Title :

Crazy Enough to Love him

Declaimer :

Not Mine

Characters :

Asano Gakuho ; Asano Gakushu

Five virtousos ; Akabane Karma

Pairing:

Mainly— KaruAsa or Asano Incest (Gakuho x Gakushu)

WARNING(S):

Incest; OOC ; Just, so stupid story (Really) ; and maybe Typo

Sexsual activity too

Note: Don't kill me Please ?

Rating : T+ Nearly M

Genres:

Hurt and comfort; Romance

Summary :

Gakushu sudah menjadi glia rupanya. Dia, dari semua orang mencintai ayahnya sendiri. "Dari semua orang, kenapa harus dia? Apakah aku tidak bisa mencintai orang lain?"— Seperti Akabane Karma misalnya.

Chapter :01

Sakakibara Ren memasuki ruangan OSIS. Dia mengharapkan jika ketua sedang berada di ruangan, karena hari ini dia sedang membawa setumpuk proposal sekolah.

Suara pintu terbuka menyadarkan sang ketua OSIS yang tengah melamun. Dengan senyum dipaksakan, dia bertanya "Ada apa Ren?"

Akhir-akhir ini sang ketua OSIS bertingkah aneh. Ren—bukan hanya dia saja— menyadari kejanggalan pada diri Asano muda. Anggota Five virtousos yang lain tidak bisa melakukan apapun untuk mengubah kebiasaan Gakushu yang suka memendam perasaannya tersebut.

Semenjak kekalahan anak kelas A, Gakushu sering berada di ruang OSIS sendirian dan melamun. Seolah mengharapkan orang untuk mencarinya, seolah seperti menunggu kahadiran seseorang.

Seorang pangeran SMP Kunugigaoka memiliki wajah pucat seperti itu, bukannya tidak pantas?. Sebenarnya, sebagai seorang teman Ren sangat tidak suka dengan kebiasaan buruk Gakushu. Tapi...Apa daya, berapa kalipun kau bertanya, sebanyak itu juga dia akan menjawab kalau dia tidak apa-apa sambil tersenyum canggung.

"Hanya mengantarkan ini," Ren menjawab sambil meletakan beberapa lembar kertas yang di bawanya ke atas meja Gakushu "Kau tidak masuk pelajaran ketiga dan keempat."

"...Hanya sedang malas. Aku sudah mempelajari bab yang sedang guru itu ocehkan," jawab Gakushu seraya mengacak tumpukan yang baru dia dapat "cuman ini?." tanyanya lalu mendongak untuk melihat Ren.

"Kau mau lebih banyak? Mungkin kau tidak masalah, tapi pikirkan anggota yang lain"

"Tidak. Hanya...Penasaran kenapa lebih sedikit dari biasanya"

OXO

Keesokan harinya. Anak kelas A dikejutkan oleh kehadiran murid baru. Tidak, mereka tidak membicarakan betapa tampan atau cerdiknya murid baru tersebut. Melainkan, mereka semua tahu siapa sang murid baru yang bersama dengan wali kelas mereka saat ini.

Gakushu yang duduk di barisan paling depan bahkan sampai tidak mau melIhat sosok familiar di depannya. Jelas saja, dia akan dipindahkan kemari bukan?, pikir Gakushu seraya mengernyitkan dahinya.

Akabane Karma. Gakushu memikirkan seutas nama tersebut dengan hati yang luar biasa kesal.

Remaja bersurai merah tersebut berjalan menuju belakang ruangan dan duduk di barusan pojok belakang yang dekat dengan jendela, mengisi bangku kosong.

Kelas A melanjutkan kembali kegiatan belajar mereka. Seisi ruangan, yang dulunya dijuluki 'anak-anak emas Kunugigaoka' harus belajar bersama dengan sampah yang telah mengalahkan mereka di ujian semester lalu. Siapa juga tidak kesal, tapi yang paling kesal saat ini adalah Gakushu.

