Sebulan tak terasa telah berlalu semenjak kejadian percintaan tak terduga antara dirinya dengan kedua anggota keluarga Park berlangsung dengan sebegitu menggairahkannya ditengah-tengah rumah mereka yang bahkan masih berantakan pada saat itu.

Pertanyaannya. Apakah kejadian yang sama terulang kembali di hari-hari berikutnya?

Jawabannya tidak.

Kyungsoo terlalu malu mengingat bahwa saat itu ia bertindak seperti bukan dirinya. Pembawaannya yang tenang dan pendiam berubah menjadi sangat murahan di depan kedua bersaudara tersebut. Bahkan ia merasa jijik jika harus mengingat kejadian yang seolah terus terputar disepanjang aktivitasnya selama sebulan ini. Lebih parah saat ia membersihkan dirinya dikamar mandi, mengingat seluruh tubuhnya dijamah oleh dua pasang tangan secara bergantian membuat ia sendiri mencap kalau sekarang ia seorang jalang.

Tetapi jauh di dalam dirinya ia begitu menikmati. Seolah sebagian tubuhnya ingin merasakan sensasi menyenangkan itu lagi. Inilah yang membuat ia gelisah. Yang membuat ia menjadi pengecut untuk sekedar berpapasan dengan Chanyeol maupun Sehun.

Ia takut jika ia bertemu salah satu dari mereka lagi maka pengendalian dirinya akan hilang. Entah apa yang dipunya oleh Park bersaudara tersebut sehingga mendominasi pikirannya.

Sempat terpikirkan untuk pindah saja sekalian menyewa sebuah flat atau apapun itu, toh dirinya sekarang hanya hidup sendiri demi menghindar dari Chanyeol ataupun Sehun. Karena lelah rasanya jika harus mengendap-endap setiap dirinya akan berpergian agar tidak ketahuan oleh dua bersaudara itu.

Mereka bergantian menyambangi pintu rumah Kyungsoo berharap kalau penghuninya mau berbicara dengan mereka. Bersikap biasa saja seolah mereka hanya teman, bukannya malah menunjukan wajah panik saat sesi percintaan mereka berakhir dan bergegas mengenakan pakaian lalu pulang mengunci diri dirumah sampai keadaan wanita itu tidak terendus sama sekali oleh mereka.

Bukannya Kyungsoo tidak sadar kalau setiap sore akan ada Chanyeol di depan teras rumahnya, duduk tenang sesekali menyebut-nyebut namanya dan menanyakan keadaanya. Lalu Kyungsoo hanya akan melanjutkan aktivitasnya di dalam rumah, berusaha tidak menimbulkan suara sama sekali dan mematikan seluruh lampu. Berharap Chanyeol menganggap kalau dirinya tidak ada dirumah.

Dan Kyungsoo mulai lelah di satu bulan ini, dia tidak bisa begini terus. Ia pandangi seisi rumah yang menjadi saksi kehidupannya, sudut-sudut rumah yang mengingatkannya akan kegagalan pernikahannya dengan Jongin. Dia benar bukan? Tidak ada yang bisa dipertahankan dari rumah ini, maka penjualanpun adalah jalan satu-satunya dan ia akan mencari flat layak yang terdekat dengan tempat kerjanya.

.

.

Chanyeol berdiri di depan teras rumahnya. Tatapannya tidak teralihkan dari sosok Kyungsoo yang berjalan mendekat kearah dirinya. Bukan. Tepatnya kearah rumahnya.

Kyungsoo yang tau kalau sehabis ini ia akan dihakimi oleh lelaki yang menatapnya penuh intimidasi cuma bisa berjalan sambil menunduk. Tidak berani melihat.

"Malam Chanyeol-ssi." Hanya itu kata yang ia pikirkan untuk keluar dari mulutnya saat tidak ada tanda-tanda pergerakan dari Chanyeol yang akan mengizinkannya masuk kedalam rumahnya sendiri.

