Summary: no summary for this chapter, just read and review^^

Warning : SEMPATKAN BACA NOTE DI BAWAHhihihi. maaf jika ada typo, karena typo itu manusiawi, jadi mohon dimaafkan wkwk

Secret Family 13

Kyuhyun merasa tubuhnya diguncang beberapa kali. Sebuah suara seolah dengan paksa menariknya untuk segera terbangun dari mimpinya yang mengerikan.

"Aku tidak tau. Dia sulit sekali dibangunkan."

Itu suara Changmin. Kyuhyun bisa mengenalinya. Selanjutnya terdengar suara-suara berisik di sekitarnya. Suara Kibum, Victoria dan teman-temannya yang lain. Kyuhun mencoba membuka mata, tapi dia takut dengan darah yang tadi ia muntahkan. Lalu bagaimana dengan Ryeowook?

Menyadari hal itu Kyuhyun memaksa membuka matanya. Hal pertama yang dilihat adalah Kibum dan teman-temannya yang tengah diserang panik. Namun herannya posisi Kyuhyun sekarang sedang berada di dalam kelas, bukan di atap sekolah seperti yang diingatnya tadi.

Kyuhyun menatap bajunya, lengannya, kemudian mengernyit bingung. Seharusnya ada darah di sana. Darah karena terantuk potongan beton dan darah yang dikeluarkan dari mulutnya.

"Hei, kau mencari apa?" suara Kibum menyadarkan. Kyuhyun memandang Kibum dengan bingung. "Bum, aku…."

Kibum mengernyit saat melihat Kyuhyun kebingungan, begitupun dengan teman-temannya. "Ada apa? Apa ada yang sakit?" Kyuhyun menggelang keras.

"Aku…apa kau yang membawaku kemari?"

Kibum diam menelisik. Kyuhyun masih terlihat kebingungan dengan keringat yang keluar semakin deras, seragamnya hampir seluruhnya basah oleh keringat."Apa yang kau bicarakan? Kau tertidur saat pelajaran Kang Saem hingga istirahat sekarang.." Changmin menyahut.

Jadi tadi hanya mimpi. Pikirnya.Pandangan Kyuhyun kembali tidak fokus, bola matanya bergerak kesana kemari. Menelusuri setiap inchi kelasnya. "Ryeowook. Dimana dia?" Kyuhyun beralih menatap Kibum dan bertanya.

"Hyung lupa? Dia dipanggil Lee Saem saat pelajaran tadi," jelas Minho yang ikut mengerumuninya.

Jadi yang itu bukan mimpi? Batinya lagi.

Kyuhyun menyadarkan punggungnya lemas. Wajahnya yang pucat membuat beberapa teman kelasnya khawatir. Ada yang ingin menyuruhnya untuk beristirahat di ruang kesehatan saja. Namun urung karena takut disentak dengan kalimat pedas namja keras kepala itu, sama seperti yang pernah terjadi pada Victoria.

Kyuhyun rasa tubuhnya tidak nyaman sekarang. Mual yang ia tahan sejak tadi pagi dan demam yang ntah muncul sejak kapan membuatnya tak bisa berbuat banyak untuk mengusir teman-temannya.

"Bisa tinggalkan kami sebentar?" Kalimat Kibum yang sengaja dibuat menakutkan berhasil mengusir beberapa orang disana, kecuali Victoria dan Changmin. "Hanya aku dan Kyuhyun…" Changmin sempat mendelik tak terima dengan pengusiran tak langsung dari Kibum. Namun Victoria yang ternyata cukup mengerti segera menarik namja berkelebihan tinggi badan itu untuk segera pergi dan memberikan waktu pada Kyuhyun dan Kibum.

"Minum?"

Kyuhyun menerima botol minumnya yang disodorkan Kibum. Meneguknya sedikit, tidak seperti biasa. Sungguh. Perutnya sangat mual sekarang.

"Ada apa mencari Ryeowook?" tanya Kibum tampak tak ingin basa-basi.

"Aku…bisakah aku meminta bantuanmu lebih dulu?" suara lirih Kyuhyun tak mungkin ditolak Kibum. Namja stoic itu akhirnya mengangguk. "Aku ingin…muntah."

Kibum melotot. Memandang sekeliling kelasnya. Beruntung Kibum tadi berhasil mengusir seluruh teman kelasnya. Saat jam istirahat seperti ini semuanya sedang sibuk mengisi perut mereka di kantin atau membaca buku di perpustakaan. Beruntung lagi karena letak kamar mandi yang tidak jauh dari kelas mereka.

Disinilah Kibum sekarang. Di salah satu bilik toilet khusus pria. Setelah Kibum berhasil mengusir beberapa orang yang tengah mengobrol di dalam toilet. Namja itu segera mengunci pintu toilet dari dalam dan segera menarik Kyuhyun ke dalam salah satu bilik. Mengurut tengkuk Kyuhyun yang masih memuntahkan isi perutnya. Kibum sempat khawatir jika ada seseorang yang kembali meracuni Kyuhyun dengan racun laknat seperti beberapa minggu lalu. Namun melihat intensitas muntah yang ringan dan tidak terus menerus seperti kemarin membuatnya sedikit lega.

"Sudah lebih baik?" tanyanya begitu Kyuhyun selesai. Kyuhyun hanya mampu menjawab dengan anggukan. "Bum…aku ingin bertemu Lee Saem."

Kibum yang tengah menuntun Kyuhyun menuju bangku di luar toilet tak langsung menjawab. Dia masih fokus dengan jalannya. "Untuk apa?" Tanyanya setelah menuntun Kyuhyun duduk.

Kyuhyun terlihat mengeluarkan PSP birunya. Kibum hampir protes sebelum mengetahui bahwa yang sedang dibuka Kyuhyun bukanlah game, melainkan sistem data base sekolah yang berhasil dibobol ntah bagaimana caranya. Kibum dengan sabar menunggu apa yang sedang ingin ditunjukkan adiknya, hingga sebuah tepukan menyadarkannya.

"Ini. Lihatlah." Kibum tidak terlalu paham sebenarnya. Namun ketika melihat dengan jelas apa yang dimaksud adiknya, mata namja itu membola. "Ryeowook, cucu Kim ahjumma dan Kim ahjussi?"

"Ne, seperti yang kau lihat."

"Darimana kau tau?"

Kyuhyun menyadarkan kepalanya di bahu Kibum. Memejamkan mata sebentar saat rasa pusing mendera kepalanya."Aku bermimpi tadi. Aku tidak tau itu sebagian penglihatanku atau bukan. Tapi jika penglihatanku akan menjadi seburuk itu, aku akan merubahnya. Aku tidak akan menemuinya di atap."

Kibum mengernyit tak paham dengan penjelasan Kyuhyun. "Di penglihatanku, aku menemui Ryeowook yang sedang di atap. Dia menceritakan kepadaku bahwa dia tidak bisa melunasi administrasi sekolah hari ini karena ulahku kemarin. Lalu aku bermimpi memuntahkan banyak darah. Sepertinya aku diracun lagi." Bibir Kyuhyun mengerucut. "Jika begitu, jangan pernah sekalipun lepas dari jangkauanku hari ini." putus Kibum kemudian.

"Apa kau tidak menemui Im Saem jam istirahat ini?"

Kibum menepuk kepalanya, namun kemudian menggeleng. "Itu tidak penting sekarang." Kyuhyun mendelik mendengarnya.

"Kau tega sekali dengan Im Saem."

"Yak! Aku bersumpah akan menangis seumur hidup jika sesuatu terjadi padamu saat ku tinggal menemui Im Saem."

Kyuhyun memunculkan evil smirknya. "Apa benar kau akan menangis seumur hidup?" godanya. Kibum menepis khayalan adiknya, "YA. Jadi jangan pernah mencoba jauh-jauh dari jangkauanku."

Kyuhyun tergelak begitu keras hingga membuat beberapa murid lain yang berlalu lalang memandangnya dengan tatapan iri. Ya….mereka memang selalu iri dengan kedekatan ke dua saudara kembar itu. Tampan, cerdas, dan dari keluarga terpandang. Semuanya terlihat seperti tak ada cacat sedikitpun. Namun siapa yang tau bahwa ternyata di dalamnya begitu banya kisah rumit dan menegangkan yang terjadi akhir-akhir ini.

"Bum-bum" Kyuhyun mulai merajuk dengan puppy eyesnya. Kibum memutar bola matanya kesal, "Apa sekarang?"

"Antarkan aku ke ruang Lee Saem. Jeballl…..ne ne ne?" Mata Kyuhyun berkedip beberapa kali. Ingin rasanya Kibum menolak. Tetapi dia tidak ingin Kyuhyun nanti pergi sendirian, kemudian menghilang dan ditemukan dalam keadaan mengenaskan karena keracunan.

-SF-

Kyuhyun berjalan beriringan bersama Kibum dengan wajah riang. Sore ini keduanya memutuskan untuk berkunjung disebuah kedai Jjangmyeon dan membeli mie pasta kesukaan Kyuhyun, menghabiskan beberapa jam hanya dengan 2 porsi Jjangmyeon di sana.

"Ahjumma, kenapa lama sekali?" Kyuhyun merengek pada pemilik kedai. Keduanya memang cukup dekat, Kyuhyun adalah pelanggan setia kedai tersebut, dan ntah bagaimana si Ahjumma juga sangat menyukai namja berwajah imut adik Kibum itu.

"Sebentar, chagi." Tidakkah mereka begitu akrab?

"Aishh…" Kibum mendesah frustasi memandangi tulisan Game Over di layar PSP putihnya yang didapat dari Kyuhyun. Ahh…sebenarnya dari Donghae atas permintaan Kyuhyun.

"Kau kalah lagi?" tanya Kyuhyun tak percaya. Semenjak ia menyerahkan PSP putih itu, Kibum tak pernah sekalipun memenangkan game barang satu levelpun.

"Kemana otak geniusmu?" cibir Kyuhyun.

"Aku lebih senang memegang kalkulator daripada PSP," aku Kibum sambil meletakkan PSPnya dengan sedikit keras di atas meja.

"Yak, jangan sembarangan membantingnya. Ini keluaran terbaru, kau tau?" Kyuhyun protes, dan Kibum tak peduli itu. Di luar sudah cukup gelap karena cuaca yang mendung dan hari yang sudah mulai petang. Namun mereka masih menunggu pesanan Jjangmyeon Kyuhyun yang akan dibagikan kepada seluruh maid yang hari ini mulai kembali bekerja sebagai permintaan maaf.

"Bum, aku juga akan membeli ayam goreng setelah ini." Ujar Kyuhyun riang. Kibum mengangguk, walaupun Kyuhyun tidak secara langsung meminta untuk ditemani. Namun Kibum tau Kyuhyun tidak akan pergi sendiri sesuai dengan keinginannya tadi di sekolah.

"Apa tak masalah jika mengeluarkan banyak uang di tabunganmu untuk semua ini?" tanya Kibum. Kyuhyun yang tadinya menumpu kepalanya menoleh. Namja itu tersenyum lebar kemudian. "Uang tabunganku masih sangat banyak, bahkan cukup untuk membeli pabrik PSP," Kyuhyun merentangkan kedua tangannya saat menyebut pabrik PSP. Seolah menggambarkan bahwa pabrik PSP merupakan sebuah tempat yang sangat besar.

"Kau tenang saja Bum. Proyek yang selalu Hyungdeul minta, itu tidak pernah gratis. Dan kita selalu mendapat upah yang sangat besar bukan?"

Kibum diam. Itu memang benar. Mereka berdua selalu mendapatkan uang lebih disamping uang saku bulanan yang juga tak kalah banyak. Kyuhyun yang selalu membawa bekal dan jarang membeli sesuatu di luar membuat uang sakunya jarang tersentuh dan terkumpul sangat banyak.

"Termasuk membiayai sekolah Ryeowook?" Sepertinya Kibum masih belum terima dengan keputusan adiknya yang satu itu. Kibum tak berpikir sejauh itu saat Kyuhyun meminta ditemani bertemu dengan Lee Seosangnim. Dengan tegas Kyuhyun mengatakan akan menanggung semua biaya sekolah Ryeowook hingga pendidikannya selesai di High School. Perbuatan yang cukup baik mengingat apa yang telah keluarga Kim lakukan padanya.

"Anggap saja itu beasiswa pengganti dari Park Kyuhyun untuk Kim Ryeowook." Kibum mencelos mendengarnya. Sepertinya Kyuhyun memang terlalu polos, atau Kibum yang pemarah? Sejujurnya Park Kibum masih belum terima dengan semua perlakukan yang dilakukan 'KIM' yang telah beberapa kali melukai Kyuhyun. Tetapi sepertinya Kyuhyun tertular dengan kebaikan yang dimiliki Park Siwon, hingga namja itu secara langsung memutuskan untuk menjadi pemberi beasiswa pada Ryeowook dengan 'uang tabungannya sendiri'.

"Terserah kau saja!" putus Kibum.

"Kyuhyunie, pesananmu sudah siap," suara Ahjumma pemilik kedai menginterupsi. Kyuhyun melompat dari kursinya menuju kasir. Membayar semua pesanannya, kemudian memanggil 2 orang maid yang sengaja ia suruh datang dan menunggu di salah satu sudut kedai 1 jam yang lalu.

