Soulmate

Rating : T

Genre : Romance

Pair : Hunkai

Warning : Crack Pair, OOC, typo(s), AU, BoysLove, Alur cepat, Gaje dan bla..bla..bla..

All Chara Are Not Belong To Me

Summary :

Hanya sebagai soulmate dia bilang. Membuatku tak bisa berharap lebih padanya.

.

.

.

.

.


Jongin mendesah saat dadanya diperlakukan istimewa oleh Sehun.

Ia mulai mengecupi leher dan dada itu dengan lembut dan meninggalkan beberapa tanda di sana.

Namja cantik di bawahnya itu terus mendesah dengan bibirnya yang merah dan sedikit bengkak.

Jongin hanya melenguh seolah memberikan Sehun semangat untuk terus menyentuh titik kelemahannya.

Tubuhnya terus menggelinjang, di bawah sana Sehun terus memanjakan miliknya yang sudah mulai menegang. Sehun memang seperti ini, ia selalu pandai menyentuh tubuh tan sexy-nya itu dengan sentuhan-sentuhan nakalnya.

"enghh"

Ia semakin melebarkan bagian bawahnya selama kesejatian Sehun memasukinya. Perih ia rasakan meskipun Sehun melakukannya dengan sangat perlahan.

"Gweanchana?"

Ia mengangguk pelan. Membawa kedua tangannya agar melingkar di leher kokoh Oh Sehun.

Tak perlu menunggu lama keduanya sudah hanyut dalam kenikmatan bercinta.

Ranjang berderit seiring pergerakan Sehun yang liar namun perlahan.

Namja Oh terus melakukan dorongan lembut dan memaju mundurkan tubuhnya membuat submisifnya merintih memohon lebih dan lebih.

"Cum..Cumhh..Ah, Sehunnh"

"Bersamahhh, Jonginhh"

Sehun mengeram pelan. Ia hampir sampai. Sementara Jongin sudah lebih dulu sampai menyembur di luar.

Jongin melenguh pelan saat ia merasakan hangat di bawahnya. Sehun menyemburnya dengan cairan cintanya tepat di bagian dalamnya. Ini terlalu banyak, dan Jongin tidak akan keberatan menampungnya. Bahkan ia berharap salah satu dari jutaan sel itu menciptakan suatu kehidupan baru di dalam perutnya.

...

Lama mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

"Sehun" Jongin mencoba membuka suaranya.

Suara hm pelan terdengar dari bibir tipis Oh Sehun. Dada bidang Sehun terlalu nyaman baginya. Mungkin tidak terlalu empuk karena Jongin tahu itu bukan sebuah bantal.

"Kau percaya Soulmate?" Tanyanya.

Sehun mengulas senyum simpul. "Sepertinya"

Jongin mencebikan bibirnya, cubitan ia berikan di dada Sehun hingga namja Oh itu menjerit pelan.

"Owh, sakit Jongin!"

"Biarkan! Kau selalu menyebalkan"

Tapi kemudian Sehun hanya mengusap begitu lembut rambut mangkuk Jongin. "Tapi aku percaya jika kau adalah bagian dari hidupku. Kau sahabatku, aku adalah kau dan kau adalah aku"

"Kau akan menikah" bibir plum itu berkata.

Sehun terdiam. Ya, dia akan segera menikah dengan seseorang yang telah menjadi pilihannya itu.

"Aku pun juga pasti menyusul"

"Tapi kau tidak akan melupakanku kan?" Sehun bertanya. Ia tatap namja berparas cantik itu.

Jongin adalah sahabatanya, sejak kecil mereka bersama. Berbagi apapun berdua. Sampai Sehun selalu merasa Jongin adalah partner bercinta yang sangat menyenangkan dibandingkan pacarnya, Baekhyun.

"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu padamu" kata Jongin. "Kau selalu melupakan aku saat bersama Baekhyun"

Sehun terkekeh pelan. Ada rasa tidak suka saat mendengar Jongin berkata seperti itu.

"Sehun, kau ingat saat aku menyatakan cinta padamu?"

Namja Oh itu mulai mengingat-ingat kejadian saat mereka masih SMA. Jongin sahabatnya menyatakan cinta padanya,namun Sehun menolak dengan alasan ia ingin fokus sekolah.

"Kau menolakku dan menembak Baekhyun dua hari kemudian"

"Kau sangat mencintainya" Jongin berkata lagi.

Sehun mulai berpikir jika pembicaraan ini tak perlu dilanjutkan lagi. Ada sesuatu yang tak terlihat menempa jantungnya dan terasa sesak.

"Jongin, jangan bicara ini lagi" pintanya. "Sudah 10 tahun yang lalu dan aku tak suka membahas masa lalu"

Jongin berucap maaf dengan pelan. Namun ia tak akan mau berhenti sampai sini dan membuat hatinya semakin terluka dengan perasaan yang telah ia rasakan jauh sebelum Sehun mengenal Baekhyun.

"Jika sekarang aku mengatakan perasaanku padamu, apa yang akan kau katakan?"