"Bisakah kau jelaskan apa maksud tulisan dipapan itu?." Tangannya mengarah kesebuah papan bertuliskan 'DIJUAL' beserta deretan angka yang Chanyeol kira itu adalah nomor ponsel Kyungsoo. Papan yang baru dipasangnya tadi pagi-pagi buta sekali sebelum dirinya mengendap-endap untuk berangkat kerja mengingat mobil Chanyeol masih berada di parkiran garasinya yang menandakan kalau orang itu masih ada di rumah.

Ini akan menjadi penjelasan yang panjang. Dan Kyungsoopun mengundang Chanyeol untuk masuk kerumahnya dan berusaha menjelaskan kebenarannya. Apa yang dirasanya salah selama ini.

"Banyak kenangan pahit yang akan mengingatkanku dengan jongin kalau aku menetap disini."

"Bukan untuk menghindar dariku? Karena yang kutangkap akhir-akhir ini adalah kau menghindariku dan menganggapku orang yang bisa dibodohi dengan mudah dengan berangkat terlalu pagi dan pulang terlalu malam hanya supaya tidak bertemu denganku. Mengunci pintu dan mematikan seluruh lampu saat kau ada dirumah tanpa mengeluarkan suara apapun kecuali suara pintu yang dibuka-tutup dari dalam dan hey, aku tidak sebodoh itu."

Jadi selama ini percuma saja usahanya untuk menutupi keberadaannya kalau sebenarnya Chanyeol tau?

"Jangan buat aku merasa bersalah Kyungsoo, karena aku sangat khawatir saat melihat caramu pergi sesudah kita... em.. melakukannya." Raut marah Chanyeol seketika berubah muram penuh penyesalan. "Kupikir kaupun menikmatinya, maksudku, kau juga mengerang nikmat, oh Tuhan , bukan begitu ehm.." Kyungsoo menunggu kata-kata lanjutan yang akan diucapkan Chanyeol saat dilihatnya Chanyeol malah memalingkan wajahnya sampai kupingnya yang memerah terlihat.

"Kupikir tidak ada yang salah saat ketertarikan menjadi dasar mengapa kita melakukan itu."

"Kau tertarik padaku?" Otak Kyungsoo sekarang rasanya seperti disedot seluruh memorinya dan dimasukan sebuah kata 'Chanyeol tertarik padaku' dengan ukuran sangat besar sehingga efeknya dia bingung untuk merespon apa. Matanya yang tadi tidak berani menatap Chanyeol sekarang terafeksi penuh untuk lelaki yang duduk disalahsatu sofa ruang tengahnya.

"Mengapa tidak? Kau cantik, tubuhmu bagus dan aku tau kau adalah orang baik dilihat dari sifatmu yang mau membantuku yang seorang asing. Apa disini hanya aku yang merasakan perasaan itu?"

Kyungsoo menghela napasnya. Ia takut menginterpretasikan apa yang ia rasa sebulan belakangan ini. "Chanyeol," lalu memandang sungguh-sungguh pria didepannya.

"Aku adalah wanita yang sudah pernah menikah. Hal-hal seperti seks bukan hal tabu lagi menurutku, bahkan aku melakukannya hampir tiap hari bersama suamiku walaupun pernikahan kami hanya bertahan satu tahun. Dan yang kemarin kita lakukan mungkin hanya akumulasi dari seluruh hari-hariku tanpa seks dan ada kau disitu dan Sehun juga. Jadi kuharap itu akan menjadi yang terakhir, aku tidak mau kalau aku akan bergantung kepadamu atau Sehun untuk semua nafsuku."

"Kau masih punya kesempatan untuk berkencan dan mengenal gadis-gadis lainnya yang memang masih benar gadis. Kau nanti akan membangun rumah tanggamu sendiri dan aku tidak mau menjadi penengah antara kau dan istrimu kalau kita terus melanjutkan hubungan ini. Lebih baik menghindar daripada terperosok ke lubang yang dalam bukan?"

Chanyeol bangkit dari tempat duduknya. Lututnya menjadi tumpuan seluruh tubuhnya saat pandangan matanya bertemu dengan mata Kyungsoo. "Hei, lihat aku." Tangan besar nan kasar bisa Kyungsoo rasakan di belah kanan pipinya agar tatapan mereka bertemu.

