Sehun membelalak. Ia memegangi dadanya karena kaget. Lalu beralih ke bawah dan melihat Jongin yang tak mengenakan celana membuat ia membuka mulutnya. Ia memalingkan wajahnya marah. Semburat merah terlihat dengan jelas di pipinya. "KAU PEREMPUAN MENJIJIKAN!" Kini giliran Jongin yang terlonjak. Ia menepuk jidatnya dengan keras. Sial! Ia bahkan lupa kalau dirinya belum mengenakan celana.

"AAAAAAKKKKKK~~~" Jongin menjerit sambil berlari kalang kabut menuju lemari Sehun. Ia tidak peduli lagi jika nanti pria itu akan memarahinya. Sehun dengan marah keluar dari kamar dan menutup pintunya dengan sangat kasar.

BRAK!

Haowen tidak dapat memahami situasi yang sedang terjadi. Yang pasti ia sudah berhenti menangis. Ia dapat melihat Jongin yang sedang mengenakan boxer milik ayahnya. Ia hanya terdiam. Tidak mencegah gadis tomboy itu mengenakan boxer ayahnya. Ingat, dia masih marah sama ayahnya. Mengingat tentang ayahnya, mebuat ia kembali menangis.

"Daddy jahat hikt! Hao benci daddy hikt! Huweeee~~~" Jongin sudah selesai mengenakan boxer Sehun lalu menghampiri Haowen yang sedang menangis meraung-raung. Ia menjambak rambut lengketnya dengan frustasi. "Berhenti menangis!" bukannya berhenti, Haowen malah semakin mengeraskan tangisannya.

"YAK PEREMPUAN BODOH SIALAN! APA KAU SUDAH SELESAI MENGENAKAN CELANA?!" Jongin dengan sebal menendang ranjang Sehun. Namun karena ranjang tersebut keras, ia malah yang rugi. "Sialan!" ia mengusap-usap telapak kakinya. Dengan sebal ia keluar dari kamar dan menatap Sehun dengan menantang. "Ya, aku sudah selesai." Balasnya dengan cibiran.

Demi apapun! Sehun benar-benar jijik dngan Jongin! Ia mendorong Jongin yang menghalang-halangi pintu masuk hingga gadis itu terjatuh. "SIALAN KAU OH! AWAS SAJA! TUNGGU PEMBALASANKUUUUU!" Jongin mengusap-usap pantatnya yang barusan mencium lantai dingin.

"Hikt hikt.." Sehun mendengus melihat putranya yang masih setia menangis. Dengan sabar ia menghampiri bocah tampan itu. "Haowen sayang.. maafkan daddy ya?" Bocah itu menggeleng. Ia terus menangis. Jongin yang melihat itu hanya terkikik. Bocah itu turun dari ranjang sang ayah dan keluar dari kamar. Sehun tahu anaknya sedang ngambek.

Ia menghela napas kasar lalu mengambil flashdisknya dan berjalan kelaur. Ia melihat Jongin yang sedang bersiul-siul santai. "Kau! Jangan sentuh apapun milikku! Kau tak perlu membereskannya! Karena aku sendiri yag akan membereskannya nanti!" Jongin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa memandang Sehun dan menurut Sehun, itu sangat tidak sopan.

"Heol! Siapa juga yang mau membereskan itu huh?! Aku bukan pembantumu, Tuan Oh yang terhormat." Balas Jongin menyebalkan. Rasanya Sehun ingin sekali menampar gadis itu. "Shit!" Sehun mengumpat lalu berjalan pergi meninggalkan Jongin. Jongin kembali mencibir. "Shat shit shat shit gundulmu!" lalu ia melangkahkan kakinya menuju kamar Haowen.

oOo

"Boleh aku mencoba ini?" tanya Jongin pada Hawon sambil mengelus-elus sepatu roda milik bocah tersebut. Bocah itu hanya memalingkan wajahnya tidak mau melihat Jongin. Jongin tidak peduli. Ia mengenakan sepatu roda tersebut. "Wahh! Apa ini milikmu? Kenapa ukurannya sangat besar?" Jongin memandang takjub kakinya yang telah masuk ke dalam sepatu roda Haowen.

"Gila! Aku tidak bisa berdiri. Hei, bisakah kau membantuku berdiri?" tanya Jongin pada Haowen. Bocah itu tidak menjawab, ia malah memejamkan matanya untuk tidur. Jongin mendengus sebal. Ia memegangi sisi kepala ranjang dan tadaa! Ia sudah bisa berdiri. "Wow! Hebat!" Jongin pelan-pelan menggerakkan kakinya, namun karena ia tidak seimbang akhirnya ia jatuh.

