Fanfiction HunKai.

Cast : Jongin, Sehun

Genre : Romance

Summary : Hari Valentine sebentar lagi, tapi kenapa Sehun dan Jongin malah bertengkar? HunKai/SeKai/SeJong. One Shot. Chibi.

One Shot

"Hyung, apakah tepungnya kurang banyak?"

"Tidak, segitu saja cukup."

"Setelah itu diaduk terus ya?"

"Iya, kalau tangan Jongin lelah biar Hyung saja."

"Tidak mau. Jongin mau membuat cake ini dengan usaha Jongin sendiri!"

"Hihi, baiklah." Lelaki cantik yang sedang mengaduk adonan cookies hanya tertawa kecil melihat 'adiknya' yang super menggemaskan. Kim Jongin, seorang anak kelas tiga sekolah dasar, bersikeras untuk membuat cookies dengan usahanya sendiri. Bocah itu tidak tahu jika mengaduk adonan yang bagus itu sangat melelahkan, bahkan, si 'kakak' saja kadang-kadang adonannya tidak sempurna jika ia tidak telaten.

"Baek Hyung bisa membuat apa lagi selain cookies cokelat?"

"Uhm, Hyung bisa membuat berbagai macam makanan yang sehari-hari kita makan. Memangnya Jongin mau membuat yang lain juga?"

"Iya, Jongin ingin membuat spageti Hyung. Sehun suka sekali makan spageti buatan Hyung, ajari Jongin resep yang itu juga ya?" Jongin memandang Baekhyun dengan pandangan menggemaskan.

"Spageti jauh lebih mudah dari pada membuat cookies, Jongin pasti langsung bisa nanti." Baekhyun mengangguk penuh semangat. Sebagai seorang yang hobi memasak, mengajari anak kecil yang juga tertarik—walaupun tertariknya baru beberapa hari yang lalu—memasak sepertinya.

"Jongin mau memberi Sehun spageti juga?"

"Iya! Jongin akan memberikan spageti sebelum cookies cokelat. Mama bilang kita tidak boleh makan cokelat dengan perut kosong jadi Sehun harus makan spageti dulu sebelum makan cokelat."

"Ah, begitu."

"Apakah Jongin perlu membuat susu cokelat juga?"

"Uhm, menurut Hyung, lebih baik Jongin membawakan Sehun air putih saja."

"Air putih?"

"Karena nanti Sehun kekenyangan kalau minum susu juga. Lebih baik memberikan air putih dingin atau air jeruk saja. Selain itu terlalu banyak makan cokelat malah akan membuat perut Sehun tidak nyaman."

"Woah, Hyung tahu banyak ya tentang makanan dan minuman." Baekhyun hanya tersenyum mendapat pujian dari bocah yang sudah ia anggap sebagai adiknya sendiri.

Selama bertahun-tahun ia dekat dengan pacar adik kekasihnya ini, belum pernah sekalipun Jongin tertarik untuk memasak. Yang Jongin tahu selama ini hanya makan dan makan saja, tapi sepertinya Baekhyun memberikan pandangan baru bagi Jongin. Pandangan bahwa kekasihmu akan lebih lengket padamu jika kau bisa mengambil hati mereka lewat makanan.

Jongin sebenarnya ingin belajar membuat cookies karena sebentar lagi akan Valentine dan Jongin mendengar teman-temannya—juga Baekhyun yang sibuk mencari resep kue untuk dibuat dan hasilnya diberikan pada orang-orang terspesial mereka.

Jongin dan Sehun baru mulai merayakan hari Valentine tahun lalu karena, yah, mereka kan masih bocah. Mana mereka tahu tentang hari Valentine sebelum-sebelumnya. Tahun lalu pun Sehun dan Jongin merayakannya dengan membeli cokelat bersama-sama di supermarket dan dimakan bersama sambil menonton film Disney semalaman. Tahun ini, Jongin ingin merayakan Valentine dengan memberikan cookies spesial untuk Sehun seperti Baekhyun dan teman-temannya!

Hari ini masih seminggu sebelum hari H, jadi Jongin dan Baekhyun masih punya waktu untuk mencoba resep baru. Baekhyun mengajarkan Jongin resep cookies yang masih sederhana, sedangkan dirinya sudah membuat cake yang berlapis-lapis dengan bahan yang mahal dan kesulitan yang tinggi.

Sepanjang hari Minggu ini Jongin dan Baekhyun sibuk berkutat didapur rumah Jongin untuk belajar memasak. Untung saja keluarga Oh sedang sibuk dengan acara keluarga jadi kekasih anak-anak keluarga Oh ini bisa lebih leluasa menghabiskan waktu hari minggu mereka tanpa harus banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan kekasih mereka.

"Hyung, ketika Valentine, Hyung memberikan apa saja selain cokelat?"

"Apa ya? Biasanya Hyung memberi sapu tangan, kaus kaki. Hanya hadiah-hadiah kecil seperti itu."

"Ah begitu. Jongin juga mau memberikan sesuatu untuk Sehun selain cookies Hyung, tapi Jongin tidak tahu mau memberi apa."

"Jongin beri Sehun surat saja."

"Surat?"

"Iya, Jongin bisa mengungkapkan perasaan Jongin lewat surat."

"Surat ya.." Jongin terdengar tidak puas dengan jawaban Baekhyun.

"Hyung rasa Sehun sudah akan sangat senang mendapat cookies buatan Jongin." Baekhyun menyemangati Jongin agar tidak terlalu memikirkan hadiah lain. Bagi Baekhyun, dengan umur semudah Jongin, bisa membuat cookies sendiri sudah sangat hebat.

"Hehehe, pokoknya cookies ini harus enak!"

"Nah, sekarang Jongin hanya perlu fokus belajar membuat cookies dulu! Nanti kalau masih belum enak, akan kita ulangi lagi."

"Hyung baik sekali!"

"Ayo, siapkan loyang untuk memanggang cookies cokelat Jongin!"

