Chapter 1 - Accident (Chanbaek)
Suara pukulan – pukulan itu tak ada henti – hentinya mengingat sang pemukul memiliki amarah yang begitu memuncak ketika ia melihat wajah orang – orang pengecut yang mencari masalah padanya.
"Baekhyun-ah, hentikan." Mohon pria tinggi itu tanpa di dengar oleh pria yang masih saja memukul wajah lawannya tanpa ampun. Dia Chanyeol – pria yang hanya bisa berdiam diri melihat pria bernama Baekhyun itu sedang memukul wajah lawannya tanpa ampun.
Merasa sudah cukup melampui batas Chanyeol menarik tubuh Baekhyun yang lebih kecil dari tubuhnya untuk menghadap padanya. Chanyeol meringis ketika melihat banyak luka di wajahnya. "Sudahlah." Mohonnya – lagi dengan suara lirih. Selain mengkhawatirkan kondisi Baekhyun, ia juga mengkhawatirkan lawan Baekhyun yang sudah sekarat tergeletak di tanah.
Baekhyun memasang wajah datarnya ketika Chanyeol mengucapkannya. Pandangannya teralih pada 4 orang lawannya yang telah terkapar dengan darah yang berceceran di sekitar mereka. "Jangan buat masalah denganku, Brengsek!" Teriaknya penuh dengan kebencian pada mereka kemudian ia meludah darah ke tanah. Badan kecilnya ia tarik untuk berjalan sendiri meninggalkan gedung tua tempatnya tadi berkelahi. Di belakangnya Chanyeol mengikuti gerak langkah Baekhyun yang berjalan terseok – seok.
Langkah Baekhyun terhenti ketika melihat Chanyeol di hadapannya sedang memasang posisi berjongkok. "Naik ke punggungku, Baek." Merasa tak ada respon dari Baekhyun, Chanyeol menolehkan kepalanya ke arah Baekhyun yang berdiam diri di tempatnya.
Baekhyun yang melihat adegan sok pahlawan Chanyeol hanya berdecih kemudian membuang wajahnya. "Hentikan, Chanyeol." Lirihnya. Namun seperti tidak mendengar penolakan Chanyeol tetap menarik tangan Baekhyun hingga melingkar di lehernya dan dengan mudah menaiki tubuh kecil Baekhyun.
"Ku bilang hentikan, bodoh. Kau membuatku malu." Mendengar itu Chanyeol tersenyum kecil ia tetap melanjutkan jalannya seraya menggendong Baekhyun di puggungnya.
"Ya Baek. Terima kasih kembali."
.
.
AdillAdill
Present
- What If -
Byun Baekhyun
Park Chanyeol
Xi Luhan
Oh Sehun
YAOI, SHOUNEN – AI, BOYS LOVE, BOYXBOY
Romance, Family, M-Preg
Cerita ini murni punya saya. Dilarang plagiat/copas tanpa izin.
Tolong hargai saya.
.
.
Byun Baekhyun seorang yang sangat menyukai perkelahian. Park Chanyeol si pelayan setia Baekhyun. Di kehidupan lainnya terdapat Xi Luhan si korban Bullying dan Oh Sehun yang sangat menyukai membully Luhan. Dan sebuah kejadian yang tak pernah di duga oleh mereka.
.
.
Setelah sampai di rumah besar milik Baekhyun. Chanyeol menurunkan tubuh Baekhyun di atas kasur miliknya. Baekhyun ingin bangkit namun pergerakannya di tahan oleh Chanyeol. "Aku akan menyembuhkan lukamu dulu, Baek. Jangan kemana – mana." Ujar Chanyeol yang di balas dengusan oleh Baekhyun. "Memangnya aku mau kemana? Aku hanya ingin membuka sepatuku, Park." Chanyeol terkekeh kecil mengusap poni Baekhyun dengan gemas kemudian berjalan keluar kamar Baekhyun untuk mengambil perlengkapan untuk mengobati luka Baekhyun.
