Fanfiction.

Cast : Jongin!GS, Sehun

Genre : Romance, Drama, History

Summary : Sehun, putra mahkota kerajaan, tidak sengaja menjelajah terlalu jauh ke dalam hutan hingga ia harus menerima bantuan Jongin, penduduk sebuah desa yang tinggal di pinggir hutan. Sehun jatuh hati pada masakan Jongin dan Sehun ingin membawa Jongin pulang untuk dijadikan koki di kerajaan. Tanpa Sehun sadari ia juga jatuh hati pada Jongin, bukan hanya masakannya. Cinta terlarang antara dua insan berbeda latar belakang pun dimulai. HunKai/Sekai. Jongin!GS.

Chapter 10

Besok adalah hari besar.

Para tamu dari Cina akan sampai dan istana akan menjadi sangat ramai. Istana dihias sangat cantik dengan banyak lampion-lampion hingga bunga-bunga disetiap sudut. Pelayan-pelayan sangat sibuk untuk memastikan tamu mereka mendapatkan pelayanan yang sempurna.

Hari esok juga hari besar untuk sepasang kekasih yang hubungannya terancam berakhir. Hubungan dari seorang anak pejabat keuangan dengan keponakan raja ini harus berada diujung tanduk karena adanya perjodohan untuk kepentingan kerajaan.

"Apapun yang terjadi besok aku akan bersikap seperti ksatria dan memperjuangkanmu sampai titik darah penghabisan bahkan aku rela dihajar ayahku kalau aku dianggap mempermalukan nama baik keluargaku." Pria jangkung yang biasanya selalu tersenyum lebar dan bermata jenaka kini terlihat serius dan gugup.

"A-aku takut Oppa. Aku tidak mau menikah dengan orang lain selain Oppa." Gadis bermata sipit yang duduk disebelah pria jangkung tampak akan menangis lagi. Matanya yang sipit sudah bengkak menunjukkan ia sudah menangis berjam-jam.

"Baekhyun jangan menangis lagi.." Suara gadis lain terdengar sedih melihat sahabatnya yang mau dijodohkan itu akan meneteskan air mata. "Aku yakin Chanyeol Oppa bisa mengatasi semuanya."

"Hiks.." Bukannya menahan tangisnya, Baekhyun, gadis sipit yang merupakan keponakan sang raja malah mulai meneteskan air matanya.

"Hey, hey, aku berjanji semua akan baik-baik saja." Chanyeol, si pria jangkung, meremas tangan kekasihnya berusaha menenangkan gadis itu padahal dia sendiri sama takut dan gamangnya. Mana rela ia melihat gadisnya dipersunting pria lain?

"Aku akan menemui Sehun. Aku ingin membicarakan rencanaku dengannya, kau ikut Kyung?" Chanyeol bertanya pada Kyungsoo, sahabat kekasihnya.

"Se-sehun Oppa?" Wajah Kyungsoo terlihat tidak nyaman mendengar nama itu. "Eh tidak usah. Aku akan menemani Baekhyun sampai dia harus pergi saja."

Chanyeol yang melihat ketidaknyamanan itu hanya tersenyum dan mengangguk. Kisah cinta gadis imut bermata besar itu tidak kalah pahitnya dengan kisah cintanya, bahkan ia merasa dirinya lebih beruntung. Setidaknya gadis yang ia cintai juga mencintainya.

Do Kyungsoo, anak salah satu pejabat istana, menyimpan perasaan pada pewaris tahta kerajaan. Sayangnya sang pangeran, pewaris tahta, tidak pernah menganggap Kyungsoo lebih dari sekedar adik kecilnya. Bahkan sang pangeran malah jatuh hati pada pelarian perang yang keberadaannya ilegal.

Kyungsoo terus menepuk-nepuk punggung sahabatnya sementara pikirannya melayang. Memikirkan Sehun dan Jongin, gadis cantik pelarian perang yang kini bekerja sebagai koki pribadi Sehun.