"Yeay!" Jongin dengan penuh semangat mengambil loyang yang sudah disiapkan oleh Baekhyun. Tangan mungil Jongin bekerja keras membentuk cookies agar rapi, berkali-kali Baekhyun berusaha membantu Jongin tapi bibir mungil Jongin langsung cemberut. Baekhyun hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah Jongin yang sangat menggemaskan.

"Hyung, kalau nanti Jongin tidak bisa-bisa membuat cookies yang enak, apa Sehun akan berubah pikiran untuk menikahi Jongin?"

"Hah?" Baekhyun yang sedang memecah telur refleks menoleh kearah Jongin karena pertanyaan yang dilontarkan Jongin barusan. Dari mana Jongin bisa berpikir seperti itu diumur yang masih sangat belia?

Duh, lantai dapur jadi terkena pecahan telur kan.

"Jongin!"

"Hm?"

"Jongin?"

"Apa?"

"Nanti sore pulang denganku, mau?"

"Tidak mau Kris. Jongin akan pulang dengan Sehun."

"Nanti kita mampir ke kedai es krim."

"Jongin tidak mau es krim."

"Ayolah, sekali saja.

"Tidak mau."

"Apa kau tidak bosan setiap hari bersama Sehun?"

"Tidak pernah."

"Ugh. Kau mau kemana?"

"Ke kelas Sehun." Jongin dengan langkah secepat yang ia bisa berjala menuju kelas Sehun yang berada dilantai dua. Jongin ingin mengembalikan spidol warna-warni Sehun yang tadi pagi ia pinjam.

Kris, anak yang sama yang dulu pernah bertengkar dengan Sehun karena dirinya juga masuk ke sekolah yang sama dengan mereka. Jongin tidak pernah membenci Kris, tapi Sehun sering berkata kalau ia tidak suka melihat Kris yang dekat-dekat dengan dirinya.

Jongin memahami perasaan Sehun karena ia juga merasakan hal itu ketika Luhan, teman sekelas Sehun, mendekati Sehun. Sebagai pacar yang baik, Jongin menjaga sedikit jarak dari Kris. Tidak menjauhi, hanya sedikit menjaga jarak karena kadang-kadang Kris memang kelewatan ketika sedang berusaha mendekatinya.

"—sudah aku berikan pada Sehun!"

"Sungguh? Dia menerimanya? Kau jadi memberinya cokelat yang kemarin?"

"Hihi, Sehun menerimanya! Aku menambah cokelat agar dia menyukaiku."

"Wah, semoga berhasil ya!

Langkah kaki Jongin melambat mendengar nama Sehun disebut oleh kedua gadis yang berjalan didepannya. Seluruh tubuh Jongin tiba-tiba terasa panas, bisa-bisanya ada orang yang berani mencoba membuat Sehun menyukai orang lain selain dirinya?! Jongin tidak memanggil gadis itu dan membiarkannya berlalu.

"—sudah empat orang lho!"

"Empat?"

"Woah, bukan kah Sehun pacarnya Jongin?"

"Memang."

"Sehun sangat populer ya."

"Iya, Jongin pasti senang punya pacar seperti Sehun, dia kan—-"

Telinga Jongin lagi-lagi menangkap pembicaraan yang tidak ingin ia dengar. Apakah empat orang yang dibicarakan entah siapa yang berjalan dibelakangnya itu orang-orang yang memberi Sehun cokelat juga? Kepala Jongin rasanya semakin panas membayangkan Sehun makan cokelat pemberian orang-orang yang berniat mengambil Sehun darinya. Lagi pula, kenapa Sehun menerima pemberian mereka?!

"Hei Jong! Mencari Sehun?" Salah seorang anak kelas Sehun berpapasan dengannya ditangga.

"Iya, apakah dia ada dikelas?"

"Ada kok."

Jongin menaiki tangga sambil menahan kesal. Teman-teman Sehun yang melihat kedatangan Jongin sudah tahu jika lelaki manis itu pasti mencari kekasih tampannya. Hanya saja, kenapa wajah yang biasanya selalu tersenyum itu terlihat sedikit…berbeda?

Kepala Jongin mengintip dulu sebelum masuk kedalam kelas Sehun. Dan pemandangan yang sedang ia lihat benar-benar membuat Jongin mendidih. Didepan Sehun, ada seorang anak lelaki yang entah siapa namanya menyodorkan sebuah kotak pada Sehun. Kotak itu berwarna merah muda dengan pita putih menghiasinya.

"Sehun?" Jongin berdiri didepan pintu kelas Sehun dengan wajah dingin.

"He-hei Jong!" Sehun terkejut melihat kedatangan Jongin yang tiba-tiba.

"Apa dia yang kelima?"

"Huh?"

"Jongin tanya, apakah dia yang kelima?" Jongin bertanya dengan suara bergetar. Entah kenapa Jongin ingin menangis sekarang, kemarahannya tidak bisa tumpah dan hanya bisa ungkapkan dengan air mata.

Tanpa Jongin dan Sehun sadari, si anak lelaki tadi hanya meletakkan kotak merah muda yang akan ia berikan dan pergi meninggalkan Sehun dan Jongin. Melihat pemilik resmi Sehun datang, pasti membuat si anak lelaki itu takut bukan?

"The-thehun tidak paham.."

"Hiks..kenapa Sehun menerima cokelat pemberian orang lain?" Mata cantik Jongin mulai berkaca-kaca.

"Kok Jongin tahu?" Sehun terkejut sekali Jongin bisa tahu kalau ada beberapa orang yang memberinnya cokelat.

"Hiks..Sehun jahat." Jongin meletakkan spidol warna-warni Sehun diatas meja disamping kotak merah muda dan pergi meninggalkan Sehun yang masih belum bisa memproses apa yang sedang terjadi.

"Jongin! Jongin!" Sehun mengejar Jongin yang sudah berlari menuruni tangga. Untung saja Sehun sering bermain bola dengan Chanyeol, jadi larinya jauh lebih cepat dari Jongin. "Jongin!"

