"Kebohongan!" Hinata berseru senang akan jawabannya sendiri, membuat tiga sahabatnya yang lain menatapnya dengan alis mengernyit. "Benarkan, Shika-kun?"

Shikamaru memandangnya malas dan mengangguk singkat sebelum memasukkan sepotong cumi-cumi goreng ke mulutnya.

"Jadi, bisa kau jelaskan, Hinata?" pemuda berambut pirang bertanya dengan penasaran.

"Shikamaru-kun mengatakan 'Raja Cumi-cumi' dengan nada tanya. Itu berarti dia menanyakan benar atau tidak jika Cumi-cumi itu Raja? Jika Osama (raja) di ambil kata akhir yaitu 'SAMA', di tambah 'IKA' (cumi-cumi). Jadi jawabannya adalah IKASAMA (kebohongan)." Hinata tersenyum dengan penjelasannya sementara tiga yang lain sweatdrop berjamaah.

Sasuke menoleh kearah Shikamaru yang masih malas menanggapi, "Jadi itu hanya permainan kata-kata? Apa sekarang otakmu tenggelam di laut dan di makan cumi-cumi?"

Shikamaru mengangkat bahu cuek, "Aku sedang malas mikir dan ide itu terlintas saat aku melihat cumi-cumi ini." ucapnya sambil memasukkan kembali makanan itu ke mulutnya.

"Hal yang mengecewakan dari seorang Shikamaru." seorang pemuda berambut merah berujar datar namun menyindir.

"Ck, terserahlah!"

Shikamaru, Hinata, Naruto, Sasuke, dan Gaara adalah lima sahabat yang saling kenal sejak mereka kecil hingga sekarang mereka menduduki bangku kelas tiga SMA. Persahabatan mereka terkadang terdengar ganjil dengan tingkah cuek mereka, tapi terkadang juga terdengar royal dengan tingkah kepedulian mereka.

Mereka sering pergi dan menghabiskan waktu bersama hanya untuk mengobrol atau membahas hal-hal tertentu yang menurut mereka seru. Seperti saat ini, mereka sedang berada di sebuah cafe setelah pulang dari sekolah. Berkumpul dan mengobrol bersama, atau juga membahas sebuah kuis yang menjadi pokok permainan mereka.

Gaara menoleh kepada Hinata, "Kenapa kau bisa mengerti permainan kata itu? Tidakkah kau seharusnya berpikir kalau kuis itu terlalu sederhana bagi Shikamaru?"

"Aku mengerti saat dari tadi Shikamaru tidak henti-henti memandang cumi-cumi dengan wajah malas. Wajahnya menunjukkan kalau dia sedang tidak mood untuk berpikir sehingga aku memikirkan hal sederhana yang mungkin melintas di kepalanya yang menyangkut tentang cumi-cumi sesuai pertanyaannya."

Sasuke melirik Hinata dengan pandangan yang sulit di artikan. "Ternyata hanya dalam beberapa hal saja otaknya lemot." Yang lain mengangguk setuju akan perkataan Sasuke.

"Remot? Maksud kalian remot tv? Kenapa kalian tiba-tiba membicarakan remot?" tanya Hinata dengan raut wajah polosnya. Membuat yang lain menghela nafas dan menggeleng prihatin.

"Hahaha..." Naruto tertawa melihat kelambatan Hinata dalam menangkap suatu pembicaraan, padahal kalau tentang ilmu pengetahuan atau pelajaran, Hinata akan cepat tanggap. "Lemot, Hinata. Bukan remot." jelasnya.

"Lemot?" Hinata memiringkan kepalanya lalu mengerjap sebelum menatap satu-persatu sahabatnya, "Siapa yang lemot?"

Dan tawa Naruto kembali terdengar bersamaan dengan helaan nafas Shika, Gaara, dan Sasuke.

"Lupakan tentang itu, bukankah sekarang kau pemenangnya?" Gaara meraih gelas minumannya setelah berkata demikian kepada Hinata. Tentu saja gadis itu yang menang karena dialah yang berhasil menjawab pertanyaan dari 'bos' sebelumnya.

Mata pearl Hinata berbinar mendengar itu dan dia menangkup kedua tangannya sambil menatap sahabatnya dengan lekat. Membuat kernyitan muncul di kening yang lain sebagai bentuk kecurigaan terhadap sikap Hinata.

