"TIDAK MAU. Aku takut!"

"Jimin.. ayolah keluar. Sebenarnya apa yang kau takutkan sayang?"

Yoongi hampir habis kesabaran menghadapi kekasih bocahnya itu. Entah apa yang terjadi, sejak kemarin siang Jimin benar-benar tidak mau keluar dari kamar. Waktu dibujuk, jawabannya ya semacam itu itu saja,"Pokoknya aku takut! Jangan mendekat!".

HEOL!

Yoongi itu sudah rindu belaian Jimin, rindu akan sentuhan dari tangan mungil itu. Sudah lebih dari 1x24 jam Yoongi tak mendapatkan sentuhan sayang. Jadi jangan heran kalau Yoongi sekarang jadi jablay. Sebenarnya sih yang suka belai-belai, suka sentuh menyentuh, suka grepe-grepe itu si Yoongi. Jimin mah sebagai pihak submissive hanya manggut-manggut saja kalau di kurang ajar-in si dominant.

"Ayolah Jim. Apa kau tidak bosan di kamar sejak kemarin siang? Gak pengen ngapain gitu diluar kamar? Contohnya jalan-jalan, belanja, wisata kuliner, atau uhuk olahragamal-"

"TIDAK."

Yoongi hampir terjungkal saat mendengar jawaban Jimin yang terkesan cepat dan tanpa ragu-ragu. Rasanya si pucat itu ingin memanggil cenayang saja untuk mengetahui apa yang terjadi dengan Jimin, sekaligus minta saran enaknya diapain si manis itu biar Yoongi gak jablay lagi.

Akhirnya Yoongi angkat tangan lalu angkat kaki, nyerah. Dia akan mencoba peruntungannya satu jam lagi, siapa tau di saat itu Jimin sudah luluh.

Baru saja Yoongi berbalik dan jalan satu langkah, suara cempreng itu tiba-tiba menggema dari dalam kamar.

"Aku lapar hyung."

"Mau makan apa?"

"Pizza."

"Tunggu seb-"

"Ukuran jumbo. Dua box. Toppingnya daging sapi, ayam, sosis, jamur dan keju. Minumnya milkshake strawberry. Cuci mulutnya chesse cake. Oh iya, jangan lupa cemilannya cotton candy dua bungkus ukuran besar."

"Dasar uke kurang ajar! Untung sayang." batin Yoongi misuh-misuh. Tapi tak apalah, lebih baik dituruti saja keinginan si manis. Dari pada nanti Jimin kelaparan karena keinginan makannya yang seperti orang hamil itu tidak dituruti. Bisa susah sendiri Yoongi kalau sampai Jimin gak gembul dan gak hugable lagi gara-gara kurang makan.

"Iya sayang, tunggu sebentar. Akan ku pesankan."

Yoongi berjalan lunglai menuju ruang tamu. Duduk di sofa lalu menelpon jasa delivery order untuk memesankan semua yang diminta Jimin.

"Bagaimana hyung, tetap tidak mau keluar?"

Yoongi mengangguk.

"Sebenarnya Jimin itu kenapa sih?"

Yoongi mengedikkan bahu.

"Jangan-jangan Jimin hyung sakit?"

Yoongi menggeleng.

"Mungkin Jimin sedang PMS."

Yoongi memutar bola matanya malas.

"Atau sebenarnya Jimin sedang hamil?"

Yoongi mendengus sebal.

Susah ya punya teman-teman yang kelakuannya seperti alumni Rumah Sakit Jiwa.

"Aku curiga, jangan-jangan Jimin seperti itu karena.. "

Yoongi melirik curiga ke si empunya mulut, siapa tau mulut tak berpendidikan itu kumat lagi malam ini.

"... Yoongi hyung kemarin baru saja melakukan percobaan pemerkosaan pada Jimin?! Makanya Jimin takut."

TERKUTUKLAH pemilik mulut kurang ajar itu!

Pitenah macam apa ini? Yoongi mana mungkin mencoba memperkosa Jiminnya yang imut imut gembul itu? Kalau langsung memperkosa sih iya. Ngebuat bocah kok coba-coba. Eh?

"Mahluk terkutuk sialan! Lebih baik kau diam dari pada nanti ku rubah menjadi kuchisake oppa!" ancam Yoongi.

Sedangkan si penerima ancaman a.k.a alien dari negeri antah berantah a.k.a Kim Taehyung bergidik ngeri. "Apa salah Taetae? Padahalkan Taetae cuma mengeluarkan pendapat." Batin Taehyung lebay.