Dengan cekatan Baekhyun melepaskan sepatunya dan juga kaos kakinya. Ia pun melepaskan blazer seragam sekolahnya karena merasa gerah padahal pendingin ruangan itu selalu aktif kapan pun di kamarnya.
Chanyeol kembali dengan kotak P3K dan juga wadah berisi air dingin lengkap di dalamnya ada beberapa bongkahan kecil es batu tak lupa sapu tangan yang ia letakan di pinggir wadah berwana bening itu.
Chanyeol meletakkan peralatannya di atas meja nakas, ia pun duduk di sisi ranjang Baekhyun kemudian ia pun meringis melihat luka Baekhyun di wajahnya. "Mereka memukulmu begitu keras, Baekhyun-ah." Kata Chanyeol, ia mengambil sapu tangan itu yang sebelumnya ia celupkan ke dalam air dingin itu. Chanyeol mulai membersihkan luka Baekhyun yang berada di sudut mata kanannya. Baekhyun memejamkan matanya spontan dan juga meringis pelan menahan rasa perih. Chanyeol mengambil salep di kotak P3k dan memberikan sedikit krim berwarna bening itu di sudut mata Baekhyun. Jujur saja, Chanyeol tak tahan melihat Baekhyun seperti ini. Ia ingin sekali melindungi Baekhyun namun Baekhyun itu sangat keras kepala dan sangat melarang Chanyeol untuk ikut campur untuk urusan berkelahi.
Baekhyun membuka matanya ketika rasa dingin dari krim itu mulai bekerja. Pertama yang ia lihat adalah mata Chanyeol yang menatapnya dengan tatapan teduh. Ia tahu jika saat ini Chanyeol sedang mengasihaninya tapi Baekhyun paling anti dengan hal seperti itu.
"Hentikan, Baekhyun-ah." Lirih Chanyeol di depan wajah Baekhyun. Entah ini sudah yang berapa kali Chanyeol mengatakan hal ini. Baekhyun menghelakan napasnya kasar kemudian mata sipit itu menatap datar Chanyeol.
"Jika kau sudah selesai lebih baik keluar." Ujarnya tanpa intonasi yang menandakan ia sedang marah atau pun kesal. Chanyeol mendesah pasrah kemudian ia mengambil kembali sapu tangan itu kemudian membersihkan kembali luka – luka Baekhyun di wajahnya. Mulai dari di pelipisnya, pipinya hingga di sudut bibirnya yang terlihat sobek. Mengalah – yeah Chanyeol selalu mengalah pada Baekhyun itu lah satu – satunya cara agar hubungan mereka tetap baik sampai saat ini.
Kecanggungan melingkupi mereka. Seperti biasa, jika Chanyeol sudah mengatakan hal – hal berbau untuk menghentikan sikap Baekhyun yang sangat brutal itu maka Baekhyun menjadi kehilangan moodnya.
Setelah menyelesaikan luka di wajah Baekhyun kemudian tangan besar Chanyeol meraih kedua tangan Baekhyun yang jika tidak ada luka yang mengerikan ini akan terlihat seperti tangan wanita, begitu lentik. Baekhyun adalah salah satu orang kidal maka jangan heran jika kedua tangannya terluka.
"Kau memukul mereka terlalu keras, Baek. Tanganmu juga yang terluka." Lirih Chanyeol yang mulai membersihkan luka di tangan Baekhyun. Tanpa menyahuti komentar Chanyeol mata sipit itu terus saja menatap Chanyeol yang dengan telaten membersihkan lukanya.
Suara ketukan pintu mengintrupsi kegiatan Chanyeol yang sedang membersihkan luka Baekhyun. Sang pemilik kamar pun berteriak untuk menyuruhnya masuk. Suara decitan pintu terbuka pun terdengar, terlihat seorang wanita paruh baya membawa nampan di atasnya ada piring berisi makanan dan juga gelas berisi air putih. Makan malam untuk Baekhyun karena Baekhyun lebih suka makan malam dikamarnya dari pada di meja makan.