Harus ia akui jika Jongin sangatlah menarik. Dia sebagai wanita saja mengakuinya. Jongin sangat baik hati dan ramah. Belum lagi wajahnya yang eksotis dan tubuhnya yang semampai. Jika Jongin tumbuh besar dilingkungan istana, bisa ia pastikan jika Jongin akan menjadi rebutan para pangeran dan anak-anak pejabat.

Sudah hampir delapan tahun Kyungsoo menyimpan rasa untuk Sehun dan nyaris semua orang terdekatnya mengetahui hal itu. Kedua orang tuanya, Baekhyun, Chanyeol, pelayan-pelayan pribadinya bahkan Sehun juga sudah mengetahuinya. Namun tetap saja statusnya tidak pernah naik dari seorang adik untuk Sehun.

Tok! Tok! Tok!

"Selamat siang Nona Baekhyun, sudah saatnya bagi Anda untuk mempersiapkan diri untuk hari esok." Seorang pelayan membuka pintu ruang tengah di paviliun Baekhyun dan tersenyum hormat.

"Hiks..Kyuuung aku tidak mauuu…" Tangis Baekhyun makin menjadi. Persiapan diri yang dimaksud adalah perawatan tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki untuk memastikan Baekhyun terlihat sempurna dimata calon mempelainya besok.

"Sudah berhenti menangis. Nanti mereka akan menenggelamkan kepalamu didalam bak air es untuk menghilangkan wajah bengkakmu." Kyungsoo mengelap air mata yang banjir diwajah Baekhyun. "Ingat kata Chanyeol Oppa, semua akan baik-baik saja." Kyungsoo menambahkan dengan suara pelan.

"Tapi…tapi…"

"Maaf Nona, para pelayan sudah menunggu. Anda harus segera bergegas karena Anda harus sudah selesai sebelum makan malam dimulai." Si pelayan berkata masih dengan senyum hormatnya.

Baekhyun akhirnya menghela nafas panjang dan bangkit dari duduknya dengan wajah merengut. Kyungsoo memberinya senyuman agar gadis itu lebih bersemangat. Begitu Baekhyun keluar ruangan, Kyungsoo dengan berat hati ikut keluar. Ia harus menjalankan tugasnya dengan berat hati, menemani pria yang mematahkan hatinya untuk menyiapkan kedatangan tamu-tamu dari Cina.

"Kemana Jongin?" Chanyeol masuk kedalam ruang baca khusus untuk pangeran dan mendapatkan sang pangeran sedang duduk membaca naskah tebal.

"Sedang didapur." Sang pangeran menutup bukunya dan menatap Chanyeol yang terlihat begitu muram.

"Bukankah Guru Choi sudah mengangkatnya sebagai pelayan pribadimu?"

"Iya memang tapi dia susah sekali lepas dari dapur. Dia suka memasak, itu bisa membuatnya lebih rileks." Oh Sehun, sang pangeran pewaris tahta kerajaan menjawab seraya mengisyaratkan agar Chanyeol duduk dihadapannya. "Apa kau sudah siap?"

"Aku lebih dari siap." Chanyeol menjawab tegas.

"Aku akan berusaha sebisaku kalau kau harus menerima hukuman yang berat, jadi santailah sedikit. Kau seperti orang yang besok akan menjalani hukuman mati." Sehun berusaha mengajak sahabatnya bergurau sedikit.

"Kalau besok gagal aku kemungkinan memang akan dihukum mati bodoh." Chanyeol menjawab dengan wajah kesal. Sempat-sempatnya Sehun bercanda ketika ia sedang gugup setengah mati seperti ini.

"Tenang Park. Kau hanya akan bermanis-manis dengan Baekhyun didepan para tamu dan juga seluruh keluarga besar lalu—"

"Lalu ayahku akan membunuhku karena sudah mempermalukan nama baik keluarga. Aku juga tidak sanggup menghadapi ayahmu, dia pasti akan sangat malu menghadapi tamunya. Apa semua ini tidak terlalu beresiko?"