"Ahjussi, mianhae sudah membuat repot." Kedua maid itu hanya tersenyum menanggapi tingkah tuan mudanya.

"Bum-bum…kka, kita harus cepat sebelum Hyungdeul pulang dan memarahiku karena terlambat."

"Aigoo, bagaimana kedai ku bisa seberuntung ini menjadi langganan bungsu keluarga Park yang terkenal." Terlihat Ahjumma yang menggelengkan kepalanya. Kyuhyun yang mendengar itu langsung berbalik dengan mata berbinar.

"Ahjumma mengatakan aku 'terkenal'?" Kyuhyun bersorak, namun wajah yeoja paruh baya itu justru seperti menyindir. "Bukan kau, Kyu. Tapi keluarga Park," jelasnya.

"Tapi Ahjumma tadi bilang 'bagaimana kedai ku bisa seberuntung ini menjadi langganan BUNGSU KELUARGA PARK YANG TERKENAL'." Kyuhyun sengaja menekan kalimat yang seperti menunjuk kepadanya.

"Jika orang awam sepertiku mengatakan hal itu, maka pergunakan otak geniusmu untuk mencernanya."

Kibum tertawa keras begitu melihat Kyuhyun tak berkutik dengan kalimat seorang ahjumma pemilik kedai Jjangmyeon. Adiknya itu masih diam, berkedip beberapa kali dengan kebingungan yang masih menguasainya, kemudian ketika sadar bibirnya justru mengerucut.

"Kyu, kajja kita harus cepat sebelum Hyungdeul benar-benar pulang."

Kyuhyun berjalanan mengikuti Kibum yang sudah melangkah lebih dulu. Dua maid yang membawa sekantong besar Jjangmyeon masuk ke salah satu mobil. Kyuhyun dan Kibum sendiri menuju sebuah mobil yang terparkir tak jauh dari sana. Ada Kim ahjussi yang sudah menunggu.

""Ahjussi, kita pulang."

"Yak, Kibum aku belum membeli ayam gorengnya," sungut Kyuhyun. "Aku sudah memesannya, mereka akan mengantarkan sebentar lagi."

Kyuhyun melipat tangannya di depan dada, merajuk. Namun Kibum tidak akan merubah keputusannya. Wajah Kyuhyun sudah lebih pucat dari basanya. Dan anak itu sepertinya tidak merasakan lelah dalam tubuhnya. Kyuhyun terlalu bersemangat sampai lupa bahwa tubuhnya sudah berteriak meminta istirahat.

Kibum menekan tombol di sisi kiri tempat duduk Kyuhyun, hingga kursi itu merebah secara otomatis. "Kau kelelahan," jelas Kibum saat Kyuhyun meliriknya dengan kesal.

"Kangin Hyung yang membuatnya menjadi seperti ini?" tanya Kyuhyun takjub.

"Ne."

"Daebak. Aku bisa tidur dengan nyaman jika seperti ini," lagi-lagi Kyuhyun berdecak kagum. "Apa lagi yang kau minta dari Kangin Hyung?" Kyuhyun yang msih sibuk dengan desain interior mobilnya tidak menghadap Kibum saat bertanya. "Ada emergency service di belakangmu."Tunjuk Kibum dengan gerakan kepalanya. Kyuhyun otomatis mengangkat tubuhnya dan berbalik. Ada sebuah lemari kecil yang ketika ditekan tombolnya akan memperlihatkan sebuah kaca transparan yang berisi botol bertuliskan Oxycan (zat acid), beberapa suntikan steril, dan obat-obatan lainnya.

"Aku tidak ingin menaiki mobil Ambulance!" seru Kyuhyun. Kibum menutup buku yang dibacanya. Kemudian melirik Kim Ahjussi sebentar sebelum membalas protesan Kyuhyun.

"Aku hanya ingin berjaga-jaga jika ada orang yang akan meracunimu lagi," Kibum masih melirik Kim Ahjussi. Namun namja paruh baya itu ternyata memiliki sikap yang tenang dan tidak terpengaruh dengan sindiran Kibum. Kyuhyun mendelik kearah Kibum. Mengingatkan saudaranya bahwa Kim Ahjussi sedang bersama mereka.

"Wae?" tanya Kibum tampak tak peduli. Kyuhyun masih bergumam tanpa suara. Kembali menegur Kibum.

"Kalian sudah tau rupanya. Chukae." Tanpa diduga, Kim Ahjussi justru menanggapi sindiran Kibum.

"Ahjussi, apa kau yang meracuni adikku?" geram Kibum. "Tentu bukan Tuan muda. Coba ingat-ingat lagi, siapa yang bertemu dengan Tuan muda Kyuhyun sebelum berangkat?" Kim tersenyum remeh.

"Kim..ahjumma?" sahut Kyuhyun. Kibum yang mendengarnya menoleh. "Kau yakin?" tanyanya. Kyuhyun mengangguk kemudian.

"A-ahjussi, jika aku tau akan mendapat jantung dari Minji Ahjumma dan menyakitimu, aku…aku minta maaf."

"Rasanya sangat sakit sekali ketika Minji meninggal dan aku justru mondar-mandir melayani keluarga Park yang tengah mencemaskanmu yang sedang sekarat waktu itu?" Kim memulai mengeluarkan kekesalannya.

"Karena KAU, mereka tidak mau mendengar apa yang akan aku sampaikan untuk meminta ijin mengunjungi anakku."

Tanpa terasa tangan Kyuhyun sudah bertengger di atas dada kirinya. Denyutan menyakitkan itu kembali dirasakannya, bersamaan dengan detak jantung yang kian cepat dan menimbulkan sakit yang menjalar hingga punggung.

"Bahkan hingga dia meninggal." Kim menepikan mobil di tempat yang cukup sepi. Dan Kibum baru sadar bahwa tempat mereka berhenti bukanlah tempat yang menuju jalan rumahnya. Dan mobil yang berisikan 2 maid tadi juga menghilang.

"Ahjussi. Apa Ahjussi tidak juga…sadar." Napas Kyuhyun terdengar berat dan cepat. Kibum berusaha menenangkannya dan menyuruh Kyuhyun berhenti. Namun anak itu masih berisi keras.

"Apa maksudmu?" Kim menggeram dan memukul setir mobil dengan keras. Tubuh Kyuhyun tersentak kaget. Anak itu tengah ketakutan, namun Kyuhyun masih berusaha keras untuk tetap mempertahankan kesadarannya yang sudah mulai menipis. Jantungnya semakin berdentum menyakitkan, dengan napas yang semakin berat dan pendek.

"Tubuhku…aku sudah menolaknya. Hngh.." Tubuh Kyuhyun melengkung di atas kursi yang di dudukinya. Tangannya meremas kuat-kuat bagian dada kirinya, seolah-olah bagian tersebut ada yang mengkoyaknya hingga Kyuhyun berusaha keras untuk tetap mempertahankannya. "Hentikan bodoh!" Kibum berseru panik.

"Ahju-ssi…ambilah. Tubuhku sudah….menolaknya. Bahkan setelah…4 bulan jantung ini ada di tubuhku. Jebal….ambilah. Tapi, aku mohon….maafkan aku." Kepala Kyuhyun terangkat, solah sedang berusaha keras mencari oksigen di sekitarnya. Tubuhnya mulai menggeliat tak tenang dengan lenguhan yang terus menerus terdengar.

"Ahjussi!" Kibum panik saat tubuh Kyuhyun limbung dan hampir terjatuh dari sandaran kursi. "Bum…hyung"

Di sela rasa paniknya, Kibum mengingat sesuatu, dia mengambil oxycan yang sudah tersedia dalam lemari kecil. Memasangkan fentilator dan menekannya masuk ke dalam mulut Kyuhyun yang terbuka. "Hirup sebisamu. Jangan tidur..kau bisa Kyu, hirup sebisamu." Kibum hampir frustasi saat Kyuhyun sama sekali tidak mendengar intruksinya. Adik kecilnya benar-benar kesulitan untuk mengambil napas.

"Ahjussi, apa yang kau lakukan? Cepat, kita harus ke Rumah Sakit. Adikku…adikku tidak bisa bernapas." Kibum berseru panik. Tidak ada pilihan lagi, Kibum segera memberi napas buatan seperti yang pernah diintruksikan Yunho ketika dalam keadaan mendesak.

"Sial!" Kibum segera mengambil sesuatu dari dalam lemari kecil. Mengacaknya, mengambil suntik steril dan memasukkan sesuatu dari dalam ampul. Setelah selesai dan yakin dosisinya benar. Kibum segera menyuntikkannya di lengan Kyuhyun yang sudah hampir kehilangan kesadarannya.

"Ini akan bertahan sampai kita tiba di Rumah sakit..kau tenanglah ne?"

"Apa ini sebuah drama?"kekeh Kim dengan seringaiannya. Kibum menggeram kesal. "Kau tidak tau apa-apa selain dendam yang sudah menelan otakmu. Kau tidak tau bagaimana sulitnya Kyuhyun bertahan hidup selama ini!"

"KAU PIKIR BERAPA LAMA AKU BERSAMA KELUARGAMU, KIBUM?"

Kibum berdecih, "Jika kau memang sudah lama bersama kami. Tentunya kau sangat tau bagaimana kehidupan kami selama ini Ahjussi. Terlebih Kyuhyun."

"Kami memang beruntung dilahirkan di keluarga berada. Bergelimpangan harta, apapun yang kami inginkan orang tua kami dan Hyungdeul selalu memberikannya."

"Apa saat ini kau sedang pamer, Park Kibum?" geram Kim memandang berang Kibum dari kaca depan.

"Ani. Aku hanya bercerita sedikit keberuntungan kami di samping banyaknya kesulitan yang kami hadapi. Hidup dengan kondisi jantung yang tidak normal dan dilahirkan atas tujuan dendam. Apa menurut Ahjussi hidup seperti itu mudah? Adikku, Kyuhyun sedari kecil bahkan sudah mengetahui bahwa ada yang tidak beres dengan keluarga ini. Dia selalu mengajakku pergi karena dia mampu melihat apa yang tidak bisa ku lihat. Kemampuannya sangat luar biasa, tapi…" Kibum mengambil jeda sejenak. Matanya melirik Kyuhyun yang masih bergumam sakit dengan napas yang lebih normal dari yang sebelumnya.

"Kyuhyun selalu sakit setelah sesuatu itu mampu ia lihat. Setiap malam, eomma selalu mengatakan kepada kami untuk membantunya mengambil kembali Perusahaan Lee dan segera pergi dari rumah keluarga Park. Kami masih berusia 2 tahun ketika itu. Tetapi Kyuhyun sudah mampu berbicara banyak dan mengatakan hal yang tidak-tidak. Hingga ketika berusia 3 tahun, kondisinya semakin memburuk. Dia selalu merengek ingin pergi ke banyak tempat. Dan tujuan pertama kami waktu itu adalah Ulsan. Ahjussi pasti tau tentang kejadian itu bukan? Kyuhyun pingsan di dalam mobil sebelum kakinya menginjak Pantai di Ulsan. Ahjussi juga tau sendiri bagaimana kondisi Kyuhyun saat itu. Bukankah waktu itu Ahjussi yang menggendongnya selama Eomma dan Appa mengurus administrasi Kyuhyun karena anak nakal ini terus menangis dan meminta pulang.."

"Hiks…pulang ahjucci. Appo..ahjucci." Anak Kecil dalam gendongan supirnya itu masih menangis sesenggukan. Sementara sang supir masih sibuk menenangkan sekaligus sibuk mempertahankan tiang infuse agar tidak terjatuh karena tarikan majikan kecilnya.

"Kyuhyunie, tenang Ne. Eomma dan Appa pasti akan segera datang.."

"Ne, Kyu-kyu sama Hyungie saja, ne?" imbuh Kibum kecil sambil mengusap kaki adiknya yang dingin.

Kyuhyun kecil menggeleng keras. Anak itu masih berisi keras meminta pulang. Kyuhyun tidak menyukai Rumah Sakit karena banyak sosok menyeramkan yang terlihat di sepanjang koridor dan di ruangan tempatnya di rawat sekarang.

Kim Ahjussi tersentak ketika majikan kecil yang ada dalam gendongannya mengalami kejang beberapa kali. Kemudian namja paruh baya itu merasakan kemeja belakangnya basah. Ketika menegakkan tubuh Kyuhyun kecil, Kibum dibuat menjerit melihat banyak darah sudah merembes memenuhi baju Rumah Sakit milik adiknya. Beberapa jatuh di atas lantai putih.

"Eo..mma" lirih Kyuhyun setengah sadar, namun berikutnya yang terjadi adalah anak itu kembali memuntahkan banyak darah dan jatuh tak sadarkan diri.

Semua orang panik. Kyuhyun tengah mendapatkan penanganan medis dan kembali memasuki ruang ICU untuk kesekian kalinya.

"Uisa mengatakan bahwa Kyuhyun membutuhkan jantung baru secepatnya, yeobo. Eottokhe?"Kim Hanna atau Kim Yuri menangis sesenggukan di pelukan suaminya. Sementari Kibum tengah ditenangkan oleh Kim Ahjussinya. Duduk di kursi ruang tunggu tanpa kepastian.