"Astaga! Tuan muda! Apa yang terjadi?" Tanya wanita paruh baya itu dengan nada yang begitu panik. Chanyeol menerima nampan yang berisi makan malam Baekhyun. "Ibu tenang saja. Aku sedang mengobati lukanya." Ujar Chanyeol pada Ibunya namun Ibunya memberikan tatapan tajam pada anak laki – laki semata wayangnya.
"Nanti kita bicara Chanyeol-ah." Kata Ibu Chanyeol kemudian wanita paruh baya itu membungkuk pada Baekhyun yang notaben adalah anak dari orang yang menggajinya.
Chanyeol menghembuskan napasnya pelan. "Ibuku pasti akan mengomel lagi." Gumam Chanyeol bangkit untuk menaruh makan malam Baekhyun di atas meja belajarnya. Baekhyun yang merasa sedikit bersalah pun hanya mengatakan maaf karena setiap Ibu Chanyeol melihat luka pada wajah Baekhyun atau seperti pada saat tadi maka Chanyeol akan di ceramahi sepanjang malam oleh Ibunya. Baekhyun pernah sekali tak sengaja mencuri pendengaran ketika melewati kamar Chanyeol bersama Ibunya. Pelayan setia di keluarganya itu tak segan memukul – mukul tubuh Chanyeol karena tak becus menjaga Tuan Mudanya.
"Tak apa, Baekhyun. Toh ini salahku juga karena tak becus menjagamu." Ia tersenyum mengatakan itu pada Baekhyun. Chanyeol kembali pada luka di kedua tangan Baekhyun. Ya bagaimana pun ia adalah pelayan yang tak becus menjaga Tuannya hingga terluka separah ini, seharusnya ia bisa menahan amarah Baekhyun atau tidak biar dia seorang diri saja yang memukul lawannya Baekhyun namun Baekhyun melakukan itu pun bukan tanpa alasan. Baekhyun bilang ia hanya ingin melampiaskan amarahnya saja. Chanyeol hanya bisa tersenyum miris memaklumi jika Baekhyun hanya seseorang anak yang kehilangan perhatian orang tuanya.
"Sehabis ini aku ingin mandi." Ujar Baekhyun dengan pelan. Chanyeol mendongkakkan kepalanya menatap Baekhyun kemudian ia menggangguk. "Baiklah, nanti akan kusiapkan semuanya setelah membereskan ini."
Sehabis memberikan krim pada tangan Baekhyun dan tak lupa menutup luka di tangan Baekhyun dengan kain kasa, Chanyeol beranjak untuk membereskan kotak P3K dan juga wadah itu untuk di taruh ke bawah. Melihat kepergian Chanyeol, Baekhyun hanya bisa menatap sendu punggung lebar yang telah menghilang dari balik pintu itu. "Maafkan aku." Bisiknya seperti angin berlalu.
Chanyeol kembali ke kamar Baekhyun, tubuh tinggi yang masih terbalut seragam sekolah lengkap itu langsung melesat ke dalam kamar mandi dan membuka kran air hangat pada bathub. Tak lupa ia menyiapkan bathrobe dan menaruhnya di samping washbashin. Sudah tugasnya untuk melayani Baekhyun bahkan ketika saat seperti ini Chanyeol akan membantu Baekhyun membukakan pakaiannya karena kedua tangan Baekhyun yang seperti mati rasa akibat lukanya.
Setelah bertelanjang tanpa ada rasa malu sedikitpun di hadapan Chanyeol, Baekhyun memasukkan dirinya ke dalam Bathub yang telah terisi air hangat yang telah tercampur oleh aromatherapy dengan wangi apel – kesukaan Baekhyun. Chanyeol mengambil shower dan membantu menyiram surai coklat milik Baekhyun.
