As Fast As Wind (Bab 1)

Salju benar-benar lenyap setelah hari bersalju yang berbahaya itu. Moonkyu kecewa tak bisa main perang-perangan salju seperti yang selalu ia mainkan bersama Myungsoo dan Wonshik.

Tapi dia terlihat senang hari ini karena terus bercerita jika ia akan pergi ke Jepang untuk berlibur. Meski begitu cahaya di desa ini tidak terlalu terang seperti tempat-tempat lainnya. Minggu demi minggu terlewati dan tanpa terasa aku sudah 1 bulan berada di Jinan.

Aku mulai membaca papan pengumuman—mengenai pesta dansa musim semi. Beberapa murid berlalu lalang dan membicarakan hal yang sama. Yang paling utama adalah 'Siapa yang akan kau ajak ke pesta itu?'.

"Kau tampak tidak tertarik?"

Aku yang tengah membaca papan pengumuman pun menoleh. Mendapati sosok mungil yang tengah berdiri di sampingku dengan senyuman.

"Hallo" ia menyapaku. "Aku Baekhyun"

Oh..

Dia saudara Sehun, pikirku. Aku berusaha mengulas senyum semanis mungkin agar dia tidak mengira aku orang yang sombong.

"Kita selalu berada di kelas musik yang sama by the way" dia berkata lagi.

Aku mengangguk pelan.

"Tapi sepertinya baru kali ini aku bisa mengajakmu bicara"

Dia menyunggingkan senyumnya yang bersahabat. Wajahnya sangat manis dengan tubuh mungil itu.

"Maaf ya, Aku agak canggung di hadapan orang lain" Tukasku. "Ku dengar kau putra tuan Jung ya?"

"Begitulah..Dan kau putra dokter Kim kan?"

"Kau bisa memanggilku Jongin"

Baekhyun fokus kembali ke arah papan pengumuman. "Kau suka musim semi?" tanyanya.

Aku menoleh ke arahnya. Semua orang suka keindahan musim semi, dan ku pikir itu normal. Maksudku, ya, hampir semua orang di dunia ini mengagumi bunga-bunga yang bermekaran kan? Aku juga—sedikit.

"Tidak terlalu" kataku. "Bagaimana denganmu?"

"Aku suka semua musim, kecuali musim Panas"

"Itu adalah musim dimana kau bisa berlibur dan bersenang-senang" sahutku.

"Rasanya aku lupa kapan terakhir kali aku menikmati musim panas"

"Maksudnya?"

Namja itu tertawa kecil. "Musim dingin lebih menyenangkan"

Aku bisa bersikap antusias. Mungkin yang ia maksud adalah musim dingin dan hari natal. Dimana kau akan mendapatkan banyak kado dari orangtuamu yang menyamar menjadi santa claus. Well, Ayahku pernah seperti itu saat aku masih sangat kecil.

"Natal di musim dingin"

"Ya, aku suka itu"

"Apa kau akan datang ke pesta itu?" tanyanya.

Aku berpikir sejenak. "Tidak tahu" kataku. "Ayahku tidak terlalu suka pesta"

"Kolot sekali"

Aku tertawa kecil. "Begitulah"

"Kalungmu"

Aku pun melihat ke arah kalungku juga. "Ini dari ibuku" kataku. Seolah penting bagiku mengatakan darimana aku dapatkan kalung salib seperti ini.

"Kalung yang bagus" katanya. Alisnya nampak bertaut. Wajah pucatnya pun juga terlihat khawatir.

.

.

.

.

.

Selama ini aku hanya ingin menjadi dewasa. Dengan begitu, ayahku tidak perlu mengkhawatirkan aku dan berakhir menjadi sosok tiran yang menyebalkan. Tidak boleh begini, tidak boleh begitu. Aku paham dia seorang dokter, dan mengingat status keluarganya yang berpendidikan di masyarakat membuatku sedikit kesal. Aku harus selalu menjaga sikapku dan bertingkah pada batasnya.

Usiaku 17 tahun. Menurut ayah usia segitu masihlah anak-anak dan butuh tuntunan. Ku pikir aku sudah dewasa.

"Ayah pikir dia yeoja yang baik"

Aku menoleh. Sedari tadi ayah berbicara dan aku hanya sibuk menikmati sup tulang iga buatan bibi Na.

"Kau dengar ayah kan?"

"Iya..tentang bibi asisten yang di tempat kerja ayah kan?"