Sang ketus OSIS sama sekali tidak mendengarkan pembelajaran yang baru saja disampaikan guru mereka. Gakushu hanya menatap bukunya, tulisan-tulisan rumit yang menceritakan sejarah Jepang sama sekali tidak di bacanya. Dia tidak peduli bagaimana nasib negaranya sampai semaju sekarang, yang dia pedulikan sekarang hanyalah...

Bagaimana caranya dia mendapatkan kembali kepercayaan ayahnya terhadap dirinya.

"Hmm? Tenang saja, aku hanya disini selama seminggu"

Tanpa disadari jam pelajaran telah habis dan sekarang saatnya istirahat. Gakushu masih sibuk menyusun rencana, sampai akhirnya orang yang mengalahkannya bersuara, menjawab pertanyaan Ren yang bertanya padanya di sudut ruangan.

"Pak kepala dewan memaksaku untuk mencoba kelas A, jika sampai seminggu aku tidak kerasan aku bisa kembali ke kelas E. Mana mungkin aku tahan dengan kelas seperti ini, membosankan."

Informasi tersebut bukannya membuat hati Gakushu anyem, tapi malah berefek kebalikan. Jika sampai ayahnya—tidak— kepala dewan memaksa Karma untuk ke kelas A, bukannya itu berarti...Posisinya akan direbut oleh anak sialan itu?

*GREEK

Gakushu berdiri dari tempatnya. Suara kursi yang berderit dengan keras mengambil seluruh perhatian yang sebelumnya pada Karma, kini pada dirinya.

Tanpa mengatakan apapun, Gakushu keluar dari ruang kelas. Beberapa anggota Five virtousos mencoba memanggilnyat tapi diabaikannya begitu saja.

Karma yang duduk di pojok ruangan memasang wajah tak tertarik pada kejadian barusan. Asano Gakushu selalu merendahkan anak-anak kelas E, dan pastinya tak terkecuali dirinya. Paling dia Cuma marah karena harus se-ruangan dengan sampah kelas E, karena itu menginjak harga dirinya atau sesuatu seperti itu. Mungkin?

Yah...Siapa peduli?

Jam istirahat ini akan digunakannya dengan baik untuk bertemu dengan teman-temannya yang berada di atas gunung. Semenjak latihan keras yang dilakukannya, naik turun gunung bukan masalah lagi baginya.

Baru saja dia akan memasukkan sandal ke loker dan berganti dengan sepatu, dia melihat sosok Gakushu yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Melihat halaman depan sekolah dengan melancholic.

Rencana bertemu dengan teman-temannya di batalkannya begitu saja. Karma kembali memakai sandal sekolahnya lalu mendekati anak tunggal sang dewan sekolah. "Kau menangis?" godanya

Gakushu menoleh, sebuah siku-siku sudah tergambar di wajahnya yang tampan "Kau memang yang paling tahu bagaimana cara membuat orang kesal huh, Akabane?"

"...Panggil Karma saja, aku juga lebih suka memanggilmu Shuu." balas Karma dengan wajah ceria, terbanding balik dengan respon lawan bicaranya.

"Ha? Bahkah ayahku tidak pernah memanggilku begitu. Mana mungkin aku membiarkanmu memanggilku seenaknya."

"He~" Karma memojokan Gakushu, membuat ketua OSIS menubrukan punggungnya ke loker sepatu. Yang bersurai jingga itu menyipitkan matanya, melihat Karma penuh rasa penasaran juga curiga. Dia tahu kalau mantan anak buangan tersebut akan mempermainkannya, mengoloknya habis-habisan karena kekalahannya. Tapi...Dia penasaran "Kenapa kau menuruti ketua dewan?" tanya Gakushu

Senyuman Karma melebar, melihat mata violet di depannya dengan sangat intim "Aku yakin jika kehidupan sekolahku akan lebih menyenangkan kalau aku sekelas denganmu," jawabnya, berbisik tepat di telinga Gakushu yang memerah "Seandainya saja kau jatuh ke kelas E, semuanya akan lebih berwarna."

