Cast : Kim Mingyu, Jeon Wonwoo, Boo Seungkwan, Lee Jihoon, Lee Seokmin, Kwon Soonyoung and Choi Hansol.

Rate : T+

Length : Oneshoot

.

.

"Hi everybody. Looak at me… Look at me. Listen me please! Hear me… hear me. I brought the hot and latest news."

"Seungkwan-ah, tolong jangan membuatku malu dengan bahasa yang kau gunakan!"

Seungkwan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia memberikan cengirannya untuk kekasihnya yang berasal dari New York.

"Baiklah aku akan berbicara dengan bahasa yang normal."

Seungkwan berdehem. Sedangkan lima pemuda yang duduk berhadap-hadapan menghentikan kegiatannya. Mengabaikan sejenak makan siang mereka karena salah satu sahabat mereka.

"Kalian pasti tidak akan percaya dengan berita yang aku bawa ini!"

"Cepat bicara sebelum ku sumpal dengan mangkuk ini," ancam Wonwoo yang sedari tadi tidak sabar menunggu Seungkwan berbicara.

Acara makan siang mereka yang tenang jadi terganggu karena suara membahana Seungkwan. Belum lagi bagaimana hebohnya Seungkwan saat menghampiri mereka. Beruntung pengunjung kantin sudah memaklumi mereka yang tiap hari makan bersama.

"Galak sekali," cibir pemuda bermarga Boo itu.

Namun sedetik kemudian ia kembali bersemangat. Duduk tepat di sebelah kekasihnya yang meminum jusnya dengan tenang.

"Ternyata manager kita yang baru itu sudah menikah dan memiliki anak," bisik Seungkwan yang membuat mata kelima pemuda itu membulat sempurna.

"Manager baru? Kim Mingyu?" tanya Wonwoo memastikan yang langsung diangguki.

"Gosip lagi Seungkwan-ah?" tanya Jihoon malas. Pemuda yang duduk tepat di depan Wonwoo memilih kembali melanjutkan makannya.

"Tidak… tidak… tidak. Ini bukan gossip. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri."

Sontak, lima pemuda itu langsung mengarahkan perhatiannya pada Seungkwan. Kim Mingyu memang manager baru di kantor mereka. Namun pemuda berkulit tan itu sudah menarik perhatian banyak orang. Selain karena sangat tampan, Mingyu juga anak tunggal pemilik perusahaan. Tapi ia memulai karirnya dari bawah. Bahkan mereka pernah mendengar Mingyu bekerja menjadi office boy di perusahaan lain.

"Haah… sayang sekali! Padahal aku ingin mencoba mendaftar jadi kekasihnya."

Soonyoung memasang wajah masam mendengar ucapan Jihoon. Namun ia tidak bisa berbuat banyak. Karena Jihoon bukan kekasihnya. Ia masih berusaha meluluhkan pemuda paling mungil itu.

"Tapi itu tidak mungkin! Kim Mingyu terlihat masih muda," komentar Wonwoo.

"Sekarang ini banyak orang yang menikah di usia muda. Kau saja sudah tua tapi tidak laku-laku. Aw!" Seokmin menjerit saat Wonwoo menginjak kakinya. Namun setelahnya ia memberikan cengiran lebarnya. Tidak bersungguh-sungguh membuat si kejam Wonwoo marah.

"Aku jadi penasaran seperti apa istrinya," gumam Seungkwan yang diangguki lainnya. Bahkan Hansol yang biasanya tidak peduli ikut mengangguk.

"Bagaimana kalau kita mencari tahu?" usul Seokmin.

Untuk sesaat, enam pemuda yang tengah berkumpul di kantin samping kantor menutup bibir. Saling pandang dan setelahnya mengangguk bersamaan.

"Tapi bagaimana kalau kita ketahuan dan dipecat?" tanya Hansol khawatir. Mereka memang kerja sebagai editor majalah, tapi bukan berarti mereka mencari gossip anak dari bos mereka sendiri.

"Jangan sampai ketahuan," jawab Soonyoung mantap. Ia jadi bersemangat mencari tahu soal istri dan anak Mingyu. Dengan begitu, Jihoon tidak berniat mendaftar mencari pacar manager tampan itu. Meski Jihoon hanya bercanda, tapi Soonyoung akan melakukannya.

"Ini masih jam makan siang kan? Bisa saja istri Kim Mingyu itu mengantarkan bekal. Atau makan bersama dengan anaknya." Seungkwan menelisik jam di pergelangan tangannya. Biasanya Mingyu makan siang lebih lambat dari mereka. Dan saat ini, mereka masih memiliki waktu setengah jam untuk istirahat.

"Bagaimana kalau kau mencoba mengikuti Mingyu. Siapa tahu—" ucapan Soonyoung terputus saat Wonwoo menunjuk pintu masuk. Mereka mendesah mendapati Mingyu masuk ke kantin dengan beberapa rekan kerjanya.