Ayah tersenyum, ia mengangguk pelan. "Dia cantik" kata ayah.

"Ibu juga cantik"

Kemudian ia terdiam. Aku tak berniat membuatnya mengingat ibu. Hanya saja, ya, aku mana mungkin melupakan sosok ibuku.

"Jongin, ayah sama sekali tidak bermaksud"

Aku tertawa kecil mendengarnya. Ayah salah paham maksud perkataanku tadi.

"Tidak apa-apa, ayah" sahutku. "Sekalipun ayah menikah lagi, ibu tidak akan marah pada ayah"

"Ayah hanya takut kau tak setuju"

"memangnya ayah benar-benar mau menikah? Ayah baru 1 bulan kan mengenal bibi asisten itu"

Kini giliran ayah yang tertawa.

"Tidak tahu. Bagaimana menurutmu?"

.

.

.

Jumat pagi, dan itu buruk! Karena setiap pelajaran Biologi aku selalu berada di kelas yang sama dan menjadi partner lab bersama Sehun. Seorang namja yang akhir-akhir ini selalu menjadi lamunanku, namun dirinya pun selalu terlihat biasa saja—bahkan seolah menjauhi ku.

Aku tidak mengerti dengan pola pikirnya—dan juga kehidupannya yang aneh. Dia akan terlihat seperti bermain drama dengan orang-orang di sekitarku—contohnya ayahku. Kemudian menjadi orang asing saat benar-benar hanya ada aku dan dia.

Profesor Jung orang yang ramah dan tampan. Aku tahu itu, karena kami pernah berjumpa di acara pembukaan Apotek baru di bagian barat Jinan. Tubuhnya yang jangkung dengan senyum yang tampan—serta mata musangnya itu sangat menawan pikiranku. Tapi aku tidak cukup gila untuk jatuh cinta pada seorang namja yang telah memiliki seorang istri.

Jaehwan terus membicarakan mengenai pesta dansa—dan niatnya yang akan pergi bersama Wonshik. Moonkyu pun juga akan pergi ke pesta dansa dengan seorang junior tingkat satu yang selalu menjadi sasaran gombalnya.

"Kau yakin? Pasti akan seru sekali jika kau ikut" kata Jaehwan.

Aku menggelengkan kepala.

"Myungsoo terlihat kecewa saat Wonshik bilang kau tak akan ikut"

"Kau bilang pada Wonshik?" tanyaku.

Jaehwan mengangguk, well, tidak ada salah dengan niatku yang tidak akan pergi ke pesta dansa musim semi. Tapi mendengar Myungsoo yang kecewa membuatku was-was. Aku takut jika Myungsoo marah padaku dan tidak mau menjadi teman dekatku lagi.

"Ekhem"

Kami menoleh.

"Bisakah aku duduk?" Sehun baru saja tiba.

Jaehwan pamit undur diri dan kembali duduk di samping Wonshik.

Aku berusaha menyembunyikan perasaan gugupku saat maniks kelamnya berjumpa denganku. Seolah aku meyakini, jika Sehun tak suka jika matanya ditatap seperti itu olehku—lebih-lebih oleh orang kepo seperti aku.

"Jongin"

Suaranya begitu familiar, dan aku tercekat mendengarnya. Well, aku tak seharusnya menunduk saat mendengar Sehun berbisik memanggil namaku.

Yuan Saem sedang menjelaskan di depan sana.

Perlahan aku menoleh ke arahnya. Aku tak ingin merasakan apa yang kutahu akan kurasakan ketika aku memandang wajahnya yang kelewat sempurna itu.

"Iya?"

Aku memejamkan mata dan menarik napas pelan lewat hidung. Menunggu ucapan apa yang hendak keluar dari bibirnya.

"Semua membicarakan pesta dansa musim semi"

Aku membuka mataku, dan tersadar dia tengah menatapku.

"Kau akan ikut?" Tanyaku.

"Tidak"

Wajahnya kembali serius dan fokus ke papan tulis. "Aku tak pernah tertarik dengan banyak hal yang mudah ku tebak" gumamnya, tak jelas.

Alisku bertaut saat mendengar gumaman itu. "Ibuku bilang aku adalah orang yang mudah ditebak"

"Ibumu orang yang hebat"

"Dia sudah meninggal 4 bulan yang lalu"

"Turut berduka"

Aku mengangguk. Yuan Saem izin keluar saat seseorang memanggil namanya dan meminta waktunya sebentar.

