Sexy Idiot Baby

Kyungsoo seorang pengangguran yang harus mengurus 'bayi' yang ia sebut dengan idiot. Tapi anehnya, Kyungsoo selalu membayangkan hal-hal kotor saat melihat 'bayi' besarnya itu, mengabaikan fakta bahwa ia menganggap 'bayi' bernama Kim Jongin itu idiot. KAISOO. Kai. Dio. Kyungsoo. Jongin. M. Mature. GS. Genderswitch. EXO.

.

Don't like don't read!

Don't copy!

Repost with CR!

This story belongs to lolipopsehun!

.

ENJOY~

.

Kyungsoo menghentakkan kakinya dengan kesal saat turun dari sebuah taksi yang membawanya ke rumah besar di tengah kota. Bibir mungilnya mengerucut dan dahinya berkerut dalam. Kedua tangannya menyeret koper berukuran sedang, menariknya dengan kasar hingga, serta tas ransel menggantung di punggungnya.

Disiang yang amat terik ini, ia terpaksa harus menggunakan pakaian tertutup, meskipun ia merasakan tubuhnya seperti sedang dipanggang dengan panggangan barbekyu. Gadis itu tidak tahu harus mulai mengeluh darimana. Mood-nya benar-benar berantakan hari ini.

Ia berjalan terseok-seok menuju pagar rumah setinggi tiga kali badannya itu. Bibirnya mengomel tipis, ia masih saja merutuki kebodohannya dan menekan tombol bel dengan kasar.

Dua kali.

Ia menghela napas berat, memikirkan kejadian-kejadian buruk yang baru saja menimpa dirinya akhir-akhir ini.

Do Kyungsoo namanya, gadis berusia 23 tahun itu baru saja menyelesaikan kuliahnya tahun lalu. Dan ditahun yang sama ia sudah bekerja menjadi juru masak di sebuah restaurant Jepang. Pekerjaan yang menghasilkan banyak uang untuk mencukupi hidupnya sendiri bahkan sedikit membantu keuangan keluarganya.

Tapi memang dasarnya Kyungsoo bukan gadis baik-baik yang patuh akan peraturan, gadis itu membuat ulah hingga ia dipecat bahkan harus membayar denda ke pengadilan.

Satu bulan yang lalu, ia menyiramkan sup panas ke wajah pelanggan restaurantnya karena komplain macam-macam. Entah apa yang merasukinya saat itu, ia terlalu kesal untuk bersabar. Akhirnya, ia dituntut mengganti rugi dan harus kehilangan pekerjaannya.

Bukan hal yang mudah mencari pekerjaan menjadi juru masak di kota besar, apalagi sudah banyak restaurant yang mengetahui kasusnya itu.

Jelas saja, ia menyiram seorang pengusaha ternama, berita tidak penting itu cepat menyebar layaknya api di atas jerami.

Kyungsoo bisa saja menjual dirinya lagi seperti saat kuliah dulu atau menawarkan diri menjadi penari telanjang di club malam, tapi ia malas harus menutupi identitasnya. Menjadi penari telanjang bukan sesuatu yang dapat dibanggakan keluarganya.

Dulu saat ia masih baru masuk kuliah, keluarganya jatuh miskin karena tertipu. Dengan berat hati kedua orang tuanya lepas tangan dengan biaya hidup Kyungsoo. Mereka tinggal jauh dari hingar bingar kota, meninggalkan Kyungsoo yang dititipkan di rumah bibinya tepat di jantung ibukota.

Bibinya juga bukan orang berada, keluarga bibinya hanya keluarga sederhana yang bahagia dengan dua orang anak. Sebagai orang yang menumpang hidup, Kyungsoo cukup tau diri. Ia menyisihkan sebagian uangnya untuk bibinya, bahkan sesekali mengirimkan uang ke orangtuanya.

Dimata keluarga, Kyungsoo memang gadis yang baik.

Hanya saja, gadis itu benar-benar menjadi orang lain saat keluar rumah.

Saat kuliah, Kyungsoo terpaksa menjual diri kepada teman sebayanya. Ia kehabisan uang dan tidak tau harus bagaimana melanjutkan kuliah dan hidupnya. Dengan tubuh yang bisa dibilang tercetak sempurna dan wajah yang terlewat cantik, Kyungsoo menawarkan diri kepada teman-teman prianya yang kaya.

Awalnya Kyungsoo memang hobby tidur dengan teman kuliahnya, lama-lama ia rasa itu peluang bisnis.