Permainan mereka sederhana, siapa yang berhasil menjawab sebuah pertanyaan maka dia yang jadi 'bos'. Siapapun yang jadi 'bos' maka dia berhak menantang atau meminta sesuatu dari keempat yang lainnya.

Mudah kan? Hanya saja, mereka sedikit was-was jika Hinata yang jadi bosnya. Masih jelas di ingatan mereka saat Hinata menjadi 'bos' tiga bulan lalu. Hinata, dengan segala kelemotannya menantang mereka untuk mendapatkan lima foto 'terunik' dari seorang Hyuuga Neji, hanya lantaran Hinata penasaran dengan hal konyol yang mungkin di lakukan sepupu laki-lakinya itu.

Alhasil, mereka gagal setelah mendapat pelajaran yang 'wow' dari seorang Neji. Dan sebagai hukuman karena mereka gagal, Hinata tanpa perasaan menyuruh mereka memakan segenggam cabe hijau dari kantin sekolah mereka.

"Err,, kau tidak memikirkan hal yang lebih absurd kan, Hinata?" Naruto sudah lebih dulu menyampaikan kekhawatirannya untuk itu, membuat Hinata memajukan bibirnya cemberut.

"Mou, Naruto-kun. Aku kan tidak pernah menyuruh kalian hal-hal yang aneh, kenapa kalian memasang wajah ketakutan begitu?" yang lain hanya meng-iya-kan tanpa banyak protes. "Jadi, aku mau meminta sesuatu."

"Apa?" tanya Sasuke mulai serius.

Hinata tersenyum penuh misteri dan mencondongkan tubuhnya dengan gestur berbisik. "Aku mau..."

== == =.= == ==

My Boy Friend(s) by Rameen

Naruto by Masasi Kishimoto

Uzumaki Naruto x Hyuuga Hinata

Warning : OOC, Au, typo, Mainstream, Don't Like Don't Flame

== == =.= == ==

Hinata sedang mengantri di kantin untuk mengambil pesanan makanannya saat seorang pemuda mendekat dan menyapanya. "Hai.." dia menoleh dan berkedip bingung menatap pemuda itu. Dia tidak mengenal pemuda itu, jadi tidak tahu pemuda itu mau apa. "Kau Hinata?" gadis itu mengangguk. "Boleh kenalan? Aku –"

Set

Belum sempat nama itu terucap, Sasuke sudah muncul dan menggeser posisi pemuda tadi sambil menatapnya tajam. "Ada hal penting?" tanyanya tanpa minat.

Pemuda tadi mendengus, "Bukan urusanmu, aku ingin berkenalan dengan Hinata."

"Oh, kau ingin berkenalan?" Sasuke memandang pemuda tadi dari atas sampai bawah, pemuda itu pasti murid baru yang tidak tahu apa-apa, batinnya. "Baiklah, kenalkan aku Uchiha Sasuke..." ucapnya mengenalkan diri, kemudian dia merangkul pundak Hinata yang telah menerima makanan pesanannya, "...pacar dari Hyuuga Hinata, dan aku tidak suka jika ada yang mendekati pacarku."

Sasuke melangkah pergi dengan mengajak Hinata dalam rangkulannya, menyisakan pemuda tadi yang berdiri terbengong menatapnya. Tak lama, seorang temannya datang mendekat dan ikut memandang Sasuke Hinata yang berjalan di koridor.

"Aku tahu jika Hinata di lindungi oleh empat ksatria, tapi aku baru dengar jika Hinata berpacaran dengan Sasuke."

"Jadi mereka memang berpacaran?" tanya pemuda tadi kepada temannya.

Temannya menatapnya dan menepuk pundaknya, "Jangan dekati Hyuuga Hinata, kau tidak akan mampu." Ucapnya bijak sebelum melangkah pergi.

=.=

=.=

Hinata sedang berusaha menyusun buku di rak perpustakaan saat dirasanya rak itu bergerak miring dan hampir jatuh kearahnya. Tapi sebelum sempat dia merasakan apa-apa, dia membuka matanya dan melihat seorang pemuda yang tersenyum padanya sambil menahan rak buku yang berposisi miring.

"Kau tidak apa?" tanya pemuda itu dengan berusaha menahan rak itu karena Hinata masih terdiam di tempatnya.

Hinata mengangguk, "Aku tidak apa. T-terima kasih."

"Tidak masalah, bagaimana kalau sebagai ucapan terima kasih, kau mau ku ajak keluar sore ini?"