"Memangnya kau ada ide lain? Kita sudah bicara dengan orang tua Baekhyun tapi mereka hanya iya-iya saja tanpa melakukan apapun. Malah mereka ikut sibuk menyambut tamu. Menurutku itu adalah hal paling aman yang bisa kau lakukan."

Chanyeol diam saja, masih terlihat ragu.

"Memangnya ada cara lain? Kau mau membawa Baekhyun kabur? Atau kau mau menginterupsi rapat dengan penolakan dan kekerasan? Kalau itu jelas kau akan dihukum mati."

"Baiklah, baiklah. Aku akan bermesraan dengan Baekhyun dan akan mengumumkan kalau aku dan Baekhyun memiliki hubungan spesial." Chanyeol mengiyakan dengan wajah tidak yakin. Apakah cukup hanya bermesraan dengan Baekhyun didepan calon suami dan calon mertua Baekhyun?

"Bagaimana denganmu dan Jongin? Semua baik-baik saja?" Chanyeol bertanya, mengalihkan pembicaraan. Dia butuh pengalihan agar tidak terlalu tegang.

"Baik, Jongin belajar sangat keras siang dan malam sampai nyaris tidak punya waktu untukku." Sehun menjawab dengan sedih.

"Menurutku, Jongin itu benar-benar luar biasa." Chanyeol berkata dan mendapat tatapan tajam dari Sehun. "Bukan bermaksud apa-apa. Dia wanita tangguh dan cerdas. Tidak banyak perempuan yang bisa membaca dan menulis selancar itu hanya dalam jangka waktu beberapa bulan."

Sehun tersenyum kecil, kekasihnya memang luar biasa.

"Terlebih dia mau mempertaruhkan nyawanya untukmu. Menyelinap masuk kedalam istana dan kini berusaha menghentikan peperangan, ckck. Dia perempuan yang layak diperjuangkan."

"Aku tahu, maka dari itu aku mencoba segala cara agar hubunganku dengannya berhasil. Jongin adalah wanita terhebat yang pernah aku temui." Sehun tidak bisa tidak merasa bangga akan Jongin. Ah, Sehun jadi merindukan kekasihnya itu.

"Sayang.."

"Hentikan Hun, itu sangat norak."

"Cintaku.."

"Sehuuuun."

"Hahaha, baiklah. Oh Jongin."

Panggilan itu membuat gadis manis berkulit kecoklatan yang sedang membaca buku merona. Ditutupnya buku yang berada ditangan lentiknya dan menghadap pria tampan didepannya.

"Baiklah, ada apa Yang Mulia Pangeran Oh Sehun?"

"Jangan membaca buku terus, aku merindukanmu." Sehun merengut manja pada gadis itu. Hal yang tidak pernah Sehun lakukan kecuali pada kekasihnya yang bernama Kim Jongin.

"Aku harus mempersiapkan di—"

"Kau sudah siap, kau hanya perlu lebih santai. Kau bisa-bisa jadi Kepala Keamanan Istana setelah ini."

"Hahaha, mana mungkin. Berlari saja aku tidak kuat." Jongin, si gadis manis kekasih sang pangeran, menangkup wajah Sehun dengan kedua tangannya. "Aku takut aku tidak bisa melakukan semua ini. Aku takut berpisah denganmu."

"Jongin, sudah ku bilang ribuan kali, kau tidak harus melakukan semuanya sedetail ini. Serahkan padaku dan Chanyeol. Kami akan menghentikan perang, mengembalikan identitasmu lalu kita akan menikah."

"Chanyeol Oppa sudah cukup banyak beban pikiran Hun. Kau juga punya banyak tugas kenegaraan sebagai calon pewaris. Aku tidak bisa diam saja sementara Guru Choi hanya memberiku waktu yang sangat sedikit."

Sehun terdiam. Semua itu memang benar. Hanya saja membayangkan kekasihnya diluar sana berada dikawasan perang, terlebih tanpa ia bisa mengawasinya secara langsung. Jongin memang memiliki rencana untuk kembali ke negara asalnya dimana perang sedang terjadi.