Bodoh memang, tapi ia butuh uang. Kyungsoo tak punya pilihan lain.

Hidup di kota besar butuh banyak uang.

Jadi ia menganggap dirinya 'sedikit' pelacur dan juga seorang yang mesum.

Kyungsoo berhenti menjual diri saat ia sudah diterima bekerja menjadi koki. Meskipun ia masih hobby tidur dengan lelaki, bisa dibilang Kyungsoo itu maniak, tapi batinnya tetap saja menjerit saat ia hanya menjadi pemuas nafsu.

Ia masih seorang gadis normal, ingat.

Dan hari ini, karena ia baru saja dipecat, bibinya menawarkan pekerjaan padanya. Awalnya jelas Kyungsoo menolak, tapi karena gaji yang ditawarkan melebihi gajinya lima bulan saat menjadi juru masak, Kyungsoo menerimanya.

Ia harus menjadi pengasuh bayi selama satu minggu.

Kyungsoo tidak pernah merawat bayi sebelumnya, ia hanya pernah menjaga anak bibinya, itupun bukan bayi. Jadi ia tidak tau harus meng-apa-kan bayi majikannya itu nanti. Semoga pekerjaannya kali ini tidak membuatnya lagi-lagi terseret ke meja hijau.

Hal yang paling menyebalkan bagi Kyungsoo adalah pesan bibinya tentang penampilan Kyungsoo yang harus berubah. Kyungsoo harus memakai celana jeans panjang dengan kemeja di tengah musim panas dengan suhu nyaris membakar. Sungguh, ini yang membuat Kyungsoo uring-uringan sejak pagi.

Kyungsoo masih menghentak-hentakkan kakinya dengan sebal menunggu seseorang membukakan pintu untuknya. Beberapa detik berlalu, ia melihat seorang wanita separuh baya berlari menuju pintu dengan senyuman mengembang di wajahnya. Wanita itu terlihat bersih dan rapi dengan dandanan sederhana di wajahnya.

Kyungsoo tersenyum –lebih tepatnya pura-pura tersenyum.

"Nona Do Kyungsoo?" tanya wanita itu sambil membukakan pagar untuk Kyungsoo.

Kyungsoo membungkukkan badan sedikit. "Halo bibi, namaku Kyungsoo," bisiknya ringan.

Dengan senyuman merekah dibibirnya, wanita itu mempersilahkan Kyungsoo masuk. "Kau benar-benar cantik, Kyungsoo. Silahkan masuk, lewat sini," bisiknya ringan, menggiring Kyungsoo untuk masuk ke dalam rumah megah itu.

Sedangkan Kyungsoo tidak tau harus berbuat apa.

Berpura-pura baik bukan keahliannya. Kyungsoo itu jalang, bibir mungilnya itu selalu mengeluarkan sumpah serapah dan kalimat-kalimat kotor penghantar nafsu.

Sekarang, ia harus berucap lembut.

Ini menguras tenaga.

Saat Kyungsoo memasuki pagar, ia benar-benar takjub. Rumah itu besar dan tampak indah. Tepat di halamannya, terbentang taman luas, lengkap dengan ratusan bunga, kolam renang, bahkan ayunan. Rumah ini benar-benar luar biasa megah dengan segala yang ada di dalamnya.

Kyungsoo pikir ia akan betah tinggal disini. Yah, walaupun ia harus mengasuh bayi.

Lagi-lagi ia takjub saat memasuki pintu rumah itu, seluruh ruangan di rumah itu ditata dengan rapi. Bahkan Kyungsoo yakin tak ada debu yang menempel pada setiap ornamennya. Kyungsoo melirik ke arah ruang keluarga, dimana seorang pria paruh baya berdiri disana. Pria itu memasukkan barang-barang ke dalam koper dengan cepat.

Sepertinya sedang terburu-buru.

"Jadi, itu kamarmu," wanita tua itu menunjuk sebuah kamar di sudut ruangan, Kyungsoo hanya mengangguk canggung. Ia masih mengamati sekeliling rumah, berusaha mencari dimana sosok bayi yang akan diasuhnya. "Kami akan pergi siang ini, kuharap kau tidak keberatan memulai bekerja hari ini,"

Kyungsoo menggeleng ringan. "Tentu saja tidak," bisiknya. "Jadi dimana bayinya?" tanyanya sopan.