"Sehun"

Ia menoleh sambil memainkan penanya.

"Apa kau hendak bertanya tentang kejadian 1 bulan yang lalu?"

Aku terdiam. "tidak tahu"

"Jika memang iya akan lebih baik kita tak usah berteman" ia menjelaskan.

Aku menghela napas lagi. "Bukankah dari awal kita memang bukan teman?" tanyaku, sarkatis, dan menusuk.

Matanya menyipit, tapi aku sadar ia tengah meliriku lewat ekor matanya itu.

"Kau tak perlu repot-repot menolongku saat itu" gumamku.

Aku berusaha keras untuk tidak mempedulikannya. Namun saat bibir tipis itu berkata maaf membuatku kembali menoleh.

Menyedihkan..

Ini lebih dari menyedihkan, dan aku tahu ini tidak sehat untuk perasaanku yang mudah bawa perasaan. Aku masih berusaha kerasa untuk tidak peduli, lagipula dia juga tidak menunjukan akan bicara lagi. Jadi aku diam, seolah tak peduli.

Selama sisa pelajaran dan aku berusaha acuh. Untung saja Yuan saem tidak meminta kami untuk berkelompok. Jadi kami bisa larut dalam pikiran kami masing-masing. Ketika bel berbunyi, semua murid keluar dengan perasaan bahagia. Well, mungkin hanya aku dan Sehun yang tidak sama sekali bergerak dari tempat kami.

"Aku minta maaf"

Aku menoleh, wajahnya terlihat sendu dan seperti merasa sangat bersalah.

"Tapi aku tak pernah menyesal telah menolongmu" ucapnya.

"Aku jadi merasa aneh dan bingung dengan tingkahmu" kataku. "Aku bahkan sempat mengira, aku, Jinan, atau kau yang sudah gila"

"Kau tak akan mengerti" katanya.

Kelas sudah sepi, dan kami masih belum menunjukan tanda-tanda untuk keluar.

Aku menggebrak meja dan menatapnya kesal. "Kau selalu bicara seperti itu seolah aku benar-benar bodoh! Jelaskan padaku dibagian mana aku tidak mengerti"

Aku membereskan semua buku-buku ke dalam tas dan segera keluar dari kelas. Aku tak peduli, mungkin dia melihatku. Biar tahu rasa dia! Rasakan bagaimana seseorang berjalan acuh saat kau ingin mengajaknya berbicara! Kau selalu melakukan hal itu padaku, Jung Sehun!

...

"Hey, Jongin"

Pyo Jihoon si anak basket menghalangi langkahku. Aku lantas berhenti di tengah-tengah lapangan dimana beberapa murid Yeol han memandangiku.

"Aku dengar dari Moonkyu kau tak bisa ikut ke pesta dansa ya?" Tanyanya, dengan senyum yang penuh arti.

"Ayahku tidak mengizinkan" jawabku.

Suara suit-suit terdengar di belakang kami. Ayolah, aku harus segera pulang dan istirahat di rumah.

"Aku tahu. Itu sebabnya Moonkyu mengajak Qian ke sana"

Oh ya..Moonkyu! Aku jadi ingat saat orang pertama yang mengajak ku pergi ke pesta dansa adalah dirinya. Dan Orang pertama juga yang ku tolak.

"Lalu kenapa?"

Ia mengangkat bahu dan berkata. "Aku harap kau hanya ingin menolaknya secara halus"

"Maaf" ucapku, mencoba menyembunyikan kejengkelanku.

"Aku bisa meminta izin pada ayahmu"

"Tidak! Jangan! Ayahku orang yang sedikit yah..Kau tahulah" dustaku.

Ia tersenyum simpul, dengan lembut mengusap kepalaku. "Tidak apa-apa, Jongin" katanya.

Jihoon pergi meninggalkan aku yang masih terpaku di lapangan. Sampai seseorang mendorongku dengan cepat dan membuatku terkejut.

Kami terjatuh..

Namun yang membuatku lebih terkejut adalah saat tiang-tiang penyangga untuk keperluan pesta yang terletak tak begitu jauh dari posisiku berdiri tiba-tiba ambruk dan nyaris menimpaku.

Semua orang berteriak histeris. Suara besi-besi yang berbenturan ke tanah membuat mereka tak bisa membayangkan apa yang terjadi pada seseorang yang tertimpa di bawah sana.

