Cast:

Do Kyungsoo (GS)

Park Chanyeol

Support cast:

Byun Baekhyun (GS) , Xi Luhan (GS), Oh Sehun, Kim Junmyeon, dll (menyusul)

Rate: T-M

(ada beberapa kata-kata kasar dan mungkin adegan kasar (?))

EXO hanya milik Tuhan, orang tua dan SM

Mohon maaf bila ada kesamaan cerita, ini murni milik saya, jika tidak suka tidak usah dilanjutkan acara membacanya . Saya tidak mengambil keuntungan apapun dari cerita ini.

Summary:

Do Kyungsoo, mahasiswi kedokteran fresh-graduate yang sedang menjalani masa koass. Berharap jika kehidupannya yang sudah berjalan normal –ya 'sudah' berjalan normal, bisa terus berlangsung tanpa sandiwara kehidupan yang pernah dialaminya. Tapi, apadaya jika mantan senior yang juga mantan pacarnya di kampus ternyata adalah asisten Dokter pembimbingnya saat ini. Dan sumpah demi apapun Kyungsoo tidak berharap lagi untuk sekedar melihat wajah Park Bastard Chanyeol.

O-O-O

Empat tahun lalu Do Kyungsoo hanyalah mahasiswi polos dengan pikiran-pikiran yang masih penuh dengan angan-angan bahwa masa kuliahnya nanti bisa penuh dengan romansa seperti di novel yang sering dibacanya.

Berawal dari orangtuanya yang tidak mengizinkan dirinya untuk sekolah di sekolah umum dan memilih Boarding School untuk Kyungsoo ikuti, sehingga pergaulannya pun terbatas. Yang ia kenal hanya orang tuanya, pengasuh rumahnya dan guru yang datang ke rumah. Kyungsoo juga ingin merasakan mempunyai teman, menghabiskan akhir pekan dengan bermain bersama. Saling menginap ke rumah satu ke yang lain, seperti yang sering ia tonton di drama.

Kyungsoo juga ingin merasakan jatuh cinta.

Dan datanglah Park Chanyeol dengan segala keceriaannya. Senyumannya yang terkadang idiot, tapi itu yang Kyungsoo suka. Bagaimana bibir belah itu melekung indah menampakkan gigi-gigi rapihnya, matanya yang ikut melekung mengiringi setiap senyumnya. Suaranya yang berat saat berbicara, menggetarkan hati Kyungsoo, terekam sangat lantang dipikirannya. Cara Chanyeol bercanda dengan teman-teman se-ganknya. Dan entah sejak kapan, dunia Kyungsoo berputar hanya pada Park Chanyeol.

O-O-O

Kegaduhan mengisi ruang UGD Seoul Central Hospital setelah salah satu ambulance membawa korban kecelakaan. Para perawat langsung mengambil tindakan untuk membawa pasien ke salah satu bilik.

"Cek tanda vitalnya, pasang RL IV untuk mengatasi perdarahan, siapkan alat operasi." Kim Junmyeon, dokter jaga UGD yang bertugas saat itu memegang kendali untuk tatalaksana pasien gawat darurat saat ini. Dengan kata-kata tegasnya, siapa yang menyangka dokter yang memiliki senyum termanis di Seoul Central Hospital ini bisa menjadi sebegitu menyeramkan saat memerintah.

"Hei kau, jangan diam saja, apa gunanya kamu disini jika kamu hanya bengong di pojok sana. Jangan jadi sampah saja kalau kau masih mau di ruangan ini." Kyungsoo terkesiap saat bentakan itu tertuju untuknya. Dia bukan mau memakan gaji buta atau apa, tapi hanya terlalu shock untuk menghadapi situasi seperti ini. Hari ini adalah hari pertamanya menjalani koass setelah pendidikan kedokterannya selesai, tentu keadaan sanagat berbanding terbalik jika dibandingkan dengan saat dia masih kuliah. Jika saat kuliah dia masih bisa santai, belajar sambil memakan camilan misalnya, walaupun hapalannya banyak. Tapi di sini, cara belajar mahasiswa koass tidak sesantai itu.

Dia harus waspada pada setiap keadaan. Misalnya pada saat ini.

"Siap Dokter!" Balasnya cepat-cepat menuju ruang operasi tanpa memedulikan tatapan kasihan yang dilayangkan oleh orang-orang sekitarnya.