Wanita tua itu sedikit terkejut dan tersenyum ringan, kemudian pria di belakangnya terkekeh ringan. Kyungsoo semakin bingung. Sang pria berjalan ke arah Kyungsoo dengan mengulurkan tangan, Kyungsoo menyalaminya dengan kikuk.

"Senang bertemu denganmu, Nona Kyungsoo," ucap pria itu.

"Senang bertemu denganmu, Tuan Kim," balas Kyungsoo dengan tersenyum canggung.

Tuan Kim mempersilahkan Kyungsoo untuk duduk sedangkan istrinya berjalan menaiki tangga tanpa bicara apapun, Kyungsoo semakin bingung dengan keadaan ini.

"Jadi mungkin kami lupa memberitahumu, kau tidak akan mengasuh bayi, Nona Kyungsoo," ucap Tuan Kim dengan senyum khas yang berwibawa.

Kyungsoo memiringkan kepalanya. "Jadi?" kalimatnya terdengar menggantung.

"Anak kami berusia 22 tahun. Kau hanya harus menjaganya,"jawab Tuan Kim enteng, Kyungsoo semakin tidak mengerti. "Namanya Kim Jongin. Well, Jongin agak sedikit berbeda dengan anak-anak lain seusianya, membuatnya harus dijaga,"

Kyungsoo nyaris membelalak, tapi ia berusaha menjaga bibirnya untuk tidak mengumpat.

Tunggu dulu, apa baru saja aku disuruh menjaga seorang anak idiot? –batinnya dalam hati.

Kyungsoo memaksakan seulas senyum. "Kau tidak perlu khawatir, aku sudah menuliskan apa-apa saja yang biasa Jongin lakukan dan butuhkan," Tuan Kim menyerahkan buku catatan kecil pada Kyungsoo. "Apa kau keberatan?" tanyanya.

Kyungsoo menggeleng cepat. "Bukan masalah, Anda bisa mengandalkan saya,"

Tuan Kim tertawa ringan, ia merogoh kantung jasnya dan menyerahkan selembar amplop putih pada Kyungsoo. "Maaf jika ini tidak sopan, tapi ini uang mukanya," bisiknya ringan.

Kyungsoo tersenyum malu dan memasukkan amplop putih itu ke dalam tas ranselnya. "Terima kasih, aku akan bekerja dengan baik,"

Tuan Kim hanya tersenyum.

Selanjutnya, pandangan Kyungsoo teralih pada sosok yang muncul dari tangga. Nyonya Kim menggandeng seorang pria turun dari sana. Pria itu menundukkan kepalanya hingga Kyungsoo tak dapat melihat wajahnya. Ia menggunakan kaos hitam polos dengan celana pendek selutut.

"Itu Jongin," ucap Tuan Kim, membuat Kyungsoo mengangguk canggung.

Nyonya Kim menggandeng Jongin hingga ia berada di hadapan Kyungsoo, membuat gadis itu berdiri dan membungkukkan badannya perlahan. "Hallo, namaku Do Kyungsoo," ia membuat suaranya terdengar ceria, dan membuatnya jijik dengan dirinya sendiri.

Ayolah, Kyungsoo lebih baik kembali menjadi jalang daripada mengasuh bayi besar idiot seperti Kim Jongin.

Jongin masih menundukkan kepala, menghindari tatapan Kyungsoo.

Nyonya Kim tertawa ringan. "Sepertinya Jongin malu," bisiknya. "Ayo Jongin, kau harus berkenalan dengan Kyungsoo," ucapnya ringan. Lagi-lagi Kyungsoo tersenyum canggung, merutuki kebodohannya karena menerima pekerjaan ini.

Nyonya Kim menarik dagu Jongin perlahan ke atas untuk menatap Kyungsoo, dan Kyungsoo nyaris mengumpat saat melihat wajah Jongin di hadapannya. Bagaimana bisa idiot ini terlihat begitu sempurna. Wajahnya benar-benar tampan untuk ukuran bayi besar idiot.

Bibir tebalnya tercetak sempurna dengan mata yang berkilat malu. Ia bisa melihat struktur wajah Jongin yang luar biasa bagus, dengan rahang keras yang membingkai pahatan indah itu. Wajah itu benar-benar terlalu bagus untuk seorang anak idiot.

Kyungsoo agak menyesalkan hal itu, fakta bahwa Kim Jongin tidak normal. Kalau Kim Jongin normal, mungkin ia bisa menghabiskan satu malam penuh dengan erangan dan desahan.