"Haaah… dia saja selalu makan dengan mereka," tunjuk Seungkwan lesu dengan dagunya.

Wonwoo mengikuti pergerakan Mingyu. Manager mereka tengah duduk dengan memainkan ponsel di tangannya. Tanpa memesan, makanan untuk mereka sudah tersaji. Sepertinya pemilik kantin sudah hafal dengan menu kesukaan mereka setiap makan siang.

"Kalau diperhatikan lagi, Kim Mingyu itu memang tampan. Wajar saja kalau sekarang sudah menikah bahkan memiliki anak," gumam Wonwoo sambil memperhatikan Mingyu.

"Kau baru sadar kalau manager kita itu tampan?" tanya Seungkwan. Tidak percaya dengan pernyataan Wonwoo. Saat semua orang sibuk membicarakan Mingyu yang begitu rupawan, Wonwoo justru baru sadar hari ini.

"Hidup Wonwoo sedatar wajahnya. Jadi wajar tidak peduli dengan keindahan ciptaan Tuhan lainnya."

Untuk kedua kalinya Soonyoung memasang wajah kesal. Jihoon secara terang-terangan memuji Kim Mingyu. Sedangkan untuk dirinya, Jihoon selalu mengatakan dirinya sipit dan jelek. Padahal mereka sama-sama sipit.

"Dan kau sudah terlambat kalau ingin mengkakhiri status single-mu. Kim Mingyu sudah menikah dan punya anak." Seokmin terbahak karena wajah Wonwoo semakin menyeramkan. Selain Seungkwan dan Hansol, mereka semua tidak ada yang memiliki kekasih. Tapi Seokmin lebih suka menggoda karena status Wonwoo yang masih sendiri.

"Dari mana kau tahu Kim Mingyu sudah memiliki istri dan anak Seungkwan-ah?" tanya Jihoon karena jengah mendengar perdebatan Wonwoo dan Seokmin. Mereka berdua selalu seperti anak kecil saat bersama.

"Aku melihatnya sendiri Hyung," jawab Seungkwan mantap. Sontak Wonwoo dan Seokmin menutup bibirnya. Memilih mendengar penjelasan Seungkwan.

"Di mana?" tanya Wonwoo.

"Sebelum aku menyusul kalian ke tempat ini. Tadi aku melihat Mingyu sedang berdiri di samping sebuah mobil. Saat aku dekati, ternyata ada anak kecil dan seorang pengasuh di dalamnya."

Seokmin, Wonwoo, Jihoon dan Soonyoung menyingkirkan nampan mereka. Saat ini berita dari Seungkwan jauh lebih menarik. Kecuali Hansol yang lebih memilih mengaduk-aduk jusnya.

"Dan Mingyu berbicara seperti ini, 'Minwoo sayang tunggu Appa di rumah ya. Sebentar lagi Eomma juga akan pulang dan menemani Minwoo bermain. Ingat pesan Appa untuk tidak nakal."

Seungkwan mencoba mempraktekkan gaya Mingyu saat berbicara dengan anaknya. Mau tidak mau yang lainnya menahan tawa. Selain karena Seungkwan begitu lucu, mereka tidak menyangka Mingyu bisa selembut itu. Karena selama ini Mingyu begitu tegas. Bahkan sangat jarang berbicara dengan mereka.

"Tapi bisa saja itu bukan anak Mingyu kan?" Wonwoo bersuara. Namun dengan cepat Seungkwan menggeleng tidak setuju.

"Aku yakin itu anaknya. Mereka benar-benar mirip. Kalian tahu? Anak Kim Mingyu benar-benar tampan."

"Jangan jadi pedophile Boo." Seungkwan cemberut karena ucapan Hansol. Namun bukan Seungkwan namanya kalau cepat kehilangan semangat.

"Rambutnya hitam dan lurus. Matanya benar-benar mirip Mingyu."

"Apa kulitnya juga tan seperti Mingyu?" tanya Wonwoo lagi.

"Tidak! Minwoo berbeda dengan Mingyu. Kulitnya putih dan bersih. Mata dan alis seperti milik Mingyu. Dan bibirnya lebih tipis. Aku yakin hidung dan bibir menurun dari istrinya."

Untuk kedua kalinya Seokmin tergelak karena Wonwoo menghela nafas. Wajahnya cemberut mendengar penuturan Seungkwan.

"Sudah aku bilang kan kau terlambat kalau ingin mengubah status single-mu. Dari pada kau menyendiri sampai tua, lebih baik kau bersamaku saja," usul Seokmin yang ditanggapi tawa lainnya. Bukan sekali dua kali Seokmin menggoda Wonwoo.

"Kau benar, sepertinya aku ditakdirkan denganmu," jawab Wonwoo lesu yang lagi-lagi membuat teman-temannya tertawa. Kegilaan Wonwoo dan Seokmin tidak ada habisnya menurut mereka.