"Tuan muda tenang saja, ne?"Kim Ahjussi terlihat menepuk-nepuk punggung majikan kecilnya yang masih menangis.

"Mari berdoa untuk kesembuhan tuan muda Kyuhyun dan semoga secepatnya akan ada jantung baru untuk tuan muda Kyuhyun."

Kibum kecil menurut. Menangkupkan kedua tangan kecilnya dan berdoa bersama dengan Kim Ahjussi yang memimpinnya."Tuan muda tenang saja, ne. Ahjussi yakin sebentar lagi Tuan muda Kyuhyun akan mendapat jantung baru."

"Apa Ahjussi juga ingat, kita berdoa bersama agar Kyuhyun segera mendapatkan jantung baru. Lalu setelah Kyuhyun mendapatkannya, kenapa Ahjussi justru menyalahkannya?"

"Karena dia telah mengambil jantung anakku. Dia yang menyebabkan uri Minji meninggal." Suara Kim Ahjussi sudah melembut, tidak menggunakan nada tinggi dan dingin seperti yang dilakukannya tadi.

"Apa saat itu Kyuhyun diberi kesempatan untuk memilih jantung siapa yang akan ia gunakan untuk bertahan hidup? Apa pada saat itu kami juga tau siapa yang mendonorkannya? Apa saat itu Kyuhyun juga ingin dilahirkan dalam kondisi jantung yang tidak normal? Apa Ahjussi pikir adikku tidak lelah dengan semua kenyataan yang harus dia dijalani? Bahkan…adikku harus bekerja keras seumur hidupnya untuk menjaga tubuhnya agar tidak mudah sakit dan merepotkan orang lain. Tapi…kenapa kalian semua seolah tutup mata dan tidak mau tau bagaimana kesulitan adikku? Ini…" Kibum menghamburkan isi tasnya dan mengeluarkan sebuah surat berlabelkan nama Rumah Sakit Jung Hook di sisi atasnya.

"Rekam medis kondisi Minji Ahjumma terakhir kali sebelum meninggal. Kalian belum sempat mengambilnya bukan?" Kibum menyodorkan kertas itu dengan tangan gemetar.

Berbeda dengan Kibum, Kim Ahjussi justru menangis keras begitu melihat beberapa lembar keterangan kesehatan anaknya dalam surat yang diberikan Kibum. Kondisi anaknya memang sangat parah. Pendarahan di pembuluh darah otak dan….kanker rahim stadium akhir?

"Ahjussi juga tidak perlu khawatir dengan biaya sekolah Ryeowook. Kyuhyun sudah memutuskan untuk membiayainya hingga lulus High School. Dan untuk masuk ke Universitas, aku akan mengusahakan untuk berbicara dengan Hyungdeul agar memberi beasiswa untuknya dari perusahaan Hyungdeul."

Kim Ahjussi masih tidak bergerak di tempatnya. Wajahnya ia telungkupkan di balik kemudi. Sejujurnya, setelah Minji meninggal, dia tidak pernah mau tau lagi alasan apapun yang menyebabkan anak perempuanya yang tersisa setelah Yuri menghilang itu meninggal. Yang ia tau adalah, dia dan keluarganya harus membalaskan kematian Yuri kepada orang yang sudah mengambil jantung anak perempuannya. Keinginan Kim ahjussi untuk kesembuhan majikan kecilnya yang terpenuhi justru menghilangkan nyawa anaknya.

"Kyuhyunie, waegurae? Kau mendengarku?"

Lamunan Kim tersapu oleh teriakkan Kibum dari belakang. Kim bisa melihat majikan kecilnya menggeliat gelisah, terbatuk beberapa kali hingga kesulitan bernapas.

"Ahjussi, palli kita harus ke Rumah Sakit sekarang."

Kim yang masih kebingungan tidak langsung menuruti perintah majikannya. Namja baya itu masih diserang panik melihat majikan kecilnya yang mengerang kesakitan dengan tubuh melengkung menyerupai janin dalam perut.

"Jebal…Ahjussi boleh melampiaskan semua kemarahan Ahjussi selama ini padaku. Tapi..jebal bawa adikku ke Rumah Sakit…jebalyo Haraboeji."

DEG

Kim mengalihkan obsidiannya kepada majikannya yang lain. Wajah Kibum sudah berurai air mata. Dan..apa tadi? Anak itu memanggilnya haraboeji? Pantaskah dia mendapatkan panggilan seperti itu?

-SF-

"Anyeonghaseyo, Ryeowook imnida."

"Jadi kau cucu dari Kim Ahjumma? Satu sekolah dengan adik kami?" tanya Siwon bertubi. Namja bertubuh mungil itu mengangguk.

"Dan kalian keluarga dari Yuri Eomma?" tanya Donghae tak percaya. 2 orang yang ada di depannya hanya menunduk. Kedatangan Ryeowook yang tiba-tiba membuat Kim Ahjumma sempat marah dan menegurnya.

"Apa Kyuhyun belum pulang juga? Aku ingin mengucapkan terimakasih sekaligus meminta maaf. Terjadi kesalah pahaman antara kami," ujar Ryeowook mengundang tatapan bertanya dari 4 namja yang berada disana.

"Seharusnya…"

"Tuan Jungsoo."

2 orang maid datang tergesa-gesa masuk ke dalam mansion Park dengan banyak bawaan di kedua tangannya.

"Wae? Dimana Kyuhyun dan Kibum? Bukankah kalian juga bersamanya?" tanya Jungsoo begitu tidak melihat kedua adik kembarnya masuk ke dalam rumah.

"Mianhamnida, Tuan. Kami tadi memang diminta Tuan muda Kyuhyun dan Kibum untuk datang dan mengambil pesanan Tuan muda Kyuhyun. Tapi…"

"Ada apa?"

"Sebenarnya Tuan Sungmin sudah memperingatkan kami untuk mengawasi Pak Kim dan terus mengikuti mereka hingga Tuan Sungmin datang. Tapi…kami kehilangan jejak."

"MWO?" Heechul bangkit berdiri, memandangi keduanya dengan wajah berang.

"Ada apa dengan Kim Ahjussi? Kenapa Sungmin menyuruh kalian mengikutinya?"

"Mianhamnida, kami tidak tau pasti alasannya Tuan. Kami hanya diperintahkan untuk mengawasi hingga Tuan Sungmin datang." Jelas salah satu maid dengan wajah tertunduk.

"Kim Ahjumma, kau tau sesuatu?" Heechul beralih kepada Kim Ahjumma dan cucunya yang masih duduk menunduk di hadapannya dan ketiga saudaranya. Sepertinya Kim Ahjumma tidak ingin menjawab apapun melihat gesture tubuhnya yang masih tampak tenang tanpa ekspresi.

"Mianhamnida, sebenarnya kami adalah keluarga dari Kim Minji, orang yang sudah mendonorkan jantungnya untuk Kyuhyun." Jelas Ryeowook tanpa mempedulikan peringatan halmonienya.

"Dan aku adalah anaknya." Tidak ada satu orang pun yang mengerti kecuali Kim Ahjumma dan Ryeowook di ruangan itu. Namun mendengar suara Ryeowook yang bergetar, mereka menyimpulkan ada sesuatu yang tidak beres dengan hal yang hendak dikatakannya.

"Kami berniat membalas dendam. Termasuk dengan…."Suara Ryeowook tercekat. Dia tidak berani menatap wajah keluarga Park terutama Heechul yang berdiri tepat di depannya.

"Saya yang meracuni Tuan muda Kyuhyun dengan Ethylen Glychol." Aku Kim Ahjumma dengan air mata yang sudah merembes di kedua pipi keriputnya. Untuk beberapa detik tidak ada yang bereaksi sama sekali. Hingga wanita yang bekerja sebagai Kepala Pelayan itu kembali angkat bicara.

"Saya tidak akan meminta maaf atas kesalahan itu. Rasa sakit yang dialami Tuan muda Kyuhyun tidak sebanding dengan kesulitan keluarga kami dan cucuku. Kim Ryeowook."

"-Eommanya meninggal dan diambil jantungnya tanpa seijin kami. Appanya bunuh diri tak lama setelah Uri Minji meninggal. Hanya saya dan haraboejinya 'Kim Ahjussi' yang merawat dan membiayai kehidupannya hingga sekarang ini. Uri Ryeowookie, dia anak yang pintar. Mendapat beasiswa di tingkat pertama High School, dan dengan bangganya dia mengatakan kepadaku dan haraboejinya bahwa kami tidak perlu khawatir lagi dengan biaya sekolah. Tapi….Tuan muda Kyuhyun dan Kibum, mereka mengambil beasiswanya. Mungkin memang uri Ryeowookie tidak secerdas mereka. Tapi, kenapa kedua adik kalian begitu rakus. Terutama Tuan muda Kyuhyun…."

"Berhenti di sana Ahjumma," desis Heechul geram, namun tidak ditanggapi sama sekali. Yeoja itu justru membalas tatapan Heechul dengan mata sayunya yang sudah berurai air mata.

"Selain mengambil jantung anakku, Minji. Dia juga mengambil beasiswa cucuku dan menyebabkan cucuku dikeluarkan dari sekolah hari ini. Seharusnya…kemarin kami bisa membayar dengan gajiku sebagai pelayan di rumah ini. Tapi, bocah itu kembali berulah dan kami terpaksa mendapat libur kembali dengan gaji yang lupa kalian berikan."

"-sejujurnya, saya menyayangi Tuan muda Kyuhyun seperti cucuku sendiri, karena pada kenyataannya dia memang cucuku. Tapi, kenapa semua masalah yang timbul di keluargaku selalu berasal darinya? Wae? Jantung anakku, nyawa menantuku, pendidikan cucuku? Kenapa dia bisa dengan kejam merampasnya dari kami?"

"Mwo? Kejam kau bilang? Kau tidak tau apapun tentang adikku Nyonya Kim!" hardik Heechul. Jungsoo yang melihatnya segera menarik adik tertuanya untuk duduk.

"Ne, kejam. Apa kalian juga tidak berpikir bahwa orang tua kalian meninggal juga karena kehadiran anak kembar itu? Sejak kehadiran si kembar, tidakkah kesulitan juga banyak berdatangan dalam kehidupan kalian? Kalian para Tuan muda yang hebat dan sibuk selalu mengabaikannya dan terus membiarkannya hidup. Cih…menganggap semuanya musibah seperti malaikat."

"Aniyo, Eomma. Semuanya bukan salah anakku. Semua ini bermula dari kesalahan Eomma sendiri."

Di depan pintu mansion keluarga Park. Terlihat Yuri dan kedua namja yang mengapitnya. "Henry-ah, kenapa kau disini?" Kim Ahjumma tampak tak percaya dengan seorang bocah berusia 15 tahun tengah tersenyum kepadanya dalam keadaan berdiri tegak. Padahal saat menemukannya 2 tahun lalu. Anak itu sudah lumpuh dan tidak bisa berdiri sendiri dengan kedua kakinya.

"Halmoeni, anyeong," sapanya dengan senyum lebar.

"Eomma, kutegaskan sekali lagi semua yang terjadi bukanlah kesalahan kedua anakku, terutama Kyuhyun."

"Andai Eomma tidak memasukkanku ke dalam panti itu, aku pasti masih bersama Eomma hingga sekarang dan hidup bahagia dengan Eomma. Tidak diperbudak oleh Lee dan menjalani hidup hingga seperti ini."

"Kondisi Kyuhyun yang tidak sehat, itu adalah salahku. Mungkin itu karma atas kesalahanku karena sudah masuk di keluarga baik-baik dan mencoba merusaknya. Keunde Eomma, ketika aku sudah berusaha untuk memperbaiki semuanya, kenapa keluargaku sendiri justru menyulitkan jalanku? Menganggap semuanya adalah kesalahan Kyuhyun. Padahal anakku, dia tidak tau apapun dan tidak menginginkan dilahirkan atas dasar dendam dengan kondisi jantung yang tidak normal seperti anak pada umumnya. Jika anakku dilahirkan saja salah, bertahan hidup salah dan berbahagia salah. Dan jika Eomma tetap tidak menerima itu semua dan ingin menghabisinya, habisi saja. Bunuh Kyuhyun seperti yang Eomma mau."

"Yuri Eomma?" Siwon segera bersujud, menumpukkan kedua tangannya di atas meja. Berdoa agar semua yang dikatakan Yuri tidak benar-benar terjadi.

"Tapi sebelum semua itu terjadi. Akan ku pastikan Eomma tidak akan pernah melihatku lagi di dunia ini. Jika anakku harus mati, maka aku juga harus mati. Karena dia dilahirkan dari rahimku, dan… dia bisa berada di dunia ini, dibenci oleh keluarganya sendiri juga karena aku telah melahirkannya. Maka jika anakku harus mati, aku juga harus mati lebih dulu darinya."

Yuri masih terisak di depan pintu utama kediaman keluarga Park saat sebuah tangan memeluknya erat dari belakang. Tubuhnya hanpir terdorong jika saja tidak ada Sungmin yang menahannya.