Sehun jadi merasa brengsek. Menjadikan sahabatnya hanya seperti Friend with benefits yang akan selalu ia datangi saat sedang ingin bercinta. Tapi Jongin tak pernah menolak. Pertama kali mereka bercinta saat mereka masih kuliah dan tinggal di Jepang. Keduanya sepakat untuk menonton film porno, dan kejadian selanjutnya bisa dibayangkan seperti apa.

"We better be soulmate" bisiknya, tepat di telinga Jongin.

Jongin mendongakan wajahnya. "Kau tak percaya soulmate"

"Jika Soulmateku adalah kau, aku tak keberatan"

Jongin tersenyum getir mendengarnya.

"Bagaimana perasaan Baekhyun jika ia tahu kita seperti ini"

"Jongin"

"Ya?"

"We better be soulmate"

...


We better be soulmate...

Begitulah yang dikatakan Sehun padanya. Jongin pikir perasaannya ini hanya sebatas ia menyayangi Sehun sebagai sahabat masa kecilnya.

Tapi semakin ia tumbuh, semakin pula ia berpikir lebih cerdas jika ini adalah perasaan yang nyata..

Perasaan cinta yang untuk pertama kalinya ia rasakan untuk sahabatnya itu.

Mereka selalu bersama...

Namun hanya sebatas sahabat, dan Jongin terlalu bodoh jika mengharapkan Sehun menjadi miliknya.

Sehun akan menikah..

Dengan kekasihnya yang cantik dan seorang designer baju itu. Tak ada yang tidak memuji pasangan hebat itu. Sementara Jongin? Ia hanya seorang pelatih tari yang bekerja di sebuah sekolah Swasta di pinggir kota.

Sehun yang seorang dokter muda yang handal telah membuat decakan kagum orang-orang sekitarnya.

"Kau akan pergi" ujar Yesung, ibunya Sehun yang telah ia anggap ibu kandungnya sendiri.

"Ya, bibi..Ini adalah kesempatan emasku untuk meniti karir yang lebih cemerlang"

Yesung tersenyum simpul. "Aku tak mengharapkan kau kembali, tapi jika kau ingat rumah. Ingatlah jika aku juga rumahmu" seraya mengusap lembut pipi tembam itu.

Rumah keluarga Kim hanya dihuni Jongin dan ibunya, Kim Jaejoong yang cantik dan seorang janda.

"Dia sangat suka menari" kata Jaejoong pada Yesung, sahabatnya.

Yesung mengangguk membenarkan. Jongin amat suka menari dan itulah yang menyebabkan tubuhnya berlekuk indah.

Jongin berada di kamarnya. Menatapi sesuatu di tangannya.

cklek..

Ia buru-buru menyembunyikan sesuatu di tangannya di bawah kasurnya. Kemudian menoleh dan mendapati Oh Sehun tengah berdiri di depan kamarnya dengan tampangnya yang datar dan menyebalkan.

"Kau akan ke Paris"

Jongin mengulas senyum semanis mungkin. "Iya" sahutnya.

"Hanya dengan itulah aku bisa kuliah di sana dengan gratis"

Sehun mendengus pelan. "Kau tak akan di sini saat aku menikah nanti"

'Itu lebih baik' batin Jongin.

"Kau tak akan merasa sedih hanya karena satu tamu undangan yang tak datang"

Sehun menutup pintu kamar Jongin. Berjalan mendekati sahabatnya yang tengah berdiri di samping ranjangnya.

Mereka saling bertatapan. Tersirat kata jangan pergi yang tidak akan pernah Sehun ucapkan di bibirnya.

"Kau ingat kata-kata cintamu saat kita SMA dulu?" Tanya Sehun.

Jongin mengangguk. Tak ada satu katapun yang ia lupakan.

"Aku telah memikirkan ini sejak malam dimana kita bercinta. Dan aku-"

"We better be soulmate" Jongin menyela.

"Jongin, dengarkan aku-"

"We better be soulmate" Ia sela lagi ucapan Sehun. "Aku sibuk, Sehun! Aku harus menyiapkan segala keperluanku untuk di sana"

.

.

.


6 Tahun Kemudian...

Jongin benar-benar pergi ke Paris. Sejak pembicaraan mereka di kamarnya, baik dirinya maupun Sehun sudah mulai saling berjauhan dengan alasan terlalu sibuk dengan urusan masing-masing.

Sehun tidak menemui Jongin. Jongin pun juga tidak mau menemui Sehun hanya untuk mengatakan perpisahan pada namja tampan itu.

Dia tak mau terluka..

Dia tak mau jadi satu yang paling hancur...

Maka akan lebih baik ia yang pergi. Membawa semua yang pernah mereka lalui. Termasuk sesuatu yang paling berharga yang Sehun berikan untuknya.

"Mom"

Jongin menoleh. Itu Haowen, putranya yang baru berusia 5 tahunan yang sangat manja padanya.

Sekarang Jongin seorang pelatih balet yang terkenal. Dan saat ini ia pun memutuskan untuk pulang ke Seoul menemui ibunya.

Teringat saat dimana ia mengandung seorang diri di negeri orang. Ibunya yang sempat mengetahui kabarnya pun syok bukan main. Namun Jongin berkata jika dulu ia terlalu bodoh dan reckless.