"Yoongi hyung, kalau ngomong dijaga dong mulutnya. Jangan berkata kasar kalau sedang ada Kookie disini. Kookie kan masih kecil dan polos." Kata si magnae ber-abs dan berotot Jeon Jungkook.

Si Yoongi cuma sanggup ngelus dada. Bukannya membantu, kedatangan lima sahabatnya itu malah membuat Yoongi tambah pusing. Mending usir saja deh. Gak ada gunanya juga mereka kesini.

Tapi belum sempat Yoongi mengeluarkan maklumat pengusiran, suara bel apartemen memaksanya untuk segera membuka pintu.

Ternyata si kurir delivery order yang datang. Setelah membayar dan si kurir pergi, Yoongi membawa semua makanan pesanan Jimin masuk.

"Hyung hyung, biar aku saja yang mengantarkan makanannya. Siapa tau Jimin mau keluar kalau aku yang membujuknya."

"Hm." Jawab Yoongi singkat sambil mengangguk pelit.

Baru saja berjalan 3 langkah menuju kamar dimana Jimin berada sambil menenteng semua makanan pesanan Jimin, Taehyung berbalik menghampiri Yoongi.

"Hyung, ambilin kunci serep kamar dong. Males banget kalau harus ketok pintu dulu. Iya kalau dibukain pintunya sama Jimin, kalau enggak kan aku capek berdiri terus."

Yoongi membuka sebuah laci di meja kecil dekat sofa, lalu mengambil kunci dari tempat itu. "Nih."

Selain Yoongi dan Taehyung, keempat orang itu alias Seokjin Namjoon Hoseok dan Jungkook melongo ganteng. Pengen banget rasanya nampol Yoongi.

"KALAU PUNYA KUNCI CADANGAN NGAPAIN CAPEK-CAPEK BUJUK JIMIN BIAR MAU KELUAR KAMAR! DASAR OTAK KURA-KURA!" teriak Seokjin mewakili tiga orang lainnya.

Taehyung memandang hyung tertua kesatu dan kedua itu dengan wajah blank, masih belum paham situasi.

Sedangkan Yoongi masang wajah idiot. "Lah. Bener juga ya. Baka da na atashi o.o " batin Yoongi.

Gak mau jadi lebih idiot lagi, Yoongi ngambil para makanan dan kunci yang ada ditangan Taehyung.

"Aku saja yang nganter makanannya."

Namjoon, Seokjin, Hoseok, Taehyung dan Jungkook ngikutin Yoongi dari belakang.

Ceklek

Yoongi langsung masuk kamar dan lihat si gembul yang sedang memilih pakaian, Jimin baru saja selesai mandi.

"KYAAAAAA." Teriak Jimin karena Yoongi dan kawan-kawan sedang mengintipnya yang belum pakai baju. "Jangan ngintip Jimin! Jimin lagi telanjang dada dan paha !"

Bagai mendapat sebuah komando dari pemimpin upacara, lima orang itu serentak balik kanan. Satu menit kemudian Jimin meng-komando lagi.

"Udah. Sekarang udah boleh balik kanan lagi."

Yoongi dan kawan-kawan shock berat saat berbalik dan melihat Jimin yang sudah pakai baju sedang meringkuk ketakutan di pojok ruangan, sambil menahan tangis.

"Jimin-ah, kau kenapa sayang?" tutur Yoongi lembut, berusaha agar nada bicaranya tak semakin membuat si mungil ketakukan.

"Ak-aku takut."

"Apa yang kau takutkan?"

"Kalian." Jimin mengarahkan telunjuk bantetnya pada enam mahluk yang sedang memandanginya bingung.

"Memangnya kami kenapa?" ucap Namjoon meminta penjelasan.

"Kalian men-menakutkan."

"Bagian mananya?"

"Semua. Pokoknya men-"

Krukkk

Perkataan Jimin terpotong oleh suara lapar. Yoongi yang mengetahui hal itu langsung punya ide.

"Kau lapar sayang?" tanya Yoongi sambil membuka salah satu box pizza pesanan Jimin, yang langsung mendapat anggukan dari yang ditanya.

"Ingin cepat-cepat makan ini?" tanya Yoongi sekali lagi yang langsung dijawab iya oleh Jimin.

"Makanlah. Tapi ada syaratnya?" Setelah mendapat balasan 'apa?', Yoongi melanjutkan perkataannya. "Jelaskan dulu pada kami, apa yang kau takutkan."

"A-aku.. " jawab Jimin ragu-ragu.

