Wonderland

Naruto © Masashi Kishimoto

( Tidak ada keuntungan materi apapun dalam pembuatan karya ini. Fanfiction ini dibuat hanya untuk hiburan semata)

( Selamat datang di Wonderland!

Mari cicipi kue yang manis dan maukah Anda melihat kisah dibalik taburan tepung dan percikan kopi? )

Sakura mengintip dari balik tirai putih yang menjadi penghalang antara pintu dapur dengan meja bar yang menjadi tempat para tamu memesan minuman. Mata hijaunya menatap kagum semua hal-hal ajaib yang tentunya tak masuk akal di depannya. Ia seperti tengah menonton film yang sering diputar di pusat kota dengan layar lebar setiap natal tiba. Film yang diperuntukan untuk anak-anak yang menceritakan berbagai dongeng penuh keajaiban.

"Ah! kodok-kodok itu menari sambil membawa tongkat! Hihi" Sasori melirik heran teman merah mudanya yang terlihat sangat menikmati hal-hal gila yang sedang mereka alami. Sementara dirinya hanya bisa terduduk di kursi kayu usang dengan tangan terikat kebelakang yang entah diikat dengan apa karena ikatan tersebut menghamburkan cahaya keemasan.

Beberapa detik kemudian semua lampu di ruangan tersebut padam. Sakura bergerak mendekati Sasori, beringsut mencengkram bahu pemuda itu—ketakutan. Yang terjadi selanjutnya adalah ikatan Sasori yang terlepas, pemuda itu langsung menarik Sakura ke dalam pelukannya sembari mengedarkan pandangan guna berjaga-jaga.

"Sasori, aku takut" Sakura semakin menenggelamkan wajahnya di dada pemuda berambut merah tersebut.

"Kemana gadis bodoh yang tertawa dengan santainya menikmati hal-hal gila tadi hm? Kenapa kau sekarang jadi takut begini?"

Satu pukulan kecil mendarat di dada Sasori yang membuat laki-laki itu mengaduh kemudian terkekeh. "Tenanglah," Sasori berbisik, mencoba menenangkan gadis di dalam pelukannya itu meski dirinya sendiri jauh dari kata tenang.

Semua lampu tiba-tiba menyala seisi dapur yang telah bersih dengan peralatan yang tertata rapi dan mengkilat tentunya. Suara musik yang mengalun mengiringi makhluk—makhluk ajaib itu berdansa juga telah berhenti. Begitu pula dengan riuh tawa atau obrolan yang menguar diantara pengunjung tempat ini. Semuanya mendadak senyap seperti hanya mereka berdualah penghuni rumah berlantai kayu tersebut.

"Good evening ladies and gentleman! Are you ready for tonight?!" Perhatian Sakura dan Sasori tersita pada keriuhan yang tiba-tiba kembali muncul. Keduanya dengan ragu menyibak tirai putih tersebut guna melihat apa yang sebenarnya sedang terjadi. Kedua pasang mata berbeda warna itu membulat takjub dengan apa yang mereka lihat. Tidak ada lagi penampakan café sederhana dengan alunan musik klasik yang mengajak untuk berdansa. Semuanya berubah menjadi pelataran dengan tempat duduk yang melingkar yang telah ditempati pengunjung. Suara jentikan jari terdengar. Baik Sasori maupun Sakura memekik pelan ketika tubuh mereka melayang kemudian terayun oleh cahaya kebiruan yang memencar kemudian menghilang ketika tubuh mereka terduduk di dua kursi—atau tepatnya jamur raksasa. Mereka bisa melihat pohon maple besar dengan daun-daun kecoklatan namun bersinar seperti menyatu dengan jutaan bintang di atasnya.

Seorang gadis cantik tiba-tiba muncul dan duduk di tempat kosong di sebelah Sakura, meninggalkan debu-debu keunguan yang tercurah jatuh kemudian menghilang. Sakura mengerjap takjub melihat penampilan gadis di sebelahnya. Rambutnya pirang diikat satu mengembang. Ia mengenakan gaun cantik berwarna ungu yang sepertinya terbuat dari kelopak bunga—Sakura tidak tahu apa nama bunga itu. Telinganya agak runcing dan mata gadis itu berwarna kebiruan. Pipinya merona kemerahan dan di belakang punggungnya terdapat sayap yang anggun. Sakura menerka-nerka apakah ini penampakan peri yang sebenarnya tapi peri-peri yang dibacanya di buku-buku dongeng selalu berukuran kecil.

Merasa diperhatikan, gadis bersayap itu membalas tatapan Sakura hingga membuat gadis merah muda itu menenggelamkan wajahnya yang meruam merah malu.