O-O-O

" Kyungsoo-yaa..." Kyungsoo langsung memutar kepalanya ke arah si pemanggil. Ternyata Luhan dengan segala kecantikannya ditambah senyumnya yang menawan walaupun wajah lelahnya tidak bisa ditutupi, dia adalah salah satu teman perempuan kyungsoo yang kebetulan satu universitas dengannya. "Jangan terlalu dipikirkan perkataan Dokter Kim, dia tidak bermaksud seperti itu. Kebetulan saja kau tertangkap basah karena terlalu lama mengolah apa yang sedang terjadi saat itu." Kyungsoo terkekeh setelahnya.

"Ya kau tahu lah, ini pertamakalinya untukku dan untukmu juga. Aku hanya... Apa ya istilahnya? Panik mungkin. Dengan kegaduhan yang seperti itu, ditengah-tengah kita ada nyawa yang butuh diselamatkan, aku hanya belum terbiasa, terlalu bingung untuk apa yang harus aku kerjakan selanjutnya," jawab Kyungsoo dilanjutkan dengan senyumnya yang manis. Operasi baru saja selesai sekitar sepuluh menit yang lalu, pasien sudah ditangani dan sekarang sudah dipindahkan ke ruang rawat .

Setelah operasi yang dipimpin oleh dokter Kim tadi, Kyungsoo langsung mensterilkan dirinya dan mengambil jatah istirahat. Dia hanya duduk di sekitar ruang tunggu dan mengecek notifikasi yang datang di ponsel pintarnya sampai Luhan ikut bergabung.

"Bagaimana kabar Sehun? Yang ku tahu Poli anak sangat sibuk." Topik pembicaraan berganti membahas kekasih temannya ini yang terpisah stase pada periode ini. Wajah ayu Luhan langsung berganti menunjukan ketidak sukaan begitu mendengar nama kekasihnya disebut "Aku tidak tahu. Dan terlalu malas untuk bertanya lagi," jawab Luhan diiringi desahan putus asa.

"Asal kau tahu, aku sudah mencoba untuk menghubunginya berkali-kali hari ini, dan tidak ada yang dibalas satupun. Sepertinya disana ada dokter atau perawat cantik lain yang menarik dimatanya, awas saja kalau sampai dia tertangakap basah sedang selingkuh. Bisa aku jamin miliknya akan kupotong kecil-kecil seperti dadu," ucap Luhan dalam satu tarikan napas yang malah membuat Kyungsoo tidak bisa menahan tawanya. Lihatlah wajah Luhan yang sekarang sudah sepenuhnya merah, entah itu karena dirinya emosi atau kehabisan napas.

"Ya! Kyungsoo-ya, aku tidak bercanda."

"Hahaha... Luhan, you must see your face right now." Si cantik makin merengut kala Kyungsoo berkata demikian.

Dering telepon dari salah satu smartphone terdengar nyaring diantara tawa Kyungsoo. Begitu pemiliknya menyadari bahwa itu adalah panggilan telepon dengan nama pemanggil 'Baby Hunnie' Luhan pun segera mengangkatnya.

"Hunnie-yaa... Kenapa tidak mengangkat telepon bahkan membalas sms ku dari tadi..." Yaya, Kyungsoo sudah pernah melihat Luhan yang lebih manja dari ini. "Bogoshippo..." lanjutnya manja, sepertinya lupa akan kemarahannya. Luhan pun memberi kode pada Kyungsoo kalau dia mau melanjutkan acara telepon manja nya dengan sang kekasih dengan lambaian tangan.

Kyungsoo hanya membalas lambaian tangannya dengan senyum memaklumi. Luhan mana betah marah ke Sehun, Kyungsoo sudah pernah lihat ngambeknya Luhan yang lebih parah dari ini, tapi ya mau bagaimana lagi, sepertinya Luhan sudah sayang banget ke Sehun. Sayang ya? Sepertinya sudah lama Kyungsoo lupa perasaan macam sayang, cinta atau perasaan yang berbau melow seperti itu. Hah... lucu terkadang kalau dia mengingat bahwa dia pernah mengorbankan segalanya hanya didasarkan oleh perasaan remaja yang bersifat sementara itu. Dan mungkin cukup sekali seumur hidup. Mungkin... Siapa yang tau jika perasaan itu akan muncul lagi.

O-O-O

Waktu sudah menunjukan pukul setengah sebelas malam waktu setempat. Keadaan rumah sakit sudah tidak segaduh tadi siang sehingga keadaan lumayan sepi, walaupun ruang UGD tetap saja ramai oleh dokter-doter jaga maupun perawat yang mondar-mandir untuk evaluasi keadaan pasien.