"Eomma." Kyuhyun, anak itu yang memeluk Yuri dan membuat seisi rumah terkejut. Ada beberapa bercak darah di baju seragam Kyuhyun. Begitu juga dengan Kibum yang baru saja menyusul adiknya dengan napas terengah.

"Gwaenchanha? Kyuhyunie, Gwaenchanha eoh?" Anak itu mengangguk, mengusakkan kepalanya semakin dalam di bahu eommanya.

"Ryeowook-ah. Apa yang kau lakukan disini?" Kim Ahjussi yang baru datang langsung menghampiri cucu dan istrinya yang masih terdiam disana.

"Kyuhyun-ah."Kyuhyun mengangkat kepalanya, sorot matanya berubah sendu saat melihat Ryeowook menghampirinya.

"Wook-ah mianhae. Aku tidak bermaksud lancang, aku hanya…"Kyuhyun masih menunduk ketika Ryeowook dengan tiba-tiba memeluknya dengan sangat erat sambil terisak. Ini di luar perkiraan Kyuhyun. Dia pikir Ryeowook akan memarahinya karena sudah lancang melunasi biaya sekolahnya tanpa berbicara terlebih dulu.

"Aniyo, aku yang harus meminta maaf. Mianhae, Kyu." Kyuhyun dengan senang hati membalas pelukan Ryeowook. Hal itu tak luput dari perhatian seluruh keluarga Park dan Kim.

"Aku bertemu Eomma ku," ucap Ryeowook dengan mata berbinar.

"Imo, Halmoenie, semua ini tidak benar. Aku datang bukan untuk membuat situasi menjadi seperti ini. Chakkaman.." Ryeowook mengeluarkan sebuah kertas usang dari dalam saku hoddienya. Menyerahkannya kepada halmoeninya.

"Eomma bukan meninggal karena mendonorkan jantungnya untuk Kyuhyun. Eomma sudah sakit parah sebelumnya. Aku mengambil hasil pemeriksaan terkahir Eomma 5 tahun yang lalu. Aku hanya melihat surat perjanjian yang pernah ku tunjukkan kepada halmeonie dan haraboeji, tetapi aku lupa meletakkan sebagian surat yang lain. Dan aku menemukannya. Eomma…dia menemuiku tadi. Menjelaskan semuanya. Kyuhyun tidak bersalah. Benar apa yang dikatakan Imo. Jika Kyuhyun boleh memilih ketika akan dilahirkan, dia tidak mungkin memilih untuk dilahirkan atas dasar dendam dan dengan kondisi jantung yang tak normal seperti anak lainnya. Lalu Appa, uri Appa memang bunuh diri, tapi bukan karena Kyuhyun. Appa baru mengetahui jika Eomma menderita kanker setelah Eomma meninggal. Appa hanya ingin menebus kesalahannya karena tidak tau apapun tentang kondisi Eomma. Ini…surat dari Appa yang ku temukan di gudang di Rumah kami, di Ulsan." Ryeowook menyodorkan lagi sebuah surat lusuh dengan beberapa bagian yang sudah rusak. Kim Ahjumma mengambilnya dengan tangan gemetar.

"Apa ini sungguhan?" Ryeowook mengangguk. "Ada beberapa tulisan Appa yang masih ku simpan di buku kesayangannya jika Halmoenie masih belum percaya."

"Halmoenie, aku ingin semua dendam ini diakhiri saja. Karena sebenarnya Kyuhyun bukanlah orang jahat seperti yang kita kira. Semuanya adalah kesalahan keluarga kita sendiri yang bahkan tidak mengetahui apapun yang dialami Eomma hingga Eomma memutuskan untuk mendonorkan jantung dan Appa yang bunuh diri karena rasa bersalah. Mari kita hentikan sampai disini, aku tidak ingin ada anggota keluargaku lagi yang pergi termasuk…Kyuhyun.."

"Ahhh…Kyuhyun-ah gomawo, aku mendapat kabar dari Lee Seosangnim, kau membayar biaya sekolahku. Apa uangmu tidak habis dengan biaya sebesar itu?" Tanya Ryeowook dengan wajah polosnya.

"Tentu saja. Padahal aku harus membeli PSP yang baru," jelas Kyuhyun sambil merajuk. Bibirnya mengerucut lucu.

"Tapi Hyungdeul pasti tidak akan membiarkan tabunganku menipis. Jungsoo Hyung?" Kyuhyun mengedipkan kedua matanya seperti anjing kecil. Hal itu tak luput dari perhatian semua orang disana, bahkan dengan banyak maid yang ikut berkumpul akibat insiden salah-menyalahkan tadi.

"Kita pastikan semua masalah selesai terlebih dulu, Kyu," jelas Jungsoo membuat Kyuhyun kembali merengut.

"Kim Ahjussi dan Ahjumma. Apa kalian sudah memaafkan kesalahan kami? Semuanya hanya salah paham. Dan alangkah baiknya jika masalah ini kita bicarakan baik-baik. Seperti yang dikatakan Yuri Eomma, jika kalian masih memiliki dendam kepada adik kami. Maka kami bersedia untuk melakukan apapun termasuk memberikan nyawa kami asal kalian tidak lagi menyakiti dongsaeng kami." Ucap Jungsoo yang terlihat berwibawa dan bijaksana sekaligus. Namja itu tidak sadar, Kyuhyun tengah menyebirnya dari belakang.

"Tuan muda, mianhae. Saya pikir semuanya memang terjadi akibat kesalah pahaman. Mianhae karena kami telah menutup mata dan tidak mau tau apapun yang sebenarnya terjadi. Mianhae karena telah mengedepankan kebencian dan dendam kami tanpa berpikir terlebih dahulu. Tuan muda Kyuhyun, jeongmal mianhamnida. Saya pantas di hukum." Semuanya terkaget-kaget saat tiba-tiba Kim Ahjussi berlutut di depan Kyuhyun disusul dengan istrinya.

"Jeongmal mianhamnida, Tuan. Saya bersedia di hukum," imbuh Kim Ahjumma dengan berlutut.

"YAK! Halmoenie, Haraboeji! Aku tidak mau menjadi cucu orang yang berani-beraninya berlutut di depanku. Kalian pikir aku ini siapa? Appo.." Kyuhyun merintih saat Heechul menggeplak kepala adiknya lumayan keras.

"Sopanlah sedikit maknae," tegurnya. Kyuhyun bersungut-sungut sambil mengelus kepalanya yang masih berdenyut. "Min Soo Saemcheon lihat ini. Aku tidak minta disembah, jadi kau jangan menyalahkanku lagi. Atau kepalamu akan bocor untuk kedua kalinya.." Seseorang muncul dengan kepala di bebat kain putih. Kim Minsoo, namja paruh baya itu tersenyum sekilas menyapa penghuni rumah keluarga Park yang menodongnya dengan pandangan 'siapa?' dan 'Kenapa?'.

"Minsoo-ah gwaenchanha?" Minsoo memaksa tersenyum saat Kim Ahjumma menanyakan keadaannya dan tanpa sengaja menyentuh lukanya.

"Anak kecil itu memukulku dengan botol Oxycan. Padahal aku hanya berniat membantu Appa membawanya keluar dari mobil saat dia kambuh dan mobil yang ditumpangi mengalami pecah ban."

"Kau sudah mengetahui semuanya?"

"Ne, sebenarnya Ryeowook kesini bersamaku. Tapi ada sesuatu yang tertinggal sehingga aku harus kembali lagi ke rumah. Saat sedang perjalanan kembali kesini, seorang anak nakal sedang sekarat dan membutuhkan bantuanku. Tapi ternyata dia tidak benar-benar sekarat. Eomma lihat, mungkin sekarang aku yang sedang sekarat akibat pukulannya." Adunya pada Kim Ahjumma. Kyuhyun mencibir, kemudian menendang kaki guru di sekolahnya sendiri dengan kaki kanannya. "Kau sudah sangat tua untuk merajuk seperti itu Saem. Ishh..tidak tau malu sama sekali," ujar Kyuhyun dengan wajah polosnya yang mengundang tawa seisi rumah. Yuri yang tidak tau siapa Min Soo hanya melihat pemandangan itu dengan bingung.

"Yuri-ah, maafkan Eomma dan Appa ne? Ini Minsoo, adikmu. Eomma tidak yakin kau mengingatnya."

"Bagaimana Noona mengingatku? Kalian menitipkannya di panti saat aku sedang dalam proses menjadi janin."

"Sekarang aku paham, kenapa uri maknae bisa memiliki mulut tajam dan kurang ajar. Ternyata itu turunan dari sifatmu eoh?" Heechul menggeplak kepala namja yang jelas-jelas 10 tahun lebih tua darinya.

"Yak! Ommo, Heechul-ssi aku adalah penggemarmu. Eottokhae, apa aku benar-benar sedang berhadapan dengan Park Heechul?" tanpa di duga, Minsoo tiba-tiba memeluk Heechul dengan sangat erat, kemudian beralih menatap ketiga namja lain yang tidak lain adalah Jungsoo, Siwon dan donghae dengan mata berbinar.

"Akhirnya aku bisa melihat orang-orang hebat ini di depan mataku. Aigoo, aku sempat ingin membeci kalian saat tau kalian adalah Hyung dari setan kecil bernama Kyuhyun. Tetapi setelah dilihat dari jarak dekat seperti ini, namja keturunan Park benar-benar sangat mengagumkan."

Minsoo memeluknya namja yang dikaguminya satu persatu. Namun ketika hampir memeluk Jungsoo, seseorang tiba-tiba menariknya dan mendorongnya dengan keras. "Jangan sentuh Hyungdeul ku! Hyungdeul is mine." Kyuhyun menarik semua Hyungdeulnya termasuk Kibum yang masih berdiri di ambang pintu, kemudian menggamit satu-persatu jemari Hyungdeulnya agar cukup dipegang dengan kedua tangannya.

"Jika Samcheon ingin meminta tanda tangan atau semacamnya, Samcheon harus meminta ijin padaku dulu."

"Memangnya kau siapa bocah?"

"Aku?" tunjuk Kyuhyun pada dirinya sendiri. Minsoo mengangguk seperti anak kecil. "Aku managernya."

"MWO?"

-SF-

Malam ini beberapa maid masih disibukkan dengan acara bersih-bersih rumah setelah makan bersama selesai. Kehadiran Han San Wu dan kedua anaknya, ditambah dengan si food monster Changmin, suasana malam di mansion Park masih terlihat ramai. Changmin dan Kyuhyun tengah sibuk bertanding game. Sedangkan Victoria, Hangeng, Kibum, Ryeowook, Henry dan Hyungdeul sebagai penonton. Sementara Han San Wu, Yuri, Minsoo dan kedua orang tuanya tengah melakukan pendekatan diri setelah lama tidak bertemu.

"Changmin-ah, Hyung akan membelikan apapun yang kau inginkan malam ini jika kau berhasil mengalahkan uri maknae." Ujar Heechul dengan evil smirknya. Namja cantik itu berani menjanjikan karena dia sangat yakin bahwa Kyuhyun tidak mungkin kalah.

"Aku akan mentraktirmu makan siang dikantin selama 1 bulan jika kau bisa mengalahkanku," ujar Kyuhyun tampak yakin. Namja itu tengah mengotak-atik stick gamenya untuk mencari game yang akan mereka mainkan. Beberapa camilan yang tersedia sudah hampir habis dimakan oleh food monster. Nafsu makan Changmin benar-benar luar biasa. Henry beberapa kali menyuapkan potongan buah dan coklat sekaligus yang diterima Changmin dengan senang hati.

"Kalian jangan meremehkanku. Lihat saja, selagi makanan masih ada aku akan segera memenangkan pertandingan ini." Changmin berujar bangga ketika melihat masih ada beberapa makanan di meja walaupun tidak sebanyak tadi.

"Dalam mimpimu Chwang," sindir Kyuhyun. Begitu game di mulai semua orang tampak antusias. Kecuali Kibum yang tengah sibuk dengan buku tebalnya. Namja itu hanya beberapa kali melihat pertandingan ketika seseorang berteriak keras. Takut jika adiknya terkejut dan berdampak pada jantungnya. Kibum masih ingat, tadi siang Kyuhyun sempat kembali mengalami sesak napas saat perbincangannya dengan Kim Ahjussi selesai. Tapi itu tidak berlangsung lama setelah Kibum menyemprotkan zat acid atau oksigen kepada adiknya.

"Kibum-ah, wae? Sepertinya hanya kau yang tidak bersemangat," tanya Jungsoo yang sedari tadi juga tengah sibuk dengan ponselnya. Satu-satunya orang yang menyadari ketidak beresan Kibum. "Aniyo. Tidak ada apa-apa." Kibum kembali berkutat dengan bacaanya. Sementara Jungsoo memutuskan untuk tidak mengganggu kegiatan Kibum dan bergabung dengan yang lain setelah urusannya dengan ponselnya selesai.

"Yeaaaa! Hyungdeul lihat! Aku menang," sorak Kyuhyun yang tanpa sadar melempar stick gamenya ke sembarangan arah. Sementara itu, Changmin dan Tim solidnya Henry tengah sibuk mengumpat karena kembali dikalahkan oleh seorang GaemKyu.

