BABY SITTER

HUNKAI/SEKAI, HAOWEN

.

.

CH 1

.

.

Seperti biasanya, Jongin sudah duduk santai di kursi yang ada di halaman rumahnya. Di sampingnya ada setoples kerupuk. "Eomma! Apa tak ada makanan yang lebih mengenyangkan? Bisa-bisa aku terbang jika setiap hari diberi makan kerupuk!" Teriak Jongin sambil menggerutu. Ibunya keluar dari dalam rumah dan memandang Jongin sebal.

"Sudah dimakan saja! Koreksi ucapanmu tadi, bukankah kau sarapan menggunakan nasi? Kerupuk itu cemilan, bodoh! Dasar gadis bodoh!" Ibunya memarahinya, tapi Jongin tak masalah. Dia terus saja menyumpal mulutnya dengan kerupuk. Melahapnya dengan rakus. "Sampai kapan kau akan terus-terusan menganggur seperti ini huh?!" Tanya ibunya.

Jongin melihat ke arah ibunya dengan helaan nafas kasar. "Ayolah eomma! Siapa yang mau mempekerjakan orang sepertiku? Eomma tahu sendiri bukan aku itu gadis tomboy, bodoh, jelek, sopan santun juga tidak, dan masih banyak lagi keburukanku yang tidak bisa kusebutkan," jawab Jongin dengan tenang.

"Ish! Kau pergi sajalah dari rumah!" Ujar ibunya sambil mengibas-ngibaskan tangannya mengusir Jongin untuk pergi. Jongin membanting toples kerupuknya dan berdiri menatap ibunya. "Ya eomma! Kau sudah tak mencintaiku lagi?" Tanya Jongin dengan datar. Ibunya menjitaknya dengan keras.

"Kebalikannya bodoh! Kau yang tak pernah mencintai eomma dan appa! Kau selalu mencuri uang eomma dan appa!" Jongin meniup poninya dengan kesal. Ia pun tersenyum manis ke arah ibunya membuat ibunya bergidik ngeri. "Mencuri? Eomma, itu 'kan hakku medapat uang dari eomma dan appa, mencuri apanya?" Jawabnya.

"Ya Tuhan, kenapa bisa aku memiliki anak seburuk dirimu?" Ibu Jongin frustasi. Sedangkan Jongin hanya cekikikkan tidak jelas. "Nah itu eomma tahu sendiri kalau aku itu buruk, sudahlah, aku mau pergi! Daaah!" Jongin dengan cepat berlari keluar dari rumahnya. Ibunya yang sedang dalam mode marah segera mengambil kerikil-kerikil yang sudah disiapkan dan melemparkannya ke arah gadis itu.

Bukan satu,tapi sekaligus lima. Membuat Jongin yang terkena kerikil tersebut meringis kesakitan, tapi dia sudah terbiasa akan itu. Ibunya memang menyimpan kerikil-kerikil itu dalam toples tujuannya untuk yang seperti tadi.

OooooO

Jongin berjalan dengan santai menuju tempat teman-temannya berkumpul. Yah seperti geng anak berandalan. Ia mencibir setiap ia melihat orang-orang yang berangkat menuju sekolahnya. "Aku bingung dengan mereka, sekolah itu neraka tetapi kenapa mereka masih saja mendatanginya? Aww!" Diakhir cibirannya, Jongin merasakan telinganya panas karena ada yang menjewernya.

Ia melihat ibu paruh baya yang menatap ke arahnya dengan garang. Jongin mengernyit, siapa ibu nan paruh baya tapi masih terlihat cantik dan kaya itu? "Nenek, paman itu yang kemalin melempal kelikil ke alahku," ujar bocah laki-laki sekitar umur empat tahun tersebut pada neneknya, sebenarnya tidak terlihat seperti seorang nenek lebih ke ahjumanya.

"Apa?! Paman?! Yak! Aku ini perempuan! Mau dilempar kerikil lagi huh?!" bocah itu hendak menangis karena dibentak Jongin. ahjuma itu menghampiri lagi ke arah Jongin dan menjewer telinganya. "A-aw! Eomoni tolong lepaskan uuuuuuhh~~"

"Namamu siapa huh gadis nakal?!" Ahjuma itu terus-terusan menjewer telinga Jongin hingga memerah. "Kim Jongin! Eomoni lepaskan okay?" Ahjuma itu pun lalu melepaskan tangannya dari telinga Jongin. "Kau tidak sekolah?" Tanya ahjuma itu, Jongin hanya memutar bola matanya. "Aku sudah lulus SMA," Jawab Jongin enggan. Ahjuma itu megernyitkan dahinya.

"Kau tidak kuliah?" Tanya ahjuma itu lagi. Jongin tertawa mendengar pertanyaan dari ahjuma itu. "Eomoni, aku bukan orang kaya yang menghambur-hamburkan uang orang tuaku untuk pergi ke neraka," Ahujuma itu semakin bingung saja dengan jawaban Jongin. 'Neraka? Apa gadis itu menyebut sekolah itu sama dengan neraka? Benar-benar!'