Dengan tawa ia berkata jika ia tak apa-apa. Jaejoong pun mempercayainya. Apalagi saat mendengar cerita Jongin mengenai dokter Do dan keluarganya yang telah membantu Jongin selama di Paris.

Do Kyungsoo

Seorang dokter kandungan asal Korea yang tak tega saat melihat Jongin kesulitan biaya disaat kandungannya yang semakin membesar.

Dengan kebaikan hatinya lah Jongin berhasil melahirkan Haowen dan membesarkannya dengan susah payah. Ibunya sudah terlalu kesusahan sejak ia kecil, itulah yang menyebabkan Haowen tumbuh menjadi anak dengan pemikiran yang luar biasa dewasa.

"Mama Kyung bilang dia akan ikut kita ke Seoul"

"Iya" sahut Jongin.

"Daddy Yeol juga akan ikut"

Jongin terkekeh pelan. Park Chanyeol adalah atasannya. seorang pemilik sebuah agensi ternama asal Korea diusia yang masih sangat muda.

Chanyeol punya segalanya, dan menjanjikan banyak kebahagiaan jika Jongin bersamanya. Tapi Jongin tak mau, hatinya tidak memilih Chanyeol untuk ia cintai.

Ia bisa mengenal Chanyeol pun juga karena Kyungsoo. Do Kyungsoo yang mengajukan Jongin sebagai salah satu pelatih di agency milik sahabatnya.

Jongin tak tahu apa yang akan terjadi jika Kyungsoo tidak datang menolongnya saat itu. Dia seperti malaikat yang dikirim Tuhan lewat semua kebaikan hatinya dan keluarganya.

Jongin selalu percaya, jika keajaiban itu ada selama ia percaya pada Tuhan dan kemampuannya. Karena Kyungsoo berkata; Jika Tuhan memberikan kecobaan pada umatnya, ia yakin, umatnya pasti bisa melewatinya.

...

"Kau juga ikut?" Chanyeol terlihat kaget saat mendapati Kyungsoo berdiri di samping Jongin.

Chanyeol pikir dia bisa menikmati liburannya bersama Jongin dan si kecil Haowen sebagaimana keluarga kecil yang bahagia. Tapi melihat Sahabat sekaligus rivalnya ini membuatnya terkejut bukan main.

"Well, aku tak mau adik kesayanganku diperkosa jerapah mesum sepertimu" sindirnya.

Park Chanyeol memasang tampang masam.

"Ke..Kenapa Jongin?"

Jongin terkekeh pelan. "Haowen yang bilang pada Soo hyung jika kita akan berlibur di Seoul"

Kemudian beralih ke arah Kyungsoo yang memeletkan lidahnya. Chanyeol berdecih pelan, liburan yang menyenangkan di kepalanya pupus begitu saja.

"Satan soo" desisnya, kesal. Wajahnya terlihat jengkel bukan main.

...

6 Tahun berlalu sejak Jongin pergi.

6 Tahun pun juga berlalu saat dimana kecelakaan beruntun merenggut nyawa Baekhyun di usia pernikahan mereka yang baru genap 2 bulan.

Lama ia merenung mengenai masa lalunya bersama Jongin. Saat itulah ia tersadar jika memang ada sesuatu yang nyata diantara mereka.

Mungkin dengan kepergian Baekhyun, Tuhan telah menyiapkan sesuatu yang masih sangat rahasia yang dengan setia ia tunggu.

Sehun si dokter ortopedi yang berbakat dengan karir yang cemerlang diusia 32 tahun.

"Jongin akan pulang" Yesung berkata.

Sehun menghentikan kesibukan membacanya dan menoleh ke arah kedua orangtuanya yang tengah membicarakan Jongin.

"Ya..Aku tak sabar melihat anaknya. Dia sangat tampan kata Jaejoong"

Kyuhyun tertawa pelan menanggapi ucapan istrinya yang cantik. "Aku belum lihat foto terbarunya. Tapi mengingat bayinya yang sangat lucu dia pasti tampan sekarang"

Yesung memperlihatkan sebuah gambar di ponselnya.

"Wajahnya sama sekali tak asing" celotehnya.

"Kau benar. Nyaris mirip Luhan atau Sehun saat kecil"

"Ziyu lebih mirip Luhan" Kata Kyuhyun.

"Ada wajah Minseok nya juga, Sayang" lanjutnya.

Yesung berpikir sejenak. Cucu semata wayangnya yang diberikan putra sulungnya itu memang sangat menggemaskan. Tapi melihat wajah Haowen entah mengapa membuatnya ingin berpikir.

"Mirip Sehun"

.

.

.

End For This Chapter..

.

.

.

A/n :

Hallo..Gak tau mau ngomong apa. Seperti biasa gaje dan absurd. Ini sama sekali gak kepikiran Plot. Asal ngetik aja sesuai yg ada di otakku. (emg lo punya otak?wkss) jadi jangan tanya Plotnya gimana dan gimana ya..Cuma mau ngusir rasa bosan dan kecewa aja sama hasil Test. Yaudah si itu aja..hihihihi...

Review?