Pertandingan kembali berlangsung hingga tiba-tiba Kyuhyun memutuskan untuk berhenti dan menyuruh Siwon menggantikannya. Namja berkulit pucat itu berjalan terhuyung menuju sofa tempat Kibum duduk. Kibum dengan sigap segera berdiri dan membiarkan adiknya merebahkan diri di atas sofa.

"Wae?" bisik Kibum tidak ingin yang lain mendengarnya. "Aniyo, nan gwaenchanha." Sahut Kyuhyun lirih. Anak itu tengah menutup wajahnya dengan lengan kiri. Sementara tangan yang satunya tengah bertengger di atas dada kirinya, sedikit menekan guna mengurangi rasa nyeri yang tiba-tiba menyerang.

Kibum sibuk memperhatikan rona wajah adiknya yang lebih pucat dari sebelumnya. Napasnya juga terdengar berat dan pendek. "Pindah ke kamar saja, ne?" Kibum kembali berbisik. Kyuhyun sempat terdiam sebentar sebelum akhirnya menggeleng. "Tidak terlalu sakit, Bum. Hanya sedikit sesak." jawab Kyuhyun tak kalah pelan. Ujung matanya menangkap beberapa perdebatan yang terjadi antara kubu Siwon dan kubu Changmin. Tanpa sadar bibir pucatnya terangkat.

"Semuanya sudah berakhir, Bum."

"Apanya?" Sahut Kibum sambil mengusap puncak kepala adiknya yang mulai berkeringat. "Tentu saja kesalah pahaman ini." Ungkap Kyuhyun. Namja itu kembali memejamkan matanya.

"Kau senang?" Kibum masih mengusap puncak kepala adiknya hingga tanpa sadar sudut matanya sudah mulai mengelurkan cairan bening. Ia tau, kondisi Kyuhyun semakin memburuk akhir-akhir ini. Obat yang disarankan Yunho sudah mulai tidak bekerja, bahkan jikapun bekerja, dosis yang diberikan harus lebih dari dosis biasanya. "Hmm..tentu saja, Bum." Kyuhyun tampak menggeser posisi tidurnya. Kebetulan sofa tempatnya tidur cukup besar dan lebar, cukup untuk dipergunakan tidur oleh 2 orang. Terutama jika memiliki postur tubuh kurus seperti Kyuhyun.

"Bum, aku kedinginan. Kemarilah…adikmu ini sedang kesakitan." Kibum menurut. Sebelumnya ia mengambil sebuah selimut tebal yang selalu tersimpan di laci meja ruang keluarga. Menyelimuti tubuh adiknya dan juga tubuhnya, bergelung dalam satu selimut dan memberikan kehangatan satu sama lain. "Apa sangat sakit?" tanya Kibum dengan suara nyaris bergetar. "Tidak, jika kau memelukku seperti ini." Kibum tersenyum, namun wajahnya sudah basah sejak beberapa saat yang lalu. Kibum mempererat pelukannya dengan hati-hati, tidak ingin jika adiknya sesak akibat terlalu terhimpit.

"Kibum?" Panggil Kyuhyun dnegan suara yang benar-benar lirih. Tampaknya anak itu sudah benar-benar mengantuk. "Hm?" Kibum mengusap punggung adiknya perlahan.

"Apa aku bisa sembuh?" tanya Kyuhyun dengan mata terpejam. Namja itu masih tersenyum. Kibum mendengarnya, tetapi tidak berniat untuk langsung menjawab. Rasanya sangat sesak ketika Kyuhyun menanyakan hal yang ia juga tidak tau. Namun Kibum tetap yakin bahwa adiknya pasti akan segera sembuh, Kibum menganggukkan kepalanya. Walaupun belum ada donor baru untuk adiknya, tetapi Kibum tidak mau mengalami putus harapan walau hal itu terlihat mustahil sekarang. "Tentu saja. Kau pasti sembuh." Kibum merutuk dalam hati. Suaranya bergetar ketika mengucapkan kalimat itu tadi. Membuat Kyuhyun terkekeh pelan, kemudian terbatuk beberapa kali.

"Jangan tertawa. Dadamu akan sakit nanti," lirih Kibum yang masih setia mengusap punggung adiknya.

"Bum-bum…aku ingin sembuh. Sangat ingin.." ungkap Kyuhyun menyerupai bisikan.

"Rasanya sakit sekali. Aku ingin menangis, tapi aku sudah besar dan bukan anak kecil lagi." Kibum terkekeh pelan mendnegar gerutuan adiknya. Masih bisa bercanda, eoh?

"Yak, kau pikir orang yang sudah dewasa tidak boleh menangis eoh? Tidak ada undang-undang yang melarang hal itu terjadi." Kyuhyun tertawa sebentar, namun berhenti ketika dadanya kembali berdenyut nyeri. Bahkan Kyuhyun sempat melenguh tertahan agar tidak mengudang kepanikan di malam hari yang menyenangkan seperti ini. "Sstt..nan gwaenchana," lirih Kyuhyun sambil berusaha menahan gerakan Kibum yang dapat mengundang perhatian Hyungdeulnya yang lain.

"Kau yakin?" Kyuhyun menganggukkan kepalanya. "Hanya jangan beranjak dari sini. Tidurlah di sampingku. Ini benar-benar dingin."

Kibum tak mampu menolak keinginan adiknya. Perlahan Kibum memposisikan tubuhnya ke posisi semula. Merengkuh tubuh Kyuhyun yang meringkuk seperti bayi kecil yang tengah kedinginan.

Berbeda dengan interaksi Kyuhyun dan Kibum. Keduanya yang terlalu sibuk mengkhawatirkan banyak hal sampai tidak sadar bahwa beberapa orang yang ada di ruangan yang sama dengan keduanya juga mendengar percakapan mereka. Changmin dan Siwon masih berteriak dengan gamenya namun siapa sangka bahwa wajah keduanya sudah berurai air mata. Tidak ada bedanya dengan Ryeowook, namja itu memutuskan untuk beranjak menjauh dan menangis sekeras-kerasnya di sudut belakang rumah. Ryeowook menyesal tentu saja. Terlalu lama menutup mata dan telinga untuk sebuah kebenaran dan melakukan balas dendam kepada orang yang justru tak tampak jahat sedikitpun. Orang yang dibencinya dulu justru terlihat ringkih dan rapuh secara bersamaan.

"Wookie."

Ryeowook mengangkat kepalanya yang ia tangkupkan di lipatan tangannya. Ada wanita cantik yang sedang menyapanya disana. Kim Minji. "Eomma," Ryeowook berhambur menghampiri eommanya. Anak itu sempat mengumpat sebentar saat tak berhasil memeluk tubuh sang Eomma, justru sesnsasi dingin yang dirasakannya ketika ia berhasil berhadapan dengan tubuh transparan itu.

"Kau sudah berjanji untuk kuat dihadapanya demi menebus kesalah pahamanmu bukan?" Ryeowook mengangguk. "Uljima, Kyuhyun tidak pernah menyukai tangis walaupun anak itu sedikit cengeng seperti anak kecil." Ryeowook tertawa di sela tangisnya. Sungguh beruntung dia masih bisa menemui Eommanya walaupun dalam keadaan yang 100% berbeda. Yang dihadapannya hanyalah roh yang tembus pandang, tidak bisa disentuh ataupun dipeluk ketika ia membutuhkan kekuatannya. Hanya untaian kalimat dari Eommanya Ryeowook sedikit demi sedikit bangkit dan kembali membuka hatinya untuk berpikir logis dan memaafkan.

"Aku ingin memukulnya. Dia benar-benar keras kepala dan sok kuat sekali. Tidak sadar bahwa kondisi tubunya tidak sejalan dengan pikirannya. Aigoo…tanganku sudah gatal untuk menjewer telingannya."

Minji tertawa mendengar ungkapan kekesalan anaknya yang begitu menggebu-gebu. "Dia memang seperti itu sejak dulu. Selalu keras dengan dirinya sendiri. Tidak peduli sakit ataupun sehat, anak itu akan bertingkah sok kuat dan menganggap semuanya baik-baik saja."

Ryeowook mengangguk setuju. Detik selanjutnya, namja itu merengut. "Eomma, kenapa jantung Eomma tidak membuat Kyuhyun sembuh? Maksudku..eng…" Minji tersenyum ketika melihat Ryeowook salah tingkah dengan perkataannya sendiri.

"Naneun mollayo. Hanya dunia medis yang mampu menjelaskannya, Tugasmu sekarang hanya ikut menjaganya dan jangan sekalipun kembali menyakitinya. Arra?"

Ryeowook mengangguk semangat, "Arraseo Eomma, anak itu terlalu imut dan berharga untuk disakiti."

"Eomma senang, akhirnya sekarang kau bisa mengerti dan tidak menyalahkannya lagi."

"Ne, ini juga karena Eomma. Eomma datang tepat waktu." Ryeowook bergerak memeluk tubuh Eommanya yang transparan. Walaupun hanya sensasi dingin, Ryeowook cukup senang bisa melihat dan merasakan kehadiran Eommanya seperti sekarang ini.

-SF-

"Ishh.. bagaimana bisa? Bahkan Henry lebih muda dariku." Pagi hari di mansion Park sudah disibukkan oleh ulah Bungsu dari kelurga Park yang bersikap aneh sejak pagi. Bahkan Henry yang baru bangun tidur mendapat omelannya.

"Ada apa denganku?" namja berpipi mochi itu tampak kebingungan."Bagaimana bisa anak sepertimu masuk anggota detektif terkenal di Korea? Aishhh..benar-benar tidak adil." Lagi-lagi Kyuhyun menggerutu.

"Sungmin Hyung, aku membencimu. Kau juga salah satu anggota detektif sama seperti Henry yang ternyata adalah adikmu, kenapa kalian bisa seperti itu?" Sungmin yang baru saja selesai mandi ikut kebingungan. "Apa yang salah?" tanyanya.

"Tentu saja. Aku juga ingin seperti Hyung dan Henry. Yak..Heechul Hyung jangan duduk di sini. Ini tempat Kibum." Kyuhyun mendorong tubuh Heechul hingga namja itu hampir terjungkal.

"Tidak ada detektif yang kekanakan sepertimu maknae. Dan lagi, hati-hati dengan infusmu. Lihat darahnya mulai naik," Heechul berseru panik membuat Kyuhyun yang menyadarinya ikut berteriak.

"Hwaaaaa..Hyungdeul eottokhae? Appo, Han Gege lepaskan saja, ini sangat sakit," Kyuhyun berteriak histeris dan mengaduh beberapa kali. Kibum yang baru saja keluar dari kamarnya hanya menggedikkan bahu tak peduli. Kyuhyun hanya berpura-pura nelangsa agar infusnya segera dilepas.

"Appo…manhi appo. Hyungdeul..huweeeee." Sepertinya Kyuhyun terlalu menikmati aksinya hingga melupakan beberapa orang yang bisa melihat keusilannya.

"Jangan ada yang membantunya."

"Anak nakal itu sedang bermain-main dengan kalian."

"Ne, anak itu hanya ingin infusnya di lepas."

"Selalu saja tidak mau mengerti kondisinya sendiri."

"Dasar setan besar menjijikan."

"YAK! Halmoenie, Haraboeji, Wokkie, Minsoo jelek. Aku akan mengutuk kalian menjadi ubi. Diam! Atau Kibum Hyung ku akan menghukum kalian," ancam Kyuhyun dengan mata yang masih berkaca-kaca.

"Sarapan sudah siap. Jja..Kyuhyunie berhentilah mengeluh, arra?" Yuri menuntun Kyuhyun, sedikit memaksa saat anak itu menolak menuju ruang makan untuk sarapan bersama. Kibum yang tidak tahan dengan rengekan adiknya segera menghampiri, menuntunya dan sedikit mengancam. "Harus makan. Jangan membantah." Kibum menggelengkan kepalanya. Mood Kyuhyun hari ini cukup buruk dan akan semakin buruk jika adiknya itu berdiam diri di ruang keluarga tanpa ada satupun yang menemaninya.

Kyuhyun merengut, terpaksa meyeret langkahnya menuju meja makan yang sudah di penuhi keluarga besarnya, beserta Changmin, Henry dan Sungmin. Minsoo Saemchon jangan menggoda, Kyu. Moodnya sangat buruk. Ancaman Kibum yang terkesan menakutkan walau tidak diucapkan secara lisan mampu membuat Minsoo mengalihkan atensinya, memandang takut-takut keponakannya yang juga menatapnya dengan pandangan menusuk. Kim ahjussi, Kim ahjumma, Yuri, serta Ryeowook yang juga bisa mendengarnya hanya bisa tersenyum maklum melihat betapa overprotectivenya seorang Kibum pada saudara kembarnya.

"Kyuhyunie, Kibumie."

Kibum mengalihkan atensinya pada Jungsoo yang tengah menyantap sarapannya, juga Hyungdeul lain yang terlihat berpakaian rapi. Kyuhyun? Anak itu hanya menyahut dengan gumaman 'hm?' dari balik lipatan tangan yang dipergunakan untuk menumpu kepalanya.

"Kami akan ke Jeju.."