"Kau tau. Kau berbicara seolah umurmu jauh diatasku dan menasihatiku seperti orang tua. Kutebak kau berusia duapuluh tujuh sekarang atau duapuluh enam." Ditatapnya lamat-lamat wajahcantik dihadapannya mencoba meneliti kalau dia bahkan mempunyai wajah yang awet muda, bahkan terkesan imut dengan mata besarnya.

" Salah Chanyeol, aku bahkan baru menginjak duapuluh empat Januari lalu."

"Dan kau menikah saat duapuluh tiga?"

"Dua puluh dua tepatnya, tapi ya anggap saja duapuluh tiga karena sebulan kemudian aku ulang tahun." Kekehannya yang manis mengakhiri penjelasan kecilnya.

Tangannya mengacak poni Kyungsoo "Untuk bocah sepertimu yang dua tahun dibawah umurku kau tidak berhak mengajariku tentang hal-hal seperti ini. Bukan berarti kau yang sudah pernah menikah jadi bisa menggurui ku. Mau tau satu hal?"

Tatatpannya mengisyaratkan tubuh Kyungsoo untuk lebih mendekat. Melingkarkan tangan di pinggang kecil wanita dihadapannya dan membisikkan suatu kalimat.

"Aku sudah pernah dengan beberapa gadis, jadi tidak masalah kalau seterusnya aku bukan bersama seorang gadis lagi." Kyungsoo tidak kaget dengan kenyataan kalau Chanyeol pernah tidur dengan gadis lain, wajar kalau ia lelaki. Yang membuat tubuh Kyungsoo menegang adalah kenapa dalam kalimat tersebut seakan Chanyeol menyampaikan kalu ia ingin bersama dirinya yang bukan seorang gadis?

"Apa maksudmu?"

"Mungkin perkenalan kita terlalu tergesa-gesa bahkan dihari pertama kita berkenalan peniskupun sudah berkenalan dengan rahimmu." Pukulan dibahu kirinya didapatkan sangat keras dari Kyungsoo yang sekarang wajahnya sudah memerah.

"Chanyeol! Mulutmu!"

Chanyeol hanya tertawa merespon reaksi Kyungsoo yang menurutnya sangat lucu. Tubuhnya ia dekatkan menuju Kyungsoo dan dagunya ia sandarkan ke sebelah bahu Kyungsoo. Sungguh, wangi Kyungsoo adalah yang termanis dan Chanyeol suka.

"Hai aku Chanyeol. Aku baru saja pindah disebelah rumahmu dan terimakasih sudah membantuku untuk mengangkat barang-barangku." Bibirnya entah sadar atau tidak sudah ia gunakan untuk mengecup bawah telinga Kyungsoo. "Dan aku tidak keberatan malah berterimakasih karena pemandangan bokongmu yang hanya terbalut legging hitam saat dirimu menaruh beberapa barangku di dalam rumah itu adalah pemandangan yang sangat seksi. Aw. Kenapa kau menjewerku?!"

"Mulutmu Chanyeol! Dan lepaskan pelukanmu atau aku akan mengusirmu sekarang juga." Kyungsoo sudah bersiap-siap berdiri dari sofanya saat tangannya ditarik lagi dan Chanyeol makin memeluknya erat.

"Aku ingin perkenalan yang normal dan bisa melanjutkan hubungan kita Kyungsoo. Aku berkata jujur saat aku bilang aku tertarik padamu dan aku ingin mengenalmu lebih dalam apa itu salah?"

"Aku sudah biang aku takut kalau aku hanya memanfaatkanmu untuk seluruh nafsuku."

"Hey, ini fungsi perkenalan. Aku tidak masalah dengan semua nafsumu. Aku yakin kau akan jatuh cinta padaku kalau kau mengenalku, dan aku jamin itu tidak akan lama. Dan oh, kau tidak akan lepas semudah itu dariku."

"Percaya diri sekali kau." Kyungsoo seakan terbawa suasana yang diiring Chanyeol, ia tidak membantah atau mengelak lagi. Mungkin tidak ada salahnya ia mencoba serius dengan lelaki dihadapannya ini. Toh mereka sama-sama sudah dewasa.

Kyungsoo ikut menyandarkan kepalanya ke bahu Chanyeol saat rasa nyaman yang ditawarkan Chanyeol begitu besar. Ia suka punggung lebarnya.