"Hiks.." Sehun berhasil tangan Jongin dan menariknya agar mengikutinya ke taman sekolah. Untung saja jam istirahat sudah usai jadi taman itu sudah nyaris kosong, hanya beberapa anak-anak yang beberapa tingkat diatas mereka masih berada disana.

"Kenapa Sehun menerima cokelat?" Jongin menundukkan kepalanya dan bertanya dengan suara bergetar. Sehun yang diberi pertanyaan seperti itu tidak tahu harus menjawab apa. Memangnya ia tahu kenapa banyak orang yang memberinya cokelat bahkan sebelum hari Valentine?

"Thehun..Thehun.." Sehun tidak tahu harus berkata apa melihat kekasihnya meneteskan air mata.

"Thehun menerima cokelat mereka karena Thehun tidak tahu bagaimana menolaknya." Sehun menggaruk-garuk kepalanya, kebingungan. "Tapi Thehun tidak akan memakan cokelat dari mereka kok!"

"Hiks.."

"Jongin jangan menangith lagi ya, Thehun benar-benar tidak akan memakan cokelat dari mereka kok." Sehun mengusap pipi tembam Jongin yang dibasahi air mata. Ah, sudah kelas tiga sekolah dasar tapi cengengnya Jongin tidak berkurang juga.

"Jongin hanya kesal kenapa mereka semua memberikan coklat pada Sehun, padahal kan mereka tahu kalau Sehun pacar Jongin!" Jongin menghentakkan kakinya kesal.

"Uhm, Thehun tahu kok kalau Jongin kethal. Thehun juga kethal kalau ada orang lain yang memberikan Jongin cokelat." Sehun jadi kesal sendiri mengingat tadi pagi-pagi sekali Kris sudah menyodorkan cokelat pada Jongin. Untung saja waktu itu ada Sehun, jadi cokelat yang diberikan Kris ada ditangan Sehun.

"Hari ini kan belum Valentine, jadi themua cokelat yang diberikan pada Thehun bukan hadiah Valentine. Nanti cokelat yang akan Thehun terima dihari Valentine hanya cokelat dari Jongin thaja! Jangan menangith lagi ya.."

Jongin mengangguk-angguk paham. Sungguh beruntung dirinya karena hari Valentine jatuh pada hari Sabtu dimana mereka tidak ke sekolah. Beberapa anak-anak memang memberikan cokelat pada orang terspesial mereka disekolah sehari sebelum hari H, termasuk teman-teman sekolah yang menyukai Sehun.

Sehun tahu jika kekasihnya akan memberikannya cokelat di hari Valentine tapi ia tidak tahu cokelat seperti apa. Jongin hanya menjanjikan Sehun cokelat di hari Valentine yang pasti akan Sehun terima dengan senang hati. Tapi tidak ia sangka, pada hari ini Sehun menerima begitu banyak cokelat dan itu membuat Jongin kesal.

"Nanti pulang tunggu Thehun depan kelath ya.." Sehun berkata sambil terus mengusap-usap pipi Jongin, memastikan tidak ada lagi air mata yang membasahi wajah manis kekasihnya.

"Jongin kembali ke kelas ya.." Jongin berkata pelan. "Awas kalau Sehun makan cokelat selain pemberian Jongin." Jongin sempat-sempatnya mengancam Sehun dengan wajah marahnya yang sebenarnya sangat menggemaskan.

"Iya! Thehun janji!" Sehun tersenyum lebar dan mengantar Jongin kembali ke kelasnya. Senyum Sehun terus mengembang sepanjang hari itu karena Jongin cemburu dengan orang-orang yang memberi Sehun cokelat. Sehun masih ingat kata-kata Chanyeol jika cemburu adalah tanda sayang. Karena Jongin cemburu seperti tadi, berarti Jongin sayang sekali padanya!

Bel pulang akhirnya berbunyi.

Sehun nyaris berlari keluar kelasnya untuk menjemput Jongin. Langkah Sehun begitu riang setiap kali bel pulang berbunyi, tapi kali ini berbeda. Sehun luar biasa bersemangat ketika bel pulang berbunyi hari ini. Besok adalah Valentine dan Sehun sudah sangat menunggu-nunggu hari itu sejak beberapa minggu yang lalu ketika ia dan Jongin mengetahui bagaimana Baekhyun dan Chanyeol merayakan Valentine.

Sehun langsung bersemangat untuk mengajak Jongin makan malam berdua dibawah lampu hias yang cantik dan dikelilingi bunga-bunga. Jongin juga ikut bersemangat untuk memberikan Sehun cokelat buatan sendiri. Tidak terasa, besok sudah hari Valentine. Sehun sudah membayangkan cokelat apa yang akan diberikan Jongin padanya.

Langkah Sehun terhenti melihat pintu kelas Jongin yang dikerubungi banyak sekali orang. Dengan penasaran, Sehun ikut berkerumun didepan kelas Jongin. Pemandangan didepan matanya membuat Sehun mengepalkan kesepuluh jari mungilnya. Jongin, Kim Jongin-nya, kekasihnya, dikerumuni tiga orang anak laki-laki.

"—hanya menerima cokelat saja memang salah ya? Aku sudah membelinya dengan susah payah!"

"Ma-maaf.." Jongin yang masih duduk dibangkunya menjawab lirih.

"Sehun juga banyak menerima cokelat pemberian orang lain!"

"Ta-tapi.."

"Sudah Jong terima saja!" Salah seorang anak kelas Jongin berteriak agar Jongin menerima pemberian cokelat dari tiga orang yang sedari tadi bersikeras memberikan cokelat Valentine.

"Jangan!" Sehun berteriak dengan suara melengking.

"Se-sehun…?" Jongin terkejut mendengar suara Sehun yang sudah ia kenal dengan baik. Sehun merangsek maju diantara kerumunan dan berjalan mendekati meja Jongin. Ketiga anak lelaki yang dua diantaranya lebih besar dan lebih tua dari Sehun hanya tersenyum mengejek kedatangan Sehun.