Baekhyun hanya cukup menutup matanya dan menikmati pekerjaan yang sudah biasa Chanyeol lakukan. Chanyeol mengambil shampoo favorit Baekhyun dan menuangkan sedikit pada rambutnya kemudian tanganya melakukan kegiatan memijat – mijat kepala Baekhyun berharap Baekhyun bisa merasakan rileks.
"Jangan memikirkan apapun ketika aku memijatmu, Baek." Ujar Chanyeol seperti biasa dan di balas deheman oleh Baekhyun. Baekhyun mengkosongkan pikirannya mengikuti intruksi Chanyeol sementara. "Aku tak ingin berlama – lama, Chan." Gumam Baekhyun yang dapat terdengar oleh Chanyeol maka pria tinggi itu menghentikan aktifitasnya kemudian meraih shower yang tadi ia letakan di pinggir bathub.
"Pejamkan matamu, Baek." Tanpa perintah dua kali Baekhyun memejamkan matanya kemudian Chanyeol mulai mengeluarkan air dari shower setelah beres dengan cekatan Chanyeol mengambil spons untuk menggosok punggung Baekhyun yang tak lupa sudah ia beri beberapa tetes sabun cair sehingga mengeluarkan busa.
Ia mulai menggosok dari atas leher hingga ujung kaki Baekhyun. Majikannya itu tak masalah sama sekali apa yang dilakukan Chanyeol. Membuat terangsang? Tentu saja, ya namun itu semua dengan cepat menghilang mengingat jika ia masih memiliki akal sehat.
Jangan katakan jika Chanyeol tidak tertarik pada tubuh telanjang Baekhyun bahkan Chanyeol selalu menenangkan adiknya setelah memandikan Baekhyun. Chanyeol masih mempunyai akal sehat untuk tidak melakukan hal – hal yang tak senonoh pada majikannya.
Setelah acara mandi selesai, Chanyeol memakaikan Bathrobe pada Baekhyun dan mengantarkan Baekhyun sampai mendudukan di sisi ranjangnya. Tangan besarnya kini bertugas untuk mengeringkan rambut basah Baekhyun menggunakan hair dryer.
Chanyeol mematikan alat itu ketika rambut Baekhyun telah mengering sempurna. Langkah kakinya berjalan menuju almari yang besar untuk mengambil piyama Baekhyun. Dan dengan cekatan Chanyeol memakaikannya pada Baekhyun. Setelah semuanya telah selesai, Chanyeol mengambil makan malam Baekhyun yang sedari tadi berada di atas meja belajar Baekhyun.
Tanpa banyak mengatakan apapun Chanyeol mulai menyuapi nasi berserta lauknya pada Baekhyun karena ia tahu tangan Baekhyun belum sanggup untuk menyuapi dirinya sendiri. Baekhyun pun menurut membukakan mulutnya ketika Chanyeol mulai menyuapinya namun pada suapan ke empat Baekhyun tidak membuka mulutnya membuat Chanyeol mengerutkan dahinya.
"Kenapa Baek?" Tanya Chanyeol namun Baekhyun hanya diam dan menatapnya dengan tatapan datar. Chanyeol melirik pada makanan yang berada di sendoknya. Tak ada makanan yang di benci Baekhyun.
"Arahkan sendok itu ke dalam mulutmu." Ujar Baekhyun dengan nada perintah dan dengan patuh Chanyeol menuruti perintah Baekhyun. Ia menguyah makanan itu, ini terasa enak kok.
Chanyeol pun kembali menyuapi Baekhyun namun Baekhyun tetap tak membuka mulutnya. "Kenapa lagi Baek? Ini enak kok. Tak ada makanan yang kau benci."
"Lakukan seperti tadi dua kali lagi."
"Baekhyun – "
"Aku tahu kau juga lapar Chan. Mari kita makan bersama, Chanyeol-ah." Baekhyun mengakhirnya dengan senyumannya yang membuat Chanyeol tertegun. Senyuman Baekhyun adalah kesukaannya yang jarang ia temui dan ia bersyukur saat ini ia bisa melihatnya. Senyuman Baekhyun sangatlah indah yang mampu membuat Chanyeol kehilangan fokusnya meskipun saat ini senyuman Baekhyun agak sedikit cacat karena luka di sudut bibirnya.