"Aku jadi mengantuk kalau begini. Tidakkah kau ingin berbicara lagi? Aku ingin mengenalmu juga kalau begitu." Gumaman Kyungsoo seakan menyadarkan Chanyeol yang sedari tadi masih setia memeluknya untuk dapat menghirup wangi Kyungsoo yang menenangkan.

"Sepertinya perkenalan kita hari ini berakhir disini princess, karena aku tau kau sudah sangat mengantuk. Lihatlah matamu yang bahkan terlihat susah untuk dibuka." Respon dari Kyungsoo hannya berupa gumaman.

Tangan kurusnya dilingkarkan di sekitar leher Chanyeol sedangkan pantatnya diangkat sehingga ia terlihat seperti bayi koala saat Chanyeol menggendongnya.

"Dimana kamarmu?" Tanya Chanyeol saat ada dua pintu berhadapan yang memungkinkan kalau salah satunya adalah kamar Kyungsoo.

"Pintu putih." Jawabnya malas dan makin mengeratkan lingkaran tangannya.

"Kedua pintu ini putih Kyungsoo." Diliriknya Kyungsoo yang sudah nyaman dengan posisinya tanpa peduli kalau Chanyeol mulai pegal. "Atau kau kubawa saja kerumahku dan- tidak, tidak akan, ada Sehun disana."

"Hmph.. Lalu kenapa kalau ada Sehun?" Kepalanya ia tegakkan tanpa mengurangi kekuatan lilitan kaki dan tangannya kala ia mendengar nada kecemburuan oleh lelakinya. Eh, maksudnya oleh Chanyeol.

"Jawab saja kamarmu yang mana?"

Lalu ditunjuknya pintu sebelah kanan dan kembali merangsekkan kepalanya disela leher Chanyeol.

"Apa kau mau aku tidur disini? Atau bagaimana? Aku tidak jamin kalau aku tidak menyerangmu lagi kalau kita tidur satu ranjang." Perlahan rangkulan ditangannya mengendur dan pemiliknya sudah rapih bersiap tidur.

" Pulanglah Chanyeol, kita lakukan secara bertahap okay?"

"Setuju, aku juga lebih suka kalau kita melakukannya perlahan. Dan-" Dehemannya seakan menyuruh Kyungsoo untuk memeperhatikan kata-kata selanjutnya maka Kyungsoo mencoba menyimak. "Jangan terlalu dekat dengan Sehun, mulai sekarang anggap dia hanya adikmu okay?"

"Kenapa?"

"Aku tidak suka."

"Kenapa?"

"Hanya tidak suka, apakah tidak boleh?"

"Okay, karena aku sangat mengantuk maka itu akan menjadi pertanyaan untuk besok." Kyungsoo sudah menarik selimutnya saat Chanyeol mengelus kepalanya dan memberikan kecupan ringan di dahi berponinya sebelum menuju pintu untuk kembali kerumahnya.

"Chanyeol."

"Ya?" Chanyeol berbalik, mungkin Kyungsoo berubah pikiran dan mengizinkannya tidur bersama malam ini.

"Kunci saja pintunya dan letakkan di pot bougenville ku. Aku punya kunci cadangan."

"Oh okay." Hanya pesan tentang mengunci pintu ternyata.

"Chanyeol," Panggil Kyungsoo lagi saat Channyeol sudah bersiap menutup pintu kamarnya. "Good night, semoga mimpimu indah. Dan terimakasih atas pernyataanmu hari ini. Mungkin aku belum tertarik padamu tetapi entah kenapa aku nyaman saat bersamamu."

Chanyeol lega, sungguh. Setidaknya ada kesempatan untuk pendekatan dirinya terhadap Kyungsoo.

"Sama-sama Kyungsoo. Goodnight."

Dan setelah Chanyeol menutup pintunya, Kyungsoo belum bisa berhenti tersenyum. Rasanya seolah ia kembali menjadi remaja ingusan saat detakan jantungnya dirasa meningkat saat mengingat Chanyeol. Aigoo.

.

.