Andai saja, Kim Jongin ini normal, Kyungsoo pasti sudah menawarkan dirinya untuk jadi pelacur Jongin.

Mata Jongin menatap Kyungsoo sesaat, dengan gugup, kemudian dengan cepat membuang pandangannya ke bawah, ia mengulurkan tangan dengan gugup ke arah Kyungsoo, dan Kyungsoo menyalaminya dengan cepat.

"K-kim Jongin," ucapnya terbata.

Sial.

Suaranya..

Kyungsoo nyaris mengumpat lagi saat mendengar suara Jongin yang terlampau indah. Suara pria itu benar-benar khas pria dewasa yang menyenangkan. Terdengar berat dan halus. Sungguh, sekarang Kyungsoo berharap Jongin hanya pura-pura idiot.

"Senang bertemu denganmu, Jongin," ucap Kyungsoo setelah menghilangkan pikiran kotornya.

Jongin cepat-cepat menarik tangannya dari Kyungsoo dan berjalan meninggalkan ruangan, membuat Kyungsoo menatapnya bingung.

Tuan dan Nyonya Kim hanya tersenyum ringan. "Kuharap kau bisa maklum dengan hal itu, Kyungsoo," ucap Nyonya Kim lembut. "Jongin sebenarnya anak normal, hanya saja dia terlalu menutup diri dengan orang lain. Ia tak suka bertemu dengan orang asing," jelasnya.

Kyungsoo hanya mengangguk-angguk ringan. "Kuharap dia bisa menerimaku dengan baik,"

"Kami jadi merasa bersalah padamu," ucap Nyonya Kim lagi. "Rasanya kami membohongimu dengan mengatakan Jongin seorang bayi," suara Nyonya Kim terdengar seperti penyesalan yang tulus.

Kyungsoo tersenyum kaku, sebenarnya tidak tahu harus membalas dengan kalimat apa. "Bukan masalah, sebenarnya aku tidak terlalu bisa menjaga bayi. Jadi aku sedikit nyaman dengan hal itu," ia terkekeh, dibalas dengan tawa dari Tuan dan Nyonya Kim.

Dalam hati Kyungsoo mengumpat keras.

Normal apanya, Jongin itu idiot –erangnya.

.

.

Kyungsoo melambaikan tangan kepada kedua orangtua Jongin saat taksi yang mereka tumpangi meninggalkan pagar. Jongin yang berada di sebelahnya buru-buru masuk kembali ke dalam rumah, membuat Kyungsoo geleng-geleng kepala. Pria idiot yang keras kepala.

Dengan langkah malas, ia berjalan menuju pagar untuk menguncinya.

Ia membuka buku catatan yang Tuan Kim berikan padanya, kemudian ia mengumpat lirih membaca catatan itu.

08:00 – Bangunkan Jongin.

09:00 – Jongin sarapan.

10:00 – Pastikan Jongin belajar.

12:00 – Makan siang.

15:00 – Ingatkan Jongin untuk berhenti menggambar.

17:00 – Olahraga.

18:00 – Ingatkan Jongin untuk berhenti berolahraga.

19:00 – Makan malam.

21:00 – Pastikan Jongin tidur.

Sial.

Kyungsoo mengumpat keras-keras saat memasuki rumah itu, persetan dengan Jongin, ia kembali membaca sederet panjang catatan di bawahnya. Jangan biarkan Jongin kelaparan, pastikan memakai selimut, makanan kesukaan, dan lain sebagainya.

Sekarang Kyungsoo mengerti mengapa gajinya besar.

Ia melirik jam tangannya sekilas. Sudah jam sepuluh, sepertinya ia harus mulai melakukan pekerjaannya.

Kyungsoo menaiki tangga dengan langkah ringan menuju kamar Jongin, ia mengetuk pintu kamar Jongin beberapa kali, kemudian membuka pintu kamar itu dengan sangat perlahan. Kamar itu tampak seperti kamar remaja laki-laki pada umumnya, banyak tempelan gambar di dindingnya, menegaskan bahwa Jongin suka menggambar.

Mungkin, Kyungsoo tidak pandai menilai orang dari luarnya, ia hanya menilai orang dari keahliannya di ranjang. Itu saja.

Jongin duduk di depan meja belajarnya, membaca buku dengan kacamata bertengger dihidungnya. Di samping pria itu terdapat tumpukan buku yang tak Kyungsoo pahami. Ia terlalu bodoh untuk membaca buku.