Terlalu dekat!. Gakushu panik dalam diam, dia berusaha mencegah perubahan warna pada wajahnya. Tapi sebaik apapun kau menyembunyikan sesuatu, Akabane Karma akan selalu menemukannya.

"Manis sekali~" komen Karma lalu menjauh untuk melihat keseluruhan wajah Gakushu "Aku Cuma punya waktu seminggu. Meskipun aku sangat senang sekelas denganmu, tapi aku akan tetap menjawab jika kelas A tidak cocok untukku"

"Perhatian sekali huh. Terima kasih, setidaknya seminggu tidak akan terlalu menyakitkan" balas Gakushu sinis lalu mendorong Karma sekuat tenaga.

Tubuh yang seukuran dengannya mundur beberapa langkah, sang pemilik masih saja menunjukan wajah yang menyebalkan "Kelihatannya ayahmu menaruh perhatian banyak padaku, apa dia melupakanmu?"

Rasanya seperti menabur garam di luka yang sedang terbuka. Gakushu mengepalkan kedua tangannya, menahan dirinya untuk tidak memukul lelaki di depannya "...Mau dia melupakanku atau tidak aku tidak peduli"

Senyuman Karma menghilang dari wajah tampannya. Suara Gakushu bergetar, dan terdengar begitu sedih di telinganya. Ini hanya ujian sekolah, masalah rangking hanyalah masalah sepele sebenarnya. Di dunia nyata, untuk menjadi orang sukses itu di butuhkan keterampilan bukan nilai sekolah.

Lalu...Kanapa Gakushu begitu sedih?

"Aku akan mengalahkanmu di ujian semester ini." lanjut Gakushu lalu memutar tubuhnya. Sebelum tangan Karma menjangkaunya, dia sudah berjalan cepat untuk kembali ke kelas.

...

Sudah dua hari berlalu semenjak Karma pindah ke kelas A. Gakushu merasa sedang di perhatikan, entah selama pelajaran ataupun jam istirahat. Anak-anak kelas E bertingkah jika mereka adalah pembunuh, mungkin Karma juga demikian. Seperti pembunuh profesional dia tidak melepaskan pandangannya dari Gakushu.

Sulit mengakuinya, tapi kali ini Gakushu takut untuk bertanya. Berbicara dengan Karma yang serba tahu hanya dengan melihat mimik wajah orang, itu namanya bunuh diri.

Kenyataan jika dia mencintai ayahnya sendiri, akan dia tutup rapat sampai ke alam kubur.

Jika hanya cinta ayah-anak dia tidak perlu merasa tersiksa seperti ini. Ini cinta, cinta yang menginginkan satu sama lain untuk...Entahlah, dia tidak bisa mendiskripsikannya.

Yang pastinya, cintanya terhadap ayahnya itu bukan cinta biasa. Bukan cinta normal antara ayah dan anak.

Menyembunyikan sesuatu itu sudah menjadi salah satu keahlian Gakushu. Ren dan yang lainnya tidak akan pernah mengetahuinya dengan daya pengamat yang pas-pas an itu. Tapi tidak untuk Karma. Karma adalah orang yang paling berbahaya bagi rahasia Gakushu.

Maka karna itu lebih baik aku tidak mendekatinya. Gakushu tipe yang tidak akan melakukan hal sembrono, seperti ; memegang ular kobra tidak akan pernah dilakukannya kecuali dia merasa dia bisa mengatasinya.

Tapi saat ini, Akabane Karma lebih menakutkan dari pada ular kobra, dan dia tidak bisa mengatasinya.

Suara pintu terbuka membuyarkan lamunan Gakushu. Anak-anak kelas A yang sebelumnya sibuk masing-masing kini duduk di tempatnya, kepala mengadahkan ke arah depan.

Asano Gakuho tersenyum pada murid-muridnya. Dia menjelaskan jika dia sendiri yang akan mengajar mereka di Mapel Matematika untuk menghadapi ujian yang akan mendatang.