Perkenalan yang mereka bilang akan dilakukan secara perlahan layaknya seorang teman nyatanya hanya wacana. Karena saat keesokan harinya Chanyeol menjemput Kyungsoo untuk berangkat bersama lalu mengantarnya pulang bersama lagi menggunakan mobilnya dan diakhiri dengan lumatan kedua belah bibir yang dirasanya sangat lama sebelum mereka masuk kedalam rumah Kyungsoo untuk menonton film bersama. Hanya menonton film, sekedar itu dan berakhir dengan keduanya terlelap di sofa ruang tamu kyungsoo dengan Chanyeol yang memeluk Kyungsoo yang berada diatasnya.

Setelahnya berlanjut terus seperti itu diselingi dengan kencan mereka di istirahat makan siang mereka atau saat weekend berlangsung.

Dan sekarang disinilah mereka. Didalam mobil Chanyeol yang berhenti di daerah parkiran taman yang sudah sepi karena malam sudah menjemput.

"Maaf soo, aku sudah tidak kuat akh." Saat dirasanya bagian selatan Chanyeol sudah membengkak dan dirasa nyeri kalau terus terkungkung di dalam celana bahannya.

"It's okay. Aku bantu buka-"

"Jangan! Aku takut kalau dia semakin tegang." Chanyeol berkata dengan susah payah diantara rasa tertahannya untuk mengeluarkan setiap desahan diakhir suku katanya. Chanyeol jamin sehabis ini anak buahnya akan ia keluarkan secepat mungkin.

"Lalu aku harus apa?" Kyungsoo yang tidak tega atas keadaan Chanyeol yang jauh dari kata baik pun hanya bisa kebingungan sekarang.

Saat Chanyeol menjemputnya tadi, pria itu hanya menyuruhnya untuk masuk kemobil segera dan melajukan kendaraan beroda empat tersebut dengan kecepatan tinggi. Kyungsoo menyadari ada yang aneh dengan pria ini karena tidak biasanya Chanyeol akan diam dan berubah serius, biasanya akan ada beberapa bait lagu yang akan dia nyanyikan bersama dengan suara penyanyi dari radio atau dia akan habis digoda oleh Chanyeol dengan gombalan-gombalan basinya.

Dan pertanyaan Kyungsoo terjawab saat pria itu bilang kalau ada salah satu anak buahnya yang mencampur obat perangsang dengan kopinya, efek obatnya mungkin bekerja lebih lambat karena saat Chanyeol berada di dalam mobil untuk menjemput Kyungsoo ia baru merasa ada yang aneh dengan tubuhnya, hawa di dalam mobil panas padahal pendingin sudah di batas maksimum dan darahnya seolah terpacu ke daerah vitalnya yang menyebabkan pergeseran duduknya walaupun hanya sedikit dapat menstimulasi si junior.

"Tunggu disini. Aku akan menyelesaikannya di balik pohon itu." Dia menunjuk pohon akasia yang mempunyai batang besar untuk menopang batangnya yang terlihat kokoh di ujung taman ini.

"Kau gila?! Ini tempat asing dan kau mau mengeluarkan spermamu begitu saja? Bagaimana kalau kau diganggu oleh penunggu pohon itu? Apakah obat perangsang bisa membuat orang menjadi bodoh?"

"Lalu aku harus apa? Aku tidak kuat kalau aku harus menyetir sampai rumah Kyungsoo. Saat kakiku bergerak untuk menginjak rem saja dia ikut tergesek dan membuatnya semakin besar."

Chanyeol mengantukkan kepalanya ke bagian setir frustasi. Tangannya meremas kedua lututnya, mencoba bertahan akan keadaannya sekarang.

Ia sudah berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak menyetubuhi Kyungsoo lagi sebelum mereka berdua terikat didalam janji pernikahan. Karena ia sudah memantapkan ia akan menikahi Kyungsoo. Dan itu hanya tinggal menunggu waktu yang tepat saja untuk melamar gadis ini.

"Persetan kalau kau menganggapku murah atau jalang Chanyeol, tetapi aku tidak tega melihatmu seperti ini."