Hinata mengerjap, dan sebelum ia sempat menjawab, seseorang sudah menariknya dan membantunya berdiri. Dia menoleh dan mendapati Gaara yang sibuk membersihkan tangannya dari beberapa debu yang menempel. "Gaara-kun?"

"Kau tidak apa?" tanya pemuda berambut merah itu. Hinata mengangguk. "Baguslah. Ayo, sebentar lagi bel masuk berbunyi!"

Gaara menarik tangan Hinata dan akan melangkah pergi saat pemuda yang masih menyangga rak buku tadi memanggilnya. "Hei, kenapa kau membawanya pergi?"

Gaara berbalik dan menatapnya datar. "Karena sebentar lagi bel masuk berbunyi. Tidak salahkan jika aku mengajak pacarku bergegas ke kelas?" dia berbalik dan kembali melangkah sambil menarik tangan Hinata.

Meninggalkan pemuda tadi yang memandangnya dengan tatapan tak percaya, "Sejak kapan Hinata berpacaran dengan Gaara?" tanyanya bingung. Dan oh, sepertinya dia lupa jika dia harus memikirkan nasibnya sendiri dulu sebelum memikirkan hubungan orang lain. "Eh? Hei... lalu bagaimana denganku? Bagaimana bisa aku menahan rak buku berat ini terus-menerus?"

=.=

=.=

"Hinata!" gadis itu menoleh saat Naruto memanggilnya dan tersenyum lebar sambil menghampirinya. "Apa kau sudah lama menunggu?"

"Tidak kok, apa hukumanmu dengan Iruka-sensei sudah selesai?"

"Huh," Naruto mendengus dengan wajah menekuk, "Ya begitulah. Aku heran kenapa Iruka-sensei masih saja menghukumku dengan kekanakkan, padahal aku ini kan sudah besar."

Hinata terkikik mendengar keluhan Naruto. "Itu mungkin karena bagi Iruka-sensei kau adalah muridnya yang tersayang hingga dia menganggapmu sebagai anak kecil yang lucu."

"Itu terasa tidak nyambung dengan hukuman yang selalu dia berikan untukku."

"Makanya, kau harus berhenti membuat masalah jika tidak ingin di hukum."

"Baiklah, pacarku yang cantik." Hinata tersenyum dengan rona tipis di wajahnya. Lalu mereka melangkah pergi tanpa menyadari jika ada orang lain yang mendengar pembicaraan itu.

Satu orang mencolek temannya, "Hei kau dengar yang tadi?"

Temannya mengangguk, "Mereka pacaran?"

=.=

=.=

"Ya ampun, kemana sih yang lain?" Shikamaru menopang dagunya dengan tangan sambil memasang wajah malasnya.

"Yah, apa boleh buat. Kita selesai lebih dulu dari ulangan itu jadi kita keluar duluan, mungkin sebentar lagi mereka menyusul." Ucap Hinata menenangkan yang sebenarnya tidak berarti bagi Shika yang sudah terlanjur bosan menunggu. "Bagaimana kalau kita pesan makanan duluan saja?"

Shikamaru mengangguk hingga Hinata beranjak dari bangkunya. Mata Shikamaru mengikuti langkah Hinata yang menuju kedai di kantin sekolah itu, selanjutnya dia sudah menjatuhkan kepalanya keatas meja. Mulai berpikir jika daya kerja otak Gaara dan Sasuke sudah menurun karena tidak bisa cepat selesai dengan ulangan mereka. Hinata saja bisa cepat selesai. Kalau Naruto sih memang selalu jadi yang terakhir.

Satu hal yang tidak pernah di mengerti pemuda Nara itu, kenapa Hinata bisa dengan sangat mudah memahami pelajaran tapi sangat lemot jika hal-hal lainnya. Apalagi jika pelajaran sejarah yang sekarang sedang berlangsung dengan ulangan mendadak dari Kurenai-sensei.

Shikamaru menegakkan kepalanya, "Benar! Wajar kalau Sasuke dan Gaara kalah dengan Hinata, karena pengetahuan gadis itu tentang pelajaran sejarah sangat mengerikan." Dia kembali menjatuhkan kepalanya setelah pemikiran itu.

Hinata memang sangat menyukai pelajaran Sejarah, apalagi jika gurunya Kurenai-sensei. Bahkan Shikamaru yang biasanya malas dan keluar paling akhir, kali ini harus keluar lebih dulu karena sudah lelah dengan ejekan Sasuke dan Naruto.