Ajarannya lebih mudah daripada guru lain, tapi ritmenya sangat cepat. Karma yang baru kali ini diajar beliau bisa mengikuti dengan baik, begitu juga dengan Gakushu sang anak. Namun—

Remaja bersurai jingga itu tiba-tiba meletakan pensil mekaniknya. Alat tulis itu mengelinding dan terjatuh dari mejanya, membuat seisi ruangan memperhatikan dirinya, bukan guru yang di depan lagi.

Mual, berada satu ruangan dengan pria itu membuatku mual. Mungkin karena segala perasaan negatif yang menyelimuti dirinya, terutama jika berhadapan dengan biangnya, dia merasa sakit.

"Kau baik-baik saja Asano-kun?"

Gakuho bertanya untuk menunjukan rasa prihatinnya, tapi nadanya terdengar dingin. Ayahnya tak pernah memperhatikan dirinya, tidak jika dia tidak membangakannya. Seharusnya Gakushu tidak perlu memikirkan sikap pria itu padanya. Gakuho adalah orang yang dingin, kapanpun dan dimanapun dia tidak akan memperhatikanmu.

Siapa yang butuh perhatian yang dingin?

Sebelum anak kelas A kalah dari kelas E. Tidak sekalipun ayahnya itu menunjukan rasa kasih sayangnya. Lalu..Apa masalahnya? Disini tidak ada yang berubah, aku tidak perlu merasa sakit hati.

"Ti—tidak. Tanpa sengaja aku menjatuhkan pensilku pak" jawab Gakushu lalu membungkuk untuk mengambil pensilnya. Kedua alisnya terangkat ketika melihat kaki seseorang. Tangan itu mengambilkan pensilnya yang terjatuh lalu meletakannya di telapak tangannya.

"Dia tidak enak badan pak" suara Karma membuat bulu kuduknya berdiri. Dia melihat Karma dengan tatapan bertanya-tanya 'kenapa kau bisa tiba-tiba berada disini sementara kau duduk di pojok belakang?'

Karma membalas tatapannya hanya dengan senyuman tipis lalu kembali berbicara pada Gakuho "Aku akan membawanya ke ruang kesehatan, pak" katanya lalu menariknya keluar dari ruang kelas.

"Tu—Tunggu Akabane!"

Gakushu membelot. Lorong sekolah sepi karena memang jam belajar masih berlangsung, tapi jika mereka dilihat guru bisa-bisa namanya tercoreng.

Anehnya kepala dewan sama sekali tidak menghentikan salah satu muridnya yang seenaknya menarik anaknya keluar dari kelas.

"Apa? Kau tidak tahan berada di kelas bukan? Aku akan menemanimu membolos," Karma melepaskan genggamannya lalu memasukan kedua tangannya ke saku celana "Ruang kesehatan tempat yang cocok untukmu. Tampangmu itu enggak enak dilihat tahu, pasti kau kurang tidur"

Gakushu tidak bisa menjawabnya, akhir-akhir ini memang dia susah tidur. Sesuai dugaannya Akabane Karma terlalu berbahaya. Sebenarnya sampai sejauh mana lelaki itu memperhatikannya?

"Aku akan keruang kesehatan tapi kau kembalilah ke kelas, Akabane." Gakushu berjalan melewati Karma. Sebelum jarak mereka semakin jauh, ucapan Karma membuat Gakushu membeku di tempat "Kau sangat mencintai ayahmu huh?" kata Karma

Segera Gakushu menoleh, matanya menatap horor lelaki bersurai merah tersebut. Bagaimana bisa dia mengetahui secepat itu?

Karma menaikan salah satu alisnya "Ada apa? Apa aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanyanya polos.

"Kami ayah dan anak." ujar Gakushu cepat

"Ya..Memang. Lalu ada apa? Apa aku salah bilang? Apa kau tidak mencintainya? Kupikir dia cukup baik sampai kau merasa sangat sedih ketika kau kalah dariku"

Gakushu menghela nafas lega. Begitu toh maksud anak itu. Benar saja, mana ada didunia ini yang mencintai ayahnya dengan cara sepertinya. Tidak akan pernah ada yang bisa membayangkan, tidak terkecuali Karma.