"Lalu, di mana kau bekerja?" Tanya ahjuma itu lagi. Kali ini Jongin tertawa dengan sangat keras dan memegangi perutnya. "Nenek, paman ini gila," ujar bocah laki-laki kecil tersebut pada ahjuma itu. Jongin yang kembali mendengar kata paman segera menghentikan tawanya. "Aku bukan lelaki!" Ujar Jongin sedikit berteriak. "Tapi kau thepelti laki-laki!"

"Ah bagaimana ya aku meyebutnya? Kau masih kecil pasti kau tidak akan maksud dengan kata-kataku," Jongin dan bocah laki-laki itu terus berdebat. "Apa motifmu melempar kerikil ke arah cucuku huh? Aku akan menagihnya nanti! Jongin hanya mengangguk kalem.

"Haowen, mobilnya sudah datang, ayo pergi, dan kau Jongin kau ikut masuk!" Jongin membelalakkan matanya. Apa dia akan diculik? "Cepat masuk!" Perintah nenek itu. Tapi Jongin masih terdiam dengan raut bingung. "Untuk apa aku ikut masuk dengan kalian?" Tanya Jongin dengan nada ketus, benar-benar gadis tak punya sopan santun sedikitpun.

"Sudah kau masuk saja!" Jongin tidak peduli mau orang itu jahat atau baik, jika sudah berdekatan dengan orang kaya Jongin mau mau saja. Jongin pikir dia akan dihukum karena sudah melemparkan kerikil pada anak konglomerat tadi. Jongin menyeret kakinya menuju mobil mewah itu. Dia duduk di jok belakang dengan bocah laki-laki yang bernama Haowen serta ahjuma-ahjuma tadi.

Jongin memandang takjub isi mobil. "Wow, ini pertama kalinya aku naik mobil!" Ujar Jongin norak. Bocah laki-laki berwajah datar tersebut memandang jijik ke arah Jongin. Jongin yang ditatap seperti itu hanya memeletkan lidahnya. Dia sudah kebal dengan penghinaan-penghinaan di masa lalu serta penghinaan-pnghinaan yang Jongin tahu akan datang di masa dpean.

Jongin tidak masalah dengan penghinaan itu, yang penting dirinya hidup senang dan kenyang. "Kau pengangguran begitu?" Jongin hanya mengangguk. "Kenapa?" Jongin menolehkan kepalanya ke arah ahjuma tersebut. "Ahahaha! Eomoni, mana ada orang yang mau mempekerjakan orang seburuk aku?" Tanya Jongin tanpa beban.

Nenek itu bahkan menganggap Jongin adalah orang yang sama sekali tidak memiliki masalah. "Begitu? Baiklah aku akan mepekerjakanmu, apa kau mau?" Tawar ahjuma itu. "Memang kerja apa?" Tanya Jongin, sebenarnya dia mau-mau saja bekerja, tetapi sifat pemalasnya itulah yag lebih mendominasi. "Kau cukup mengurus Haowen, bukankah itu mudah?" Mata Jongin berbinar-binar.

Namun saat ia memikirkan teman-temannya, Jongin yakin dia akan ditertawai. Tapi untuk saat ini Jongin masa bodo. Ia memandang bocah laki-laki bernama Haowen itu dengan seringai mengerikan. Jongin membayangkan betapa menyenangkannya merawat bocah laki-laki berwajah datar tersebut, ah pasti menyenangkan! Jongin itu suka anak kecil, suka sekali.

Apalagi jika tampan seperti Haowen jiwa ingin membunuhnya berkobar-kobar. "Baiklah! Aku mau!" Jawabnya semangat, sedangkan Haowen belum tahu rencana tentang itu.

OooooO

Jongin memandang rumah di depannya dengan takjub. Matanya berbinar-binar mengingat bahwa dirinya akan tinggal di rumah sebesar ini. "Ada kolam renangnya juga!" Pekik Jobgin. "Kau tidak boleh menyentuh kolam lenang itu! Itu milik daddy!" Jongin tidak peduli dengan apa yang Haowen katakan. Ia suka renang. "Masuklah!" Perintah ahjuma itu. Jongin menurut.

Nenek yang diketahui bernama Oh Sooyoung itu hendak membuka pintu utama sebelum pria tampan berjas membuka pintu utama tersebut. Jongin masih menatap sekeliling, banyak mobil-mobil mewah berjejer dengan rapi di garasi. "Dasar orang kaya!" Gumam Jongin. "Ah Sehun!" kaget Sooyoung karena tiba-tiba Sehun muncul di hadapannya.

