Prolog

HunKai

Hun!seme Kai!uke

.

.

.

Yang aku butuhkan hanyalah kesendirian. Jika kalian bersedia berteman denganku maka mari bersenang-senang dengan suka hati.

.

Bunyi pertemuan antara sepatu dan ubin menggema di penjuru lorong. Dengan jaket bertudung hitam yang menutupi seluruh kepala dan sebagian wajahku, aku berjalan menjauh menggenggam balok kayu yang terasa kasar pada telapak tanganku.

Awan hitam menggantung di atas menjadi obyek pertama yang ku lihat saat keluar gedung. Menghela napas sekilas lalu melempar asal balok penuh dengan darah pada ujungnya. Otot Sudut bibirku tak tahan untuk tersenyum seperkian detik lalu kembali otot itu menentang menjadi datar tanpa senyuman.

Memperhatikan seluruh seluk beluk kota yang telah lama ini ku tinggali untuk mencari kesenangan. Langit hitam pekat. Bulan tertutup beribu helai awan tak menghalangi masyarakat untuk tetap beraktifitas melawan bekunya malam.

Aku mendengus kasar merasakan hawa panas yang menjalar bagian kanan tubuhku. Melalui ekor mata aku bisa melihat seorang bocah ingusan berusia enam tahun mungkin mendongak ke arahku dan memandang balok kayu -yang baru ku buang- lalu kembali mendongak dan memandang balok itu terus menerus secara bergantian.

Tanganku bergerak membuka tudung yang sudah menutupi kepala serta sebagian wajahku selama dua jam lebih, mungkin. Membalikan tubuhku kearahnya lalu menunduk menyamakan tingginya.

Otot otot ujung bibirku secara otomatis bergerak menarik membentuk sebuah senyuman yang ku buat seramah mungkin, "apa yang kau lakukan di sini, adik kecil?" tanyaku lembut.

Matanya bulat hitam begitujuga rambutnya. Bibirnya tebal dan kemerahan itu terbuka sedikit menatap wajahku. Dari sudut pandangku, ia menatap ke arah mata hingga ke dagu miliku.

"Ahjussi! Kau tidak boleh membuang balok itu sembalangan. Kau halus membuang ke tempat sampah kalena mengganggu jalan."

Aku tangkap setiap detail kata yang ia keluarkan. Terkesan menuntut tapi mungkin ia memang menuntutku agar membuangnya. Hening sejenak sembari memperhatikan wajahnya. Kembali tersenyum ramah setelah dia menyapa pikiranku.

"Tentu saja," ujarku membuatnya tersenyum, "tapi, kau harus membantuku," setelahnya adik kecil di depanku ini mengernyitkan dahi.

"Bantu apa Ahjussi?" ku usap perlahan rambut lembutnya.

Tanpa menjawab aku beranjak mengambil balok yang tergeletak di dekat semak hijau yang basah dengan ujung kemerahan di kolong tempat sampah kuning yang menggantung bersama dua teman lainnya. Mengangkatnya perlahan di daerah yang ku genggam sebelumnya. Ku mulai. Seringai tipis menatap ke wajahnya.

"Kayu ini sangat berat," aku mengerang pelan menyakinkan bocah itu.

Sesuai keinginanku ia berlari pelan ke arahku lalu mengangkat kayu dan digenggam dengan kedua tangannya. Kami saling bergotong royong membuang kayu itu ke tempat sampah di samping tubuh bocah itu.

Bunyi kresek terdengar jelas saat kayu itu masuk ke dalam tempat sampah. Aku melihatnya menepukan kedua tangannya, membersihkannya dari debu lalu mengelapkannya ke baju yang ia kenakan. Tercetak dengan jelas bekas elapan terdapat noda gelap yang kontras dengan warna coklat muda pada bajunya.

"Kau tahu? Karena kayu ini terlalu berat makanya Ahjussi membuangnya sembarangan."

"Hm, allaseo. Kyungie ngelti, memang itu sangat belat. Memangnya Ahjussi sedang apa membawa kayu itu pada malam hali?"

Sejenak ku tatap dalam ke matanya. Ada rasa penasaran yang tinggi pada keduanya. Aku kembali tersenyum, "Aku mendapatkannya dari temanku."

"Oohh, teman Ahjussi" anggukan dari kepalanya membuat aku yakin jika, "untuk apa teman Ahjussi memberikannya? Apa dia meminta tolong pada Ahjussi untuk membuang kayu itu?" bocah itu kembali bertanya. Ck.

"Bukan." Jawabku datar.

"Lalu?"

"Dia memberikannya kepadaku untuk bersenang-senang."

Untuk yang terakhir kalinya sebelum aku berbalik dan berjalan menjauh darinya, aku melihat anak itu memandangku khas seorang anak kecil yang kebingungan. Dan aku tersenyum senang dalam hati.

Tbc/end


Alhamdulillah kelar. Wks. Ini cuman prolog, kalau banyak yg review dan suka bakalan dilanjut. Mudah mudahan wks. Terimakasih banyak sudah membaca. Rnr ya.. terimakasih