle. Ia berhenti seperti apa yang Jimin perintahkan. Yoongi mengusap keringat di kening Jimin.

"Apa sangat sakit?"

Jimin menggeleng. "Hanya beri aku waktu sebentar."

Yoongi mengecup kening Jimin, lalu turun ke hidung, kemudian bibir Jimin. hanya kecupan kasih sayang karena ia merasa khawatir dengan rasa sakit yang Jimin terima.

"Bergeraklah!"

Ketika kata itu terdengr Yoongi mencoba masuk semua dan berhasil. Yoongi bergerak perlahan untuk menariknya lagi, sedikit sebelum ia menghentakan penisnya lebih dalam lagi.

"Shh ahmmm oppa~"

Yoongi sudah bermain dengan tempo yang lambat. Bergerak dengan hati-hati berharap Jimin tak merasakan sakit lagi.

"Appo?"

Jimin mengeleng. "Gwenchana!"

Dia sudah menyerahkan dirinya pada Yoongi, hanya itu yang ada dalam fikiran Jimin. Ia memang bohong karena rasanya memang sakit tapi tak sesakit tadi, dan Jimin bisa menahannya. Jimin hanya ingin Yoongi segera mencapai puncak agar semuanya bisa berakhir dengan cepat. Tetapi seiring hentakan demi hentakan yang Yoongi lakukan, Jimin merasakan sesuatu yang membuatnya melayang. Jimin yakin itu yang dinamakan organisme puncak. Tubuh Jimin tegang seiring naiknya tempo yang Yoongi berikan. Jimin memegang pundak Yoongi, ia berharap lebih, dan ingin memeluk pria itu.

"Ahm,,, Ah~"

Suara itu murni desahan kenikmatan bukan lagi desahan sakit seperti tadi. Mendengar Jimin sudah bisa menerimanya Yoongi menikan tempo gerakannya menjadi lebih cepat lagi, ia bergerak memenuhi keinginan sesuatu yang ingin keluar di dalam sana. Semuanya menjadi sangat nikmat, dan satu hentakan lagi Yoongi mencapai puncaknya. Menumpahkan cairan semen di dalam kondom yang masih menutupi kejantanannya di dalam Jimin. Selesai mengeluarkan cairannya, Perlahan Yoongi mengeluarkan penisnya dari dalam vagina Jimin. Bersamaan dengan itu darah keluar dari lubang Jimin, mengalir menodai sprei putih di atas ranjang. Merasa ada suatu cairan yang mengalir keluar dari bawah sana Jimin memegangnya dan melihat darah di jarinya. Jimin terkejut dan menelan ludah panik.

"Darah!"

Jimin menjauh dari noda yang sudah mengotori sprey. Melihat reaksi Jimin Yoongi mendekat dan mencium kening Jimin.

"Itu normal chim. Setiap wanita akan mengeluarkan darah jika itu pertamanya."

Jimin tau, hanya saja ketika melihatnya langsung, Jimin merasa terkejut dan ia sedikit jijik. "Tidak bisakah kita mengganti spreinya?!"

"Tidak perlu. Kemarilah!" Yoongi menarik Jimin lebih mendekat ke dalam pelukannya. "Tidurlah! Kau pasti lelah."

Jimin hanya bisa mematuhi perkataan Yoongi dan tidur dalam pelukan Yoongi, Merasakan tubuh basah Yoongi yang hangat. Jimin memang membutuhkan pelukan setelah apa yang terjadi barusan. Jimin masih shock dengan darahnya, dan ia ingin memeluk pria yang telah ia percaya untuk memilikinya. Entah kenapa Jimin ingin menangis mengingatnya. Jimin merasakan cinta dalam dirinya semakin dalam, ia merasa jatuh kepada Yoongi, dan air matapun jatuh. Merasa sesuatu yang basah menyentuh dadanya Yoongi bangkit, ia melihat Jimin yang meneteskan air mata. Kali ini Yoongi yang panik. Yoongi menangkup wajah Jimin lalu menghapis air mata gadis itu.

"Apa aku terlalu kasar? Maafkan aku."

Jimin menggeleng. "Anio! Oppa melakukannya dengan lembut. Hanya saja,,," Jimin menghapus sir matanya dan memeluk Yoongi. Apa itu tangisan bahagia? Jimin tak tau. Jimin hanya merasakan cintanya untuk Yoongi semakin dalam setelah apa yang sudah ia berikan pada pria itu. ia merasa Pria itu menjadi satu-satunya harapan Jimin untuk hidup bersama. ",,,Aku mencintai oppa."

"Berhentilah menangis hm! Aku juga mencintaimu chim. Sangat!"

Yoongi mencium Jimin dengan lumatan kecil sebelum ia membawa gadis itu berbaring dan membawanya ke dalam mimipi yang indah. Yoongi juga merasakannya. Bagaimana hatinya merasa sesak karena terlalu mencintai gadis manis dalam pelukannya. Jimin telah memberikan hal paling penting dalam hidup Jimin padanya. Jimin bukan hanya memberikan tubuh tapi juga hatinya pada Yoongi, dan Yoongi merasa tersanjung dengan itu. Mengingat yang terjadi malam ini, Yoongi berjanji dalam hati pada dirinya sendiri, bahwa ia hanya akan memberikan hatinya dimiliki gadis itu. Secara naluriah, Yoongi juga berfikir bahwa ia akan memperlakukan Jimin lebih baik lagi, menjaganya, melindunginya dan selalu memberikan gadis itu waktunya lebih banyak. Karena begitulah seharusnya yang ia lakukan jika ia mencintai Park Jimin.

.

.

.

Masih kurang puas? Atau sudah cukup baikkah?

Buat balasan review kemarin. Yoo bukan Psyco yang akan gorok atau teror kalian dengan darah karena kritik atau saran yang reader kasih. ha ha ha

Thanks buat kritik dan saran kemarin. Aku suka kalian bisa terbuka, mengatakan kekurangan dari tulisanku.