"Kau pasti baru di sini," Sakura kembali mengangkat wajahnya, ia mengangguk malu-malu. "Namaku Ino dan kau?"

"Sakura, Haruno Sakura" jawab Sakura antusias. "Apa kau seorang peri?" Ino tertawa mendengar pertanyaan Sakura. Sudah lama sekali sejak terakhir kalinya ia berbincang dengan manusia dan sudah sangat lama Ino tidak mendengar pertanyaan seperti itu.

"Iya, aku seorang peri. Ah—aku tahu pertanyaan selanjutnya yang melintas di benakmu. Kenapa ukuranku tidak seperti peri-peri di buku-buku yang dikisahkan oleh kaum manusia 'kan?"

Sakura menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga ketika pikirannya bisa ditebak oleh peri cantik berambut pirang tersebut.

"Hanya pada malam hari dan di tempat ini, kami semua bisa berubah mendekati wujud manusia. Mau kuceritakan sesuatu?" Sakura mengangguk semangat sedangkan Sasori di sebelahnya melirik heran Sakura yang sudah dengan akrabnya berbincang dengan makhluk aneh yang baru gadis itu temui. Perhatian Sasori kembali menuju ke depan, memperhatikan pertunjukan musik yang pelayan-pelayan berjas hitam itu persembahkan. Ah—Utakata atau siapalah itu bermain biola, Sasori membatin.

"Tempat ini adalah tempat hiburan bagi kami. Peri Marry—peri paling agung membuat tempat ini khusus agar semua ras bisa berbaur tanpa membenci satu sama lain. Dan di kesempatan yang langka, Peri Marry akan mengundang manusia untuk ikut berbaur bersama kami. Kalian akan bekerja di Wonderland untuk membantu mereka," Ino menunjuk pelayan-pelayan tampan yang sedang berbaris membungkuk kepada penonton yang disambut riuh tepuk tangan.

Kemudian musik kembali terdengar, satu per satu pelayan-pelayan tampan itu bermunculan lagi. "Ah! dia!" tanpa sadar Sakura sedikit memekik ketika melihat pemuda berambut kebiruan yang berjalan ke tengah dengan disoroti cahaya.

"Itu Sasuke. Dia koki sekaligus pencerita paling digemari di sini!" Sakura bisa melihat ekspresi memuja dari wajah Ino yang seketika berubah kemerahan. "Dia akan memulai ceritanya—cerita tentang dunia manusia, tempat kalian tinggal" lanjut Ino.

Sebenarnya Sakura masih penasaran dengan kelanjutan cerita Ino mengenai tempat ini tapi segala perhatiannya telah tertuju pada Sasuke yang telah memulai ceritanya dengan menampilkan visual yang begitu nyata menggunakan debu-debu kebiruan di sekitarnya, dan Sakura mengenali tempat yang tergambar begitu nyata oleh debu-debu biru tersebut—desanya, tempat tinggalnya dengan Sasori.

"This story is about wonderful place where mysterious souls live" Sasuke membuka ceritanya dengan nada tenang yang dalam, seketika pelataran menjadi senyap. "That mysterious souls is called human,"

Sakura dibuat mematung dengan pemandangan menabjubkan yang dilihatnya. Bukan visualisasi indah dari debu-debu ajaib yang menyita perhatian dari setiap eksistensi pengunjung di sini, tetapi laki-laki pencerita itu. Sakura merasa sosok itu begitu mengagumkan, ketika ia melempar debu-debu biru dan membentuknya secara ajaib menjadi sebuah visualisasi dramatis yang nyata.

"Dahulu, bertahun-tahun sebelum manusia mengenal mesin bergerak atau kotak dengan antena tegak yang menampilkan gambar-gambar, hidup sepasang suami-istri yang bekerja sebagai pengembala,"

Sakura bisa melihat debu-debu ajaib itu berpedar kemudian membentuk sosok perempuan dan laki-laki beserta seekor domba berbulu lebat. Sasuke berjalan ke sisi sebelah kiri, membiarkan visualisasi ajaibnya berada di tengah-tengah hingga bisa dilihat lebih jelas oleh seluruh pengunjung.

"Mereka hidup dengan bahagia meski hanya memiliki seekor domba," Tiba-tiba segala yang terlihat damai berubah menyedihkan ketika sosok perempuan dalam cerita hanya bisa terbaring di tempat tidur. Sasuke melanjutkan ceritanya, semakin menyita perhatian penonton dengan pilihan-pilihan kata berintonasi rendah menenangkan seperti dongeng pengantar tidur.