Jongin ingin mencari ayahnya sekaligus mengetahui akibat perang pecah. Perang itu menyebabkan begitu banyak keluarga yang tercerai berai, termasuk keluarga Jongin. Dalam kesempatannya kali ini Jongin ingin menyatukan lagi keluarganya dan membentuk keluarga baru bersama pria yang paling dicintainya.

"Yang penting jangan terlalu memaksakan diri. Jangan membahayakan dirimu, katakan semuanya padaku jadi aku bisa selalu membantumu. Lalu jangan terlalu sibuk hingga melupakan kekasihmu." Sehun berkata dengan senyum manja.

"Kalau Yang Mulia Raja melihat kau seperti ini, pasti beliau berpikir dua kali untuk memberikan tahtanya padamu." Jongin mencubit pipi Sehun gemas. Betapa ia merasa beruntung bisa melihat sisi Sehun yang manja seperti ini. "Aku ingin bertanya sesuatu padamu."

"Apa?"

"Bagaimana dengan Nona Kyungsoo? Apakah dia masih menjauhimu?" Jongin bertanya dengan wajah serius. Sehun sebenarnya tidak begitu suka membahas masalah Kyungsoo dengan Jongin karena ia tidak ingin melukai hati Jongin.

"Masih." Sehun menjawab singkat.

"Apa tidak sebaiknya aku bicara padanya?" Jari Jongin bermain pada wajah sempurna Sehun. Meraba alis tebal Sehun, hidung panjang Sehun juga rahang kokoh milik Sehun.

"Aku sudah bicara padanya, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi." Sehun terlihat sekali ia tidak nyaman dengan pembicaraan mereka.

"Kenapa kau selalu seperti ini setiap aku mulai bicara tentang Kyungsoo?" Jongin memicingkan matanya.

"Memangnya kau suka membicarakan Kyungsoo? Aku takut kita malah bertengkar karena membicarakannya."

"Kau takut aku cemburu?"

Sehun mengangguk.

"Memang sih aku selalu cemburu padanya—"

"Tuh kaaan.."

"Dengarkan aku dulu." Jongin mencubit bibir Sehun yang mengomel. "Aku cemburu karena dia mengenalmu lebih lama, sering menghabiskan waktu denganmu dan tumbuh besar bersamamu. Tapi ternyata kecemburuanku tidak berdasar karena aku adalah gadis beruntung yang akan menemanimu disisa umurmu."

Sehun tersenyum mendengarnya.

"Jadi, perbaiki hubunganmu dengan Kyungsoo. Toh dia tidak melakukan kesalahan apapun. Oke?"

"Hm, akan ku coba." Sehun mengangguk kecil. Kasihan memang ia melihat Kyungsoo yang semakin hari semakin kurus. Sejak Kyungsoo mengetahui hubungannya dengan Jongin, gadis itu tidak pernah muncul lagi untuk membantunya menyiapkan kedatangan tamu-tamu dari Cina dengan segudang alasan.

Kyungsoo menghindarinya, bahkan ia tidak pernah muncul di paviliun Baekhyun selama beberapa hari sampai Baekhyun begitu khawatir dan mendatangi Kyungsoo ke paviliunnya. Baekhyun dan Chanyeol juga tidak berani menyinggung masalah Sehun dihadapan Kyungsoo, mereka tahu betapa hancur hati Kyungsoo karena cintanya sudah mati sebelum berkembang.

"Jongin, kau mau menyelinap keluar?" Sehun tiba-tiba meraih tangan Jongin diwajahnya dan memandang gadis itu dengan wajah kelewat semangat.

"Mau kemana?" Jongin memandang Sehun dengan tatapan tidak setuju.

"Jalan-jalan saja, seperti kencan pertama kita dulu."

"Pengamanan sedang sangat ketat Sehun, berbahaya kalau kita menyelinap keluar sekarang. Selain itu hari sudah sore." Jongin menolak ide kekasihnya.