"Chanyeol-ah?" Panggil Baekhyun ketika menyadari Chanyeol terdiam, Baekhyun menahan senyumnya.
"Eh? Baek?"
"Kau melamun? Tak ingin menuruti perintahku?" Nada mengancam khas Baekhyun yang mampu membuat Chanyeol dengan terburu – buru mengikuti perintah Baekhyun. Dua suap sekaligus penuh di mulut Chanyeol. Baekhyun yang sedari tadi memperhatikan Chanyeol hanya bisa menahan tawanya melihat betapa idiotnya Chanyeol sekarang.
Selesai acara makan, Baekhyun memutuskan untuk langsung tidur. Chanyeol dengan sigap menyelimuti tubuh Baekhyun dan mengusap kepala Baekhyun. "Tidur yang nyenyak, Baek. Semoga mimpi indah."
"Kau tak ingin tidur disini?" Tanya Baekhyun yang sudah nyaman pada posisi menyamping menghadap ke arah tubuh Chanyeol berada.
"Kalau saja aku mengalami amnesia mendadak untuk menghindar dari ibuku, Baek." Chanyeol mengakhirnya dengan kekehan kecil. Ia beranjak mematikan lampu kamar Baekhyun dan menyalakan lampu tidurnya. "Selamat malam Baekhyun." Salam Chanyeol keluar kamar Baekhyun seraya membawa nampan. Sehabis ini ia akan berhadapan dengan macan betina – ibunya.
Di dalam kamarnya Baekhyun menatap langit – langit kamarnya dengan pandangan kosong. Jujur saja ia juga ingin berhenti berkelahi, berhenti mengkhawatirkan Chanyeol namun itu semua tak bisa dilakukannya karena amarah yang menumpuk di hatinya terlalu banyak. Lebih tepatnya amarah yang ia tujukan pada kedua orang tuanya yang gila akan harta – Monster harta itulah yang biasanya Baekhyun sebut.
Belum lagi ada saja yang menyulutkan emosinya ketika berada di sekolah. Bagai sebuah bensin, Baekhyun sangat mudah terpancing emosinya. Ia sangat sulit mengendalikan emosinya ketika api sekecil apapun mengenai dirinya dan hanya Chanyeol lah yang dapat meredam emosi itu walau tak seluruhnya meredam. Tak jarang Baekhyun keluar masuk kantor polisi karena kasus kekerasan dan penganiayan namun uang selalu saja dapat mempermudahkan apapun termasuk dalam hal mengeluarkan Baekhyun dengan cepat dari kantor polisi. Setidaknya Baekhyun tahu cara menghabiskan uang orang tuanya.
Baekhyun terkenal berandalan di sekolahnya. Ia sangat di segani di sekolahnya tak ada yang berani menyapanya apalagi untuk berteman dengannya karena Baekhyun sendiri yang menutup diri dari sosial dan hanya Chanyeol yang ia butuhkan.
Tak jarang juga Baekhyun terurusan dengan beberapa kelompok kejahatan di kota ini karena hampir semua korban Baekhyun mempunyai kelompok kejahatan di luar sekolah.
Tadi sore Baekhyun hampir membunuh empat orang dengan tangan kosong jika saja Chanyeol tidak menghentikan perkelahiannya dengan kakak kelasnya. Jangan salahkan Baekhyun saat ke empat kakak kelasnya hampir merenggang nyawa karena mereka duluan yang mulai memancing amarahnya. Baekhyun tak akan memukul duluan jika tidak ada yang mempercikkan api padanya.