"Kalau begitu, setelah ini kita langsung ke altar. Aku akan membelikanmu cincin yang dijual di pinggir jalan."

"Tidak perlu beli. Dari rumput saja," balas Wonwoo sengit.

"Ah… ide bagus! Bagaimana kalau untuk malam pertama kita menumpang di rumah Jihoon?"

"Tidak perlu! Di bawah jembatan saja," jawab Wonwoo yang lagi-lagi membuat temannya tergelak.

.

.

Wonwoo memasuki rumahnya dengan terburu-buru. Saat sudah mencapai pintu, Wonwoo membukanya perlahan. Ia berjalan sehalus mungkin. Matanya mengitari seluruh penjuru ruangan.

Suara berisik dari ruang keluarga membuatnya tersenyum. Namun beberapa detik kemudian, Wonwoo mengurungkan niatnya yang ingin berjalan ke ruang keluarga. Ia langsung berlari kecil ke kamarnya.

Pemuda manis itu membuka seluruh bajunya. Memasukkan di tumpukan pakaian kotor dan masuk ke kamar mandi. Di bawah guyuran shower, Wonwoo memejamkan matanya. Meresapi saat air dingin mengalir ke seluruh tubuh tanpa sehelai benangpun.

Selesai membersihkan diri dan merasa tubuhnya sudah harum, Wonwoo meraih handuk yang tersedia. Mengeringkan rambut hitamnya sebentar dan melilitkannya di pinggang. Rambut yang tidak begitu kering membuat air menetes di tubuh putih mulusnya.

Wonwoo berjengit saat seseorang tiba-tiba masuk ke kamar mandi dan mengunci pintu. Masih dengan pakaian lengkap, orang itu mendekatinya dan memeluknya.

"Kau sudah selesai mandi sayang?" tanyanya sambil menciumi pipi putih milik Wonwoo.

"Sudah! Kau mandilah!" perintahnya sambil mencoba melepaskan pelukan pemuda di depannya. Bukannya merenggang, pelukan itu semakin erat. Kecupan di pipinya sudah menjalar sampai ke leher.

"Mingyu, kau belum mandi!" peringat Wonwoo lagi. Namun pemuda yang lebih tinggi itu tidak menggubris. Justru berniat menarik handuk yang melingkar di pinggangnya.

"Kalau begitu temani aku mandi," ucap Mingyu sambil terus mengecup leher Wonwoo. Sebelah tangannya meremas bokong Wonwoo yang hanya ditutupi sehelai handuk.

Wonwoo tersenyum. Mingyu itu keras kepala. Kalau sudah seperti ini tidak akan ada yang bisa menghentikannya. Sebelum Wonwoo menuruti keinginan suaminya itu, Mingyu tidak akan berhenti. Suami yang amat sangat ia cintai. Namun yang selalu ia rahasiakan dari orang lain. Termasuk teman-teman kerjanya. Bahkan sampai jagoan kecil mereka terlahir ke dunia, tidak ada yang tahu kecuali keluarganya dan Mingyu tentunya.

.

.

"Jumma, appa cudah puyang?"

Seorang anak laki-laki tampan menunjuk sebuah mobil mewah yang terparkir di depan rumah. Meski usianya masih tiga tahun, ia tahu betul mobil berwana hitam itu milik ayahnya.

"Iya, itu mobil Appa Minwoo," jawab pengasuhnya sambil tersenyum karena Minwoo langsung melompat kegirangan.

"Kalau Eomma? Apa Eomma juga cudah puyang?" tanyanya lagi.

"Eomma Minwoo juga sudah pulang."

Minwoo kecil tersenyum senang. Senyum yang begitu mirip seperti Wonwoo. Sedangkan mata yang seperti Mingyu langsung berbinar. Benar-benar perpaduan sempurna antara Wonwoo dan Mingyu.

Ia langsung berlari menuju kamar ibu dan ayahnya. Rambut hitam lurusnya bergoyang-goyang karena bocah tampan berkulit putih itu berlari-lari. Pintu kamar yang sedikit terbuka, membuatnya dengan mudah membuka pintu. Kaki mungilnya langsung ia langkahkan ke kamar Wonwoo dan Mingyu.

"Ehh… kocong," monolognya. Namun ia langsung tersenyum mendengar suara air dari kamar mandi.

"Eomma… Minu mau cucu Eomma."

Tangan mungil Minwoo menggedor-gedor pintu kamar mandi. Untuk beberapa saat, pintu itu mash tertutup. Dan si kecil nan tampan itu tidak menyerah. Sifat keras kepala dan pantang menyerah Mingyu menurun padanya.

"Minu mau cucu cekalang! Minu cudah hauc. Appa temani Minu belmain!"

Sepertinya ada satu hal yang Wonwoo lupakan. Hanya Minwoo yang bisa membuat Mingyu menunda semua keinginannya. Anak semata wayang mereka yang begitu tampan dan pintar. Yang bisa membuat semua teman-temannya heboh.

.

.

FIN