"Aku berjanji tidak akan ketahuan. Ya? Ya? Ya?" Sehun mulai merengek dan Jongin pun lemah. Kalau sang pangeran sudah merengek begini, siapa yang bisa menolak?

Satu jam kemudian, Sehun dan Jongin sudah berjalan-jalan ditengah kota dengan pakaian rakyat yang sedikit lusuh. Keduanya bergandengan tangan dengan senyum lebar. Sehun terus membuat Jongin tertawa dan gadis itu wajahnya sering kali merona merah lalu mencubit lengan kekar kekasihnya dengan manja.

"Karena kau dulu sudah memberiku hadiah, kini biar aku yang memberimu hadiah." Jongin menarik lengan Sehun menuju sebuah toko yang dikerumuni banyak orang.

Jongin dengan teliti memilih-milih benda yang tersedia dan membayarnya dengan sedikit uang yang ia bawa. Sehun yang sedari tadi menunggu kekasihnya berbelanja, tersenyum senang melihat Jongin yang mendatanginya dengan riang.

"Mana hadiahku?" Sehun bertanya dengan nada usilnya.

"Kau tidak romantis sekali sih." Jongin cemberut mendengarnya. "Aku tidak akan memberikannya padamu sekarang."

"Kenapa?" Sehun gantian cemberut.

"Karena kau tidak romantis." Sehun pun tertawa mendengarnya.

"Baiklah, akan aku tunggu hadiah darimu dengan romantis." Sehun menggandeng tangan Jongin lagi untuk melanjutkan acara jalan-jalan mereka.

"Kita mau kemana?" Jongin bertanya pada Sehun. Seluruh pasar sudah mereka jelajahi, mereka sudah makan jajanan, membeli buku lalu menonton pertunjukan jalanan. Hari juga sudah mulai gelap, apa tidak sebaiknya mereka pulang?

"Aku punya hadiah untukmu." Sehun dengan misterius menggandeng Jongin menuju area perumahan penduduk. Jongin memandang heran kearah Sehun, pria ini suka sekali membuatnya berdebar-debar.

Tidak lama kemudian, pasangan kekasih itu sampai disebuah rumah kecil yang gelap. Belum ada lampu minyak yang menyala, sepertinya rumah tersebut kosong. Jongin semakin mengerutkan keningnya. Jangan-jangan…Sehun akan membawa kabur dirinya dan tinggal dirumah ini?!

Dasar pria ini tidak sabaran sekali untuk menunggunya! Inginnya kabur dari tanggung jawab saja! Selain tidak sabaran ternyata Sehun juga bodoh karena memilih sebuah rumah yang hanya setengah jam dari istana. Begitulah isi kepala Jongin melihat rumah kosong didepannya.

"Sehun, apa kau—"

"Ssstt, tunggu beberapa menit lagi." Sehun meletakkan telunjuknya pada bibir Jongin. Gadis itu lagi-lagi terkejut dan juga bingung. Sepertinya dugaannya keliru, sepertinya Sehun tidak ingin kabur dari istana…

"I-ibu…?" Jongin yang sedari tadi menduga-duga kenapa Sehun membawanya kemari mendadak melihat jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dikepalanya. "Ibu!" Jongin berlari menuju seorang wanita dengan hanbok cokelat yang sudah lusuh, tangan wanita itu membawa dua buntalan besar yang terlihat berat.

"Jongin.." Sang wanita menjatuhkan barang-barangnya begitu saja diatas tanah yang kotor. Dipeluknya anak gadis satu-satunya yang sudah tidak ia temui berbulan-bulan. Sehun mendatangi ibu dan anak tersebut kemudian mengambil barang bawaan ibu Jongin.

"Selamat malam Yang Mulia Pang—"

"Jangan panggil aku seperti itu Bibi, aku hanya Oh Sehun." Sehun berkata dengan rendah hati. "Ayo masuk kedalam rumah."

Rumah itu kecil, hanya memiliki sebuah kamar kecil dan ruang tengah yang bisa dijadikan sebagai ruang makan, ruang tamu dan kegiatan lainnya. Sehun menyalakan lampu-lampu minyak disana kemudian menggantungnya dibeberapa sudut rumah.