Jongin mengiggit bibirnya ketakutan melihat wajah marah Sehun. Dulu, Sehun sering sekali bertengkar dengan Kris karena dirinya—sampai sekarang masih sebenarnya, dan kini ekspresi yang ditunjukkan Sehun sama seperti ekspresi ketika Sehun akan menghajar Kris.

"Sehun…jangan…" Jongin menggeleng pelan sambil menatap Sehun takut.

BUGH!

"Sehun!" Jongin menjerit melihat Sehun memberikan pukulan pertamanya pada anak yang paling besar.

BUGH!

Tangan mungil Sehun menghantam pipi anak lainnya. Melihat Sehun yang mengamuk, anak terakhir yang tadi memaksa Jongin untuk menerima cokelat pemberiaannya langsung melarikan diri.

"Kau berani?!" Salah seorang kakak tingkat yang dipukul Sehun tadi bangkit dan bersiap untuk membalas pukulan Sehun. Dengan gesit Sehun menghindar namun Sehun tidak memperhitungkan jika lawannya berjumlah dua orang.

Satu anak yang tadi sempat dipukulnya menarik kerah seragam Sehun dan menghantam bibir Sehun dengan kuat. Jongin yang masih duduk dikursi sudah menangis tanpa suara. Air matanya mengalir deras dari mata cantiknya karena ketakutan melihat Sehun yang dipukul oleh kakak kelas mereka.

"Hey sudah!" Beberapa anak yang sedari tadi menonton ada yang memberanikan diri untuk melerai pertengkaran Sehun dengan dua anak lainnya. Sehun yang awalnya masih ingin memberi pukulan lagi pada kakak-kakak kelasnya itu mengurungkan niatnya ketika melihat Jongin yang menangis.

"Ayo pulang." Sehun membenahi baju seragamnya yang berantakan dan menggandeng Jongin agar meninggalkan kelas. Tidak lupa Sehun membawa tasnya dan tas Jongin, pandangan anak-anak mengikuti Sehun dan Jongin hingga mereka menghilang menuju gerbang sekolah.

"Jangan menangith lagi Jong.." Sehun berkata lirih melihat Jongin yang tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Saat ini Sehun baru menyesal sudah berkelahi, melakukan suatu hal yang paling dibenci Jongin. Dihadapan Jongin lagi.

"Thehun minta maaf.." Sehun bergumam pelan sambil terus menggandeng tangan Jongin yang terasa dingin karena rasa takutnya tadi. "Thehun janji—"

"Sehun selalu berjanji pada Jongin untuk berhenti berkelahi dengan Kris, tapi sekarang Sehun malah berkelahi dengan orang lain." Jongin melepaskan genggaman tangan Sehun.

"Jo—"

"Jongin benci Sehun. Harusnya Sehun tadi bisa tidak usah memukul mereka. Jongin kan tidak menerima cokelat dari mereka." Jongin berkata sambil terus menangis.

"Maaf Jong.." Sehun hanya bisa mengucapkan maaf.

"SEHUN!" Sebuah suara lantang memanggil nama Sehun. Jongin dan Sehun menoleh kearah sumber suara. Luhan. Ingin rasanya Sehun menghilang dari muka bumi sekarang, kenapa Luhan datangnya tepat sekali sih disaat Jongin sedang marah padanya?

"Sehuniniuntukmuterimayadadah!" Luhan menghampiri Sehun dan menyerahkan dengan paksa sebatang cokelat yang berhiaskan pita merah muda pada tangan Sehun. Belum sempat Sehun menolak atau mengatakan sepatah kata, Luhan sudah berlari meninggalkan Sehun.

"Thehun akan…" Sehun langsung melihat wajah Jongin yang kini benar-benar membuatnya merinding. Sehun tahu, Jongin benar-benar kesal sekarang dari sorot mata tajam itu. "…membuangnya."

Tanpa berkata apa-apa Jongin langsung meninggalkan Sehun yang masih tidak tahu harus berbuat apa. Langkah kaki Jongin menghentak-hentak dan Sehun bisa mendengar omelan dari bibir mungil Jongin.

"Jongin! Tunggu Thehun!"

"Jongin tidak mau pulang bareng Sehun! Pergi jauh-jauh!"

"Ta-tapi.." Sehun bingung lagi. Rumah mereka kan searah, andaikan mereka tidak pulang bersama, jalur yang mereka lewati sama. Harus lewat mana Sehun kalau tidak lewat jalan ini?

Sehun menghela nafas panjang, nasibnya sial sekali sih hari ini. Tadi pagi Jongin sudah ngambek karena Sehun menerima cokelat dari lima orang yang berbeda, lalu emosinya terpancing dan membuat Jongin ketakutan hingga menangis, yang terakhir Jongin tidak mau pulang bersamanya. Padahal Sehun paling suka menggandeng tangan Jongin ketika mereka berjalan pulang kerumah Jongin.

Dengan berat hati Sehun berjalan beberapa meter di belakang Jongin. Tas Jongin masih dia bawa, yah, paling tidak nanti Sehun punya alasan untuk berbicara pada Jongin lagi sebelum ia pulang kerumahnya. Dalam hatinya Sehun membatin, andaikan tidak ada aturan aneh itu..

"Jongin kok tidak membuat cookies?"

"Tidak ah, malas!"

"Malas? Jongin tidak jadi memberikan cookies untuk Sehun?"

"Tidak jadi!"

Nyonya Kim tersenyum kecil, pasti anak tunggalnya ini sedang marahan dengan Sehun. Jarang memang Sehun dan Jongin bertengkar, kalaupun bertengkar biasanya hanya beberapa jam. Kali ini sepertinya permasalahannya sedikit serius sampai Jongin terus bermain dengan anjingnya diakhir pekan. Padahal, biasanya setiap Sabtu dan Minggu pagi Jongin akan rewel ingin pergi kerumah Sehun.

"Yakin? Ini kan Valentine." Jongin diam saja dan masih terus mengelus-elus perut Monggu yang tertidur dikarpet ruang tengahnya. "Wah, percuma dong Jongin sudah berhari-hari belajar membuat spageti dan cookies bersama Baekhyun Hyung. Padahal kalau Sehun merasakan cookies buatan Jongin, pasti Sehun akan semakin menyayangi Jongin dan akan mengajak Jongin bermain setiap hari."