Baekhyun sebenarnya hanya ingin ketenangan. Ia juga sebenarnya ingin menukarkan kehidupannya dengan orang lain. Ia tidak ingin memiliki banyak harta jika tidak ada kebahagiaan di dalamnya. Sejak kecil ia selalu di kucilkan karena ia adalah anak dari orang kaya, temannya hanya Chanyeol meskipun ia tahu jika beberapa teman lainnya menyuruh Chanyeol untuk menjauhinya tapi untung saja Chanyeol tak menghiraukannya dan sampai saat ini tetap bersama Baekhyun meskipun Chanyeol tidak memiliki teman sepertinya.
Park Chanyeol.
Baekhyun menyukai nama itu dan juga pemilik nama itu. Bohong jika Baekhyun tak memiliki perasaan apapun pada Chanyeol yang hampir seumur hidupnya selalu bersama. Namun Baekhyun hanya bisa memedamnya sendiri dan berusaha mengabaikan perasaannya.
.
- What If -
.
Baekhyun menatap datar tiga orang di hadapannya. Chanyeol menarik tangan Baekhyun namun sang pemilik tangan hanya menahannya tanpa ada niat menoleh pada Chanyeol. Pelayan setia Baekhyun menunjukan raut wajah sendu ketika Baekhyun lebih memilih untuk berkelahi kembali. Sehabis pulang sekolah, perjalanan pulang Baekhyun maupun Chanyeol terhenti akibat dua orang asing di tambah satu orang yang ia kenal – bahkan hampir sekarat kemarin – menghalangi jalannya. Yeah – mereka bilang hanya ingin sedikit bersenang – senang mungkin maksudnya 'Mari membalaskan dendam untuk Byun Baekhyun.'
"Oh well, jadi ini kah yang bernama Byun Baekhyun yang hebat itu? Oh astaga, sangat sulit di percaya dengan tubuh kecil begitu bisa hampir membunuh ke empat adik kesayanganku." Ujar pria yang berada di tengah dengan wajah mengejeknya. Baekhyun tak membalasnya dan sibuk menatapnya dengan tatapan datarnya namun kedua tangan di sisinya mengepal begitu kuat seolah semua emosinya sedang ia kumpulkan di dalam sana.
"Kau yakin pria dibelakangnya tak ikut campur?" Tanya pria itu pada anak laki – laki yang berseragam sama seperti Baekhyun dan Chanyeol. Anak laki – laki bername tag Daehyun itu menggeleng, wajah dengan penuh plester itu menatap mengejek ke arah Baekhyun dan juga Chanyeol. "Sialnya tidak. Tapi kalau kau mau boleh juga, hyung."
"Pengecut." Kata Baekhyun dengan wajah datarnya pada Daehyun. Baekhyun memang sengaja untuk memancing emosinya. Chanyeol merasakan perasaan yang tidak enak ketika melihat arah pandang Baekhyun dan juga lawannya seperti akan ada sesuatu yang membahayakan.
"Apa kau bilang?!" teriak Daehyun tak terima itu membuat Baekhyun menarik sebelah sudut bibirnya. Ia menyeringai ketika Daehyun sudah terpancing emosinya.
"Oh selain pengecut ternyata kau juga seorang tuna rungu. Maaf, aku tak tahu hal itu." Senyum – seringai Baekhyun semakin melebar ketika kata – kata menusuk khasnya keluar dari mulutnya.
"Brengsek!" Umpat Daehyun berlari ke arah Baekhyun dan melayangkan pukulan pada Baekhyun namun Baekhyun lebih cepat untuk menghindar karena sudah tahu gerak – gerik lawannya ketika Daehyun sudah terpancing emosinya.
"Baekhyun-ah!" Teriak Chanyeol ketika tubuh Baekhyun menghindar dari pukulan itu. Mendengar teriakan Chanyeol, Baekhyun melemparkan tas yang sedari tadi menggantung di pundaknya pada Chanyeol dan dengan tepat Chanyeol menangkap tas yang Baekhyun lemparkan.
"Tugasmu hanya menjaga tasku, Park. Dan juga diam di tempatmu seperti biasa. Ini perintah." Ujar Baekhyun seraya kembali menghindar dari pukulan lawannya yang lain. Setelah ada kesempatan yang pas, Baekhyun membalas pukulan pada Daehyun dan juga dua orang lainnya.