"Aku apa sayang?"

"Aku takut kalian mengapa-apa kan ku."

"Kami tidak akan mengapa-apakanmu Jim. Gak tau lagi kalau Yoongi hyung."

"Diam kau siluman kuda!" Bentak Yoongi yang hanya mendapat cebikan dari siluma- maksudnya Hoseok.

"Benar kalian tidak akan mengapa-apakanku?"

"Iya Jim. Kami tidak ak- ADUH! Apa sih hyung pukul-pukul kepala Kookie?! Nanti kalau Kookie gak pintar lagi gimana?"

"Panggil 'hyung', bodoh. Jimin bukan teman seperpopokanmu." Jawab Namjoon emosi.

"Hyung lapaar~" Jimin merengek hampir menangis. Namun kali ini merengek kelaparan. Salahkan mereka berenam yang dari tadi ngomong gak penting, hingga membuat perut Jimin kontraksi hebat.

"Ayo sayang, kita makan-" Yoongi buru-buru meralat ucapannya saat melihat tatapan tajam dari namja yang sedang dituntunnya "Maksudku kau yang makan, aku tidak ikut makan."

Sampai di meja makan, tanpa basa basi Jimin langsung melahap makanan pesanannya tadi. Sementara si pucat yang duduk dihadapan Jimin, terus memperhatikan bagaimana kekasihnya yang sedang makan itu.

Pipi mochi itu sekarang lebih mirip dengan balon yang sedang ditiup, semakin dilihat semakin lama semakin terlihat membesar.

Hm..

Yoongi jadi lapar deh. Pengen makan balonnya(?) Jimin.

15 menit kemudian Jimin sudah selesai dengan pizza-nya. Sekarang giliran makan tutupmulut- eh salah, maksudnya cuci mulut.

"Jimin-ah.."

"Hm?" Jawab Jimin singkat karena mulutnya masih sibuk mengunyah.

"Sekarang katakan. Sebenarnya apa yang kau takutkan sejak kemarin?"

"Sebentar hyung, Jimin masih makan. Tolong jangan diganggu."

Jimin melanjutkan makannya, sedangkan Yoongi mendadak berubah tuna wicara.

"Sekarang sudah selesai?" tanya Yoongi kembali setelah beberapa menit berlalu dan semua makanan di hadapan Jimin lenyap sempurna.

"Un." Jimin mengangguk imut, sambil kembali mengeluarkan ekspresi ketakutannya.

"To the point saja. Sebenarnya apa yang kau takutkan sejak kemarin? Apa aku punya salah?"

"Hyung, sebaiknya hy-hyung jujur saja deh."

Yoongi mengernyit bingung.

"Sebenarnya hyung ini.. siluman kan?"

"APA?!"

"Biasa kali hyung, gak usah teriak-teriak gitu. Jimin masih belum budeg kok."

Yoongi shock, sedangkan NamJinKook dan HopeTae sedang tertawa guling-guling mendengar tuduhan Jimin yang dialamatkan untuk Yoongi. Mana wajah Jimin saat mengatakan itu polos banget.

"Park Jimin. Dari mananya kalau aku ini adalah siluman?"

"Dari semuanya. Pokonya Yoongi hyung itu siluman salju. Terlalu putih dan dingin."

"Lalu Namjoon hyung itu monster perusak. Apapun yang ada di dekat Namjoon hyung pasti rusak." Yang dituduh seperti itu malah tertawa sambil mengangguk-angguk jenaka, seolah sedang membenarkan bahwa dirinya sebagai monster perusak adalah benar adanya.

"Kalau Kookie adalah kelinci jadi-jadian. Hanya dengan melihat giginya yang menonjol(?) dan mata bulatnya saja pasti semua orang juga akan tau."

"Hoseok hyung. Sebenarnya dia itu adalah kuda poni yang terkena kutukan. Sekarang harus rela dibuang dari kayangan dan menjadi kuda liar di bumi."

"Baru tau sekarang Jim?" teriak si kuda terkutuk sambil tertawa dari ruang tamu.

Jimin terdiam di tempat. Kaget karena Hoseok yang entah bercanda atau serius mengakui bahwa dirinya memang kuda terkutuk. Jimin berusaha menahan tangis dengan cara menggigit bibir dan memilin-milin ujung bajunya.

"Lanjut." Ucap Jungkook datar tapi penasaran dengan imajinasi Jimin yang lain.

"Jin hyung ini sebenarnya putri dari negeri Pinky kan? Jin hyung datang ke bumi karena sedang mencari pangerannya."