"Maa...Kau bisa beranggapan begitu" Gakushu melambaikan tangannya lalu kembali berjalan menuju ke ruang kesehatan.

*BAM!

Gakushu mengernyitkan dahinya kesakitan. Punggungnya menabrak tembok dan sekarang Karma berada di depannya, menghimpitnya. "Shuu-kun~" panggil Karma dengan nada manis menggoda "Daripada kau memusingkan pria itu, bagaimana kalau kau bermain denganku?" katanya lalu menjilat bibir Gakushu.

Berlahan Karma menciumnya, memaksanya membuka mulut dan memasukan lidahnya. Erangan-erangan kecil lepas melalui mulut Gakushu. Karma begitu memaksa tapi juga lembut di saat bersamaan, berciuman dengannya sungguh membuat pikirannya melayang.

"Ng..Umm.."

Karma menutup mulutnya lalu mengigit lehernya dan menghisapnya. Tidak lama kemudian warna merah yang manis timbul di kulit leher mulus milik Gakushu. "Kau cukup sensitif" komen Karma sebelum mencumbu Gakushu kembali.

Akhirnya tangan remaja bersurai merah itu menuju ke bawah, memainkan puting mungil lelaki yang di himpitnya.

"Ah..ngg.."

Erangan-erangan manis Gakushu terhalang mulut Karma. Sebenarnya si penyerang ingin mendengar korbannya mendesah tapi..Mau bagaimana lagi, mereka masih di sekolah, terlebih lagi di tengah koridor.

Gakushu yang hampir kehilangan segala kekuatannya juga akal sehatnya. Kini terkulai lemas, duduk diatas lantai yang dingin. Karma tersenyum jahat seraya mengulurkan tangannya "Kalau kau mau kita bisa melanjutkan di ruang kesehatan" godanya

"Kau sudah gila," geram Gakushu lalu menampik kasar tangan tersebut "Kalah dari orang sepertimu itu lebih daripada memalukan"

Karma menaikkan kedua pundaknya "Iya..Iya aku salah," katanya sama sekali tidak menghayati "Tapi aku tetap harus membawamu ke ruang kesehatan." Lanjutnya lalu memberikan tangannya. Kali ini tidak hanya di ulurkan, tanpa mengatakan apapun dia mencengkram lengan atas Gakushu lalu menariknya untuk berdiri.

"Serius Akabane. Kalau kau membolos membawa-bawa namaku—"

"Aku akan kembali setelah memastikan kau bersitirahat di ruang kesehatan. Di tempat pertama, aku menarikmu keluar untuk mengantarkanmu"

Kalau seperti itu...Gakushu hanya mengangguk dan bersama mereka pergi ke ruang kesehatan.

OXO

Hari itu anggota Five Virtousos berada di ruangan besar milik kepala dewan. Seperti biasa Gakushu berada di tengah dan mewakili anak— maksudnya, teman-temannya berbicara.

"Kami akan membuat kelompok belajar bersama. Kami berlima akan memimpin anak kelas A di setiap mata pelajaran keahlian kami"

Sang kepala dewan berdehem, dari wajahnya dia tidak cukup puas dengan rencana anaknya. Gakushu sampai berkeringat, padahal ruangan tersebut memiliki pendingin.— Araki Teppei bisa melihat kegugupan ketuanya. Kedua pemilik nama keluarga Asano tersebut memang serba bisa, dan kemampuan mereka di luar nalar manusia. Tapi, sungguh mereka sebagai ayah dan anak itu mirip.

Yang membedakan mereka adalah ; Kegilaan.

Asano Gakuho cukup gila untuk meminta muridnya untuk berbuat curang hanya demi memenangkan persaingan antara kelas A dan E. (untung saja dia enggak nyuru muridnya nyontek) Bahkan teknik 'curang' yang di rekomendasikannya bisa saja membunuh anak-anak kelas E.