Gerakan Jongin berhenti. Nyonya Kim tersenyum melihat reaksi polos anaknya. Tanpa cookies dari Jongin, Sehun pun sudah sangat menyayangi Jongin dan tidak pernah absen seharipun bermain bersama Jongin. Nyonya Kim meninggalkan Jongin yang terlihat sedang berpikir.

Jongin memang masih sangat kesal dengan kejadian kemarin. Bukan hanya karena Sehun yang berkelahi dengan kakak kelasnya tapi juga karena Luhan. Berani-beraninya Luhan memberikan Sehun cokelat dihadapannya, dan Sehun menerimanya! Jongin tahu sih jika Sehun secara terpaksa 'menerima' cokelat itu, tapi kan tetap saja! Harusnya Sehun menyembunyikan tangannya dibelakang punggung! Seperti ketika Jongin dipaksa menerima pemberian cokelat oleh tiga orang sekaligus.

"Mongguuuuu, Jongin harus membuatkan Sehun cookies tidak?" Jongin berbaring disamping anjingnya. "Jongin masih kesal pada Sehun."

Guk!

"Haruskah? Tapi Sehun saja sama sekali tidak kesini atau menelepon rumah.."

Guk!

"Iya iya, Jongin akan membuat cookies!" Jongin menciumi anjingnya dulu sebelum melangkah menuju dapur. Tangan mungilnya sudah bergerak gesit mengeluarkan tepung, telur dan berbagai macam bahan lainnya yang digunakan untuk membuat cookies.

Tiga jam kemudian Jongin sudah menata cookies-cookies cokelat didalam kotak berbentuk hati. Tangannya bergerak pelan-pelan memastikan tidak ada cookies yang retak apalagi patah, sesekali bibirnya tersenyum lalu merengut. Jongin masih mengoceh sendiri kenapa Sehun sama sekali tidak ke rumahnya, atau meneleponnya, atau melakukan apapun! Ini kan hari Valentine! Sehun bahkan tidak berusaha untuk mengucapkan apapun. Padahal kemarin-kemarin Sehun berjanji akan menghabiskan seharian bersamanya dihari Valentine.

Ugh, andaikan tidak ada aturan aneh itu!

Saat ini sudah pukul dua belas siang. Jongin sudah mandi dan sudah berpakaian rapi. Cookies-nya juga sudah siap. Spageti-nya sudah dikemas rapi juga didalam kotak bekal berbentuk Mickey. Jongin masih duduk diatas kasurnya, otaknya berpikir keras. Apakah ia harus ke rumah Sehun? Masa marahan tiba-tiba memberikan Sehun cokelat dan spageti. Tapi…Jongin kangen Sehun.

Surat..

Sepertinya usulan Baekhyun untuk menulis surat sebagai hadiah tambahan adalah ide yang bagus. Jongin bangkit dari tempat tidurnya menuju meja belajarnya. Dikeluarkan sebuah kertas bercorak Mickey dan pensil yang dihiasi kepala Mickey diujungnya.

Halo Sehun..

Selamat Hari Valentine!

Jongin membuatkan Sehun cookies cokelat dan spageti! Sehun harus makan spageti-nya dulu ya, sebelum makan cookies. Supaya Sehun tidak sakit perut karena Jongin membuatkan cookies cokelatnya banyaaaaak sekali.

Jongin sudah tidak marah lagi kok karena kemarin Sehun menerima banyak cokelat dari orang lain. Jongin tahu kalau Sehun hanya ingin cokelat dari Jongin! Jongin juga sudah tidak marah lagi karena Sehun berkelahi, tapi jangan diulangi lagi ya. Jangan berkelahi dengan Kris, dengan kakak kelas atau siapapun! Jongin sedih melihat Sehun dipukul seperti kemarin.

Sehun apakah marah pada Jongin? Jongin menunggu Sehun sepanjang pagi tapi Sehun tidak kerumah Jongin. Kemarin Jongin sama sekali tidak menerima pemberian cokelat dari siapapun kok!

Oh iya, Valentine tahun depan Sehun boleh menerima cokelat dari siapapun, asalkan hanya cokelat dari Jongin yang Sehun makan. Sehun tidak boleh makan cokelat pemberian siapapun ya di hari Valentine selain dari Jongin, nanti kalau Sehun tidak jadi menikah dengan Jongin, gimana?

Tangan Jongin capek menulis panjang sekali.

Jangan lupa menggosok gigi setelah makan cookies.

Jongin sayaaaaang sekali pada Sehun, jangan marahan lagi ya. Jongin kangen Sehun.

Dadah Sehun.

Dari Jongin.

Jongin membaca surat yang barusan ia tulis dengan tulisan ceker ayam. Senyum terlukis dibibirnya menunjukkan ia puas dengan hasil tulisannya. Baru kali ini Jongin menulis surat dan ternyata menulis surat itu menyenangkan! Jongin mengeluarkan amplop bermotif Mickey—lagi—dari laci meja belajarnya. Dimasukkannya surat buatannya dan tersenyum senang. Sekarang saatnya menuju rumah Sehun.

"Bibi? Sehun ada?" Jongin sudah sampai rumah Sehun kurang dari lima menit dan disambut oleh Nyonya Oh yang sedang membawa sebuket bunga berwarna putih cantik.

"Jo-jongin?" Nyonya Oh terkejut melihat kedatangan Jongin yang tiba-tiba.

"Selamat siang Bibi! Jongin mau mencari Sehun!"

"Ah, Sehun…Sehun…sedang menonton TV didalam." Nyonya Oh terlihat sedikit gugup dengan kedatangan Jongin. Seharusnya sebagai orang tua kedua Jongin, melihat kedatangan Jongin yang sering tiba-tiba sudah tidak kaget lagi dong.

"Jongin masuk ya!"

"Iya." Jongin masuk menuju ruang tengah rumah keluarga Oh yang sudah sangat ia hapal. Disana, dibalik sofa cokelat yang menghadap televisi, Jongin bisa melihat kepala Sehun.