"Sshhh!" Jongin dengan kesal melempar sepatu roda itu dengan kasar. "Menyebalkan sekali!" ia meniup poninya. Ia melirik Haowen yang sudah tertidur pulas. Ia bosan! Biasanya jam jam segini Jongin sedang asyik bermain dengan gengnya. "Apa aku harus tidur juga untuk mengusir rasa bosan ini?" lalu ia mendekati Haowen dan tidur di sampingnya.

Dengan gemas ia memeluk bocah tampan tiu dengan erat. "Selamat tidur siang anakku~ ahahaha." Jongi tertawa setelahnya. Namun dengan perlahan ia mulai menyusul tidur.

oOo

"Bagaimana kabar Haowen?" tanya seorang wanita cantik yang duduk di hadapan Sehun. Setelah rapat, ia segera mengajak keluar wanita yang ia cintai. Ini masih siang. Sehun menyeruput es kopinya. "Baik." Balasnya singkat. Gadis itu meletakkan tangannya di atas telapak tangan Sehun. "Aku ingin kita cepat menikah, Sehun." Sehun menatap wanita itu lalu tersenyum.

"Tentu saja, Baekhyun. Kapan kau siap, hmm?" wanita bernama Baekhyun itu tersenyum anggun. "Sekarang pun aku siap." Sehun mengangguk. Dikecupnya tangan itu dengan lembut. "Aku pasti akan menikahimu, Baek. Tapi untuk akhir-akhir ini aku tidak bisa. Bagaimana kalau dua bulan lagi kita tunangan?" Baekhyun menutup mulutnya tidak percaya.

"Aku mau!" balasnya bersemangat. Sehun terkekeh.

oOo

Jongin terbangunkarena ada sesuatu yang menindih perutnya. Ia membuka matanya dan melihat anak dari pria sialan itu sedang menatap datar ke arahnya. Dengan menyebalkannya bocah itu duduk di atas perutnya. Jongin bangun membuat Haowen berada di pangkuannya. Jongin menguap lebar. "Kau sudah bangun?" bocah itu hanya mengangguk.

"Kau itu berat! Menyingkirlah," Jongin membopong tubuh Haowen dan memindahkannya di ranjang. Jongin mengucek-ucek matanya. "Lapal," Jongin melirik ke arah Haowen. 'Cuih! Manja!' batin Jongin dongkol. Hei, demi sempak mahal Oh Sehun, dia tidak bisa memasak! "Aku tidak bisa memasak!" balas Jongin ketus.

Ia kembali berbaring sambil menatap langit-langit kamar Haowen yang bertaburan bintang palsu. "Hikt!" Jongin mendengus keras. Ia pikir pekerjaan ini mudah. Ternyata di luar dugaannya! 'dasar setan kecil!' Jongin menggeram di dalam hati. "Aku heran kenapa daddymu tidak mempekerjakan orang! Setidaknya punya satu pembantu, aih benar-benar pelit!"

Jongin menggeleng-gelengkan kepalanya beberapa kali. "Hikt hueeee~~"

"HEOL! DASAR CENGENG!" Jongin berteriak lalu mendekap bocah tersebut. Ia gemas sekali dengan bocah itu. "Teruslah menangis dan mengurangi kebosananku. Uhh~ imutnya!" Jongin menarik-narik hidung merah Haowen dan membuat bocah itu berhenti mennagis.

PUK!

Ia meninju wajah Jongin. "YAK!" murka Jongin membuat bocah itu tertawa. Sial! "Bilang pada nenekmu! Kim Jongin yang keren ini minta gajih ditambah tiga kali lipat!" bukannya menjawab, Haowen malah memeletkan lidahnya ke arah Jongin membuat gadis tomboy itu mendengus. "Hao lapal!" ulang Haowen.

"Aku tidak bisa memasak!" balas Jongin penuh penekanan.

"Makan di lual!" mata Jongin seketika berbinar-binar. Makan di luar? Ya Tuhan.. pasti bocah ini akan mengajaknya ke restoran mahal. "Baiklah! Tapi pakai uang daddymu!" bocah tampan itu hanya menganguk. "Tapi Hao tidak tahu daddy menyimpan uang di mana," Jongin mengacak rambutnya. Ia lalu mencak-mencak di atas ranjang.

"Aku tidak punya uang! Dan aku tidak sudi mengeluarkan uangku untuk membayari makan. Heol... memangnya kau siapa, huh?" Ujar Jongin sambil menujuk-nunjuk wajah Haowen.

CKLEK...

Jongin dan Haowen sontak melihat ke arah pintu kamar Haowen. Jongin cengengesan lalu duduk di samping ranjang. "Kalian sedang bermain apa? Kenapa Jongin berdiri di atas ranjang?" tanya Sooyoung penasaran. Jongin menggaruk-garuk pangkal hidungnya sambil cengengesan. "Kami lagi main naik turun ranjang, eommonim,"

Sooyoung hanya mengangguk. "Kenapa kau berpakaian seperti itu Jongin?" Sooyoung segera menghampiri Jongin dan memegang pundak gadis tersebut. sedangkan gadis tomboy itu hanya cengar-cengir. "Omo! Baumu seperti Sehun!"