Mataku melotot dengan jantung yang berdegup cepat. Aku membuka kedua mataku dan mendapati Sehun berada di bawahku dengan tangannya yang melingkari pinggangku.

Mata kami berjumpa, dan dengan cepat ia mendorongku hingga aku nyaris terjatuh. Aku beranjak dari posisiku dan menepuk pelan celana seragamku yang terkena sedikit debu.

"Jongin, kau tidak apa-apa?" beberapa murid menghampiriku dan bertanya.

Aku menggelengkan kepalaku pelan. Aku menoleh, dan tidak mendapati Sehun di sampingku. Dia bergerak cepat seperti angin.

"Ya Tuhan, Aku sangat kaget saat tiba-tiba saja tiang itu roboh, Jongin"

"Iya, kau membuat kami semua panik"

"Astaga"

"Jongin, kau tidak apa-apa?" Itu Myungsoo, dia berlari menghampiriku. Wajahnya terlihat sangat panik.

"Tidak, Tidak apa-apa" aku menggeleng.

Aku melihat ke arah timur, dimana Sehun tengah berdiri menatapku dengan ekpresi yang sulit sekali untuk dibaca.

.

.

.

.

As Fast As Wind (Bab II)

"Mau pulang bersama?" Aku menghentikan langkahku saat seseorang menghentikan motor sportnya tepat di depanku.

Itu Sehun, ia mulai membuka kaca helm-nya dan menatapku.

Setelah kejadian yang baru terjadi beberapa menit yang lalu dia terlihat seolah baik-baik saja. Apa dia gila? Hell, Tentu ini tak akan berarti baginya karena dialah yang menolongku. Sementara aku? Tanpa adanya dia bisa saja sekarang aku kritis di rumah sakit.

"Aku bisa menunggu ayahku" jawabku. Ada apa dengan suaraku ini? Mengapa terdengar seperti menciut?

"Kau yakin? Wajahmu terlihat tidak baik"

Ini semua gara-gara kau bodoh!

"Jujur saja ya, Sehun" Aku bahkan merasa senang saat menyebut namanya, dan aku kesal akan hal itu. "Aku tak mengerti semua yang kau lakukan padaku. Ku pikir kau tak mau berteman denganku. Tapi tadi kau menolongku, lalu bertingkah jika tak ada yang terjadi diantara kita"

Dia tersenyum dan turun dari motornya setelah mematikan mesin dan menyetandarkan motor sport itu. "Aku bilang lebih baik, bukan tidak mau. Lagipula aku benar-benar tidak tahu jika kejadiannya akan seperti tadi"

"Oh thx, semua jelas sekarang. Seharusnya kau tak perlu menolongku untuk yang kedua kalinya" sindirku.

Aku bisa melihat jelas wajahnya yang sudah tidak mengenakan helm lagi. Tapi yang jelas itu sama sekali tidak membantuku untuk berpikir.

"Akan lebih baik jika kau tidak berteman denganku dan menjauh. Tapi melihat banyak bahaya disekitarmu membuatku tak bisa berbuat apa-apa selain menjagamu" ia menjelaskan.

Aku mengepalkan kedua tanganku. Rasanya sedih saat mendengarnya berkata seperti itu. Ia semakin mendekat dan berdiri tepat di hadapanku. Ya, jauh lebih tinggi dari yang ku kira.

"Tapi aku lelah berusaha menjauh darimu" lanjutnya.

Kalimatnya berapi-api dan aku nyaris sulit untuk bernapas. Wajahnya begitu dekat, sampai aku bisa mencium aroma mint yang begitu memabukan.

"Ayo pulang bersamaku!"

.

.

.

.

.

Sisa senin pagi berlangsung samar-samar. Sulit dipercaya saat aku tidak hanya mengkhayalkan perkataan Sehun, namun juga punggung lebar nan kokohnya serta aroma mint yang sempat membuatku seperti mabuk.

Di sampingku Jaehwan begitu cerewet dengan ceritanya sabtu lalu yang diajak pergi ke rumah besar Wonshik untuk menemui keluarganya. Jaehwan sangat senang, tahu kenapa? Karena keluarga Wonshik sangat mengharapkan Jaehwan menjadi bagian dari keluarganya.

Kafetaria terlihat ramai, namun bukan berarti aku dan teman-temanku tidak kebagian tempat. Seperti biasa, aku akan berada di kumpulan Myungsoo, Wonshik, Jaehwan, dan juga Moonkyu sambil bercerita.