"Sehun.." Jongin memanggil pelan nama Sehun.

"Hm? Hohin?" Kepala Sehun menoleh menuju sumber suara, menuju kekasihnya. Sehun terlihat senang melihat kedatangan Jongin, dengan semangat ia mendatangi Jongin yang berdiri terpaku melihat keadaannya.

"Sehun?! Sehun kenapa?!" Jongin begitu terkejut melihat wajah Sehun hingga kantung kertas yang ia bawa berisikan spageti dan cookies jatuh. Bibir Sehun bengkak dan berwarna merah.

"Hini halena hemalin, haah ya.." Sehun berbicara dengan kalimat tidak jelas. Terlihat sekali jika Sehun kesakitan dengan setiap kata yang dia ucapkan.

"Hah?" Jongin mengernyitkan dahinya mendengar ucapan Sehun.

"Hini halena hemalin. Hahi halam henghak hahi halam."

"Hah?" Jongin sudah tidak peduli lagi dengan apa yang Sehun katakan, melihat Sehun kesulitan bicara dan terus-terusan berjengit setiap mengeluarkan sepatah kata membuat Jongin ikut merasakan sakit.

"Hiks..sakit sekali ya?" Jongin yang sangat cengeng langsung berkaca-kaca.

"Hahan hehangith.." Sehun menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Hiks..hiks.." Jongin semakin meneteskan air matanya. Jari-jari Sehun langsung mengusap air mata yang mulai mengalir dipipi gembul pacarnya. Sehun memeluk Jongin yang terisak dan berbisik dengan bahasa anehnya supaya Jongin berhenti menangis.

"Hyung!" Jongin melihat Chanyeol yang baru saja turun dari lantai atas. "Sehun kenapa Hyung?!"

"Uhm, itu karena kemarin dia berkelahi. Tadi malam bengkak besar sekali sekarang sudah lebih baik." Chanyeol menjelaskan dengan senyum sabar.

"Apakah Sehun akan seperti itu selamanya?" Jongin bertanya cemas.

"Tidak kok, nanti malam akan kempes."

"Huft, Jongin pikir Sehun akan seperti itu selamanya." Jongin berkata lega sambil mengusap sisa air matanya. "Sehun duduk lagi saja, Jongin akan menemani Sehun sampai Sehun sembuh." Jongin langsung cerewet menyuruh Sehun duduk lagi diatas sofa dan menyusun bantal sofa semampunya.

"Apakah Sehun mau makan? Atau mau minum?" Sehun menggeleng.

"Apa Sehun mau pakai selimut Mickey? Jongin ambilkan boneka Mickey kesukaan Sehun ya." Jongin baru saja akan melangkah menuju lantai dua dimana kamar Sehun berada tapi tangan mungil Sehun menarik lengannya.

"Hohin hihini haha."

"Hah?" Jongin benar-benar tidak mengerti apa yang Sehun katakan, tapi melihat tangan Sehun yang menahan dirinya dan menunjuk tempat kosong disamping Sehun, Jongin mengira-ngira jika Sehun ingin ia duduk disampingnya.

"Sehun ingin Jongin duduk disini?" Sehun mengangguk. Jongin mendudukkan dirinya disamping Sehun dan tangan Sehun langsung menggenggam tangannya. Pipi Jongin langsung menghangat merasakan betapa nyamannya merasakan tangan Sehun menggenggam tangannya lagi.

"Apakah sakit sekali?" Jongin bertanya penasaran. Sehun mengangguk pelan dan dengan manja menyenderkan kepalanya dibahu Jongin. "Kita nonton film kesukaan Sehun mau? Yang uhm, Cars?"

Sehun menggelengkan kepalanya.

"Apa mau nonton yang lain?"

Sehun menggelengkan kepalanya lagi. Tangan Sehun menarik tangan Jongin dan meletakkannya diatas kepalanya. Jongin awalnya bingung tapi begitu ia mencoba menggerakkan tangannya untuk membelai rambut Sehun, pacarnya itu tersenyum senang meskipun dengan sedikit kesakitan.

"Sehun mau Jongin elus-elus kepalanya?" Sehun mengangguk. Jongin dengan senang hati mengelus-elus kepala Sehun yang bersender dibahunya. Jika biasanya Jongin adalah pihak yang selalu dimanja-manja Sehun, tapi ketika Sehun sedang sakit, manjanya Sehun bisa berkali-kali lipat dari kemanjaan Jongin. Keluarga Sehun saja sampai kewalahan kalau Sehun sudah kumat manjanya.

"Uh, manisnya.." Chanyeol kembali lagi ke ruang tengah setelah entah dari mana.

"Hehehe." Jongin hanya tersenyum malu.

"Jangan menggoda mereka lagi!" Suara Baekhyun terdengar dari kejauhan.

"Baekhyun Hyung?" Jongin mencoba menggerakkan kepalanya mencari sosok kakaknya yang satu lagi tapi dengan adanya Sehun yang bersandar manja dipundaknya membuat gerakan Jongin tidak leluasa.

"Halo Jongin!" Baekhyun tiba-tiba sudah berada diruang tengah dan mengacak rambut dikepala Jongin.

"Selamat siang Hyung!" Jongin tersenyum lebar.

"Kalian manis seka—" Chanyeol berkata dengan nada riang namun kalimatnya tidak selesai karena mendapat tatapan tajam dari Baekhyun.

"Kalau kau mengganggu mereka lagi akan kuhajar kau sampai mati!" Baekhyun melayangkan tangannya seolah akan memukul Chanyeol.

"Iya iya, tidak lagi!" Chanyeol meringis melihat kegalakan Baekhyun.

"Memangnya Chanyeol Hyung mengganggu apa?" Jongin bertanya tidak mengerti. Sepertinya dia dan Sehun baik-baik saja dari tadi, Chanyeol tidak mengganggunya sama sekali.