"Sehun, kau berhutang penjelasan padaku." Jongin menatap Sehun yang akhirnya ikut duduk bersamanya dan ibunya diatas lantai beralaskan kain tebal

"Jongin, yang sopan." Ibu Jongin menatap tajam anaknya yang berlaku tidak sopan pada pangeran.

"Ibu, dia itu…" Jongin tidak sabar untuk memberi tahu ibunya jika ia di istana bukan semata koki pribadi—sekarang sudah menjadi asisten pribadi—Sehun, tapi ia juga gadis yang beruntung bisa mendapatkan cinta dan kasih sayang sang pangeran.

"Bibi, aku dan Jongin berencana akan menikah secepatnya." Sehun berkata sopan dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.

"Me-menikah?" Ibu Jongin terlihat seperti akan terkena serangan jantung mendengarnya. Baru beberapa bulan tidak bertemu dengan anaknya, kenapa tiba-tiba gadis kecilnya akan menikah? Dengan seorang pangeran pula?

"Eh, tidak Bu! Aku belum akan menikah kok! Sehun berlebihan, kami masih sepasang kekasih." Jongin gelagapan berusaha menjelaskan situasi sebenarnya pada ibunya. Dipandanginya Sehun dengan galak yang bicara seenaknya sendiri.

"Kan memang kita berencana untuk menikah.." Sehun berkata pelan namun telinga Jongin dan ibunya masih bisa menangkap perkataan itu.

"Tu-tunggu dulu, kau sungguhan akan menikah?" Ibu Jongin menatap putrinya dengan sorot mata bingung. "Dengan Yang Mulia Pangeran?"

"Me-memang ada rencana—"

"Kau tahu siapa dirimu Kim Jongin? Kau tidak ingat siapa kita dinegara ini?" Ibu Jongin langsung berkata dengan suara bergetar.

"Bibi, aku dan Jongin memang ada rencana menikah. Namun rencana itu tidak akan kami laksanakan tanpa restu Bibi dan juga kedua orang tuaku." Sehun bicara dengan suaranya yang paling penuh wibawa. "Sejujurnya, saya sedang berusaha membuat Jongin diterima dinegara ini, termasuk didalam istana."

"Bagaimana? Kami adalah penyusup Yang Mulia! Sang Raja sudah berbaik hati memberikan kami tempat untuk berlindung dan…dan—"

"Saya ingin menyelesaikan perang Bi." Sehun menjawab lagi.

"Apa?" Ibu Jongin tampak tidak yakin dengan pendengarannya. Sungguh itu adalah ide paling konyol yang pernah ia dengar.

"Mungkin memang sulit dan membutuhkan waktu panjang, tapi saya sangat ingin menikahi Jongin. Jadi saya mengambil segala kemungkinan dan cara yang bisa saya lakukan."

"Yang Mulia, jangan membawa negara ini kedalam perang berkepanjangan itu hanya untuk putriku ini."

"Jongin bukan sembarang gadis Bibi." Sehun memandang Jongin yang menundukkan kepalanya, bisa ia lihat semburat merah muda pada pipi tembam kekasihnya. "Saya sudah menyukai Jongin sejak awal kami bertemu. Jongin hanya satu didunia ini dan saya akan melakukan segalanya untuk bisa menghabiskan sisa hidup saya bersama Jongin."

"Yang Mulia.." Ibu Jongin tidak tahu harus berkata apa. Pernyataan cinta Sehun pada anaknya sungguh menggetarkan hatinya. Tidak banyak pria yang berani mengatakan hal-hal seperti itu pada orang tua kekasihnya, namun Sehun berbeda. Sehun bahkan langsung mengatakan jika ia ingin menikahi Jongin.

"Yang Mulia, ha-hamba—"

"Tolong jangan terlalu formal Bi. Kita kan calon mertua dan menantu." Sehun tersenyum kecil dan Jongin semakin menundukkan kepalanya. Malu sekali mendengarkan ibunya dan Sehun bicara tentang pernikahan seperti ini.