"Lagi?" Jungsoo tersenyum mendengar protesan adik bungsunya yang masih enggan mengangkat kepala. "Ne. Hyung usahakan malam nanti sudah berada di rumah. Atau minimal 2 di antara kami sudah berada di rumah." Jungsoo masih tersenyum.

"Hati-hati." Itu adalah suara dingin Kibum. Minsoo, Ryeowook, Changmin dan Henry sempat menatap horror Kibum. "Kau selalu mengucapkan kalimat 'hati-hati' dengan nada 'seperti itu'?" Minsoo memberanikan diri bertanya.

"Wae?"

"A-aniya. Makan saja sarapanmu." Minsoo begidik dan kembali mengacuhkan percakapan anggota keluarga Park.

"Jangan lupakan obatmu, Maknae. Pulang nanti, Hyung tidak mau melihat infus itu masih menancap di sana," ancam Heechul seperti biasa. "Hm." Sahut Kyuhyun enggan.

"Sebaiknya cepat habiskan sarapan kalian. Eomma akan disini hari ini, jadi jangan terlalu khawatir dengan uri Kyuhyunie." Yuri mencoba menengahi. Pagi ini yeoja cantik itu memilih duduk di sebelah anak bungsunya yang tampaknya tak berniat sedikitpun untuk menyentuh makanannya. Nafsu makan Kyuhyun beberapa hari ini sangat buruk.

"Kau juga harus makan, sayang." Yuri mengacak puncak kepala si bungsu yang tampaknya masih tidak ingin merubah posisinya untuk sekedar mengangkat kepala. Kyuhyun menggeleng. "Waeyo? Apa ada yang sakit?" Kyuhyun menggeleng tidak ingin melihat ke 4 Hyungdeulnya yang sudah rapi membatalkan pekerjaannya hanya karena dia mengeluh sakit.

Yuri mengambil semangkuk bubur. Menu yang berbeda sendiri untuk Kyuhyun pagi ini. "Buka mulutmu sayang. Sedikit saja, ne?" Kyuhyun dengan sangat terpaksa membuka mulutnya. Memakan bubur yang hanya di ujung sendok. Mengecapnya sebentar lalu mendiamkannya di dalam mulut. "Kunyah dengan benar." Mendengar intruksi Yuri, Kyuhyun kembali mengunyah makananya. Namja itu terlihat terpejam di atas lipatan tangannya. Mengantuk mungkin.

Beberapa orang di meja makan hanya memandang interaksi itu dengan menggelengkan kepala, terutama Henry, Ryeowook dan Minsoo yang belum tau benar seperti apa sikap manja Kyuhyun. Namun ketiganya tampak menikmati ekpresi wajah Kyuhyun yang terlihat sangat polos dan imut.

"Kau mual, eoh?" Yuri bertanya saat tiba-tiba Kyuhyun menunjukkan ekspresi ingin muntah hingga wajahnya memerah seketika. Suara Yuri mampu menarik atensi seluruh orang yang berada di meja makan. "Hm." Kyuhyun mengangkat kepalanya sebentar, namun pandangannya langsung berputar dan kepalanya semakin pusing. Anak itu kembali meletakkan kepalanya di atas meja dengan tangan kiri yang menumpunya. Sementara tangan kanan yang tertancap jarum infuse ia gunakan untuk meremas dada kirinya yang tiba-tiba berdenyut sakit.

Demi Tuhan. Kyuhyun ingin mengatakan bahwa ia sangat kesakitan. Tapi sekali saja gerakan yang ia lakukan, walaupun itu hanya berbicara satu kata, mual itu akan kembali dan ia akan merasa ingin mengeluarkan isi perutnya yang tidak ada apa-apanya. Hanya seujung sendok bubur yang tadi berhasil ia telan.

"Omo! Infusnya lepas." Henry berseru histeris saat beberapa tetes darah mengotori celana biru yang dikenakan Kyuhyun. Di susul dengan Kyuhyun yang tiba-tiba berbatuk dan jatuh limbung ke kanan. Kibum yang berada di sebalahnya segera menangkap tubuh adiknya agar tidak terjatuh ke bawah meja. Namun berikutnya yang ia lihat justru mengejutkan. Kyuhyun memuntahkan banyak sekali darah hingga membuat namja pucat itu mengejang beberapa kali.

"An..dwe. Kyu-kyu..andwe." Kibum terus menggumamkan kalimat yang sama ketika melihat bagaimana mengenaskannya kondisi adik kembarnya. Kejadian 13 tahun lalu kembali terulang, dimana adiknya memuntahkan banyak sekali darah dan hampir kehilangan nyawa jika saja Minji tidak mendonorkan jantungnya. Lalu sekarang? Apa Kyuhyun membutuhkan jantung baru –lagi-? Jantung siapa sekarang? Apa pendonornya nanti juga akan menyalahkan adiknya? Lalu jika tidak mendapatkan donor baru, apa Kyu-kyunya akan pergi meninggalkannya sendiri?

Otak genius Kibum terus berputar memikirkan banyak kemungkinan yang bisa terjadi, hingga tak menyadari darah segar mengalir di kedua lubang hidungnya. Namja berwajah stoic itu mengerang tertahan saat kepalanya mendadak pusing. Pandangannya berputar…dan

"KIBUMIE!"

..semuanya gelap.

-SF-

"Donghwa, mianhae. Maafkan haraboeji telah menahanmu sekian lama."

Laki-laki paruh baya itu menatap miris seorang namja berusia 18 tahun tahunan yang sedari 3 tahun lalu tidak kunjung bangun dari tidur panjangnya. Keluarga satu-satunya yang ia punya setelah anaknya meninggal dan cucunya sudah menghilang dari kehidupannya.

"Tuan." Seorang berjas hitam dengan langkah tergopoh-gopoh mendekati laki-laki paruh baya itu. "Ada hal penting apa?"

"Anak itu sekarat, sekarang sedang berada di Rumah Sakit Seoul untuk penanganan."

"Apakah sudah saatnya?"

"Ne?"

Laki-laki paruh baya itu menghela napas. Kembali menatap nanar anak muda di depannya. Air matanya menetes perlahan. Ya, mungkin ini memang sudah saatnya.

"Donghwa, kau dengar? Apa kau senang?" Laki-laki itu mengusap perlahan puncak kepala cucunya. "Haraboeji akan mengabulkan permintaanmu. Sekarang kau bebas…berbahagialah di surga, arrachi?"

-SF-

"Maafkan kami, operasi yang dijalani Kyuhyun-ssi memang berjalan lancar kemarin. Tapi…hingga saat ini tubuhnya belum terlihat merespon baik jantung barunya. Maafkan kami. Saat ini, Kyuhyun-ssi…koma."

"MWO!"

"Yak, uisa-nim! Apa kalian semua bercanda eoh? Uri Kibumie belum sadar hingga saat ini, dan sekarang kalian juga mengatakan hal yang sama dengan Kondisi uri magnae? Yak. Lelucon macam apa ini?" Heechul tidak peduli di tempat seperti apa ia sekarang. Lorong ICU yang harusnya sunyi dan tenang begitu terlihat tegang saat ini. 2 namja kembar keturunan Park tengah dalam kondisi yang buruk. Kibum, ntah ada apa dengan anak itu. Para uisa melihat tidak ada masalah dengan kesehatan anak itu, tetapi kondisi Kibum belum juga menampakkan kemajuan. Sejak pingsan di ruang makan 2 hari yang lalu, namja stoic itu belum juga membuka matanya.

"Heechul-ah, tahan dirimu. Kau bisa mengganggu pasien lain. Disini, tidak hanya keluarga kita yang sedang mengalami kesulitan. Perhatikan sekitarmu." Tegur Jungsoo sembari menarik adiknya untuk mundur dan duduk di kursi tunggu.

"Hyung, bagaimana aku bisa tenang? Uri dongsaeng, sebenarnya apa yang mereka lakukan di mimpi mereka hingga kompak tidak ingin bangun seperti ini? Kau pikir aku harus apa?"

Jungsoo diam saja ketika Heechul beranjak pergi dari tempatnya diikuti Donghae. Jungsso diam lebih karena ia sendiri juga tidak tau harus menjawab pertanyaan Heechul dengan jawaban seperti apa. Kondisi Kyuhyun memang buruk sejak awal, walaupun tim dokter mengatakan operasi yang dijalani dongsaeng kecilnya lancar, namun kemungkinan seburuk apapun dia sudah mempersiapkannya. Tapi, bagaimana dia bisa menjawab jika itu menyangkut Kibum yang memang terlahir dengan tubuh sehat. Tim uisa bahkan tidak bisa menjelaskan dengan masuk akal bagaimana adiknya juga bisa jatuh dalam kondisi koma. Yang jelas, tidak ada yang aneh dengan kondisi fisik dan psikis Kibum. Mereka hanya mengatakan Kibum mengalami kelelahan dan sedikit tertekan. Dan yang ia lihat, semuanya tidak sesimpel itu. Kedua adiknya sedang diambang ketidak pastian sekarang.

"Hyung, mau ikut aku?" Siwon merangkul pundak Hyungnya yang masih setia menunduk.

"Ada gereja di dekat sini. Maukah kau ikut denganku dan berdo'a bersama?"

Mungkin ini jawaban yang seharusnya Jungsoo berikan tadi. Tidak ada kekuatan yang mengalahkan doa dan keyakinan. Jungsoo akhirnya mengangguk dan mengikuti adiknya yang berjalan di depannya. Tiba-tiba seseorang menggenggam tangannya dan berjalan beriringan. Ryeowook dan Hangeng. Kedua tersenyum begitu Jungsoo menatap mereka.

'Kyuhyunie, Kibumie. Lihatlah, banyak orang yang mendoakan kalian. Jadi, bangunlah dongsaeng. Jadilah kuat. Hyung menyayangi kalian.'

-SF-

"Kyukyu, kenapa kau berlari seperti itu? Yak, ku bilang berhenti!"

Namja pucat itu masih mengabaikan peringatan namja seumurannya. Terus berlari kesana kemari dengan riang. Tidak peduli terik matahari yag ntah mengapa tidak terasa panas. Justru terasa sejuk dan menenangkan.

"Bumbum, ini menyenangkan. Aku bahkan tidak lelah sama sekali. Wuahhhh, ini benar-benar menyenangkan." Kyuhyun masih menikmati aksinya, berlarian dengan merentangkan kedua tangannya seperti tokoh kartun pinguin kesukaannya. Sungguh sangat kekanakan di mata Kibum.

"Ya aku tau, tapi itu bukan tujuan kita untuk bertahan di tempat ini. Aigoo..berhentilah berlari."

Kyuhyun yang terus mendengar gerutuan saudara kembarnya akhirnya menyerah. Namja itu dengan terpaksa berjalan malas ke arah Kibum yang sedang duduk santai di atas rerumputan.

"Tapi di sini sangat menyenangkan." protes Kyuhyun.

"Jadi, kau tidak ingin kembali?"

Kyuhyun mengangkat kepalanya, matanya mengerjab bingung. "Apa boleh?" tanyanya ragu. Kibum berdecak, mengambil sebuah batu dan melemparkannya ke jurang tak berujung di hadapannya. "Terserahmu. Aku hanya akan ikut denganmu."

Kyuhyun kembali mengerjab bingung. Detik berikutnya matanya terbelalak. Namja pucat itu memutuskan untuk duduk di samping Hyungnya. "Lalu Hyungdeul, bagaimana?"

Kibum mengedikkan bahunya, "Ntah. Aku hanya akan ikut denganmu. Jika kau ingin kembali, aku akan kembali. Jika tidak, akupun tidak." Putus Kibum dengan nada tegas. Terdengar helaan napas dari Kyuhyun. "Tapi aku merasa bebas di sini. Coba, rasakan ini!" Kyuhyun menarik tangan Kibum dan menuntunnya untuk merasakan detakan di dada kirinya.

"Aku tidak pernah merasa senyaman ini sebelumnya. Disana…aku selalu kesakitan. Untuk bernapas saja kadang sangat susah. Aku….apa tak boleh hanya aku saja yang disini?" Lagi-lagi Kyuhyun mencoba menawar.

"Aku sedang tidak menjual produk dan kau tak perlu menawar apapun. Kalaupun aku menjual, aku sudah tidak akan memikir untung rugi. Yang ku pikirkan hanya kau. Jadi jangan coba-coba jauh dariku walau sejengkal."

"MWO?" Kyuhyun membelalakkan mata bundarnya. "Sejengkal kau bilang?" tanyanya. Kibum mengangguk.

"Bahkan ketika aku ke kamar mandi. Apa kau akan ikut?" lagi- Kibum mengangguk.

"Aku tidak sedang buang air kecil di kamar mandi. Apa kau juga akan ikut masuk?"

"Tentu."

"Kau menjijikkan sekali, Bumbum!" Kyuhyun bergidik ngeri. Tapi ia tau Kibum sedang tidak main-main dengan ucapannya. Jika sudah seperti itu, maka akan sulit untuk membelokkan keinginan Kibum.

"Sudah selesai berdebatnya?"

Kibum dan Kyuhyun menoleh. Seorang pemuda yang terlihat 2 tahun diatasnya tengah menghampiri mereka. Pemuda yang cukup tampan namun tidak lebih tinggi dari Kyuhyun dan Kibum.