Baekhyun hanya mengacak rambut Jongin sekali lagi tanpa menjawab pertanyaan Jongin. Setelah itu Baekhyun malah menarik tangan Chanyeol dan menggeret pacar raksasanya itu meninggalkan ruang tengah. Jongin sampai keheranan melihat tingkah dua orang dewasa itu.

"Memangnya Chanyeol Hyung mengganggu Sehun dan Jongin ya?" Jongin bertanya pada Sehun yang kepalanya masib ia elus-elus. Sehun diam saja, tidak bereaksi dengan pertanyaan Jongin.

"Sehun?" Jongin mencoba melihat wajah Sehun.

"Eh? Sehun tidur?" Jongin mengerjapkan matanya kaget. Pelan-pelan Jongin mengangkat kepala Sehun dan meletakkannya diatas pahanya.

"Sehun tampan sekali.." Jongin mengamati wajah Sehun yang tertidur dengan nyenyak. Meskipun bibirnya bengkak dan memar, hal itu tidak mengurangi ketampanan bocah ini.

"Hihi, Sehun terasa kalau kepalanya sudah tidak dielus-elus." Jongin tertawa kecil melihat Sehun yang mengerang dan mengerutkan dahinya begitu tangan mungil Jongin tidak lagi membelai rambutnya.

"Bibi, apakah spageti-nya masih bisa dimakan?"

"Bisa kok, jangan khawatir."

"Benarkah? Rasanya tidak aneh Bi?"

"Tentu saja tidak. Coba ini Jongin cicipi."

"Hm, iya masih enak!"

"Nah, sekarang Jongin duduk saja bersama Sehun. Biar Bibi antarkan nanti spageti-nya kesana."

"Baik Bi, terima kasih." Jongin terssenyum lebar dan meninggalkan dapur menuju teras belakang rumah besar Sehun. Disana ada meja berhiaskan bunga dan sebuah lilin aroma terapi. Jongin berjalan malu-malu kearah Sehun yang sudah duduk disalah satu dari dua kursi yang disediakan.

"Uhm, Sehun sudah bisa makan?"

"Tentu thaja bitha!" Sehun menjawab riang dan berusaha tersenyum lebar, tapi bibirnya masih nyeri.

"Tapi cookies kan—"

"Pokoknya Thehun mau makan cookieth buatan Jongin!"

"Baiklah, tapi pelan-pelan ya."

"Hum!" Sehun mengangguk riang. Keduanya memang sedang mengadakan 'dinner romantis' atau bisa lebih disebut makan sore karena saat ini masih jam enam sore. Matahari saja belum sepenuhnya terbenam, masih ada semburat orange yang menghiasi langit dan hal itu malah menambah keromantisan pasangan kecil ini.

Satu jam yang lalu, Sehun baru bangun dari tidur siangnya yang sangat lelap karena pengaruh obat. Jongin juga ikut tertidur dengan tangan masih menyentuh kepala Sehun. Begitu keduanya terbangun, Jongin langsung teringat dengan spageti yang ia buat. Melihat Jongin yang matanya berkaca-kaca, ibu Sehun langsung menenangkan Jongin dan membantu Jongin menyelamatkan spageti-nya.

Sore itu juga, Jongin diberi kejutan yang sangat manis oleh Sehun yang dibantu keluarganya. Diteras belakang rumah Sehun, mereka menyiapkan sebuah makan malam yang menurut Sehun dan Jongin sudah sangat romantis. Meja teras yang ada disana diberi taplak meja yang cantik dan diberi hiasan vas berisi bunga juga sebuah lilin yang beraroma segar.

Baekhyun dan Chanyeol berperan menjadi pelayan sementara Sehun berdiri canggung disamping meja yang digunakan untuk dinner dengan mata bersinar-sinar dan pipi yang memerah karena malu. Jongin sampai tidak bisa berkata-kata melihat kejutan yang disiapkan Sehun untuknya, ternyata Sehun peduli dengannya dan tidak melupakan perayaan hari Valentine mereka. Jongin begitu senang bisa makan malam seperti yang biasa orang-orang dewasa lakukan. Dengan bunga, dengan lilin dan suasana yang romantis.

"Sehun, Jongin punya hadiah lagi untuk Sehun." Jongin menggenggam surat yang tadi ia tulis dengan gugup.

"Eh? Hadiah lagi?"

"Iya, hanya hadiah kecil kok.." Jongin menyodorkan sebuah amplop kearah Sehun. Dengan penuh rasa penasaran Sehun menerima surat yang diberikan Jongin dan segera membacanya. Jongin terus menunduk sementara Sehun membaca suratnya. Tangan Jongin meremas kemejanya gelisah.

"Jongin?"

"Hm?"

"Thehun thuka thekali dengan themua hadiah dari Jongin." Sehun berkata dengan senyum kecil. "Thehun juga minta maaf kemarin berkelahi padahal Thehun thelalu berjanji untuk tidak berkelahi lagi. Thehun sampai rumah kemarin langsung dimarahi oleh mama karena berkelahi dan malamnya Thehun langthung thakit." Sehun menjelaskan.

Jongin mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Thehun juga kangen Jongin tapi mama tidak membolehkan Thehun ke rumah Jongin karena thakitnya parah sekali tadi pagi."

"Iya, tidak apa-apa kok. Jongin sudah memaafkan Sehun kok dari tadi pagi, Monggu yang bilang kalau Jongin tidak boleh marah lama-lama pada Sehun."

"Monggu?"

"Iya, dia bilang begitu pada Jongin.

"Woah, Monggu baik thekali!"

"Makanya jangan sering mengomeli Monggu." Jongin mencibirkan bibirnya. Sehun hanya meringis mendengar ucapan Jongin barusan. Sehun memang sering kesal pada Monggu karena kadang-kadang Monggu bisa mengambil seluruh perhatian Jongin yang seharusnya hanya untuknya.

"Oh iya! Kata Chanyeol Hyung, kalau hanya menerima cokelat pemberian orang lain dihari Valentine, kita masih bisa menikah kok! Jadi tidak apa-apa kalau kita menerima cokelat pemberian orang lain!"