Baginya, membaca buku hanya membuang waktu karena setelahnya Kyungsoo akan merasa pusing dan lupa.

"Jongin," panggilnya pelan, Jongin tidak menyahut, tapi Kyungsoo tau saat pria itu berhenti membaca. Perlahan Kyungsoo mendekatinya, menarik kursi untuk duduk di samping Jongin. "Kau keberatan tidak kalau aku menungguimu belajar?"

Jongin tidak menoleh ke arah Kyungsoo, tapi ia tau saat pria itu tampak gugup dengan pandangan yang tidak fokus, tangan Jongin bergerak-gerak tak nyaman. "T-tidak," ucapnya terbata.

Sial.

Suara itu membuat Kyungsoo ketagihan untuk sekedar mendengarnya lagi dan lagi. Tak bisakah sekali saja Jongin mengerangkan namanya. Atau paling tidak memanggil namanya dalam desahan tertahan. Kalau Jongin normal, Kyungsoo pasti akan menyeretnya ke ranjang dan menunggangi pria itu. Tanpa peduli itu anak majikannya.

Apalagi, tubuh Jongin ini terlihat seksi.

"Kau memang harus belajar, ya?" tanya Kyungsoo lagi, menopang kepalanya dengan sebelah tangan, memandangi Jongin dengan intens.

Kyungsoo tidak tau mengapa ia senang melihat wajah Jongin yang tampak gugup. Ia senang mendominasi.

Sadarlah, Kyungsoo, pria seksi dan tampan ini idiot. Kuulangi lagi, IDIOT! –sebagian dirinya mendebat.

Tapi Kyungsoo tak peduli.

Jongin tidak menjawab, ia kembali menatap bukunya, tapi Kyungsoo juga tau Jongin tidak bisa fokus membaca, jemari Jongin bergerak-gerak ringan di atas lembaran putih bukunya. Pria itu masih sangat gugup.

"Apa ibumu akan menghukummu jika kau tidak belajar?" tanya lagi, masih dengan suara lembut dan menggoda.

Jongin menggeleng dengan cepat dan panic. Oh, demi Tuhan, tak bisakah Jongin menyebutkan nama Kyungsoo sekali saja? Atau Kyungsoo akan lebih beruntung jika Jongin menyeretnya ke ranjang, dan membuat Kyungsoo mengerang karenanya.

Tidak, Kyungsoo, hentikan! Jangan tersihir, pria ini idiot! –debat sebagian dirinya lagi.

Dengan berani Kyungsoo menutup buku Jongin, pria itu tidak protes sama sekali, Jongin semakin menundukkan kepalanya, menyatukan kedua tangannya ke depan tubuhnya seperti sedang berdoa.

"Apa kau selalu menuruti kemauan orangtuamu?" tanya Kyungsoo lagi, Jongin mengangguk kaku. "Bahkan jika mereka tidak ada?" Jongin mengangguk lagi dengan gugup. "Tak bisakah kau berbicara padaku, Jongin-ah?"

Jongin menggeleng lambat-lambat, dan kesabaran Kyungsoo terbakar habis. Kyungsoo menarik dagu Jongin ke atas dan membuat pria itu menatap wajahnya.

"Lihat aku," bisiknya, ia bisa melihat kegugupan terpancar jelas di mata Jongin, sebisa mungkin Jongin menghindari tatapan Kyungsoo. Kyungsoo menangkupkan kedua tangannya ke pipi Jongin. "Tak bisakah sekali saja kau melanggar aturan, hm?" tanya Kyungsoo lagi.

Jongin tak menjawab, ia memandangi Kyungsoo dengan tatapan takut terpancar jelas dimatanya.

Masa bodoh Kyungsoo dianggap merusak anak orang, ia hanya ingin melihat sejauh mana batas keidiotan pria itu. Ia hanya ingin memastikan bahwa pria itu benar-benar idiot hingga tak membuatnya memaksa Jongin agar mau menggagahinya.

Sial.

"Kau tak perlu belajar saat orangtuamu tidak ada. Kau bisa melakukan hal yang menyenangkan. Kau bisa main game, nonton film, atau kau bisa bermalas-malasan," bisik Kyungsoo, mendekatkan wajahnya pada Jongin.

Kyungsoo benar-benar gadis yang tidak baik, sekarang pandangan Kyungsoo terpaku pada bibir tebal Jongin yang menggoda untuk ditempeli bibirnya.