Mereka selalu saja mengompori Shika kalau Shika masih kalah pintar dengan Hinata jika menyangkut Sejarah. Sekali-dua kali sih Shika tidak perduli, tapi jika hampir setiap hari? Seorang Nara Shikamaru pun harus membuktikan jika harga dirinya tidak turun.

Alhasil, sekarang dia bosan menunggu yang lain di kantin. Itulah sebabnya dia lebih suka keluar terakhir saat ulangan.

"P-per-permisi!" seruan lirih dan takut-takut yang di dengar Shikamaru membuatnya mendongak dengan tampang mengantuk dan malas. "Ano.." seorang pemuda berkacamata, tampilan cupu, adik kelas, dan terlihat penakut sedang mencoba berbicara di hadapannya. "Ano... itu... bisakah.."

Set

Bukannya melanjutkan perkataannya, pemuda itu justru langsung menyodorkan sebuah surat dengan amplop pink kepada Shikamaru. Sekali lihat saja, pemuda Nara itu sudah tahu kalau itu surat cinta. Masalahnya, seorang pemuda memberinya surat cinta? "Maaf, aku masih normal." Jawabnya santai.

Pemuda tadi mendongak dengan raut panik, "Ti-tidak.. ini.. su-surat untuk Hi-Hin-Hinata-senpai."

"Untukku?"

Tubuh pemuda tadi menegang saat suara Hinata muncul dari sampingnya. Padahal dia sudah menunggu saat Hinata tidak ada agar dapat menitipkan suratnya pada sahabat Hinata. Alasannya simple, dia terlalu takut untuk berhadapan langsung dengan orang yang di kaguminya itu.

Shikamaru mengambil surat itu dan memberikannya pada Hinata. "Dia ingin menitipkan surat cinta itu untukmu."

"Su-surat cinta?" ucap Hinata dan pemuda tadi bersamaan.

"Bu-Bukan! Itu hanya hanya... hanya surat perkenalan biasa kok." Ucap pemuda tadi memberanikan diri, dia menatap Hinata malu-malu dan berbicara, "Itu.. aku.. aku sangat menganggumi senpai dan ingin mengatakan rasa kagumku pada senpai. Tapi... aku.. pokoknya itu surat biasa." Jawabnya dengan gugup.

Membuat Shikamaru menguap bosan, "Jadi itu bukan surat cinta? Baguslah, karena aku tidak suka jika harus mengumumkan kalau Hinata pacarku agar kau tidak mendekatinya."

"Eh? P-p-pacar?" pemuda tadi terkejut dengan omongan Shika.

"Ya, kami pacaran. Kenapa? Bukankah kau hanya mengangguminya?" jawab Shikamaru lagi.

Pemuda tadi menunduk dan mengangguk pelan. Membuat Hinata menatap sendu padanya, Hinata menyentuh pundak pemuda itu hingga tatapan mereka bertemu dan Hinata tersenyum. "Terima kasih suratnya, akan aku baca kok. Kita bisa berteman jika kau mau."

"Benarkah?" Hinata mengangguk dengan pertanyaan antusias pemuda itu. "Ba-baiklah. Terima kasih Hinata-senpai. Uhm.. aku permisi." Hinata mengangguk lagi dan pemuda itu melangkah pergi. Setelah itu baru dia duduk di kursinya dengan makanan yang dia bawa.

Dia menaruh makanan itu keatas meja dan tersenyum melihat raut Shika yang masih tidak berminat. "Sudahlah, jangan memasang wajah itu terus. Kita makan duluan saja, oke?"

Shikamaru menatap pacarnya itu dengan datar sebelum menghela nafas dan setuju dengan ide Hinata untuk makan lebih dulu tanpa menunggu tiga sahabat mereka lainnya.

=.=

=.=

Tiga hari setelah permintaan Hinata, gosip itu mulai menyebar...

"Hei, apa kau sudah dengar?"

"Tentang apa?"

"Tentang Hyuuga Hinata."

"Oh, iya aku sudah dengar. Tapi apa itu sungguhan? Aku sedikit ragu."

"Memangnya berita apa?"

"Itu loh, ternyata Hinata pacaran dengan Sasuke, salah satu pengeran sekolah yang merupakan sahabatnya itu."

"Eh, Sasuke? Bukankah dia pacaran dengan Gaara? Aku mendengarnya dari Jisoshi-senpai."

"Yang benar itu, dia pacaran dengan Naruto. Sahabat pirangnya itu loh."

