Pierce

Summary: Perjodohan. Tidak akan ada yang tahu, akan berakhir seperti apakah manusia yang mengalami hal bernama perjodohan. Kebahagiankah? Atau malah kesedihankah? Siapa yang bisa menebak. Semua kemungkinan bisa terjadi./R&R please/canon.

Naruto belongs to Masashi Kishimoto-sensei

Warning: OOT, OOC, gaje, judul gak nyambung ama isi cerita, memungkinkan munculnya rasa bosan karena ketikan yang sangat panjang, dan sederet warning lainnya :p

Gaara x Hinata

Hope you like this!^_^

...

"...ahahaha..."

"... nata-chan hati-hati..."

"Oka-chan anginnya kencang sekali, hahaha..."

"Hati-hati, jangan berlari-lari seperti itu.."

"Oka-chan..."

...

"Oka...-san.."

"... nata..."

"Are... cahaya matahari di musim panas itu menghilang. Dimanakah laju angin yang sejuk tadi? Dimanakah harum bunga matahari tadi? Dimana...oka-san..."

"Hinata..."

"Berubah gelap... kecerahan matahari tadi tiba-tiba menjadi gelap,"

"Hinata..."

"Tapi suara siapakah itu?"

"Hinata,"

Sepasang mata pearl itu terbuka pelan menampakkan irisnya yang kelelahan. Suara tiupan angin pada jendela yang terbuka sedikit meniupkan hawa sejuknya pada sedikit helai indigo yang terbaring lemah selama dua hari ini. Sang pemilik masih terlihat beradaptasi dengan kesadaran yang baru diperolehnya. Perlahan, ia menelengkan kepalanya ke arah sosok pemuda yang membelakangi cahaya di jendela itu untuk menghadapnya. Merasakan tangan mungilnya yang tergenggam hangat oleh tangan kekar pemuda itu.

"G-gaara-k-kun..."

"Syukurlah..."

Wajah tampan itu tak terlalu menampakkan senyum. Tapi gadis yang tergolek lemah di hadapannya itu sudah cukup merasa bahwa pancaran bahagia dan kelegaan yang luar biasa itu muncul ketika tahu ia mampu menggaungkan namanya setelah sekian lama.

"Maaf, aku tidak bisa menjagamu,"

Pemuda itu menempelkan bibirnya pada tangan sang istri.

Hinata kembali mengenang peristiwa yang menimpa dirinya beberapa waktu lalu. Sebagian ia mulai memahami maksud perkataan Gaara, walau belum mengingat kejadian yang menimpanya itu secara sepenuhnya.

Tangan pucatnya membelai pipi halus sang suami dengan sayang. Mencoba menyalurkan perasaan bahwa ia baik-baik saja dan menyuruhnya untuk tak terlalu khawatir terhadapnya. Mencoba tersenyum lemah karena keadaannya yang belum benar-benar pulih.

"T-tidak apa-apa. A-aku baik-baik saja, Gaara-kun.. A-arigatou, telah mengkhawatirkanku,"

Meski seperti sebuah bisikan ketika ia mencoba untuk berkata.

Gaara beralih mengusap wajah wanita yang begitu dicintainya itu.

"Justru aku yang musti berterima kasih padamu..."

Mengecup dahi Hinata dan mengusap perut rata wanitanya.

"...Telah memberikanku sebuah kebahagiaan yang utuh,"

Hinata mengernyitkan dahinya.

"M-mungkinkah... G-ga-gaara-kun..."

"Ya... ya Hinata... sebentar lagi kita akan menjadi panutan untuk-"

"Hinata-chaaaaaan...!"

Dobrakan pintu mengagetkan kedua sejoli yang hampir menautkan bibir mereka itu. Disana muncul Kankurou dan diikuti Temari di belakangnya.

"Baka aniki..."

Gaara menggeram. Memelototi kakak lelakinya hingga menciut, sadar ia telah mengganggu kebersamaan pasangan muda itu.

"Kau sudah sadar, Hinata? Bagaimana keadaanmu? Apa masih ada yang sakit?"

Temari segera menghampiri adik iparnya itu dan memeriksa keadaannya.

"A-aku baik-baik saja, Temari-nee,"

"Syukurlah... Aku akan memberi tahu ayahmu dan yang lainnya jika kau sudah sadar. Hah... ayahmu itu orang yang keras kepala ya. Dari kemarin ia belum istirahat ataupun makan sedikitpun hanya untuk menungguimu. Mungkin jika tahu putrinya sudah bangun dari tidurnya, ia akan merasa sangat senang sekali,"

Temari berbicara sambil berlalu keluar ruangan.