"Anyeong, Donghwa imnida." Namja itu memperkenalkan diri.

"Kenapa kau disini?" tunjuk Kyuhyun pada orang yang mengaku bernama Donghwa.

"Yak! Panggil aku Hyung. Atau akan ku ambil jantungku di tubuhmu."

"Mwo?" kompak Kihyun . Keduanya saling melempar pandang. Namun tidak menemukan jawaban sama sekali.

"Aku akan memberi tawaran yang bagus. Kalian kembalilah. Jika ada suatu hal buruk yang mempermasalahkan jantung barumu lagi 'nanti'. Maka saat itu juga aku akan menjemput kalian BERDUA ke tempat ini. Jadi tidak akan ada lagi istilah ditinggalkan ataupun meninggalkan." Donghwa terlihat menunjuk Kyuhyun dan Kibum bergantian. Terlebih kepada Kyuhyun yang masih nampak kebingungan.

"Kyuhyun-ah. Jagalah jantung itu dengan baik. Atau aku akan sangat merasa bersalah dan tak kunjung reingkarnasi hingga kiamat nanti karena terlalu banyak mendapat hukuman. Jadi…aku mohon padamu. Kali ini jagalah dengan benar. Yang ada di dalam sini…itu adalah sesuatu yang berhak kau miliki, sebagai….

….penebus dosaku."

Kyuhyun masih tak bergeming saat tangan Donghwa menyentuh dada kirinya yang ntah kenapa tiba-tiba terasa perih.

"Aku dan Haraboeji sudah menyiapkan jantung ini sejak lama. Jadi terimalah, dan aku jamin tidak akan ada hal buruk lagi yang terjadi. Percaya padaku…"

"Tunggu!" Kibum mengintrupsi. Donghwa membalasnya dengan tersenyum. Wajahnya tampan dan bersinar. Kibum mengakui itu.

"Apa kau benar-benar yakin bahwa semua akan baik-baik saja? Kau akan menjemput kami BERDUA dan bukan salah satu dari kami jika sesuatu yang buruk terjadi?" Kibum bertanya. Mencoba memastikan sekali lagi agar dirinya benar-benar yakin.

"Aigoo, sepertinya aku membutuhkan waktu lebih lama untuk berdiskusi dengan Hyungmu. Bagaimana jika kau saja yang kembali lebih dulu?"

Dengan satu gerakan, tubuh Kyuhyun terdorong dan melayang ke arah jurang tak berujung. Hanya ada banyak kabut putih yang menyelimuti sepanjang jurang. Kyuhyun hanya mampu memejamkan matanya dan pasrah kemana ia akan terjatuh. Ke surga atau neraka?

-SF-

Yuri masih memandangi wajah kedua anaknya di dalam ruang ICU. Kyuhyun yang hampir seluruh tubuh bagian atasnya ditutupi oleh selang-selang yang terhubung dengan alat kedokteran. Sementara di ranjang 1 meter di sebelahnya, ada Kibum yang terlihat sangat damai di tidur panjangnya. Tidak ada alat menakutkan yang dipergunakan Kibum, karena kondisinya memang baik-baik saja. Kecuali sebuah infuse untuk memberinya nutrisi.

"Kibumie, sebenarnya ada apa denganmu, eung?" Yuri mengusap pelan puncak kepala Kibum. Beberapa detik kemudian sesuatu terdengar. Tubuh anak bungsunya –Park Kyuhyun- bergerak gelisah dan mengejang beberapa kali. Alat-alat kedokteran itu bereaksi seiring dengan tubuh Kyuhyun yang terus menerus bergerak hingga membuat Yuri meringis, karena selang ventilator yang masih menancap pasti bergeser-geser di dalam sana.

"OMO!" Yuri segera menekan tombol darurat begitu Kyuhyun berhenti bereaksi dan terlihat kesulitan bernapas. Yuri tidak tau kenapa reaksinya selambat itu untuk memanggil tim uisa saat tubuh Kyuhyun bereaksi sangat mengejutkan seperti tadi.

"Ahjumma!"

"Yunho-ah."

Yunho yang melihat kepanikan di wajah Yuri segera menyerbu mendekati tubuh Kyuhyun. Memeriksa banyak hal bersama seorang dokter lain dan 2 ganhosa. Yuri tidak tau hal buruk apalagi yang sedang jelas ia dapat melihat ventilator yang tertanam di mulut Kyuhyun dilepas. Digantikan oleh nasal canula biasa, namun kabel-kabel yang menempel di tubuh anaknya masih terpasang.

"Ahjumma, selamat."

"N-ne?"

"Kyuhyun kembali. Kondisinya bahkan sudah stabil. Jantung barunya bekerja dengan baik."

Kabar gembira. Setelah hampir 17 tahun anaknya –Kyuhyun- menderita dan selalu mengeluh kesakitan, akhirnya jantung baru kali ini benar-benar cocok.

"Kamsahamnida, Yunho-ah, uisa, ganhosa. Terimakasih…eotthoke, bagaimana caranya aku membalas kebaikkan kalian? Anakku..akhirnya anakku bangun dan kondisinya baik-baik saja. Jeongmal kamsahamnida." Yuri menunduk beberapa kali sambil terus mengucapkan terimakasih.

"Eo..mma." Terdengar suara lirih yang menggumamkan kata 'eomma'. Yuri otomatis menoleh ke arah anak bungsunya. Kyuhyunya, anak itu benar-benar sudah membuka matanya. Bahkan menangis.

"Hiks…eomma."

"Omona, ini Eomma sayang. Kau baik-baik saja eoh? Ada yang sakit?" Kyuhyun menggelengkan kepalanya. Matanya kembali menutup saat tangan eommanya menyentuh puncak kepalanya –sangat nyaman-.

"Hiks, eomma..eomma..eomma."

Yuri kebingungan. Kyuhyun terus menerus bergumam dan memanggilnya. "Bum-bum Hyung. Hyungie..hiks eomma." Yuri mengerti sekarang, rupanya anak bungsunya itu sedang mengkhawatirkan saudara kembarnya. Kyuhyun bahkan terus menangis dan memandangi tubuh Hyungnya yang amsih setia memejamkan mata dan tidak bergerak.

Tangan Kyuhyun terangkat, berusaha menggapai tubuh Kibum yang mustahil dapat ia sentuh dengan jarak yang tak dekat. "Uisa?" Yuri yang tidak tau harus berbuat apa akhirnya memutuskan untuk meminta bantuan Uisa.

"Hyung mu tidak apa-apa Kyu. Ia hanya tertidur." Yunho berusaha menjelaskan. Namun sepertinya tidak berhasil. Kyuhyun justru semakin keras menangis dan memanggil nama 'Bum-bum Hyung'.

"Kau ingin melihat Hyungmu?"

Kyuhyun mengalihkan pandangannya yang buram kearah Yunho. Namja itu mengangguk, masih dengan isakannya. Yunho terlihat menimbang dan membicarakan sesuatu dengan rekannya sesama dokter yang menangani Kyuhyun tadi.

"Hyung akan mendekatkan ranjang Kibum di dekatmu. Jadi kau bisa melihatnya dengan jarak dekat dan tidak perlu banyak bergerak. Eotte?" Kyuhyun menganggukkan kepalanya. Walaupun masih mennagis namun Kyuhyun cukup senang bisa melihat Kibum Hyungnya dengan jarak dekat.

Setelah memastikan semuanya baik dan tidak akan mengganggu alat-alat yang masih tersambung di tubuh pasienya. Yunho dan rekannya akhirnya memilih keluar dan memberitahukan kabar baik itu kepada keluarga Park yang lain.

"Jeongmal? Thanks God, thanks God." Siwon memnggumamkan kaliamt syukurnya. Dia sedang sendirian sekarang, ketiga Hyung terpaksa harus berangkat ke Jeju unuk menyelesaikan urusakan yang tertunda 3 hari yang lalu.

"Apa aku boleh masuk."

"Tentu saja. Bantu eommamu membujuk Kyuhyun untuk istirahat. Anak itu terlalu mengkhawatirkan kondisi Kibum dan terus menangis. Aku khawatir kondisinya akan menurun lagi." Jelas Yunho sambil menepuk bahu Siwon.

"Ne. Terimakasih banyak Hyung. Aku masuk."

Hri menjelang malam ketika Jungsoo, Heechul dan Donghae tiba di rumah sakit. Di depan ruang ICU sudah ada Changmin, Ryeowook dan Victoria. Ketiganya sama-sama sibuk dengan buku dan laptop. Sepertinya sedang mengerjakan tugas.

"Ini bukan perpustakaan atau lembaga bimbingan belajar, apalagi sekolah. Untuk apa membuka lapak disini?" tegur Heechul dengan nada ketus seperti biasa.

"Ada masalah denganmu, Hyung? Coba lihat! Keriput di wajahmu semakin terlihat karena banyak mengomentari orang lain." Protes Changmin sebal. Disaat beberapa ganhosa bahkan uisa memujinya dengan kalimat 'kalian rajin sekali', tetapi Heecul justru mengomentari merenya dengan nada ketus.

"Apa sangat terlihat? Bagaimana ini? Donghae-ah, antarkan aku ke dokter spesialis kulit sekarang."

Changmin, Victoria dan ryeowook tertawa keras saat Heechul sudah tidak terlihat. Jungsoo yang melihat keusilan sahabat adiknya itu hanya menggelengkan kepalanya mklum. Pantas saja Changmin bisa sangat dekat dengan Kyuhyun, ternyata sifat mereka tak jauh berbeda.

"kalian sudah lama?"

"Ne, Hyung. Kami ingin masuk, tapi di dalam Imo dan Siwon Hyung masih berusaha membuat Kyuhyunie istirahat."

"Ne. Kyuhyun tidak mau istirahat dan terus menunggui Kibum. Sebaiknya gege masuk dan paksa anak itu istirahat barang sebentar."

"Jika dia tidak mau istirahat. Katakan padanya, Shim Changmin akan mematahkan PSPnya menjadi berkeping-keping dan membakar benda kesayangannya itu di crematorium."

"Hahahaha, aigoo Changminie kau sama persis seperti uri Kyuhyunie. Selain evil ternyata bicaramu juga sama persis sepertinya." Jelas Jungsoo yang berhasil membuat Changmin melonjak kegirangan. Namja itu sangat senang jika disamakan dengan Kyuhyun.

"Jeongmal, Hyung? Aku sama dengan Kyuhyunie? Huwaaaa…senang sekali mendengarnya!" Changmin berteriak dan bertepuk tangan seolah lupa sedang dimana ank itu sekarang.

"Mohon maaf. Bisakah anda lebih tenang. Ruang ICU bukanlah ruang untuk pasien biasa, mohon pengertian dan kerja samanya."

Jungsoo, Victoria dan Ryeowook berusaha keras meredam tawanya. Changmin, anak itu menjatuhkan tubuhnya dengan wajah yang super merah. Malu. Ternyata banyak dari anggota keluarga psien lain yang memperhatikannya dan melihatnya dengan tatapan tajam.

Sementara iu, di dalam ruang ICU tempat Kyuhyun dan Kibum, Siwon masih sibuk membujuk adiknya ntah untuk makan ataupun istirahat. Siwon sempat khawatir saat Kyuhyun tadi sempat terbatuk beberapa kali dan meringis kesakitan.

"Kyuhyunie, istirahatlah. Sebentar saja. Ini sudah menjelang malam dan kau belum mengistirahatkan tubuhmu sama sekali setelah bangun dari koma."

"…"

"Atau kau ingin makan, eoh? Kibum pasti senang melihatmu sudah sadar dan mau makan ketika ia bangun nanti."

"…"

"Kyuhyunie."

Siwon menyerah, matnaya melirik kea rah Yuri yang tengah duduk bersandar di kursi sebelah kanan Kibum. Sementara Siwon sendiri tengah duduk di sebelah kiri Kyuhyun.

"Mau minum?" Tawar Yuri ketika Kyuhyun melihatnya. Kyuhyun tak menjawab, anak itu kembali mengalihkan pandangannya pada Kibum. Kembali, air bening itu merembes disisi wajah pucatnya.

"Kau demam, sayang. Jika begini terus, ketika Kibum bangun nanti dan melihatmu sakit, Kibum pasti sangat sedih dan merasa bersalah."

Berhasil. Kyuhyun kembali menatap Eommanya dengan bingung. Mata anak itu kembali berkaca-kaca,

"Bum Hyung akan sedih?" tanyanya seperti anak kecil.

"Eung. Tentu saja, sayang. Melihat adiknya yang tidak mau makan, istirahat dan kembali sakit. Kibum pasti akan sangat sedih."

Kyuhyun terdiam beberapa saat. "Hiks."

"Kyuhyunie, waeyo?" Siwon yang berada di dekat Kyuhyun segera berinisiatif menenangkan adiknya yang tiba-tiba menangis lagi. "Kenapa….kenapa Kyu selalu membuat Bum Hyung sedih? Kyu nakal.."