"Yes. You are right Jim. Im Princes Pinky. I love I love I love sooo much pink." Racau si putri Pinky jadi-jadian.

"Tae-, Taetae sebenarnya alien kan? Alien entah dari planet mana yang sedang menyamar menjadi manusia. Nanti kalau Jimin lengah pasti Taetae akan menculik setelah itu mengambil otak Jimin dan diawetkan di dalam tabung."

"Taetae memang alien Jim, tapi Taetae tidak suka otak manusia." Teriak si alien dengan polosnya.

"Huaaaaa~ benar kan dugaan Jimin. Ternyata kalian bukan manusia. Jimin takuuut~"

Akhirnya Jimin kembali menangis hebat. Ketakutan memikirkan berbagai kemungkinan konyol yang kira-kira akan terjadi kalau dirinya dekat-dekat dengan beberapa mahluk yang menurutnya bukan manusia itu.

"Minmin-ah.. " panggil Yoongi lembut, berusaha agar Jimin-nya tidak ketakutan lagi dan segera menghentikan imajinasi konyolnya yang entah dapat dari mana. "Dengar ya sayang, dari manapun kau dapat teori itu aku tak peduli setan. Tapi yang jelas aku bukan siluman. Aku hanya manusia biasa yang terlalu albino."

"Aku-, aku tidak percaya."

"Hyung, sebenarnya kau ini juga bukan manusia kan? Tapi siluman mochi. Lihat saja pipi dan badanmu itu, tak ada bedanya dengan mochi. Kecil, bulat dan berisi." Tawa Jungkook terdengar menggelegar setelah mengatakan hal itu, diikuti tawa dari 4 mahluk jadi-jadian lainnya.

"Eomma~ Jimin ingin pulang saja. Mereka jahat.. huaaaa." Si siluman mochi nangis lagi.

Yoongi geram. Mereka berlima bukannya mendinginkan, tapi malah memperpanas suasana. Yoongi rasanya pengen jadi kriminal deh, kriminal karena telah memutilasi lima orang teman laknatnya.

"Jimin sayang, sudah jangan menangis lagi ya. Jangan dengarkan mulut sialan mereka."

"Tap- tapi hyung.. "

"Sudah, tidak apa-apa. Lebih baik kita ke kamar saja yuk."

Bukannya menjawab ajakan Yoongi, Jimin malah memandang horor pada si pucat. Seakan tau dengan arti tatapan Jimin, Yoongi langsung mengiterupsi.

"Tenang saja Jim, aku tidak akan membunuhmu. Palingan cuma bobokbareng."

Melihat Jimin yang sepertinya sangat enggan mengikuti ajakan bobok bareng nya, Yoongi menarik tangan Jimin dan berjalan menuju kamar.

Walaupun dengan takut-takut, akhirnya Jimin mengikuti Yoongi ke kamar. Mendudukan diri di pinggir ranjang sembari menunggu Yoongi yang menutup dan mengunci pintu kamar.

Setelah mengunci pintu, Yoongi berjalan ke meja nakas untuk mengambil satu toples berisi permen coklat lalu menyerahkannya pada Jimin. Bagaimanapun juga, Yoongi tak akan melupakan kudaman malam Jimin. Kan kasian kalau Jimin-nya nanti kekurangan berat badan.

Jimin mulai menikmati kudapan malamnya sambil melirik takut pada Yoongi yang saat ini berdiri di depan lemari, sedang ganti baju tidur. Selesai ganti baju, Yoongi menghidupkan tv dan memilih channel yang biasa ditonton si mungil, lalu duduk di sofa. Menepuk-nepuk pahanya sendiri, mengisyaratkan Jimin agar duduk di pangkuannya.

Jimin yang penurut akhirnya berdiri lalu duduk di pangkuan si pucat tanpa meninggalkan toples berisi permen coklatnya. Begitu merasakan bokong Jimin yang agak berat itu menempel di pahanya, Yoongi langsung memeluk sambil mencubit-cubit kecil perut kelebihan lemak itu. Beruntung Jimin yang masih sibuk menghabiskan permen coklat tidak memperdulikan kelakuan Yoongi yang sepertinya ingin membuat perut Jimin melar.

"Jimin sayang.."

"Hm?"

"Aku bukan siluman. Kau percayakan?"

Jimin menoleh ke belakang untuk melihat wajah Yoongi. Dengan mulut penuh permen coklat, si mungil mengangguk. Setelah itu melanjutkan konsumsi kudapan malamnya.