"Ahahaha, ini punya Sehun, aku meminjamnya hehe.." Sooyoung hanya menggelengkan kepalanya tidak habis pikir dengan gadis di depannya. Ia menyodorkan paper bag ke arah Jongin dan membuahkan tanda tanya dari gadis tersebut. "Ini apa? Apa di dalamnya ada uang? Kalau uang, aku tidak akan menolaknya eommonim," Sooyoung hanya memaklumi sifat Jongin.

Ia tidak marah, ia malah senang dengan orang seperti Jongin, tidak terlalu basa-basi. "Ini beberapa baju, dress dan jeans. Ini semuanya untukmu," Jongin segera mengambil paper bag tersebut dan melihat isinya. Ia mengambil dress selutut. Ia menatap horor. "Mulai sekarang, kau harus mengenakan ini saat berada di rumah kami, kau tidak boleh memotong rambutmu."

"EH?!" Jongin menatap Sooyoung dengan ekspresi, 'APA KAU GILA?!'. "Tidak ada penolakan Jongin,"

"Tapi-"

"Nenek! Hao lapal!" Sooyoung menatap cucunya yang kini sedang merajuk. Diusapnya kepala Haowen dengan penuh kasih sayang. "Jongin, sekarang ganti dengan pakaian ini, lalu antar Haowen makan malam, aku yakin Sehun akan pulang sebentar lagi, jadi kalian bisa pergi bersama." Jongin membulatkan matanya. Oh tidak! Ia tidak ingin berurusan dengan yang namanya Oh Sehun!

"T-tapi.."

"Aku prcaya padamu. Sekarang gantilah..." Jongin tidak bisa menolak. Ia tidak ingin dipecat, karena bagaimana pun sosok Oh Sooyoung sudah mempercayainya. Iajuga teringat dengan ayah dan ibunya. Mereka hidup serba pas-pasan. "Baiklah.." jawab Jongin akhirnya. Sooyoung tersenyum. "Haowen makan malam dengan mommy Jongin ya?" bocah itu hanya mengangguk.

Setelahnya Sooyoung meninggalkan Jongin dan Haowen berdua. "Ini sudah malam? Yang benar saja! Aku tahu orang kaya selalu menghidupkan lampu di rumah mereka meski siang."

"Aku harus menganakan ini?! Kau pikir aku gila?!" Jongin mencak-mencak. Ia menatap pakaian-pakaian yang dibelikan Oh Sooyoung. Ia pun terjatuh ke lantai. "IT IS NOT STYLE I!" Jongin itu sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Mungkin saja burung-burung yang mendengar ucapan Jongin barusan akan tertawa sampai sayap mereka patah. Benar-benar murid dengan peringkat paling bawah!

"Apa aku harus memakainya, Haowen?" tanya Jongin pada Haowen penuh drama. Sedangkan bocah itu hanya menatap Jongin datar. "Aduh... bagaimana ini?"

"Sialan!"

"Kamvret!"

"Bajingan!"

"Ada bunga-bunganya!"

"Bagian punggungnya terekspos!"

"Terlalu ketat!"

"Terlalu seksi!"

"&^$(&^%%$##" Jongin terus saja mendumel.

"LUDAHMU MENGENAI WAJAHKU!" Jongin seketika berhenti. Ia berjongkok dan mencium pipi Haowen dengan gemas. "Uhhh~ mian~"

oOo

"Nenek~ kapan daddy pulang?" rengek Howen pada Sooyoung. Sooyong juga harap-harap cemas. Tidak biasanya Sehun lembur tanpa memberitahunya. Jongin hanya duduk di lantai dengan camilan di pelukannya. "Eommonim, Haowen bisa makan malam denganku tanpa Sehun." Sooyoung menatap Jongin. ia menghela napas berat. "Tidak baik gadis sepertimu keluar mlam-malam sendirian,"

Jongin menautkan kedua alisnya lalu terbahak. Hei! Ia bukan gadis sembarangan! "Aku tidak takut dengan apapun, eommonim. Sekalipun preman berbadan besar!" lagi-lagi Sooyoung menghela napas. Meskipun Jongin itu seperti laki-laki, tapi walau bagaimanapun dia juga perempuan. Tenaganya pasti tidak begitu kuat.

Jongin menaruh toplesnya sembarangan dan menggendong Haowen. "Aku pastikan kami akan selamat!" Sooyoung tidak bisa menolak. Ia pun akhirmya menyetujui dan memberikan beberapa lembar won untuk Jongin. Jongin dengan semengat mengambil uang tersebut. "Pastikan kalian baik-baik saja," Jongin mengangguk.