Apalagi saat Moonkyu yang bercerita tentang Qian, si junior tingkat satu yang akan ia ajak ke pesta dansa. Lalu Myungsoo, dengar-dengar ia akan pergi bersama seseorang bernama Seungyeol.

"Sehun sedang memandangimu, Jongin" bisik Jaehwan. Lamunanku mengenai suara Sehun pun buyar seketika. Aku menoleh ke arah meja—dimana Sehun dan saudaranya biasa duduk.

Tapi hari ini ia nampak sendirian dengan cola di tangannya. "Kenapa dia sendiri ya?" Jaehwan bermonolog. Aku menoleh mengikuti arah pandang Jaehwan—dimana aku mendapati Sehun duduk seorang diri dan menatap ke arahku dengan senyum tipis.

"Aku tidak percaya jika diam-diam kau dan dia—"

"Shut up, Moonkyu! Kami tidak"

Mereka tertawa geli mendengarnya.

"Ada pias merah di wajahmu~" Moonkyu terus menggodaku.

Ayolah, aku paling kesal kalau sudah digoda begini.

"Cepat temui pangeranmu, Jongin"—Jaehwan

"Hey"

Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menghampiri meja Sehun.

"Duduklah, Jongin" Pintanya.

Aku duduk berhadapan dengannya dan terus menatapnya.

"Mengapa kau menatapku seperti itu? Aku bukan paman serigala mesum dan kau bukan si gadis tudung merah"

Aku berdecak kesal. Meskipun hatiku terus memujinya. Bagaimana bisa ada orang tampan seperti ini?

"Ini tidak seperti biasanya" aku berkata.

Dia masih tersenyum dan nampak bodoh menurutku. "Ku putuskan untuk lebih mengenalmu mengingat jika sama saja akan kemana aku pergi setelah mati nanti"

"Hah?"

Ia menutup wajahku dengan tangannya.

"Aku sama sekali tidak mengerti, Hun"

Dia terkekeh pelan dan mengubah topik. "Tak apa jika kau di sini? Myungsoo tampak tak suka"

"Tidak apa-apa" sahutku.

"Serius? Kalau begitu aku tak akan membiarkanmu bersama mereka lagi"

"Katakan padaku sekarang! Mengapa kau jadi begini?"

"Memangnya tidak boleh ya?" tanyanya. "Aku sudah membuang semuanya dan sulit sekali menjauh darimu"

Aku memanas mendengar ucapannya. Heol, dia seperti tahu bagaimana caranya membuatku terlihat seperti seorang gadis.

"Kau membuatku bingung" tukasku.

"Kau yang selalu membuatku bingung, Jongin"

Aku mendongak, mencoba menatap matanya. "Crazy sick"

"Yes, I am" sahutnya. "Jadi, apa kita teman?"

"Yeah, Best Pal"

Ia nyengir dan memberikan colanya padaku.

"Tapi kau harus tahu jika aku bukan teman baik seperti yang kau pikirkan"

Aku meminum cola bekas mulutnya dan tersenyum. "Memangnya kau tahu apa yang ku pikirkan?" tanyaku.

Ia mencondongkan wajahnya ke arahku. "Tidak" jawabnya. "Kau membuatku seperti orang bodoh" lanjutnya seraya mengusap sisa cola di bibirku.

.

.

.

.

TBC

.

.

.

A/n :

A : Tangannya Jongin kok bisa luka?

Me : Gatau..Mungkin waktu dia pingsan dia tergores sesuatu.*lha hahaha..Yasudah, anggap aja seperti itu.

A: Jongin kok bisa lupa sama kejadian itu?

Me: Sebenarnya gak lupa. Dia Cuma syok aja kok.

A: Sehun itu anak kandung atau anak angkat? Atau anak hasil eksperimen?

Me: dia anak angkatnya Yunho kok. Bapaknya Sehun itu adek beda ibu sama Yunho. Yang anak kandung itu Cuma si Chanyeol.

A : Ini murni Twilight?

Me: Gak sih, Bisa dibilang lebih merujuk ke Vampire diaries sama Underworld. Soalnya kalo Twilight gak dapet feel seramnya. Sorry twilight lover, I dont like this absurd Vampire story.

A : Apa Jongin bakalan kayak Bella Swan?

Me : Jongin swan, hahaha..Dia bakalan kayak Elena *Lol. Kayaknya gak beda jauh sih ya antara Bella sama Ellena. Atau nanti dia seperti Selena? Wow.. Aku lebih suka Kate Beckinsale*Lol

A: Kok Sehun tiba-tiba bisa muncul?