"Ya ampun, mana yang benar? Padahal tadi aku baru saja mendengar dari salah satu murid kelas satu kalau Hinata pacaran dengan Shikamaru."

"Jadi, maksud kalian ke empat pengeran kita di empatkan oleh Hinata?"

"Di empatkan?"

"Iya, kalau dua orang berarti diduakan. Nah kalau empat orang berarti di empatkan."

"Sial, pengeran kesayanganku di empatkan?"

"Kita tidak boleh tinggal diam. Kita harus memastikannya."

"Benar, Ayo!"

=.=

=.=

Jadi, jangan tanyakan kenapa hampir sebagian siswi SMA Nigashi sekarang datang bersamaan menuju kantin, tempat di mana lima orang sahabat sedang berkumpul dan menikmati makanan bersama. Serombongan siswi yang berasal dari fg pangeran mereka masing-masing terlihat sangat yakin untuk mendekat dan beropini.

Semakin dekat, beberapa orang berhenti melangkah, semakin dekat, beberapa orang lagi mundur, semakin mendekat, tinggal tersisa sekitar tujuh orang yang sampai pada tempat tujuan. Kenapa? Karena pandangan tidak bersahabat dari Sasuke dan Gaara mampu menguarkan aura mengerikan mereka dalam jarak yang cukup jauh. Hanya siswi tangguhlah yang akhirnya bertahan sampai akhir.

"Anoo..." seorang siswi kehilangan suaranya saat tatapan sinis Sasuke mengarah padanya. Siswi tadi mundur ke belakang dan mendorong temannya yang lain.

"Itu..." siswi itu menoleh kanan kiri meminta bantuan, tapi tak ada yang berniat membantu.

"Kenapa, apa ada yang bisa kami bantu?" yup, pertanyaan ramah dari Hinata sepertinya sukses membangkitkan rasa kesal sebagian siswi dan membuat keberanian para siswi itu datang lagi. Padahal suara Hinata tidak ada nada mengancam, tapi sepertinya itu tetap membuat mereka kesal.

"Kami... ingin bertanya sesuatu." Seorang siswi memberanikan diri mengeluarkan suara, Hinata dan yang lain menatapnya dengan pandangan penasaran. "Apa... apa kau... maksudku... Hinata..."

Siswi yang lain menghela nafas saat temannya hanya berbicara putus-putus. "Hinata, apa kau sudah punya pacar?" tanyanya dengan cepat tanpa tedeng aling-aling.

"Eh?" Hinata mengerjap dan kemudian mengangguk, wajahnya tiba-tiba merona dan dia tersenyum malu-malu, "Begitulah, aku... memang sudah punya pacar."

"SIAPA?" ketujuh siswi tadi langsung bertanya bersamaan dan membuat Hinata terkejut.

"Itu..."

Belum sempat Hinata menjawab, keempat laki-laki di sana mengangkat tangan lebih dulu, membuat para siswi tadi mengernyit bingung. "Kalian bertanya siapa pacar Hinata bukan?" Gaara membuka suara dan para siswi tadi mengangguk ragu. "Yang mengangkat tangan maka itu pacar Hinata."

Ketujuh siswi tadi melongo tak percaya, jika yang mengangkat tangan adalah pacar Hinata, berarti Shika, Naruto, Gaara, dan Sasuke yang mengangkat tangan adalah pacar gadis Hyuuga itu? Mereka menoleh meminta kepastian dari Hinata.

Gadis Hyuuga itu hanya tersenyum dan mengangguk, "Ya, aku berpacaran dengan mereka berempat."

"APA?"

=.=

=.=

=to be continued=

=.=

.

.

Banzai... akhirnya publish cerita baru. Di sini kelihatannya Hinata di sukai banyak orang ya? Tapi banyak juga kok yang nggak suka (para siswi maksudnya). Disini karakter Hinata sebagai gadis setengah lemot/setengah pintar, sedikit ceroboh, tidak peka terhadap perasaan sendiri, tapi tetap baik dan peduli sesama.

Ini cerita yang paling banyak di pilih oleh readers. Cerita yang lain tetap bakal aku tulis kok, tapi satu-satu menurut banyaknya permintaan readers. Semoga tidak mengecewakan ya?!

Oh ya, berhubung sekarang masih bulan Syawal, Rameen ucapin Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi yang merayakan. Mohon maaf lahir batin. Maafin Rameen ya... minna. :)

Salam, Rameen.