"Tidak sayang, Kyuhyunie tidak nakal. Hanya saja Kyu harus lebih menurut lagi, ne? makan dan istirahat dengan benar. Agar ketika Kibum bangun nanti, Kibum akan senang melihat Kyu kembali sehat. Kau ingin melihat Kibum senang kan?" Yuri mengagantikan posisi Siwon dan mengusap perlahan puncak kepala anak bungsunya. Kyuhyun mengangguk antusias, namun air matanya masih tak kunjung berhenti.

"Sekarang Kyuhyunie, makan dulu ne?" tawar Yuri, namun langsung ditolak oleh Kyuhyun.

"Jauhkan makanannya. Kyu mual..eomma" keluh Kyuhyun.

"Begitukah? Apa perutmu masih sakit, sayang?"

"Hmm."

"Tak apa. Nanti pasti sembuh. Jja..eomma akan mengusapnya." Tangan Yuri beralih mengusapperlahanperut Kyuhyun yang kempis. Yuri sedikit meringis. Miris merasakan tulang anaknya bahkan sangat terasa ketika ia menyentuh perut yang ebebrapa hari tak diisi itu.

"Oh perut, jangan sakiti nae aegya lagi, arra? Uri Kyuhyunie sedang ingin beristirahat. Sembuhlah..eommanya sedang memarahimu."

Tepukan dari tangan Yuri membuat Kyuhyun mengantuk. Lihatlah, anak itu bahkan sudah tidur dengan napas teratur. Wajah polos seperti malaikat kecil dengan jejak air mata yang masih menghiasi wajah pucatnya. "Lihat..kedua adikmu jika tertidur seperti anak kecil. Ah..aniya, seperti malaikat kecil," cicit Yuri.

"Benar, Eomma. Kyuhyunie dan Kibumie. Mereka memang malaikat kecil di keluarga kita."

Segeralah sembuh anak-anakku. Eomma berjanji akan lebih banyak meluangkan waktu setelah ini. Kibumie? Kembalilah, jangan bermain-main dengan adikmu. Eomma tau kau sebenarnya sudah disini. Kau hanya ingin mengerjai adikmu, eoh?

Setelah menggumam kecil, sosok transparan Kibum tiba-tiba muncul dari sudut ruangan. Memutar bola matanya kesal. Eomma, aku hanya ingin lihat adik kecilku menangis seperti tadi dan berlaku seperti anak kecil. Jika aku muncul dan bangun tiba-tiba, dia pasti tidak bisa menangis sekeras tadi. Atau aku akan mengoloknya.

"Yak!"

"Eoh? Eomma waeyo?" panik Siwon yang mendengar teriakkan Yuri.

"Siwon-ah..a-aniyo. Tidak apa, eomma sempat ketiduran sebentar tadi dan bermimpi aneh."

Kau adalah pembohong yang buruk, Eomma. Sindir Kibum yang tiba-tiba menghilang beberapa detik kemudian.

"Eunghhh."

Lenguhan itu berasalah dari Kibum. Siwon yang melihatnya langsung menghampiri Kibum dan tak lupa menekan tombol darurat di sisi tempat tidur. "Terimakasih Tuhan. Adikku kembali."

"Aishh..Siwon Hyung, kau berisik."

"Mwo? Yak! Mana ada orang setelah koma bisa mengatakan hal semudah itu dan bahkan bergulung dengan selimutnya seperti baru bangun tidur." Siwon terheran-heran saat melihat Kibum bahkan sudah memiringkan posisi 'tidurnya' dan memeluk tubuh Kyuhyun.

"Kibum." Yunho dan beberapa ganhosa juga tak kalah kaget melihat adegan di depannya.

"Hyung, lepaskan benda ini. Aku ingin memeluk adikku dengan bebas. Menyebalkan sekali," gerutu Kibum sambil mengacungkan lengannya yang tertancap infus.

"Eoh, baiklah. Dari awal memang tidak ada sesuatu yang aneh dengan tubuhmu. Bahkan sepertinya tidur panjang yang kau alami juga tidak berpengaruh apapun terhadap tubuhmu."

"Tentu saja."

-SF-

Kibum sedang memakan sarapan paginya. Di dalam ruang ICU. Ini belum 24 jam setelah Kyuhyun bangun dari koma, sehingga anak itu masih harus mendapatkan pengawasan super ketat. Walaupun Uisa mengatakan bahwa tadi pagi kondisi Kyuhyun masih stabil, namun masih harus menunggu hingga siang hari untuk memindahkan anak itu di ruang rawat inap biasa.

Kibum? Anak itu bahkan sudah berganti pakaian dengan baju santai. Bukan baju Rumah Sakit lagi. Sungguh anak ajaib.

"Bum.."

Kibum mendongak, masih dengan mulutnya yang sibuh mengunyah dan berusaha menelan.

"Kyu?" Kibum tak kalah kaget.

"Ini sungguh kau, Bum?" Tanya Kyuhyun masih belum percaya. "Aigoo sepertinya aku masih tertidur dan bermimpi."

"Yak, ini memang aku. Park Kibum. Aku memang sudah bangun dan kebosanan menungguimu tidur seperti orang pingsan sejak semalam."

"Hiks..Bum-bum Hyung." Diluar dugaan Kibum. Adiknya itu justru menangis melihatnya bangun dan makan sarapan dengan santai. Ada apa dengan adiknya?

"Apa? Kenapa? Ada yang sakit eoh? Katakan sesuatu, Kyu."

Kibum berseru panik. Kyuhyun sendiri masih sibuk mengusap air matanya yang terus saja keluar.

"kenapa kau jadi sering menangis, eoh?" Protes Kibum. Kyuhyun menggeleng.

"Aaaa...kenapa tidak mau berhenti?" Keluh anak itu masih berusaha menghapus air matanya yang terus keluar.

"Jangan menangis. Dadamu akan sakit…sstt Hyung disini. Uljima, ne?" Kibum mengangkat tubuh Kyuhyun perlahan dan meletakkan kepala adiknya di atas dada bidangnya.

"Uljima nae dongsaeng. Uljima Kyu-kyu."

"Bum…" panggil Kyuhyun setelah beebrapa menit berlalu.

"Ne?"

"Kau sudah baik-baik saja?" tanya Kyuhyun ragu.

"Tentu saja. AKu sangat sehat. Wae?"

"Lalu…kenapa waktu itu kau tertidur lama?" Kyuhyun mengangkat kepalanya yang masih bersandar di dada Kibum. Menatap Hyung kembarnya itu dengan mata mengerjab lucu.

"Menemanimu, mungkin."

"Ish, mana ada yang seperti itu?" Kyuhyun menarik tubuhnya dari pelukan Kibum. Anak itu merengut.

"Ada."

"Ishh..menyebalkan sekali. Bahkan kau bangun lebih lama dariku. Sebenarnya apa yang kau lakukan disana. Selain Donghwa Hyung, apa ada wanita cantik?" Gerutu Kyuhyun masih dengan mengerucutkan bibir pucatnya.

"Ne. Ternyata disana banyak sekali yeowja cantik. Bahkan lebih cantik dari Yoona sunbae."

"Benarkah?" Mata Kyuhyun langsung berbinar. Namun sedetik kemudian kembali merengut.

"Kenapa kau tak menahanku lebih lama disana. Aku juga ingin bertemu yeoja cantik. Ayooo bawa aku kesana lagi. Ayo ayo ayooooo."

"YAK! Kau bodoh atau apa? Mau membuat banyak orang khawatir lagi?"

Kyuhyun menundukkan kepalanya. "Apa salahnya ingi bertemu yeoja cantik?"

"Salah. Tentus aja salah." Kibum mendesah frustasi.

"Sudahlah, di Korea banyak yeoja yang lebih cantik. Cari saja di Negara ini, tidak usah kembali ke tempat itu, arra?" Kyuhyun yang mendengar nada frustasi Kibum tiba-tiba melebarkan senyumnya. Kena kau, Kibum!

"tentu saja aku akan mencarinya di Korea. Kenapa harus jauh-jauh ke tempat itu. Dasar Bum-bum bodoh."

"Yak, maknae! Apa kau bilang?"

"Ahhahahahaha…yak! Jangan memukul..hahahaha"

Di luar ruangan terlihat Yuri dan Kim Ahjumma –eomma Yuri dan nenek si kembar- tengah tersenyum melihat interaksi keduanya. Tidak berniat masuk dan mengganggu. Keduanya justru berdiri di tempat masing-masing dan menggumamkan rasa syukur.

Teruslah seperti itu anak-anakku. Sudah saatnya kalian berbahagia. Bantin Yuri yang tak kuasa menahan harunya.

Mianhae. Halmonie sudah banyak berbuat di luar akal sehat pada kalian termasuk, Kyuhyunie. Mianhae, maafkan Halmoenie. Semoga kalian sellau sehat dan terus tersenyum seperti itu.

-SF-

The Secret from another side.

3,5 tahun lalu…

"Kenapa haraboeji tidak mengatakannya? Donghae Hyung…jadi aku membunuh keluarga yang merawat Donghae Hyung selama ini? Lalu….kau menjadikanku kambing hitam.."

"Donghwa."

"Kau menyuruhku mencelakai keluarga yang bahkan sudah merawat Donghae Hyung, dan mengatakan kepadaku bahwa mereka adalah penculik Donghae Hyung?Haraboeji…bagaimana aku bisa melakukan itu dan membunuh mereka!"

"…aku melihat Hyungku menangis di pemakaman ayah angkatnya. Park Ahjussi..dia meninggal. Orang yang sudah kau suruh untuk merawat Donghae Hyung meninggal karena tangan kotorku. Bagaimana bisa kau menyuruhku melakukan itu semua? Bagaimana kau bisa menyebut orang yang merawat Donghae Hyung adalah penculik dan perampas Hyungku?" Donghwa yang kalut tidak menggubris perkataan Tuan Lee. Namja itu mengambil sebuah senjata api yang dipergunakannya minggu lalu untuk menembak ban mobil keluarga Park dan menyebabkan 2 orang meninggal dan 2 orang menghilang ntah kemana. Dan yang lebih menyakitkan adalah, ia dijadikan kambing hitam kakeknya untuk menghilangkan barang bukti atas kejahatan yang pernah dilakukan kakeknya di masa lalu. Sungguh Donghwa yang polos.

"Andwe..Donghwa letakkan itu. Haraboeji akan menghukummu jika kau malakukannya."

"Kau sudah mengkumku dengan sangat kejam. Kau menjadikanku seorang pembunuh!"

"Tidak..Donghwa-ya dengarkan Haraboeji."

"Mianhae…tapi orang sepertimu bukanlah orang yang bisa dipercaya Haraboeji."

Donghwa kembali memundurkan langkahnya. "Satu lagi…apa jika setelah ini aku masih diberi kesempatan, Haraboeji akan mengabulkannya untukku?"

"Mwo? Kesem-kesempatan? Ah..ne Haraboeji pasti akan mengabulkan apapun permintaanmu asal kau tidak melakukan hal bodoh ini."

Donghwa tersenyum, "Suata saat jika bungsu Park kembali membutuhkan sesuatu untuk hidupnya. Maka, berikan yang aku punya untuk anak itu. Setelah itu, aku berjanji akan memaafkanmu Haraboeji."

"Donghwa-ya."

"Hanya berjanjilah Haraboeji. Rasanya aku adalah seorang biadap sialan jika satu hal itu tak kau turuti."Donghwa menarik pelatuk senjata api yang dipegangnya.

"Donghwa! Baiklah, Haraboeji berjanji. Haraboeji berjanji untuk memberikan kehidupan untuk anak itu darimu jika anak itu membutuhkannya."

"Bukan 'anak itu', Haraboeji. Kyuhyun…namanya Kyuhyun."

"Ne. Kyuhyun. Haraboeji akan memberikannya pada Kyuhyun."

"Gomawo..saranghamnida….

DOR

Haraboeji."

"DONGHWA!

END

Finally ending juga pada akhirnya.

Selamat bulan desember untuk KiHyun…

Maaf karena Last chapter ini sangat lama updatenya. Ada kesibukan yang mengharuskan mengabaikan terlebih dahulu dan memprioritaskan hal lain waktu itu.

Tapi aku gak akan berhenti nulis. Tenang aja…hehehe

Btw ini LAST CHAPTER TERPANJANG yang pernah aku buat seumur hidup. 37 page hahahaha semoga readers-deul nggak bosan bacanya.

Terimakasih untuk semua readers yang dari awal chapter hingga last chapter sudah mengikuti dan selalu memberi masukan, dukungan, serta semangat.

Seneng sekali ketika readers selalu menyempatkan membaca note ku yang selalu nyempil di bawah seperti ini wkwkwk

Aku sudah nyiapin konsep untuk FF ku selanjutnya. Masih tentang brothership Kihyun and other cast.

Dan kayanya, setiap FF ku nanti pasti berakhir di CHAPTER 13. Ada yang tau kenapa? Jawab di kolom review yaaaa

Terakhir kalinya di ff ini aku ucapkan terimakasih sebanyak-banyaknya. Jeongmal gomawoyooo. ILOVEYOUU SEMUA.

Terus dukung Uri Evilkyu dan memberdeul lain walaupun sedang tidak aktif dan banyak yang wamil.

See you on the next FF…anyeong^^