"O-otou-san..?"

Hinata ingat. Dimana ayahnya yang mengungkapkan segala perasaan yang meyiksanya selama ini. Dimana untuk pertama kalinya ia merasakan dekapan hangat yang serasa begitu mustahil untuk digapainya. Dimana di saat itu pula emosinya juga entah mengapa begitu meledak-ledak dan seakan merindukan sosok seorang Gaara. Mungkinkah itu karena perubahan hormon yang terjadi karena ia...

Hinata membelalakkan matanya. Ia mengusap perutnya sendiri dan menatap penuh tanya pada suaminya yang sedari tadi memerhatikan wajahnya.

"Ga-gaara-kun, a-apa aku..."

"Aa..."

Mata yang semula sayu dan pucat itu seketika berbinar memancarkan cahayanya. Saking berbinarnya hingga di pelupuknya tergenang air mata bahagia hingga memunculkan semburat semu di pipinya. Hinata refleks memeluk Gaara dan menangis pelan di dada bidang pemuda itu.

"A-arigatou... arigatou, Gaara-kun... arigatou, Kami-sama..."

"Omedetou, Hinata-chan,"

Kankurou yang melihat adegan itu menyunggingkan senyum tulusnya dan mengelus pelan rambut halus adik iparnya itu. Ia ikut berbahagia melihat pancaran senang dari kedua sejoli yang kini saling berpelukan itu. Berkasih-kasihan karena tak lama lagi mereka akan dikaruniai pecah tangis bayi mungil di rumah hangat mereka.

"Kau harus mulai makan makanan yang bergizi Hinata. Porsimu harus ditambah lagi mulai sekarang. Aku tak mau 2 calon keponakanku keaparan di dalam sana, ahahahaha..."

"E-eh? Du-dua?"

Seakan tahu apa yang membuat bingung istrinya, Gaara menimpali.

"Di dalam sini, ada sepasang malaikat yang sebentar lagi menemani hidup kita,"

Sembari mengelus perut rata Hinata.

"O-oh... Kami-sama..."

Air mata bahagia itu kembali mengalir bersamaan dengan tangkupan yang ia lakukan pada tangan Gaara pada perutnya. Tak lama kemudian suara pintu yang terbuka secara tergesa membuat ketiga orang dalam ruangan itu mengalihkan perhatiannya. Di sana terlihat wajah Hiashi yang begitu cemas lalu diikuti oleh Neji dan yang lainnya.

"Hinata, kau sudah sadar?"

"O-otu-sama..."

"Syukurlah..."

Sedikit belum terbiasa oleh perlakuan seorang ayah yang diberikan Hiashi padanya. Pria itu memeluk Hinata erat seolah takut kehilangannya. Hinata hanya tak mampu lagi membendung segala perasaannya dan membalas pelukan kasih yang terasa bagai mimpi baginya dulu. Membiarkan gumaman yang hanya bisa didengar oleh mereka berdua dan terasa begitu mengharukan memenuhi ruangan tersebut.

Neji yang semula juga ingin melihat keadaan adik sepupunya lebih dekat, hanya membiarkan saja pamannya mengambil alih lebih lama. Ia tau, momen yang saat ini terjadi sudah begitu dinantikan Hiashi semenjak dulu. Ia tak mau mengganggu mereka, karena belum tentu untuk ke depannya kejadian seperti ini bisa terulang lagi. Ia membiarkan saja, luapan kasih seorang ayah yang telah terbendung sekian lama itu, bisa juga tersampaikan kini pada putrinya. Dan ia juga membiarkan Hinata kini bisa menerima semua kasih sayang itu yang pada mulanya ia kira tak akan pernah ia dapat dari ayahnya sendiri.

Mungkin akan memakan cukup waktu untuk melihat mereka seperti itu. Tapi tak ada yang keberatan. Beberapa bahkan ikut menghela air mata yang menetes di ujung matanya. Sang suami dari wanita yang dipeluk ayahnya itupun hanya bisa melihat dengan diam, karena mungkin sebentar lagi ia juga akan merasakan menjadi seorang ayah, dan ia ingin menjaga perasaan itu untuk seorang ayah yang tengah meluapkan sayangnya itu kini pada sang putri.

"Aku lega sekali kau sudah sadar, HInata,"

"Hai', Tou-san.."