"Se-sehun.." Ibu Jongin terbata memanggil nama Sehun. "Bibi tidak tahu harus senang atau sedih. Mencintai Jongin dengan statusmu sebagai pangeran akan menimbulkan banyak masalah, Bibi takut kau atau Jongin akan terluka."

"Bibi, aku berjanji sepenuh hatiku, aku akan menjaga Jongin dengan nyawaku." Sehun berkata sangat serius. "Aku merelakan nyawaku bahkan tahtaku—"

"Sehuuun.." Jongin memotong ucapan Sehun yang mulai membicarakan tentang menyerahkan tahtanya pada pewaris lainnya. "Aku tidak ingin kau harus turun tahta karenaku." Suara Jongin terdengar sangat kecil.

"Bukannya aku ingin menjadi permaisuri atau apa, tapi…"

"Aku mengerti Jongin, aku hanya ingin kau tahu betapa seriusnya aku denganmu. Jika aku harus melepaskan—"

"Aku akan meninggalkanmu kalau kau melakukannya."

"Kau bisa meninggalkanku?" Sehun bertanya dengan bibir mencibir.

"Sudah, jangan malah berdebat." Ibu Sehun tersenyum melihat perdebatan anaknya dan ehem calon menantunya. "Sehun, jika memang kau sangat mencintai Jongin, Bibi dengan senang hati memberikannya padamu tapi Bibi mohon, jaga Jongin dengan baik."

"Tentu Bi." Sehun tersenyum senang.

"Tunggu, tadi kau belum menceritakan bagaimana ibu bisa disini.." Jongin teringat akan hal penting itu.

"Ah, aku meminta Jaehyun untuk mengirim pesan pada ibumu agar datang kemari dan tinggal disini karena aku tahu kau merindukan ibumu." Sehun menjawab ringan.

"JAEHYUN?!" Jongin membelalakkan matanya. Pangeran kecil itu diminta melakukan tugas seberbahaya itu. Bagaimana kalau Jaehyun tersesat dihutan? Atau lebih parah lagi, dimangsa hewan buas? Atau ketahuan patroli kerajaan karena masuk kedalam lingkungan penduduk terlarang?

"Kenapa kau menyuruh Jaehyun melakukan hal seperti itu?!" Jongin terlihat akan menyemprotkan emosinya pada Sehun yang ia anggap sebagai kakak yang tidak bertanggung jawab.

"Tu-tunggu dulu, biar aku jelaskan." Sehun sedikit gentar melihat sorot mata galak kekasihnya. Biarpun Sehun seorang pangeran yang berwibawa dan dihormati sejuta penduduk, Sehun tetaplah pria yang takut akan amukan gadis yang dicintainya.

"Kalau Jaehyun ketahuan bagaimana?!" Jongin dengan galaknya mengambil pakaian yang tadi dibawa ibunya dan memukul tubuh Sehun dengan itu. "Kau itu kejam sekali pada adikmu!"

"Auw! A-aduh! Hentikan!" Sehun berusaha melindungi dirinya dari amukan Jongin.

"Hey, hey, jangan pukuli Sehun!" Ibu Jongin setengah tertawa melihat kelakuan Jongin dan Sehun. Hati wanita setengah baya itu bahagia melihat Jongin sudah seperti Jongin yang dulu, banyak tertawa. Namun sebagai seorang ibu, ia tetap khawatir. Semoga Jongin diberkati surga dan bisa menggapai impiannya untuk menjadi istri Oh Sehun.

Jongin terpana dengan pemandangan didepannya.

Lentera-lentera cantik menghiasi taman yang dipenuhi dengan bunga-bunga bermekaran. Istanya yang sudah indah menjadi berkali-kali lipat lebih indah. Diatas sana, langit bertabur bintang, menambah keindahan malam itu.