"Tidak ada pilihan lain untuk sang pengembala, ia harus merelakan domba yang menjadi satu-satunya harta miliknya untuk dijual demi membeli obat untuk sang istri,"

Sasori menguap bosan, ia sudah bisa menebak akhir dari cerita seperti ini dan dirinya sungguh heran bagaimana bisa semua makhluk di sini tertarik dengan cerita membosankan begitu, termasuk teman merah mudanya ini.

"Aku bisa menebak setelah ini pengembala itu bukannya membeli obat untuk istrinya tapi malah bersenang-senang dengan uang hasil menjual dombanya," ucap Sasori sembari melipat tangan di depan dada. Dan sesuai dengan tebakan Sasori, cerita itu berlanjut seperti yang pemuda berambut merah itu katakan. "Hah, benar 'kan? Aku sudah mendengar cerita seperti ini ratusan kali dari Ibu,"

Sakura melirik tajam Sasori dari sudut matanya kemudian menyikut keras pinggang pemuda itu hingga meringis. "Diam dan jangan merusak suasana!" hardiknya yang membuat Sasori hanya mampu menghela napas kemudian kembali memperhatikan pertunjukan dengan terpaksa.

"Pengembala itu bersenang-senang sampai pada titik dimana semua uang yang dimilikinya habis—hilang menguar seperti asap," Sasuke kembali menggerakan tangannya menaburkan lebih banyak debu kebiruan "Ia kembali ke rumah kecilnya dengan rasa malu serta bersalah, takut-takut untuk menerima reaksi kebencian dari wanita yang ia tinggalkan untuk bersenang-senang,"

"—namun, sebelum ia benar-benar pulang, selembar tiket keemas jatuh di depannya" Sasori memperbaiki posisi duduknya, ia mulai penasaran dengan bagian selanjutnya. "Sebuah tiket yang membukakan pintu menuju dunia yang berbeda dengan dunia tempat tinggalnya,"

"Pengembala itu mendapatkan kesempatan seribu tahun sekali, bekerja di Wonderland dengan bayaran kehidupan abadi,"

"—tanpa pikir panjang, pengembala itu menerima tawaran peri agung, bekerja di Wonderland hingga batas waktu yang telah di tentukan" Sakura melirik ke arah Sasori yang ternyata juga menyimak cerita tersebut dengan seksama, kemudian ia tersenyum.

"Di penghujung masa kerjanya, Peri Marry datang, memberikan satu botol ramuan untuk si pengembala agar dapat hidup abadi sesuai permintaanya namun pengembala itu harus melupakan semua tentang dunia ajaib yang telah ia lihat,"

"Pengembala itu pulang, membawa ramuan ajaib milik Peri Marry untuk diberikan kepada istrinya namun yang didapatinya hanyalah gubuk tua kosong tanpa seorangpun ada di sana," Suara dentuman musik pengiring mengagetkan para penonton sebelum konsentrasi mereka kembali pada Sasuke yang berjalan ke tengah-tengah.

"Ada yang mengatakan bahwa pengembala itu meminum setengah dari ramuan Peri Marry dan berkelana untuk mencari istrinya yang hilang dengan sebagian ingatan tentang Wonderland yang perlahan-lahan memudar," Sasuke meletakan telunjuknya di depan bibir sebelum melanjutkan ceritanya " Namun, ada pula yang mengatakan bahwa pengembala itu berhasil hidup abadi tanpa melupakan sedikitpun tentang Wonderland. Terus terbelengu rasa bersalahnya hingga musim berganti musim dan tahun berganti tahun,"

Cahaya disekitar mereka tiba-tiba menjadi lebih terang. "Perasaan manusia bisa berubah dengan sangat cepat, begitu tak menentu hingga sulit untuk ditebak. Mereka bisa mencintai begitu dalam namun didetik berikutnya bisa mengabaikan dengan begitu kejam. Hati manusia begitu rumit, begitu misterius namun menarik,"

Seorang pria menutup ceritanya yang disambut dengan tepuk tangan yang meriah dari para penonton. Pria dengan tudung hitam itu melepas tudungnya, hingga menampilkan rambut keabuan dengan sebagian wajah yang ditutupi oleh kain hitam. Seorang anak kecil menghampirinya, dengan satu uang koin sebagai bayaran.

"Tuan Pencerita, apa Wonderland itu benar-benar ada?"

Pria yang dipanggil Tuan Pencerita itu menyamakan tinggi badannya dengan anak kecil tersebut kemudian tersenyum. "Ya, tempat itu benar-benar ada"

"Apa Tuan pernah bermain ke sana?"

Pria itu tertawa kecil kemudian kedua matanya kembali melengkung membentuk senyuman "Ya, dulu.. dulu sekali,"

Bersambung.