Me: Ya bisalah, dia kan bukan manusia. Kalo kamu ikutin alurnya pasti kamu tahu deh apa-apa aja yang sebenarnya terjadi.

A : Lycan itu jahat?

Me: Gak sih..

Ada apa dengan kalung Jongin?

I'll give you the answer for next and Next chapter.. (Would you Be My Reader On Wattpad Okabejoy25)

(Ps : Btw Lupa kasih ini di Chapter awal)

Sehun : Lycan (Peranakan Vampire Hybrid dan Werewolf Klan Terkuat)

Chanyeol : Vampire berdarah murni, sepupu Sehun dari pihak ayah.

Amber : Manusia yang terinfeksi Vampire Hybrid diusia 18 tahun. Dia sempat diselamatkan Yunho, jadi dia masih mencoba mengatur nafsu makannya

Kris : Kembaran Amber yang juga Terinfeksi Vampire Hybrid. Dia lebih dulu diselamatkan Yunho, jadi dia belum pernah minum darah manusia

Baekhyun : Vampire Hybrid. Terinfeksi saat usianya 17 dan Kris memang sepasang kekasih sejak mereka masih menjadi manusia

Yunho : Vampire berdarah murni yang masih tersisa, Mengingat dialah satu-satunya vampire keturunan langsung William Bathory. Ia tinggal di sebuah rumah besar semacam kastil tak begitu jauh dari Hutan. Dia pamannya Sehun. Ibunya seorang Penyihir kuno, maka perkawinannya dengan Ayahnya yang Penyihir berdarah iblis itu telah melahirkan seorang vampire seperti dirinya.

Jaejoong : Vampire Hybrid yang diciptakan Yunho saat menolong seorang wanita yang mati dibunuh suaminya.

Sehun's Father : Dia seorang werewolf keturunan langsung William Bathory. Ia terlahir karena perkawinan silang antara Siluman serigala dengan ayahnya yang penyihir berdarah iblis. Ia berada di sebuah penjara yang sampai saat ini tak satupun ada yang tahu dimana keberadaannya.

Sehun's Mom : Seorang Vampire Hybrid. Putri dari Tetua Vampire Hybrid yang awalnya diumpankan untuk menggoda Werewolf terkuat keturunan Bathory (Ayahnya Sehun) Kematiannya dijemur di bawah terik matahari di depan suaminya sendiri.

White Blood : Keturunan ketiga William Bathory yang terlahir dari perkawinannya dengan seorang Biarawati kuil Evelyn. Tercipta karena adanya cinta sejati. Klan terkuat dibalik kelembutan hatinya. Klan ini hanya berjumlah sedikit, dan sudah punah karena terus diburu para vampire hybrid untuk keabadian—karena Vampire Hybrid tidak sekuat Vampire berdarah murni yang bisa bertahan hidup sekalipun tidak meminum darah.

Vampire berdarah murni : Ia hanya makan setahun sekali dalam hidup mereka. Biasanya mereka bisa meminum darah mate mereka untuk mencegah keinginan memangsa manusia.

Vampire Hybrid : Vampire yang diciptakan oleh William Bathory menggunakan jasad seorang petani yang mati tersambar petir. *Pernah dengar cerita Frankeinstein? Kurang lebih seperti itu penciptaannya* William mencoba menghidupkan orang yang sudah mati, tapi malah menjadi Vampire Hybrid yang menghancurkan semua keturunannya.

Werewolf :

Manusia serigala. Werewolf keturunan Wiliam Bathory adalah ayahnya Sehun. Dia menjadi alpha dari segala alpha karena kekuatannya itu.

Lycan :

Anak yang terlahir dari darah werewolf dan vampire Hybrid. Penyempurnaan kedua jenis. Dimana ia kelak menjadi yang terkuat diantara vampire maupun werewolf.

Siapa itu Wiliam Bathory?

Dedengkotnya Vampire Pure Blood (Yunho), Werewolf Terkuat (Sehun's Father), White Blood, Vampire Hybrid, dan Lycan. Kakek kandung Sehun dan Chanyeol.

Dia terlahir karena perkawinan seorang penyihir dengan seorang iblis. Dia punya kekuatan di bawah para dewa di atas manusia. Nyaris seperti iblis yang menciptakan setan-setan kecil lainnya*Halah

(Silahkan menilai siapa yang jahat!)