Karena gemas dengan tingkah Jimin yang bisa dibilang labil, Yoongi menepuk bokong Jimin sambil sedikit merematnya.

Kalau tau segini mudahnya membujuk Jimin, hanya bermodalkan setoples permen coklat, dari kemarin saja nyodok- eh salah, maksudnya nyogok Jimin. Batin Yoongi misuh-misuh.

"Oh iya Jim, hyung tanya sesuatu boleh?"

"Oeh (Boleh)."

"Siapa yang membuatmu berpikiran kalau aku dan yang lainnya bukan manusia tulen?"

Dengan tampang polos tak berdosanya, Jimin menunjuk layar televisi yang sedang menampilkan sebuah kartun dengan pemain utamanya yang berbentuk kotak dan berwarna kuning.

"Mereka bilang jangan mudah percaya dengan orang lain. Bisa saja orang lain itu robot atau mahluk jadi-jadian, makanya kita harus selalu waspada. Kalau tak waspada bisa saja nanti Jimin diserang dan dijadikan mahluk seperti mereka." Jimin melanjutkan makan permen coklatnya yang tinggal sepertiga toples.

Yoongi sabar kok, juga sudah kebal dengan pemikiran dan perkataan Jimin yang seeeering sekali terdengar ambigu. Tapi ya.. swag swag gitu Yoongi butuh sesuatu untuk bisa meredakan kegemasannya pada mahluk gembul yang sedang dan masih asyik duduk dipangkuannya sambil menikmati setoples permen coklat itu.

Yoongi bersumpah setelah ini akan mengganti semua channel di tv apartement mereka dengan channel yang hanya berisi adegan dewasa.

"Jimin."

"Hm?"

"Cepat habiskan permen coklatnya."

"Memang kenapa hyung?"

"Tidak apa-apa. Pokoknya cepat habiskan saja. Karena aku sudah tidak sabar untuk "tidur" denganmu."

Jimin yang polos tapi sudah tidak suci itu mana mau memikirkan apa yang dimaksud Yoongi. Yang penting dirinya bisa menghabiskan permen coklat itu.

"Oke."

Mendapat persetujuan untuk mengkurang ajarin si mungil, Yoongi mulai pemanasan. Dengan cara memasukkan jari tanganya yang panjang itu kedalam baju dan celana Jimin. yang tentu saja menghasilkan suara-suara desahan cempreng tapi menggoda dari Jimin. Padahalkan Jimin masih menunaika kewajibannya, menghabiskan kudapan malam.

Sementara diluar sana, lima orang yang merasa diabaikan dan tidak dibutuhkan lagi oleh Yoongi akhirnya pulang menuju kediaman masing-masing tanpa mendapat paksaan sedikitpun.

Bagi yang masih underage bisa menyingkir atau pura-pura budeg juga boleh, karena setelah ini akan ada alunan lagu dari neraka.

.

.

.


Akhirnya setelah sekian abad bisa update juga

Sebenere ini untuk chap 11, tpi karena chap 10 belum selesai akhirnya ini dulu yg di update

Kalau ada typo(s) mohon dikoreksi ya reader-nim ^^

.

curhat dikit

Mulai jam 7 pagi sampai 4 sore jaga stan di job fair, abis itu lanjut kerja sampe jam 9 malem

Untung diri ini seterong, tahan banting dan tahanlama(?)

Mangap kalo chap ini ancur seancur hatiku waktu ngelihat hobie gendong cewek hikseu, udh mentok sampe sini idenya

yo wes lah gitu aja.


"Yoongi hyung"

"Hm"

"Ayo tiduuur. Tadi katanya mau cepet tidur?"

Yoongi yang masih nyari boxer kumamon kesayangannya seketika berbalik menghadap Jimin. Persetan dengan pahanya yang kedinginan karena masih belum di boxer i. Ada yang akan menghangatkannya setelah ini.

Yoongi bersmirk ria.

"Tidurnya sambil di peluk ya hyung.."

"Pasti sayang. Tidak hanya memelukmu, aku akan menggaulimu(?) juga."

'Tidur sambil digauli?' Jimin berpikir keras akan apa yang baru saja disampaikan kekasihnya. Padahalkan dirinya cuma pengen cepet tidur, tapi kok kata-kata si pucat terdengar membingungkan. Batin Jimin gak ngerti.

Sementara itu disisi lain Yoongi sedang mempersiapkan tempat 'tidur' nya dengan Jimin malam ini.

Ehehe


Ungu - Percaya Padaku

6 September 2017