Rombongan tamu dari Cina datang tadi siang, begitu yang Jongin dengar disela kesibukannya didapur. Ada yang bilang kalau pakaian mereka sangat cantik, lalu pengawalnya lebih gagah dan juga mereka membawa banyak hadiah.

Jongin ingin sekali mengintip sekilas tamu-tamu itu, namun pekerjaannya didapur sama sekali tidak bisa ditinggal. Ia dan sejumlah staf dapur tidak bisa meninggalkan dapur sejak pagi. Jongin ingin bertemu Baekhyun, ia ingin memastikan jika gadis itu baik-baik saja dan tidak menangis meraung-raung saat bertemu dengan pangeran dari Cina yang akan dijodohkan dengannya.

Malam ini, Jongin akhirnya bisa melihat tamu-tamu yang seharian menjadi bahan pembicaraan para pelayan. Malam ini juga akan ada jamuan makan besar-besaran juga pesta yang akan diisi dengan tarian dan nyanyian. Sehun meminta Jongin untuk datang dan menikmati pesta meskipun disana Jongin bertugas sebagai pelayan pribadi untuk Sehun.

Jongin yang belum pernah mendatangi pesta seperti ini terlihat sangat bersemangat. Matanya terus bergerak kesana kemari melihat segala keindahan dekoras istana sampai pakaian cantik yang dikenakan para putri untuk menyambut tamu. Jongin membenarkan jika pengawal-pengawal dari Cina memang terlihat gagah dan ia bisa menangkap bahasa yang mereka gunakan meskipun sama sekali tidak paham.

Mata Jongin menelusuri meja untuk Raja, Ratu serta para petinggi rombongan dari Cina. Ada tiga orang yang tidak Jongin kenali disana yang pasti merupakan tamu mereka. Seorang pria yang umurnya mungkin tidak jauh berbeda dari Sang Raja, lalu ada seorang pria yang rambutnya sudah memutih semua dan yang terakhir pemuda berwajah dingin yang…tampan.

Jongin langsung mengambil kesimpulan jika pemuda berwajah dingin itu adalah calon suami Baekhyun. Memang penampilannya terlihat tampan dan menarik, tapi sorot matanya sangat dingin dan tajam. Gadis ceria seperti Baekhyun mana mungkin cocok dengan pria seperti itu.

Hati Jongin berdebar-debar mencari sosok Baekhyun dan Chanyeol. Jongin tentu saja tahu rencana Baekhyun dan Chanyeol. Yang Jongin dengar, Chanyeol akan mengajak Baekhyun berdansa ketika acara musik dimulai. Tidak bisa ia bayangkan reaksi seluruh istana melihat Chanyeol yang begitu berani mengajak Baekhyun didepan umum. Terlebih ketika seluruh istana tahu jika Baekhyun sudah akan dijodohkan.

Pandangan mata Jongin sesekali menatap Sehun yang terlihat lelah, namun kekasihnya itu sesekali tersenyum pada orang-orang disekitarnya. Tanpa sengaja, mata Jongin menangkap sebuah wajah yang familiar, wajah yang sudah lama tidak ia lihat.

Wajah ayahnya.

Berdiri dibelakang ketiga petinggi dari Cina dengan seragam pengawal.

"Ayah.."

To Be Continue

Haiiii, I'm baaack!

Mohon maaf yaaaa kemarin maljum engga update Toy huhu

Banyak tugas soalnya jadi belum selesai Toy-nya :(

Nanti Author tebus deh ya sama cerita Rated M yang lainnya.

Author lagi bikin oneshot M HunKai nih hehe.

Buat jeyjong, ini karyaku sendiri hehe. Ada cerita yang mirip kah?

Terima kasih ya review dan kritiknyaaaa!

Kalian is the bessssttttt!

Semoga seri ini ngga jadi hurt/comfort ya wkwkw

Doain deh Baekhyun sama Chanyeol biar bisa kawin lari haha—eh jangan deng, capek.

Keep support HunKai—or KaiHun because they are the cutest and coolest couple ever!

Jangan lupa review, kritik dan sarannya yaaaa^^

Gomawo chingu!