Shift Kyungsoo dan Luhan sudah berakhir sejak tiga puluh menit yang lalu. Keduanya kini telah mengganti baju serta bersiap pulang ke flat masing-masing. Karena jarak flat mereka yang tidak terlalu jauh sehingga mereka memutuskan untuk pulang bersama. Ya hitung-hitung ada teman ngobrol di bus nanti.

"Dokter Do, dokter Xi. Para dokter koass dipanggil ke ruangan dokter Choi untuk evaluasi hari ini," salah satu perawat ber-nametag Minah masuk ke ruang istirahat untuk memberi pengumuman tersebut.

"Terimakasih unnie, kita segera kesana," jawab Luhan, sedangkan Kyungsoo hanya bergumam terimakasih sambil menganggukan sedikit kepalanya. "Kyungsoo-ya kajja.."

Choi Siwon adalah dokter pembimbing mereka, sesungguhnya ada tiga orang lagi yang masuk dalam bimbingan dokter Choi, tapi entahlah mereka belum terlalu kenal, ingat namapun tidak. Karena beliau adalah dokter pembimbing mereka di Rumah sakit ini, sehingga nilai kemampuan mereka selama menjalani masa koass di sini adalah tanggung jawab dari dokter Choi. Dan mungkin panggilan evaluasi ini adalah hal yang wajar untuk mahasiswa koass di hari pertama.

Menurut Kyungsoo, dokter Choi sangat tampan untuk bekerja sebagai dokter. Lihat saja, wajahnya bahkan seperti super model. Mungkin dia salah satu dokter yang mempunyai akun instagram yang followersnya ber-ribu-ribu. Ini hanya spekulasi Kyungsoo, bukankah sekarang sedang ngetrend dokter-dokter tampan macam dokter Choi?

Dalam perjalanan menuju ruangan dokter Choi, Kyungsoo maupun Luhan tidak ada yang buka suara, suasana hanya diisi oleh suara perawat maupun dokter yang lalu lalang. Kyungsoo yang dasarnya memang bicara seadanya, sedangkan Luhan, mungkin gadis itu lelah, bisa dilihat dari raut mukanya.

Mereka melewati area parkir untuk sampai ke ruangan dokter Choi karena ruangan para dokter yang letaknya lebih menjorok kedalam supaya memberikan kesan lebih tenang pada pasien yang ingin berkonsultasi.

Saat Kyungsoo asik dengan pikiran-pikirannya, dia melihat siluet wajah yang sangat dikenalinya. Menajamkan pandangan matanya untuk memperjelas bayangan di depan sana dengan menyatukan kedua belah alisnya, tetapi tetap tidak berhasil. Dirinya menyayangkan matanya yang memang sudah tidak fokus sejak dia masih kuliah. Tapi apa mungkin itu dia, atau memang hanya mirip? Lucu jika memang itu mantannya. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau mereka bertemu di Rumah Sakit yang sama karena mereka satu profesi, tapi untuk apa dia disini? Kalau di hitung-hitung harusnya dia sudah ikut test untuk mendapatkan gelar dokter umum atau ikut interenship.

Mungkin hanya mirip

"Soo.. Kamu baik-baik saja kan?" Pernyataan luhan menyadarkannya dari lamunan.

"Hah? Kenapa?"

"Cara mu ketawa sedikit... Seram," jawab Luhan sambil meniru cara Kyungsoo terkekeh saat dia tidak sadar.

"Oh, apakah terdengar?" Tanyanya sambil menunjukan wajahnya yang polos.

"Sangat, dan sekarang aku takut kau kerasukan salah satu arwah yang menghuni Rumah sakit ini." Memutar matanya jengah, Kyungsoo hanya tidak percaya hal-hal tabu seperti itu. "Kalaupun memang iya, sudah dari tadi kau kubunuh Luhan," jawabnya malas.

Luhan langsung mempercepat langkahnya, takut-takut memang Kyungsoo kerasukan dan mengetuk pintu ruangan dokter Choi yang memang sudah dekat dengan mereka. Membungkukan badannya sebentar lalu masuk dengan senyuman untuk orang-orang sekitarnya.

Tak lama setelah Luhan masuk Kyungsoo pun menyusul dibelakangnya, sedikit membungkukan badan dan mengucapkan permisi dengan pelan.

Saat menegakan badan, hal yang pertama dilihat Kyungsoo adalah lelaki itu. Bola matanya langsung melebar begitu mengetahui apa yang ada di depannya. Hell, ternyata yang tadi benar.