"Mulai sekarang, jaga baik-baik dirimu. Jangan membuat semua orang khawatir lagi. Kau punya dua orang untuk dijaga sekarang, ingat itu,"

"Hai', Tou-san,"

Hinata hanya tertawa geli melihat raut khawatir dan 'kecerewetan' ayahnya yang tak pernah ia lihat. Suasana di ruangan berukuran sedang itu tengah dikuasai hawa bahagia yang bahkan angin pun enggan untuk mengganggu. Beberapa ada yang saling tertawa, beberapa tersenyum bahagia, bahkan beberapa ada yang mengusap embun senang di ujung matanya.

Beberapa bulan terlampaui begitu saja. Suna memperkuat penjagaannya setelah kasus penculikan Hinata yang ternyata memiliki tujuan begitu besar. Akatsuki berencana membangkitkan roh Kaguya dan sosok pengguna Byakuugan perempuan adalah wadah yang cocok untuknya. Hinata adalah satu-satunya Hyuuga perempuan yang memiliki usia cukup sebagai wadah Kaguya waktu itu. Dan begitu tepat sekali waktunya karena saat itu Hinata juga mengandung anak kembar, sehingga rencana tersebut diperbesar untuk membangkitkan Rikkudo Sennin dan saudaranya pula.

Beruntungnya misi Akatsuki dalam membangkitkan sosok Kaguya berhasil digagalkan, dan tak banyak yang berani mengasumsikan bahwa Itachi ikut berperan dalam gagalnya rencana tersebut. Bahkan Sasuke sendiri yang sudah tahu perbuatan Anikinya itu tak ambil pusing dan terus melatih kekuatannya untuk mengalahkan kakak laki-lakinya kelak. Sedikit yang tahu pula, bahkan mungkin hanya dirinya sendiri yang tahu, bahwa hati kecil Sasuke yang jauh di dalam sana, terkunci erat dan sudah penuh sarang laba-laba, menyesali perbuatannya yang melepaskan Hinata begitu saja. Sasuke tak mengakui, bahkan ia sendiri tak tahu nama perasaannya pada wanita itu. Hanya saja, melihatnya tersenyum atau tersiksa, membuat hatinya sakit dan ia benci untuk merasakannya.

Sudah hampir tiga bulan pula Suna diberikan kabar menggembirakan atas kelahiran sepasang kembar Sabaku yang tawanya bahkan ikut membuat senang orang sekitarnya. Akira dan Hinami. Putra putri Gaara dan Hinata yang mewarisi pembagian gen kedua orang tuanya secara sempurna. Akira begitu menjiplak ayahnya, ia adalah replika Gaara mungil yang sempurna. Rambut merah, mata jade, kulit putih, kecuali lingkar hitam yang dimiliki Gaara, dan bedanya lagi Akira memiliki alis merah tipis yang tampak imut di atas mata bulatnya. Kelakuannya yang bebal meski masih bayi sedikit membuat Gaara gemas dibuatnya. Namun, ayah dua anak itu sedikit mengkhawatirkan Hinami. Gadis mungil itu mewarisi warna rambut Hinata, namun tipe yang kelihatan sama dengan sanak keluarga ayahnya, mirip rambut Temari ketika kecil. Sama seperti Akira, berkulit putih hamper pucat, pipi chubby, ia punya alis, hanya saja warna matanya terlihat unik. Ia memiliki Byakuugan di sebelah mata kirinya. Mata kanannya mewarisi tipe mata kucing Kankurou, yang sangat membuat paman cerewetnya itu senang bukan kepalang.

Kekhawatiran Gaara dengan warna mata putri kecilnya itu tentu beralasan. Para Akatsuki menculik Hinata karena ia memiliki segala syarat untuk dijadikan tumbal rencana mereka. Gaara tak mau jika suatu saat para bajingan itu kembali lagi dan menyakiti putrinya karena alas an yang sama. Tidak ada yang mengungkiri jika mereka akan memiliki rencana keji untuk Hinami kelak. Bahkan ia pernah meminta Hinata pindah rumah saja di apartemen kantor Gaara bekerja agar ia denagn mudah mengawasi keluarganya. Namun, keaparanoidan Gaara yang sudah sampai pada tingkat akutnya itu berhasil Hinata luluhkan. Ia percaya bahwa keamanan Suna saat ini yang juga dibantu oleh aliansi Konoha tak akan dengan mudah ditembus oleh Akatsuki.

"Kau lelah?"

Hinata sedikit berjengit ketika ada seseorang yang memeluknya dari belakang.