Jongin menggeleng perlahan. "A-aku," ucapnya terbata, ia tidak melanjutkan perkataannya.

"Kau ingin jalan-jalan?" tanya Kyungsoo lagi.

Jongin menggeleng, berusaha melepaskan tangan Kyungsoo yang menyentuh wajahnya, dan Kyungsoo melepaskannya. Dengan cepat Jongin kembali menunduk, membuka bukunya, dan mulai membaca lagi dengan gugup.

Kyungsoo menghela napas ringan, tekatnya bulat, ia harus mengubah pria ini.

.

.

Tepat jam makan siang, Jongin turun dari kamarnya. Kyungsoo sudah menunggunya di meja makan dengan banyak makanan yang ia buat sendiri. Setelah gagal membujuk Jongin berhenti belajar, Kyungsoo memutuskan untuk memasak.

Lagipula peralatan masak di rumah ini luar biasa menakjubkan.

Selain itu, jika didekat Jongin, pikiran kotornya berkembang biak dengan cepat.

Jongin tampak ragu dan takut saat duduk berseberangan dengan Kyungsoo. Pria itu dengan hati-hati mengambil alat makan yang sudah Kyungsoo sediakan, sedangkan Kyungsoo memandanginya lekat-lekat.

"Kau keberatan jika aku menungguimu makan?" tanyanya. Jongin menggeleng ringan, mulai mengunyah makanannya dengan gugup. "Apa kau merasa aku menganggumu, Jongin-ah?" Jongin menggeleng lagi dengan cepat, kini ia tampak takut dengan Kyungsoo.

Kyungsoo nyaris mengerang. Kalau bisa ia ingin mengumpat pada Jongin, tepat didepan wajahnya, lalu menggigiti bibir tebalnya itu.

Kyungsoo tersenyum ringan, masih memandangi Jongin yang makan dengan perlahan, dalam hati mengusir pikiran kotornya. "Kau menyukai makananmu?" Jongin mengangguk ringan. "Makanan apa yang paling kau sukai?" tanya Kyungsoo, berharap Jongin akan bicara.

Jongin menelan makanannya dengan kasar. "A-aku suka apa saja," ucapnya terbata. Lagi-lagi Kyungsoo tersenyum mendengar suara Jongin.

"Aku akan memasakkan apa saja untukmu, kalau begitu. Makan yang banyak," tambah Kyungsoo lagi dan Jongin mengangguk ringan.

Ya Tuhan, ini masih terlalu awal untuk tertarik pada orang asing yang tidak normal. Entah Kyungsoo bodoh atau memang ia menjadi terlalu jalang saat melihat kesempurnaan fisik Kim Jongin.

"Apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Kyungsoo lagi.

Jongin menundukkan kepalanya, masih dengan mulut bergerak mengunyah. "Menggambar," ucap Jongin, kali ini tidak terbata.

Kyungsoo rasa, Jongin sudah agak nyaman dengan kehadirannya.

"Kau suka menggambar ya, apa saja yang kau gambar?"

Jongin diam sejenak, melirik Kyungsoo sekilas dengan gugup, sedangkan Kyungsoo memandanginya dengan setia, menunggu jawaban Jongin seolah itu adalah hal yang menyenangkan. "Aku membuat webtoon," ucapnya ringan, memasukkan makanan ke dalam mulut seksinya lagi.

Kyungsoo bertepuk tangan riuh, berpura-pura takjub. "Wah, itu luar biasa," ucapnya semangat, sedangnya Jongin hanya meliriknya sekilas dengan gugup, Jongin sedikit tersenyum canggung.

Jujur saja, Kyungsoo tidak tau apa itu webtoon.

.

.

Jadi disinilah Kyungsoo tiduran di pinggir ranjang Jongin sambil menunggui pria itu menggambar dengan komputer lipatnya. Ia tidak mengerti gambar-gambar kartun berwarna yang Jongin gambar dengan sabar. Sesekali bibir mungilnya, mengucap kata 'wah' penanda kagum. Mengucapkan kata 'luar biasa' pada Jongin.

Padahal Kyungsoo bosan setengah mati.

Kyungsoo menyangga kepalanya dengan tangan, sedangkan Jongin duduk bersandar pada bantalan ranjang. Kyungsoo berada di samping tubuhnya. Jongin masih tampak sedikit gugup tapi tidak separah tadi pagi.