Sementara Asano muda; dia memang keras kepala dan sombong tapi dia tidak cukup gila untuk berbuat curang. Tidak, dia hanya tidak ingin berbuat curang dan bertanding secara adil. Meskipun kata 'adil' masih terlalu suci untuknya.

Tapi...tidak ada yang tahu kalau dia cukup gila untuk mencintai ayahnya sendiri.

"Akabane Karma"

Nama tersebut membuat jantung Gakushu berhenti sejenak. Menunduk dia tidak berani melihat pria yang sedang duduk nyaman di kursi mewahnya, dia terlalu takut untuk mengira-ngira apa yang akan dikatakan oleh..Orang yang disukainya mengenai Akabane Karma yang telah merebut posisinya.

"Dia adalah orang menjatuhkan kalian, ternyata terbukti ada orang yang bisa mengalahkan kalian. Bukan hanya Akabane-kun, tapi murid kelas E telah mengambil peringkat kalian."

Masing-masing anggota five virtousos menelan ludahnya sendiri tak terkecuali Gakushu. "Belajar bersamanya mungkin bisa membuat kalian berkembang" lanjut Gakuho tanpa memperdulikan perasaan Gakushu.

*Brak! Kedua tangan Gakushu memukul meja kepala dewan. Kedua manik berwarna unggu saling bertatapan. Pandangan Gakuho yang dingin dan sorotan tajam Gakushu yang di penuhi amarah membuat orang-orang yang berada di sana merasa gerah. "Pak kepala dewan anda sengaja membuat saya marah huh?" ujarnya lirih hampir berbisik.

"Kau sama sekali tidak mengerti perasaan anakmu huh?" mulut Gakushu tepat di telinga Gakuho. Berbicaranya lirih tapi juga mendesis seperti mengancam, kenyataannya; yang harus mengancam itu Gakuho. Jika anaknya itu tidak bisa mengambil kembali rangkingnya; Gakushu akan di usir dari rumah.

"Jika kau masih ingin seatap denganku kau harus mengambil kembali reputasimu Asano-kun"

Asano muda mendecih lalu menjauh. Tapi ketika dia akan mundur, dasinya tertarik dan mendapatkan ciuman di dahi. Anggota Virtousos yang berada di belakang Gakushu tidak mengetahui apapun, mereka pikir jika kedua Asano tersebut sedang melemparkan kata-kata sinis satu sama lain. Ketika Gakushu membalikan tubuhnya seraya merapikan dasinya, mereka melihat wajah remaja tersebut memerah padam.

"Aku tidak bisa berjanji. Tapi anda berhutang penjelasan padaku, pak kepala dewan" katanya sebelum cepat-cepat keluar dari ruangan dan diikuti oleh sisa anggota.

...

Dahinya terasa panas, lalu panas tersebut menyebar ke wajahnya. Gakushu tidak kembali ke kelas, melainkan sembunyi di ruang OSIS dengan alasan ada sesuatu yang harus diurus. Sebagai seketaris, Ren tahu apa saja mengenai kegiatan OSIS terlebih lagi jadwal ketua OSIS.

Ren sedikit enggan untuk kembali ke kelas, dia mengkhawatirkan Gakushu. Pasti terjadi sesuatu dengan anak-ayah tersebut, dan masalah tersebut berbeda dengan masalah keluarga lain. Tidak ada yang normal jika kau membicarakan keluarga Asano; yang serba bisa, dan di penuhi oleh kegilaan.

Ketua OSIS yang melewatkan dua jam pelajaran Matematika, saat ini duduk di tahtanya dengan wajah depresi. Ditariknya surai jingganya lalu mengacaknya "Sama sekali tidak tahu perasaan orang!" teriaknya dalam bisik. Di buangnya jauh-jauh helai dasinya lalu membuka sebuah kancing paling atas seragamnya.