"Gaara-kun kau mengagetkanku,"

"Biar aku saja,"

"Tak usah, biar aku saja. Mandilah, sudah kusiapkan air hangat untukmu,"

Gaara tak bergeming dan menuruto saja permintaan istrinya. Ia tahu semenjak punya anak, Hinata menjadi keras kepala dan lebih berani berbuat tegas padanya. Itu bagus. Artinya wanita itu sudah tak merasa segan lagi padanya.

Gaaara meniti anak tangga ke atas untuk mendapati sepasang malaikat kecilnya yang terlelap nyaman di ayunan. Akira dan Hinami kecilnya. Ayah muda itu mengelus pipi Akira, lalu beralih mengusap rambut dan alis Hinami agak lama. Jika diperhatikan, Hinami sedikit memiliki kemiripan dengan Karura, ibunya. Hinata juga pernah bilang bahwa ia sebenarnya agak iri dengannya karena kedua anak mereka sangat sedikit yang memiliki kemiripan dengan gen kekuarga ibunya.

"Tak jadi mandi, anata?"

Gaara menoleh dan mendapatio Hinata dengan apron ungunya.

"Sebentar, aku hanya ingin melihat mereka,"

Hinata tersenyum lembut dan membantu melepas jubah kage suaminya. Membereskan sebentar popok bayinya, lalu matanya terpaku oleh pemandangan Suna saat ini. Terpancar taburan bintang dan bulan yang cantik menghiasi langit. Nyala lampu di rumah penduduk dan nyanyian malam yang merdu di kejauhan. Jalanan di Suna tak lagi sepi saat ini, semakin banyak muda-mudi berlalu-lalang seperti di Konoha. Hal itu disebabkan karena para shinobi desa lain banyak yang singgah ke Suna untuk melatih kemampuas fisik mereka di padang Suna. Tempat itu bahkan baru dibukan saat Hinata menikah beberapa minggu dengan Gaara. Tetap sekarang sudah sangat ramai dan menjadi tempat latihan favorit para ninja muda.

"Masuklah, udara malam tak baik untukmu,"

"Hanya sebentar, Gaara-kun. Disana sangat indah,"

"Kau bahagia?"

Hinata menoleh ke arah Gaara yang kini tengah bertelanjang dada.

"Tentu saja. Kenapa kau menanyakan hal itu?"

Melepaskan perban pada luka yang kini hampir sembuh di punggung Gaara. Suaminya itu sedikit terkikik dan ketika berbalik, ia mendekap Hinata erat.

"Jika begitu, jangan berani-beraninya kau tiba-tiba menghilang di hadapanku,"

"Gaara-kun… Sudah berapa kali kau mengatakan hal itu?"

"Akan terus kukatakan dan tak akan pernah bosan,"

"Kalau begitu aku akan mengatakan hal yang sama padamu. Jadilah ayah dan suami yang baik untuk keluargamu ini. Jadilah Kage yang baik untuk desamu, dan jangan pernah tinggalkan kami begitu saja,"

"Apakah kau harus menyatakan sesuatu yang seharusnya tak perlu kau katakan karena aku dengan pasti akan melakukannya?"

"Kalau begitu kau juga tak perlu mengatakan hal yang seharusnya tak perlu kau katakan karena aku tak akan melakukannya,"

Sedikit gemas dan tak sabar, Gaara melumat bibir lembut istrinya kini yang tengah terkikik geli di sela ciuman mereka.

"Aku mencintaimu, Hinta,"

"Aku juga mencintaimu, Gaara-kun…"

######END######

Hwuaaaaaa….. akhirnya owariiiii

Sudah berapa tahun nih ff terbengkalai? Oooh c'mon, author sok sibuk sih, jadi akun ff udah banyak sarang laba-laba di sana sini. Gomennee…

Tapi sumpil yak, author mohon maaf sebesar-besarnya jika udah off begitu lama, maklumilah, jurusan author ni rada-rada bebal n laporannya segunung mulu wkwkwk

Btw, makasih pada reader yang masih setia menanti ketidakpastian kelanjutan cerita ini. Suwer ini udah chap akhir, gaada chap-chap lain lagi. Ceritanya juga pendek, endingnya maksa kan ya bwahahaha

Untuk ff Uma yang lain, mungkin akan ada pertambahan juga, yah… mumpung libur jadi banyak gabutnya hehe..

Arigatou, dan kalo mau ngehujat, ngasih saran, masukan, dll, kirim aja lewat komenan para reader sekalian yak…

Bye byeee…. See you next :*