Kyungsoo sengaja mengangkat kaos panjangnya hingga pahanya terlihat. Ia hanya menggunakan celana pendek khas musim panas satu jengkal dari pinggangnya. Tekatnya bulat, ia harus menggoda Kim Jongin hingga pria itu menyerangnya.

Jadi Kyungsoo menggerak-gerakkan kakinya perlahan, berusaha menarik perhatian Kim Jongin.

Tapi Jongin, jangankan tergoda, pria itu sama sekali tidak melihat Kyungsoo. Jongin masih terlalu fokus pada pekerjaannya.

Setelahnya Kyungsoo juga tak tahu, ia terlalu malas untuk peduli karena usahanya gagal, atau mungkin ia terlelap saat menunggui Jongin menggambar. Hari ini terlalu melelahkan baginya.

.

.

Kyungsoo menggeliat malas, masih memejamkan matanya, menikmati ranjang Jongin yang lembut. Sepertinya ia ketiduran. Kyungsoo membuka matanya sedikit, melihat keadaan kamar Jongin. Gadis itu tidak dapat menemukan Jongin disana, komputer lipat Jongin berada di atas mejanya dengan kondisi mati.

Ia melirik cahaya yang muncul dari arah barat, kemudian dengan gugup melirik jam tangannya. Jarum pendeknya menunjukkan angka enam sedangkan jarum panjangnya menunjukkan angka tiga.

Sial.

Dia tidur terlalu lama.

Dengan panik, ia memanggil nama Jongin, kemudian berlari dengan cepat keluar dari kamar. Ia melihat sekitar rumah itu, tapi tidak menemukan apapun.

Dobel sialan.

Kalau si-idiot itu melarikan diri, Kyungsoo bisa berakhir tragis.

Samar-samar Kyungsoo mendengar suara helaan napas dari kamar bawah. Ia melihat sebuah ruangan yang tertutup rapat, berada di sudut bagian rumah itu. Ruangan itu memiliki kaca besar yang berhadapan langsung dengan kolam renang di halaman belakang.

Kyungsoo melewati pintu keluar untuk melihat ke dalam ruangan itu, dan detik berikutnya ia mengumpat keras-keras. Dengan bodohnya Kyungsoo mematung lengkap dengan bibir terbuka lebar. Ia melihat sosok Jongin disana, benar, pria itu sedang berolahraga karena itu tertulis dijadwalnya.

Tapi..

Si idiot itu benar-benar memiliki tubuh yang tercetak sempurna, Kyungsoo melihatnya secara langsung, tanpa ada sehelai benangpun yang menutupi tubuh bagian atas Jongin.

Sialan, kenapa si idiot bajingan itu memiliki tubuh seksi? –erang Kyungsoo.

Kyungsoo tidak tahu bahwa ada seorang pria kurang normal yang memiliki bentuh tubuh seindah itu, dengan warna kulit coklat yang menkilap sempurna karena berpeluh keringat, dan bibir Jongin yang terbuka lebar karena mengatur napas.

Dobel sialan.

Jongin menaik turunkan tubuhnya bergelantungan pada sebuah besi. Membuat otot di lengannya mencuat sempurna.

Demi Tuhan, tak bisakah aku saja yang naik turun di atas tubuhnya? –batin Kyungsoo mendebat.

Kyungsoo menggelengkan kepala beberapa kali, berusaha melenyapkan fantasi kotor yang mulai memainkan peran di dalam otaknya yang jarang dipakai. Kalau bisa, Kyungsoo ingin menelanjangi Jongin. Demi apapun, Kyungsoo ingin menyentuh lekuk tubuh sempurna itu dengan bibirnya, membuat Jongin mengerangkan namanya dengan lemah dan pasrah. Ia ingin Jongin memohon padanya.

Kyungsoo hanya ingin..

Sadarlah, Kyung. Jongin itu idiot! –batinnya membentak.

Dengan ragu Kyungsoo memasuki rumah lagi, ia masih mondar-mandir di depan pintu ruang yang Jongin gunakan untuk berolahraga. Ia ingin masuk, menyapa Jongin –lupakan, Kyungsoo hanya ingin menyentuh tubuh basah pria itu. Tapi ia ragu, takut kalau dirinya tiba-tiba menyerang Jongin dan menduduki selangkangannya.

Kyungsoo sendiri tak yakin bisa mengendalikan hasratnya.

Tapi tubuh Jongin..

