Warning! Typo, etc.

Kim Soohyun x Lee Hyun Woo

.

.

.

.

.

.

Dua entitas yang berbeda berdiri berdampingan. Memandang lurus ke depan sedikit mendongak. Tanpa adanya rangkaian kata yang keluar dari bibir keduanya, mereka bagai patung bernilai jutaan dolar.

Kim Soohyun bingung. Membuka mulut rasanya sulit. Nalar bahkan berhenti tak berkutik. Hingga beginilah jadinya. Tak ada obrolan dan kesunyian yang hinggap. Membuat keduanya harus bertatap dengan langit malam.

Soohyun menghela napas.

Entitas lain membuka obrolan tiba-tiba.

"Kapten ada apa?"

Nadanya seperti biasa ketika melewati telinga Soohyun. Terdengar manis. Hingga bibirnya tak dapat mencegahnya untuk tak tersenyum.

"Hanya ingin bicara."

Soohyun memasang senyum idiot. Tak sesuai akan kepribadiannya yang dingin.

Lee Hyun Woo tertegun. Berkedip beberapa kali. Memberi kesan lucu akan wajahnya.

"Bicara apa?"

"Tadi siang."

"Hah... bisa lebih rinci lagi Kapten?"

Soohyun merasa gemas sendiri. Salah tingkah. Sensasi tak biasa merayap ke dadanya. Kala Hyun Woo memiringkan sedikit kepalanya.

Soohyun berdehem. Guna meringankan sensasi tak biasa yang melanda dadanya.

"Yang kau tanyakan tadi siang itu."

"Oh... katakanlah."

Hyun Woo tersenyum tulus.

Kedua pupil Soohyun melebar. Entitas di hadapannya sungguh manis tak tertandingi. Mengakibatkan dirinya memeluk tiba-tiba tubuh Hyun Woo.

Hasrat yang tak terbendung.

"Ka-kapten?"

Tubuhnya berstagnasi. Diam tak berkutik adalah pilihan terbaik. Menikmati pelukan hangat dari orang yang paling dia kagumi.

Hyun Woo tersenyum dalam kesunyian yang melanda tiba-tiba.

Sedangkan Soohyun, dia hanya mengikuti kata hati. Memeluk orang yang amat dia sayangi. Layaknya akan berpisah jauh selamanya.

Untuk sesaat hening. Hingga Soohyun mengucapkan serentetan kalimat dengan nada pasti.

"Aku ingin di lahirkan sebagai orang biasa. Dan aku ingin mencintai mu dalam ketenangan Lee Hyun Woo. Bukan dalam keadaan tak menguntungkan seperti ini. Ini harapan ku jika di lahirkan kembali."

Yang di anggap tabu. Untuk orang yang bergender sama seperti mereka.

Soohyun tak berpikir ketika mengucapkan sederet kalimat tabu ini. Dia hanya mengikuti suara hatinya yang terus menerus berputar. Menyuruhnya untuk menyatakannya terang-terangan pada sang surai tirai malam. Hingga tanpa bisa di cegah, dia mengucapkannya dengan lugas tanpa keragu-raguan.

Soohyun dapat merasakan tubuh yang ada dalam pelukannya tersentak.

Di sisi lain, Hyun Woo sekali lagi berstagnasi. Kejut besar ini benar-benar membekukan tubuhnya. Tak dapat tergerak secuil pun. Seperti benda tanpa nyawa.

Ungkapan sang kapten yang amat sukses membuatnya dilema. Antara senang dan marah, malu. Memilih jalan mana yang akan di mainkan selanjutnya. Salah atau benar. Semunya membingungkan.

Hingga-

Hyun Woo sadar betul. Menggunakan nalar. Dia balas memeluk Soohyun. Memilih jalan yang tak seharusnya di pilih. Tapi, apa yang biasa dia lakukan. Dia manusia. Punya sifat alami egois. Untuk sekarang, bolehkan Hyun Woo bersikap egois?

"Kapten, ya. Aku juga."

Jawaban yang di utarakan tak kalah lugas.

Keduanya tersenyum. Berpelukan. Membagi kehangatan di terangi binar-binar bintang di langit yang semakin menggelap.

.

.

.

Untuk yang kedua kalinya dan terakhir kalinya, Soohyun memeluk tubuh Hyun Woo. Yang entah masih bernyawa atau tidak. Akibat banyaknya amunisi yang bersarang di dadanya.

Inilah akhirnya segalanya. Akhir kisah mereka.

Jatuh dengan dramatis dari gedung pencakar langit. Soohyun masih memeluk tubuh Hyun Woo. Hingga bertemu tanah. Benturan sadarkan diri. Posisi berubah terlentang. Bergandengan tangan. Sudah tak bernyawa, kah?

Mungkinkah ini karma?

Akhir yang tak bahagia.