"Benarkah?!" Jongin terlihat langsung bersemangat mendengar ucapan Sehun.

"Iya!"

Dari kejauhan, Chanyeol dan Baekhyun yang bisa mendengar pembicaraan dua anak kecil itu hanya meringis. Baekhyun berkali-kali menatap Chanyeol dengan tatapan tajam yang membuat Chanyeol langsung memasang wajah memelas.

"Dasar kau kakak yang bodoh!"

"Aku sudah minta maaf jutaan kali Baek."

"Gara-gara kau adikmu jadi babak belur!"

"Jangan dimarahi lagi, aku sudah dimarahi mama dan papaku semalaman."

"Kau memang pantas untuk dimarahi!"

"Iya, iya, aku minta maaf." Chanyeol menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Chanyeol yang menyebabkan Sehun babak belur? Memangnya apa mungkin Chanyeol menghajar Sehun? Adik kecilnya yang sangat ia sayangi? Chanyeol memang secara tidak langsung menjadi penyebab adiknya berkelahi kemarin.

Beberapa hari yang lalu, ketika Sehun dan Jongin sedang begitu bersemangat menyambut hari Valentine, Chanyeol mengerjai keduanya. Chanyeol berkata jika mereka menerima cokelat apalagi memakan pemberian orang lain, maka mereka harus menikah. Sehun dan Jongin sontak langsung percaya dan berjanji tidak akan menerima cokelat pemberian siapapun selain dari masing-masing.

Ucapan Chanyeol ini menjadi akar pertengkaran Sehun dan Jongin kemarin. Dan sesampainya Sehun dirumah kemarin sore, penghuni rumah keluarga Oh langsung dikagetkan dengan bibir Sehun yang membiru. Dengan polosnya Sehun menceritakan seluruh kejadian dan Chanyeol langsung dimarahi habis-habisan. Akhirnya, Chanyeol pun mengatakan pada Sehun jika menerima cokelat tidak apa-apa asalkan jangan memakannya.

Sehun yang sakit menyebabkan ia tidak bisa segera memperbaiki hubungannya dengan Jongin. Untung saja Baekhyun dan Chanyeol bersedia membantu Sehun untuk berbaikan dengan Jongin. Tapi ternyata Jongin sudah datang terlebih dahulu, menjadi lebih mudah bagi Chanyeol dan Baekhyun untuk membantu pasangan kecil itu merayakan Valentine.

Tidak berapa lama kemudian, ibu Sehun datang membawakan spageti yang dibuat Sehun dengan piring Mickey dan garpu yang berhiaskan Mickey juga. Sehun dan Jongin segera memulai makan malam mereka. Jongin berkali-kali membantu Sehun yang masih kesulitan makan dengan bibir bengkak. Chanyeol dan Baekhyun serta anggota keluarga Oh menonton dua anak kecil itu dari dalam ruang tengah yang berhubungan langsung dengan teras belakang.

Mereka semua menatap gemas Sehun dan Jongin yang menurut mereka pasangan kecil yang sangat manis. Keduanya tidak tahan saling berjauhan atau saling mendiamkan. Menonton pasangan ini makan malam lebih menarik dari pada merayakan Valentine dengan pasangan masing-masih. Alhasil, malam itu yang merayakan Valentine hanyalah Sehun dan Jongin saja. Chanyeol dan Baekhyun serta pasangan suami istri Oh hanya mengobrol di ruang tengah sambil menonton Sehun dan Jongin yang begitu mesra.

"Jongin tidak thakit tapi makan mathih kotor semua." Sehun mengelap bibir Jongin untuk kesekian kalinya sore itu.

"Hehehe, habis spageti-nya panjang sekali. Susah dimakan." Jongin menyentuh bibirnya yang baru saja dilap Sehun. Pipinya merah sekali sepanjang makan malam. Jantungnya terus berdebar-debar dan bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum.

"Jongin manith thekali kalau terthenyum."

"Uh, Se-sehun juga tampan kalau tersenyum."

"Thehun thedang jelek hari ini. Lihat ini bibir Thehun bengkak theperti ikan."

"Sehun tetap tampan kok."

"Benarkah? Lebih tampan dari Chanyeol Hyung?"

"Sehun selalu lebih tampan dari Chanyeol Hyung." Jongin menjawab malu-malu. Sehun langsung berdiri dari kursinya dan mendekati Jongin.

Cup!

"Jongin juga thelalu yang paling manith dan paling cantik." Sehun mengecup bibir Jongin pelan. Pipi Jongin yang sudah merah menjadi semakin merah. Di ruang tengah sana, empat orang dewasa yang sedari tadi tidak melepaskan pandangan mereka dari teras belakang, bersorak riuh melihat kecupan Sehun pada Jongin.

Bagi mereka, Valentine tahun ini adalah Valentine paling manis karena pasangan ini membuat hari ini menjadi terasa begitu romantis.

The End

Huehehe.

Author lagi males ngelanjutin seri yang lain nih huhu.

Bukan males sih, cuma lagi engga ada ide wkwk.

Semoga suka ya sama one shot yang ini, bikinnya dari tengah malem baru jadi pagi-pagi begini. Kalau hasilnya sedikit kurang memuaskan, Author mohon maaf soalnya ngetik sambil setengah sadar tapi dikepala idenya mengalir..

Maaf tadi kehapus yaampun, padahal cuma mau benerin typo. Maafkan Author yang sedikit kampungan ya :(

Sempet baca tadi ada yang review kalo mereka pacaran terlalu dewasa hehe

Emang sedikit terlalu dewasa sih, tapi melihat realita anak kelas tiga SD yang udah banyak pacar-pacaran jadi…gapapa ya? Wkwkwk

Apalagi anak jaman sekarang udah pinter-pinter, ngerti banyak cinta-cintaan #alesan

Yang penting Sehun dan Jongin masih cute dan innocent, kan pacarannya dijagain sama mommy, daddy dan kakak-kakak.

Jangan lupa tinggalkan review, kritik dan saran^^

Selamat hari Senin ya hihi, dipuasin males-malesan sambil baca ff seharian wkwk