Masih berdebat dengan dirinya sendiri, pintu di belakangnya mendadak terbuka, menampilkan sosok Jongin tanpa baju yang sedang mengelap keringan dengan handuk. Kyungsoo dapat melihat jelas setiap jengkal tubuh Jongin yang basah karena keringat.

Andaikan saja Kyungsoo dapat berkeringat bersama Jongin.

Ya Tuhan, Kyungsoo, apa yang kau pikirkan!

Kyungsoo melirik Jongin lagi setelah menggelengkan kepalanya, pria itu melewati Kyungsoo masih dengan kepala tertunduk tanpa memandang gadis yang sedang berfantasi liar itu. Sedangkan Kyungsoo masih berdebat dengan dirinya sendiri.

Ia bisa saja menggagahi Jongin malam ini, kemudian melarikan diri besoknya, ia akan meninggalkan uang muka yang orangtua Jongin berikan, dan berhasil menghilangkan rasa penasaran terhadap tubuh Jongin. Tapi Kyungsoo butuh uang itu.

Atau Kyungsoo bisa meniduri Jongin dan mengancam pria idiot itu untuk tutup mulut. Sepertinya itu ide yang lebih bagus.

Tapi..

Demi Tuhan, Kyungsoo tidak terlalu jalang untuk tidur bersama seorang lelaki idiot.

Yang seksi.

Dan tampan.

Brengsek!

Kyungsoo mendudukkan dirinya di sofa, memejamkan mata, dan mengatur napasnya. Ia harus tenang, tidak boleh gegabah. Bedebah Jongin dengan segala kesempurnaan yang melekat ditubuhnya itu hanya topeng yang menutupi keidiotannya. Kyungsoo wanita bebas, ia bisa membuat banyak pria bertekuk lutut, jadi ia tidak harus memohon pada pria idiot untuk menyentuh tubuhnya.

Tidak.

Kyungsoo tidak bodoh.

Kyungsoo membiarkan saat suara gemericik air dari kamar mandi terdengar. Ia menyalakan televisi, membuang pikirannya tentang Jongin yang sedang mandi.

.

.

TBC

.

.

Aduh, maaf Author gatau ini update cerita apa kok jadi receh gini sih. Ide ini mendadak muncul dan langsung ditulis gitu aja, padahal ff Author yang lain masih banyak yang belum ke-update. Maaf buat readers cerita Author yang lain, ini daripada buang-buang ide jadi ditulis dulu. Ini cerita apa sebenernya Author juga nggak ngerti. Pokoknya Author pengen nulis aja kaya gini, haha.

Aduh yang kedua, maafkan nih ya Jongin jadi karakter kaya gini, bukan apa-apa sih, tapi gara-gara Jongin sering dinistakan jadi Author ikutan ngebully Jongin /kesian/. Tapi disini sebenernya Jongin itu nggak idiot, dia cuma orang yang terlalu menutup diri (gatau ini autis atau enggak yang penting Jongin bukan idiot) tapi Kyungsoo aja yang nganggep Jongin itu idiot. Udah sih itu aja latar belakangnya.

Aduh yang ketiga, ini gabakal jadi panjang, maksimal 4 Chapter. Silahkan review dong buat para readers, kritik, saran, komentar, cercaan, hinaan, pujian, akan selalu Author terima dengan senang hati. Jadi silahkan review ya. Review woy, kalo enggak dilapin keringet Jongin nih!

Aduh yang keempat, untuk seluruh readers cerita lolipopsehun, Author minta maaf banget, GABISA BIKIN ADEGAN RANJANG YANG PANAS! Author masih belum pengalaman langsung, jadi gatau cara nulisnya. Maafkan. (kalo ada yang mau ngajarin bikin tulisan adegan ranjang bisa hubungi Author, haha)

Ada yang nanya nih apa maksud dibalik nama lolipopsehun. Jadi gini, Sehun kan manis, lollipop kan juga manis, jadi mereka sama. Terus kan rambut Sehun warna-warni kaya lollipop gitu. Terus alasan lainnya karena Author penasaran sama lollipop Sehun (?) /apasih/ kurang lebih gitulah lolipopnya sehun.

Udah sih, itu aja, silahkan review ya. Kali aja ada yang pengen dilanjut. Untuk cerita yang lain, SABAR AJA, INI MASIH DIUSAHAIN NYARI IDE. Hueuehehehe.

Makasih ya udah baca, jangan lupa review loh.

With love,

lolipopsehun