"Park Chanyeol," gumam Kyungsoo pelan. Lelaki itu benar Park Chanyeol, cinta pertamanya, orang yang pertama memerawani bibirnya, orang yang bisa membuat perasaan Kyungsoo berbunga-bunga karena perlakuan manisnya, juga orang yang pertamakali membuat Kyungsoo patah hati.

Chanyeol tidak berubah, masih tampan seperti dulu. Bahkan sekarang lebih tampan dengan rambutnya yang disisir rapih kesamping sehingga menunjukan keningnya serta aura kedewasaannya, Kyungsoo akui itu. Deheman dokter Choi menyadarkan Kyungsoo bahwa dia hanya terdiam menatap Chanyeol sedari tadi. Dan bisa dilihat dari sudut matanya kalau seringai muncul di ujung bibir Chanyeol.

Owh. Brengsek, bisa-bisanya dia

Kyungsoo menyesali perbuatannya, segera dia menutup pintu dan berjalan menuju sisi kiri Luhan. Bagaimana bisa dia bertingkah bodoh seperti tadi? Sekarang dia harus menanggung malu karena ketahuan memperhatikan Chanyeol terlalu lama.

Wajah Luhan pun tak jauh beda, dia mencoba membaca ekspresi yang Kyungsoo tunjukkan saat ini. Siapa yang tidak tau cerita Park Chanyeol dan Do Kyungsoo, pasangan yang memang jarang akur, tetapi manis ini? Dan bagaimana jalan cerita saat mereka putus. Luhan bukan kalangan anak kuper yang tidak tahu berita terkini, tentu saja dia tau, apalagi salah satu pemerannya adalah teman dekatnya sendiri.

"Ehm... Evaluasi kita akan di mulai. Apakah ada yang belum hadir?" dokter Choi membuka sesi evaluasi tanpa basa-basi. Setelah semua mengangguk bahwa mereka sudah lengkap beliau pun mulai membahas kekurangan kelebihan kinerja para mahasiswa koass hari ini. "Dan yang terakhir, saya mau memperkenalkan asisten saya. Karena saya bukan hanya bertugas disini, dialah yang akan memantau kalian dan memberi nilai evaluasi jika saya sedang berada di Rumah sakit lain. Park Chanyeol." Chanyeol membungkukan badan sebagai formalitas.

A-apa katanya tadi? Kyungsoo tidak salah dengar kan? Bagaimana bisa? Dia kan seharusnya masih melanjutkan pendidikan dokternya supaya mendapat gelar dokter umum.

"Karena Chanyeol adalah salah satu mahasiswa terbaik yang saya punya dan saat ini sedang menunggu hasil test dokter umumnya makadari itu saya embankan tugas ini kepada dia, benar Chanyeol?" oh, thanks dok. Anda memperjelas semuanya. Ya, semuanya, sampai Kyungsoo tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa sejak saat ini kemungkinan dirinya bertemu Chanyeol lebih banyak.

Saat ini Kyungsoo hanya menundukan kepalanya, dia hanya terlalu... malas. Malas melihat wajah Chanyeol. Siapa yang tau kalau Chanyeol memberikannya pandangan mengejek lagi? Shit.

O-O-O

Satu persatu mahasiswa koass keluar dari ruangan dokter Choi dan bersiap pulang. Kyungsoo segera menyeret Luhan agar langkahnya di percepat. Terlalu malas berlama-lama di dalam ruangan yang masih ada Chanyeol nya.

"Soo... Soo-ya. Andwae... Pelan-pelan." Luhan yang merasa dirugikan pun protes karena dengan cara diseret seperti itu langkahnya malah akan cepat tersandung. Luhan tau kalau temannya ini emosinya sedang labil. Kalau Luhan ada di posisi Kyungsoo dia juga akan bertindak hal yang sama mungkin. Untung saja Sehunnya tidak pernah bertindak yang aneh-aneh. "Ayolah Lu, kau tau? Disini rasanya sedang panas hampir seperti hawa neraka. Aku tidak tahan." Mulai kan keluar kata-kata kasarnya.

Kyungsoo sebenarnya anak manis dan penurut. Tapi jika dia sudah terlalu kecewa akan sesuatu hal, kata-katanya kurang bisa dijaga, seseram-seramnya orang marah akan lebih seram jika orang sabar yang mengeluarkan kemarahannya tersebut. Itulah yang Luhan pelajari dari Kyungsoo sejak mengenal anak ini empat tahun yang lalu.