Chanyeol bukannya tidak bisa berkelahi tapi perintah dari Baekhyun adalah mutlak untuknya jadi yang bisa ia lakukan hanyalah berdoa agar Baekhyun tidak mengalami luka yang serius namun itu tidak bisa ia lakukan karena mata bulat Chanyeol melihat jika salah satu dari mereka mengeluarkan pisau lipat. Jadinya Chanyeol menghampiri mereka dan ikut memukuli Daehyun dan teman – temannya.
Baekhyun terkejut melihat Chanyeol masuk ke zona bahaya. "Apa yang kau lakukan disini, Bodoh?!"
"Maaf baek. Aku tidak bisa mengikuti perintahmu saat ini." Ujar Chanyeol setelahnya ia mendapatkan pukulan yang mengakibatkan sudut bibirnya sobek.
"Brengsek!" melihat itu dengan menggila Baekhyun menghajar tiga orang lawannya. Mereka boleh saja memukulnya sampai mati namun tidak dengan Chanyeol. Baekhyun tidak ingin Chanyeol ikut dalam masalah yang ia buat.
Merasa akan terkalahkan dengan Baekhyun, tanpa di ketahui Daehyun mendekatkan diri pada Baekhyun yang tengah sibuk menghajar kakak laki – lakinya dengan membabi buta kemudian –
JLEB –
Pergerakan Baekhyun terhenti di ikuti dengan Chanyeol dengan mata yang melebar sempurna melihat Daehyun menarik kembali pisau lipat yang sebelumnya tertancap di pinggang kiri Baekhyun.
"Baekhyun!" Pekik Chanyeol melihat Baekhyun yang ambruk ke tanah dan dengan cepat ia menghampiri Baekhyun. Sedangkan Daehyun dan teman – temannya lebih memilih kabur.
"Baekhyun-ah! Bertahanlah!." Ujar Chanyeol kemudian ia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi 911 agar cepat mendatangkan ambulan di sebuah gendung yang tua di dekat sekolahnya.
Kesadaran Baekhyun di ambang batas karena darah yang terus saja mengalir terbuang sia – sia dari lukanya. "Chanyeol-ah." Panggil Baekhyun dengan suara lemahnya dengan reflek Chanyeol menoleh pada Baekhyun. Ia memangku kepala Baekhyun di pahanya.
"Bertahanlah, Baekhyun-ah. Kau harus tetap sadar." Ujar Chanyeol dengan nada kelewat paniknya. Chanyeol menangkupkan wajah Baekhyun dengan raut wajah yang khawatir. Baekhyun tersenyum kemudian menggangguk.
"Maafkan aku."
"Tidak, Baek. Ini salahku – baekhyun! Sadarlah!"
Mata Chanyeol membulat ketika mata sabit itu perlahan mulai menutup matanya, ia berusaha menyadarkan Baekhyun dengan menepuk – nepukkan pipi Baekhyun namun sialnya tak ada respon sama sekali pada tubuh Baekhyun.
Maka dengan cepat Chanyeol mengangkat tubuh Baekhyun menuju keluar gedung tanpa perduli beberapa pasang mata melihat ke arahnya apalagi darah Baekhyun seolah tak ingin berhenti keluar dan mengotori pakaian Baekhyun maupun Chanyeol.
Ambulan pun tiba dengan cepat Chanyeol menaruhnya pada sebuah single bed yang berada di dalam ambulan. "Selamatkan Baekhyun, ia tertusuk di pinggang sebelah kirinya." Ujar Chanyeol pada salah seorang suster dengan nada yang begitu kalut. Suster itu mengangguk mengerti dan mengambil tindakan pertolongan pertama pada Baekhyun dengan mobil ambulan yang mulai melaju ke rumah sakit terdekat.
.
.
TBC
.
.
Review Onegaishimasu