"Kau bisa menghubungiku jika sesuatu terjadi, kemarikan handphonemu a-"

"Aku tidak punya handphone." Sooyoung menatap Jongin dengan ekspresi tidak percayanya. Di zaman yang serba canggih ini, seorang Kim Jongin tidak memiliki handphone? Yang benar saja! Melihat ekspresi yang ditunjukkan Sooyoung, Jongin hanya terkekeh. "Aku tidak memerlukan itu. Lagipula eomma dan appaku tidak pernah menyuruhku membeli handphone.

Jangankan menyuruh, memberikan uang untukku saja enggan." Balas Jongin jujur. Karena memang itu lah kenyataannya. "Baiklah, besok kita beli handphonemu,"

"Benarkah?!" pekik Jongin senang. Sooyoung hanya mengangguk dan membuat Jongin semakin berbinar-binar. "Ini sudah malam, sebaiknya kalian cepat pergi, pulang jangan terlalu larut," Jongin mengangguk. Ia membungkuk hormat lalu berjalan pergi. "Dadah nenek~" Sooyoung tersenyum saat Haowen melambaikan tangannya.

oOo

Jongin menurunkan Haowen begitu saja. Bocah itu pun cemberut. "Aku lelah. Jangan manja, okay?" Jongin berjalan, namun ia menoleh ke belakang saat dirasa bocah tampan itu tidak ikut jalan. Ia mendengus keras. Dengan sebal ia berjalan menuju Haowen sambil berkacak pinggang. "Apa susahnya jalan?!" bocah itu hanya menatap datar Jongin.

"Gendong!" balasnya sambil merentangkan tangan. Jongin mengacak-acak rambutnya dengan kesal. "Menyebalkan sekali!" lalu dengan terpaksa ia menggendong Haowen di punggung. Mereka berjalan hampir tiga puluh menit. Jongin tidak bisa cara naik Taxi. Heol! "Nuna! Itu!" Haowen menunjuk sebuah restoran di depannya sekitar lima puluh meter. Dengan semangat ia mulai masuk.

"Ini pertama kalinya aku masuk restoran! Bagaimana cara memesannya?!" Jongin heboh sendiri. Dan jujur, Haowen yang seorang bocah saja sangat malu. "Ada yang bisa saya bantu, nona?" Jongin hanya mengerjab polos. "A-anu.. aku mau makan di sini. Bagaimana prosedurnya?" pelayan itu tampak ingin tertawa dan itu membuat Jongin kesal. "Silahkan pilih tempat duduk lalu saya akan mencatat pesanan anda." Jongin hanya manggut-manggut.

"DADDY!" Haowen segera turun dari gendongan Jongin dan menuju seorang pria yang duduk di pojok restoran bersama wanita. Seketika Jongin marah! Menyebalkan sekali ia ditinggal sendirian seperti orang hilang! Dengan sebal ia duduk di salah satu kursi yang kosong.
"Buatkan apa saja yang enak dan paling mahal!" ujar Jongin pada pelayan itu.

"Baiklah, tunggu sebentar," Jongin mengangguk dan mengibaskan tangannya pada pelayan itu agar segera pergi. Ia melirik di mana Haowen bersama Sehun. Sialan! "Siapa wanita itu? Apa kekasihnya? Cuih! Mau mau saja sama pria arogan itu!" dumel Jongin.

Sedangkan di lain tempat..

"Haowen ke sini dengan siapa?" tanya Sehun khawatir. Bocah itu menunjuk seorang gadis yang sedang menatap isi resto dengan norak. Sehun yang melihatnya hanya memutar bola matanya malas. "Hao belum makan malam?" tanya Sehun. Bocah itu hanya menggeleng. Sehun memanggil pelayan dan memesankan makanan untuk Haowen.

"Daddy, dia thiapa?" tanya Haowen sambil menunjuk Baekhyun. Baekhyun tersenyum dan memperkenalkan diri. "Annyeong baby Haowen, perkenalkan, nama tante Byun Baekhyun dan sebentar lagi tante akan menjadi mommy Haowen," jawaban Baekhyun membuat Haowen mendengus tidak suka.

Baekhyun hanya mencoba untuk memakluminya. "Tapi Hao tidak mau punya mommy thepelti tante," Sehun segera minta maaf pada Baekhyun atas ucapan anaknya barusan. Baekhyun hanya tersenyum dan membalas "Tidak apa-apa Sehun," Baekhyun mengusap gemas pipi Haowen dan bocah itu hanya terdiam. Baekhyun pikir ini akan sulit membuat anak itu menyukai keberadaannya.

Tbc

Mana nih yang masih nungguin ff ini? Hahahah :D

Ngaret banget yaa wkwkw. Maaf juga kalo gaya penulisanku sedikit berbeda kkkk...

Ayo review lagi...

NEXT?