Barang-barang mereka sudah rapih sejak sebelum mereka dipanggil ke ruangan dokter Choi, sehingga mereka langsung keluar dari ruang istirahat menuju ke halte bus di seberang jalan sana.

Belum sempat keduanya menapaki batas pintu masuk ruang istirahat dan koridor rumah sakit. Park Chanyeol berdiri di depan pintu yang masih terbuka sambil bersedekap seakan menunggu mereka keluar. Langkah Kyungsoo dan Luhan pun melambat, membaca situasi apakah yang akan terjadi setelah ini. "Xi Luhan, aku ada perlu dengan Kyungsoo apa kau keberatan jika pulang sendiri?" Suara bass Chanyeol keluar untuk bertanya saat ketiganya terdiam mematung.

Luhan melirik Kyungsoo meminta persetujuan. "Aku tidak akan mencelakai temanmu kalau itu yang kau khawatirkan. Aku hanya ingin menyapa kawan lama, apa tidak boleh?" Cih. Kawan lama katanya? Jika membunuh Chanyeol bukan termasuk dosa, itu akan ia lakukan sekarang juga. "Bicara saja Chanyeol, Luhan bisa menunggu." Suara datar Kyungsoo menanggapi permintaan Chanyeol.

"Kumohon Luhan-ssi aku hanya ingin sekedar berbicara ringan"

"Tidak Luhan, kau perempuan. Tidak baik pulang sendiri."

"Aku akan memanggilkan taksi supaya kau pulang selamat."

"Daripada menggunakan taksi lebih baik uangnya kau simpan untuk membayar flat, Luhan"

"Aku yang akan membayar tagihan taksinya, Do Kyungsoo."

"Don't say my name with your fuckin' mouth, Park Bastard Chanyeol."

Deru napas keduanya bersahutan akibat percakapan yang entah sejak kapan dibumbui oleh emosi, seakan keduanya ingin pendapat masing-masing dibenarkan. Dan diakhiri oleh umpatan Kyungsoo yang ditujukan ke Chanyeol

Tekanan udara yang dirasa tiga orang tersebut saat ini dirasa sangat tipis. Luhan yang berada diantara mereka hanya bisa terdiam tidak mengeluarkan komentar apapun, dengan cicitannya dan sentuhan pada lengan bawah Kyungsoo dia berbisik bahwa lebih baik Kyungsoo bicara baik-baik dan menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Dan ia berkata tidak apa-apa jika ia pulang sendiri.

O-O-O

Luhan sudah tidak terlihat dari pandangan mereka. Sudah tiga menit mereka berdiri berhadapan tanpa ada yang mau berbicara. Kyungsoo mulai gelisah, sungguh tidak nyaman jika yang ada dihadapanmu adalah mantan kekasihmu yang sekarang berubah predikat menjadi orang yang paling dibenci seumur hidupnya. Sungguh, Kyungsoo bukan gelisah karena malu tetapi tangannya gatal menahan tonjokan yang ingin dilayangkannya ke wajah Chanyeol.

Dirasa Chanyeol juga tidak ingin membuka pembicaraan, Kyungsoo pun mengambil langkah menjauh menuju pintu utama Rumah sakit.

"Ya! Do Kyungsoo." Kyungsoo tetap melanjutkan langkahnya. "Ya! Hei." Tarikan pada lengan bawahnya membuat Kyungsoo berbalik ke belakang. Sekarang dihadapannya ada dada bidang Chanyeol. Wangi Chanyeol belum berubah, wangi pinus yang dulu menenangkan dirinya masih jadi ciri khas Chanyeol. Tak terasa matanya menutup untuk menyerapi wangi ini.

"Hei, menikmati harum tubuhku? Atau kau ingin merasakan pelukanku lagi? Aku tau kamu masih berharap cinta ke aku kan?" Kyungsoo langsung membuka matanya begitu pernyataan Chanyeol hinggap ditelinganya. Shit. Kenapa juga dia jadi terbawa suasana. "Mati saja kau!" Diakhiri oleh injakan pantofel Kyungsoo ke kaki Chanyeol dan teriakan kesakitan Chanyeol, Kyungsoo berlari keluar Rumah sakit tanpa memedulikan umpatan-umpatan dan panggilan oleh lelaki dibelakangnya.

Soo, ini terakhir kalinya kau berbicara dengan Park Chanyeol. Iya. Ini adalah terakhir kalinya.

TBC or Delete?