Dulceaţă

Free! Eternal Summer © Kyoto Animation

Dulceaţă © OrdinaryFujoshi

Cover © JOHANNDRO

.

Peringatan: Fanfiksi Alternate Universe, konten boys love bertebaran. Yang nggak berkenan boleh pencet tombol back.

Selamat Membaca!


Satu : 'Empat'

Siapa yang tak mengenal bangsawan Yamazaki? Siapa yang tak tahu Puri Yamazaki yang megah berdiri di tengah kota di daerah Selatan? Sebagai keluarga yang bergelimang harta dan masyur dalam—hampir—segala hal, keluarga Yamazaki seakan-akan mempunyai kekuasan absolut tepat di bawah kekuasaan Raja.

Bukan hanya kejayaan dan prestasi anggota keluarganya yang gemilang dalam olahraga polo, berkuda, dan archery, keluarga Yamazaki juga begitu masyur dengan orang-orangnya yang bijaksana dan terampil dalam menjalankan bisnis perindustrian sutra dan berbagai tekstil kualitas tinggi lainnya. Salah satu Yamazaki yang dianggap paling berpengaruh adalah Yamazaki Junichiiro, kepala keluarga generasi kelima bangsawan Yamazaki. Terkenal dengan berbagai pengelihatan dan ramalan-ramalannya, Yamazaki Juniichiro begitu disegani dan memperoleh kepercayaan dari banyak orang. Tidak sedikit orang yang lolos dari kerugian besar, penyakit, bahkan kematian, karena telah diperingatkan oleh Yamazaki Juniichiro sebelumnya.

Ramalannya yang paling menggemparkan adalah ramalan terakhirnya. Ramalan tentang hancurnya keluarga Yamazaki sendiri. Beliau mengatakan hal buruk ini memang sudah digariskan, sudah mutlak. Beliau menambahkan ia merasa bersyukur karena tidak menjadi satu di antara orang-orang yang terlibat saat kejatuhan keluarga itu terjadi. Entah apa pun yang akan terjadi ramalan terakhir Yamazaki Juniicihro terdengar begitu mengancam dan mengerikan.

'Berjalan mundur tetap melangkah maju, karena empat maju lainnya hancur. Tetap terjaga tetap terlelap, karena ketika empat terjaga lainnya terlelap.'

Hanya dua kalimat singkat yang tertulis di dalam perkamen, tetapi kesan mengancam begitu terasa hanya dengan membacanya sekilas. Tiap kata 'empat' ditulis dengan tinta berwarna biru, berbeda dengan kata-kata yang lain yang ditulis dengan tinta hitam. Seakan-akan Yamazaki Juniichiro hendak mengatakan 'empat' adalah hal mengerikan bagi keluarga Yamazaki.

Perkamen ramalan terakhir Yamazaki Junichiiro menjadi wasiat turun-temurun keluarga Yamazaki. Menjadi pengingat bagi setiap generasi, yang lambat laun menjadi media untuk menghitung mundur kehancuran, atau bisa jadi kelangsungan kejayaan keluarga.

'Empat' yang dihindari oleh setiap orang yang memiliki nama Yamazaki sebenarnya terkesan melebih-lebihkan. Bagi keluarga Yamazaki, sesuatu yang berhubungan dengan 'empat' adalah hal yang tabu. Jumlah perusahaan yang dikelola, jumlah pelayan di Puri, bahkan sampai jumlah mawar di vas meja makan utama—tidak satupun yang mengandung unsur 'empat'. Agak tak lazim—cenderung aneh malah—di mana satu keluarga bangsawan begitu paranoid dengan sesuatu yang bahkan tak jelas apa itu. Saking takutnya dengan 'empat', setiap generasi dari keluarga Yamazaki harus banyak-banyak berharap pemimpin generasi selanjutnya ada di antara anak pertama sampai ketiga mereka. Dengan kata lain, keluarga Yamazaki tidak pernah memiliki lebih dari tiga keturunan sejak ramalan tersebut ada.

Tetapi sepandai-pandainya tupai melompat, pasti ia akan jatuh juga. Sepandai-pandainya keluarga Yamazaki menghindar, yang sudah ditakdirkan Yang Kuasa pasti akan terjadi juga. Melarikan diri sudah musnah dari kamus keluarga Yamazaki. Sudah tidak bisa lagi Yamazaki memaksakan pikiran manusiawi melawan kehendak Yang Esa. Kehancuran sudah di depan mata. Tujuh generasi setelah Yamazaki Juniichiro, mimpi buruk pendahulu-pendahulu keluarga Yamazaki menjadi kenyataan.

Yamazaki Satoru, kepala keluarga generasi keduabelas. Pewaris tunggal keluarga Yamazaki, adalah orang yang tidak pernah mengalami kegagalan dalam hidupnya. Hidup glamor sejak dalam kandungan, tampan dan berkharisma, sukses di setiap langkah kakinya.

Tetapi jaya hanya tinggal kenangan saja. Mungkin hidup Yamazaki Satoru lebih mirip seperti cerita murahan daripada hidup seorang bangsawan. Klise, mudah ditebak akhir ceritanya.

Berakhir menjadi ayah dari tiga putri yang cantik, tanggung jawab penuh sebagai penentu kelangsungan kejayaan keluarga seketika berubah menjadi beban terberat seumur hidupnya.

Konon, di negeri di antara tiga samudera nan jauh, ada buah bernama buah simalakama. Katanya, orang yang menemukan buah itu dan memakannya, maka ayahnya akan mati, jika tidak dimakan maka ibunya yang akan mati.

Bisa dibilang, keluarga Yamazaki menemukan buah itu. Dan mau tak mau, keluarga Yamazaki harus menelan utuh-utuh buah tersebut.

...

Terkadang aku tak mengerti mengapa aku harus ada. Maksudku, kemana saja Ayah selama ini? Mengapa tiga kakak perempuanku—

—ada?

Mengapa Ayah baik-baik saja membesarkan tiga anak perempuan—dan 'menelantarkan' anak laki-lakinya yang menjadi pewaris keluarga—kalau ia memiliki kuasa untuk tidak melakukannya?

Aku Yamazaki Sousuke. Anak keempat, satu-satunya yang laki-laki dari generasi keduabelas, penerus keluarga Yamazaki generasi ketigabelas. Orang-orang percaya aku orang dalam ramalan Yamazaki Junichiiro. Si 'empat' yang akan membawa kehancuran.

Aku sendiri lebih percaya kalau ramalan itu hanya menjadikanku orang dengan rasio keberuntungan terendah sepanjang sejarah manusia, dan memang begitulah orang-orang kebanyakan mengenalku. Yamazaki Sousuke, si 'empat' dari generasi ketigabelas, yang tersial.

.

.

.

to be continued