Sandaran mobil Chanyeol ia turunkan sampai lelaki itu ada di posisi berbaring. Tangannya langsung melepas ikat pinggang besi sang pria tanpa peduli kalimat protes pemiliknya, karena bahkan Chanyeol sudah terlalu lemah untuk melawan, fokus pikirannya sekarang hanya ke kejantannannya saja.

"Kyungsoo, ini akan buruk. Aku janji kepada diriku sendiri untuk tidak menyetubuhimu sebelum kita menikah." Gerakan Kyungsoo yang akan menurunkan celana dalam Chanyeol terhenti seketika saat ada kata-kata janggal yang ia dengar.

"M-menikah?"

"Iya Kyungsoo aku akan melamarmu- oh shit jangan disenggol."

"Oh maafkan aku apa sakit?" Tangannya ia gerakan guna mengelus kejantanan Chanyeol.

"Argh, kenapa malah kau sentuh? Ah.."

"Kau akan melamarku. Kau serius?"

"Ya Kyungsoo, aku mau kau menikah denganku. Jawaban yang tersedia hanya 'Ya'"

"Itu pemaksaan! Dan ini sama sekali tidak romantis, kau melamarku saat aku sedang memegang penismu bukan kau memegang bunga lalu membawanya kepadaku dan menyematkan cincin lamaran. Oh Chanyeol, bahkan Jongin dan sifat kekanakannya masih bisa lebih romantis."

"Argh... Kau yang memaksaku sialan! Eh sayang, maaf. Tapi sungguh aku sudah memantapkan hatiku untukmu. Aku tidak bermain-main kali ini."

"Aku bersedia!" Keheningan tercipta saat Kyungsoo menjawabnya tanpa ragu, mukanya memerah tak berani menatap Chanyeol. "Aku rasa cinta bisa tumbuh diantara kita. Karena jujur saja Chanyeol, aku sudah nyaman denganmu, dan aku harap kau tidak akan mengecewakan ku."

Chanyeol yang mendapat jawaban semanis itu dari Kyungsoo hanya bisa menahan gemas saat calon istrinya sibuk tersipu dan lupa akan apa yang terjadi sebelumnya. "Tidak akan sayang," Tangannya menuntun leher Kyungsoo untuk mempertemukan bibir mereka dalam pagutan manis yang berubah menjadi menuntut saat Kyungsoo kembali menggerakkan tangannya untuk membuka celana dalam Chanyeol dan mengurut batangnya.

Posisinya ia ubah menjadi diatas Chanyeol sehingga ia menduduki perut lelaki itu. Ditengahi oleh persneling seperti tadi membuat tubuhnya beberapakali terbentur sehingga ini adalah posisi terbaik untuk mendapatkan ciuman dari Chanyeol.

"Chan-" Chanyeol yang sibuk mencecapi lehernya hanya bisa menggumam menjawab Kyungsoo.

"Apa kau masih lama keluarnya? Aku pegal. Bagaimana kalau dibantu dengan mulutku?"

"Jangan! Aku tidak mau mengotori mulutmu lagi, lagipula itu tidak pantas."

"Chanyeol, kita akan menikah." Kyungsoo lalu mencium halus selangka Chanyeol yang tersingkap dari kemejanya yang sudah terbuka dua kancingnya. "Aku tidak keberatan kalau kita melakukannya sekarang."

"Apakah boleh?"

"Aku tidak bilang kalau aku keberatan dari tadi. Lakukanlah."

Dan merekapun menghentak dalam sebuah penyatuan sampai titik putih menjemput mereka dalam sebuah kenikmatan.

.

.

Kehangatan yang dijanjikan pagi ini membuat Kyungsoo enggan untuk membuka matanya barang sedetik saja. Tubuhnya makin bergelung untuk menggali kehangatan itu lebih dalam.

Ia tau kalau dirinya tidak sendirian terbangun dikasurnya pagi ini. Dan ia yakin di depan wajahnya kini pasti ada dada bidang Chanyeol. Karena ia masih bisa merasakan tangan besar itu merangkulnya dengan erat.

"Aku tau kau sudah bangun cantik."

"Mhmmm.. Tapi disini nyaman. Aku suka."

"Kita harus mandi dan aku akan mencuci seprai ini karena kamar ini jadi bau karena spermaku hahaha."