Tiba-tiba saja dia merasa lelah. Dengan itu dia pindah ke sofa dan berbaring diatasnya. Ren masuk kedalam, menghela nafas melihat ketuanya "Asano-kun" panggilnya "Aku tahu kau sangat marah. Kepala dewan benar-benar...Meremehkan kita"

"Begitulah. Kita akan membalasnya di ujian semester nanti bukan?" jawab Gakushu tanpa melihat temannya tersebut. Dia sudah menutup matanya "Aku akan tidur, bangunkan aku saat istirahat makan siang" perintahnya

"Baiklah"

Beberapa jam telah berlalu. Gakushu tidur lelap sampai tak mendengarkan bel istirahat yang berbunyi. Syaraf-syarafnya mengendor, begitu santai, seolah jika ada kebakaran dia tidak akan tahu dan tidak mau tahu. Pintu ruangan tersebut terbuka, mungkin saja seseorang yang akan membangunkannya.

Ketika gorden tersingkap, membiarkan cahaya matahari masuk lebih dalam. Surai merah, semerah daun musim gugur menyambul keluar dari kerudung jaket si pemilik.

"Dia tidur" Karma menyentuh pipi Gakushu dengan lembut. Ren tersenyum masam mengetahui tindakan teman sekelas sementaranya "Jangan menganggunya" dia memperingatkan.

"Apa yang terjadi?"

Pertanyaan singkat Karma sudah lebih dari cukup untuk memberitahu jika remaja tersebut mengetahui ada masalah di dalam sekolah ini. Ren melipatkan kedua lengannya di depan dada "Ini masalah Five Virtousos dan kelas A. Kau dan kelas E sama sekali tidak terlibat"

"Hmm...Tapi saat ini aku kelas A lho" jemari Karma bergerak untuk menyingkirkan poni jingga Gakushu yang menutupi mata "Jahat sekali mendiskiminasiku seperti itu"

"Masalah apa yang bisa menimpa peringkat satu? Dan...Kelas E itu memang kelas buangan, mau mendapatkan berapa pun tidak akan mendapatkan masa...lah?" Ren berbicara lambat. Wajahnya memucat ketika menyadari apa yang akan dilakukan Karma. Si kepala merah itu mencuri ciuman dari Gakashu yang tengah tidur.

Setelah ciuman singkat tersebut, Karma kembali berbicara "Masalah? Sebenarnya aku punya banyak masa—"

*PLAK

Berkat ciuman tersebut Gakushu terbangun, dengan ringannya tangannya melayang ke pipi Karma. Pipi lelaki itu memerah—cap lima jari—, seolah tidak merasakan apapun Karma melanjutkan "Aku punya banyak masalah, seperti harus menjinakan Tsundere ini" lanjutnya dengan senyum polos.

Ren menganga tak percaya, apa yang baru saja dilihatnya?

"...Kau" geram Gakushu lelu mencengkram kerah Karma "Kalau kau sangat senang mempermainkan orang..Kenapa kau tidak mencium si playboy di sana itu!?" tunjuknya ke Ren, dan mendapatkan protes "APA KATAMU!?"

"Aku tidak tertarik dengan Ren-kun," Karma kembali memberi remaja di depannya senyum polos "Aku hanya tertarik padamu Shuu-kun"

"Hentikan memanggilku seperti itu, keparat"

"Nah Shuu-kun. Apa kau mau berpacaran denganku?"

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

To be continue

A/N:

Ini fic kedua di Ansatsu Kyoshitsu. Kali ini Asano Incest dan KaruAsa, entah dapet ide darimana mending jangan tanya deh. Sebenarnya mau fokus ke incestnya aja, tapi karena saya sangat menyukai Asano-kun dan Karma-kun, akhirnya Karma ikut-ikutan deh.

Please dont kill neh sebenarnya saya sedikit punya fetish dengan hubungan incest.

Karena saya sendiri binggung bagaimana kalau para Readers membantu saya. Apakah Asano akan berpacaran dengan Karma di akhir atau Asano tetap mencintai Gakuho sampai akhir?

Intinya sih, tolong beri saya review hahaha...

THANK YOU FOR READING : )