Tawa Chanyeol meluncur begitu saja mengingat tadi malam adalah malam terpanjang yang pernah dimilikinya. Seakan tak puas menuju pencapaian di dalam mobil, mereka melakukannya lagi sampai dirumah. Bahkan saat Chanyeol menyetir untuk memasuki kawasan komplek dan melewati pos satpam, dia hanya menyuruh Kyungsoo untuk menyembunyikan wajahnya di lipatan lehernya tanpa mau melepas Kyungsoo yang masih dipangkuannya. Dan setelah mereka melewati kawasan tersebut Kyungsoo kembali mempompa kejantanan Chanyeol naikturun diantara vagina sempitnya.

Chanyeol pikir dirinya dan Kyungsoo sama-sama gila dan mereka cocok untuk kegilaan tersebut.

.

.

"Yeol, kapan kita menikah?" Chanyeol yang mendapat pertanyaan seperti itu saat sarapan membuat dirinya tersedak oleh roti yang sedang ia coba telan.

"Uhuk-uhuk... Ehm.. Kenapa tiba-tiba?"

Sebuah benda berukuran seperti korek gas di taruh di meja makan persis disebelah piringnya.

Awalnya Chanyeol tidak mengerti maksud Kyungsoo, tetapi begitu memperhatikan benda apa tersebut dan melihat ada dua garis merah yang membentuk tanda sama dengan akhirnya Chanyeol mengerti.

"Kau hamil? Woah daebak, dalam dua hari spermaku bisa dengan cepat membuahimu."

"Kau bodoh atau apa." Tangannya gemas, sehingga keinginan menjitak Chanyeol tidak bisa tertahankan. "Saat kita melakukannya pertamakali kita juga tidak pakai pengaman, bisa jadi itu anak Se-"

"Tidak tidak, itu tidak mungkin anak Sehun. Karena hanya aku yang masuk kerahimmu saat itu. Jadi yang ini pasti punya ku." Tangannya menarik pinggang Kyungsoo mendekat untuk mengecup buah hatinya yang ada di dalam sana. "Hai baby. Im your dad, Park Chanyeol."

Kyungsoo yang melihat pemandangan itu tidak bisa menahan airmatanya untuk tidak jatuh dan tanpa sadar dirinya mengeluarkan isakan yang terdengar sampai ke telinga Chanyeol.

"Hei, ada apa cantik? Kenapa sedih hm? Kau tidak suka dengan kehadirannya?" Tangannya ia sapukan menuju wajah cantik calon istrinya untuk menghapus aliran airmata yang seakan tidak berniat untuk berhenti.

"Bukan begitu. Hanya saja aku jadi sedikit sensitif akhir-akhir ini. Aku terlalu bahagia melihatmu menyayanginya sampai aku menangis." Isakannya makin mengeras. "Dan bahkan ini tidak mau berhenti Chanyeol."

Chanyeol yang lucu melihat Kyungsoo menangis seperti bocah hanya bisa memeluk dan mengelus punggung calon istrinya sambil menahan tawanya."Aigoo, kalau seperti ini rasanya aku akan memiliki dua bayi sekaligus."

"Hey Kyungsoo, kalau ASImu sudah keluar, bilang bilang aku karena aku penasaran dengan rasanya."

Chanyeol yang tidak siap akhirnya menelan mentah-mentah tonjokan Kyungsoo yang tidak main-main pada perutnya.

END

.

.

Hai, semoga masih ada yang inget sama cerita ini setelah dianggurin dalam waktu yang lama hehe

.

Kok malah jadi fluff gini? Kan niatnya PWP ya? wkwkwk

Yang penting ChanSoo bahagia ya say, yang tau sepanas apa mereka ya hanya mereka berdua dan Tuhan yang tau wkwk

.

Adegan dalam fanfic ini jangan ditiru jika kalian belum halal haha

Jangan contoh seluruh adegan dalam fanfic ini karena ini hanya fiksi, untuk hiburan bukan untuk referensi

.

Dan Sehun pun menghilang, maaf ya Sehun-oppa, dirimu hanya jadi pelengkap sandwhich di chap 2 .

.

Friday 07 04 2017