"Eomma kemana saja?" tanya Sehun pada Sooyoung-ibunya. "Habis jalan-jalan dengan Haowen, kau belum berangkat kerja?" tanya Sooyoung balik. "Belum, aku berangkat siang hari ini," jawab Sehun. "Ah begitu, oh iya, eomma ingin mengenalkanmu pada seseorang, Jongin-" ucapan Sooyoung terpotong karena Jongin yang tiba-tiba menghilang.

Sedangkan Sehun menaikkan alisnya bingung. "AAAAAK~~~ AKU INGIN BERENANG!" tiba-tiba saja ada sebuah teriakkan yang begitu memekkakan telinga. Sehun dan Sooyoung menolehkan wajahnya ke arah sumber suara. Sooyoung terkejut apalagi Sehun. Namun tidak untuk Haowen, bocah itu malah menghampiri Jongin. "Apa yang kau lakukan di thini?" tanya Haowen ketus pada Jongin.

Jongin berhenti dari acara senyum-senyumnya dan menoleh ke arah Haowen dengan senyuman lebar. "Lihatlah! Bukankah itu indah? Apa kau bisa berenang?" tanya Jongin pada Haowen. Bocah tersebut malah mendorong tubuh Jongin hingga gadis tomboy tersebut terjebur ke dalam kolam. Jongin terkejut, tetapi dia sangat mahir dalam hal renang, jadi tidak masalah.

Dasarnya Jongin itu gadis nakal dan suka mengerjai orang, ia malah menenggelamkan tubuhnya ke bawah air. Sooyoung menatap cucunya marah. "Apa yang Haowen lakukan pada Jongin nuna?" tanya Sooyoung pada Haowen. Mata bocah itu sudah berkaca-kaca dan sebentar lagi menangis. Sehun menghampiri mereka berdua. Sehun menjewer telinga anaknya.

"Siapa yang mengajarimu jadi anak nakal huh? Apa daddy pernah mengajarimu mendorong seseorang ke kolam?" tangis Haowen pecah. "Huwaaaa~~~ daddy thudah tidak thayang lagi thama Haowen!" Sooyoung mencoba menenangkan cucunya yang menangis semakin kencang. "JONGIN! APA KAU BENAR-BENAR TENGGELAM? SEHUN! CEPAT SELAMATKAN JONGIN!"

Sehun paling malas jika sudah berurusan dengan orang asing. Sehun tidak akan menuruti perkataan orang tuanya tadi. Ia hanya diam saja sambil memandangi anaknya yang masih setia menangis. Jongin samar-samar mendengar tangisan bocah. 'Apa itu bocah tampan itu? Menangis kenapa?' tanya Jongin di dalam hati. Ia pun naik ke permukaan air dengan wajah tanpa dosanya.

Ia menyeringai melihat Haowen masih menangis dengan keras. "Sehun, cepat selamatkan Jongin!" alis Jongin mengernyit. 'Jadi pria yang memunggungiku itu bernama Sehun?' tanya Jongin pada dirinya sendiri. Sepertinya Sooyoung, Sehun, dan Haowen belum menyadari dirinya, padahal kepalanya sudah di atas permukaan air.

Terlintas ide nakal Jongin untuk mengerjai Haowen dan membuat bocah itu menangis lebih keras. "YA HAOWEN! AIRNYA DINGIN! COBALAH KAU KEMARI! BERENANG BERSAMA NUNA!" Teriak Jongin. Otomatis Sehun, Sooyoung dan Haowen menolehkan kepalanya ke arah Jongin. Melihat Jongin yang memeletkan lidahnya ke arah Haowen membuat bocah itu kembali menangis.

"Daddy! Nuna jelek itu menyebalkan hikt," Jongin tidak peduli, malahan sekarang dia melototkan dan memeletkan lidahnya secara bersamaan ke arah Haowen. Sehun hanya menatap Jongin dengan tatapan datar dan tidak berminat. Haowen yang merasa kesal dengan Jongin akhirnya melepaskan pelukannya dari Sooyong dan berlari ke arah Jongin.

Jongin sekarang sudah di pinggir kolam, ia semakin menjahili Haowen. Jongin dan Haowen saling berhadapan dan tiba-tiba dengan sengaja Haowen meletakkan telapak kakinya ke wajah Jongin. Sehun yang melihat itu geram dan menghampiri anaknya. Sehun menggendongnya dan menjitak keningnya berkali-kali

"Siapa yang menyuruhmu seperti itu!" bentak Sehun tepat di wajah Haowen. Haowen sudah siap menangis lagi. Matanya sudah sangat merah. "Tulunin Haowen hikt! Haowen tidak mau digendong daddy! Daddy jahat hikt hikt!"

"Sehun, berhenti!" ibunya menyuruh Sehun berhenti menjitak kepala Haowen.

Bukannya merasa kasihan, Jongin malah tertawa terbahak-bahak. "apa kau mau daddy menjeburkanmu bersama wanita tak terurus itu?" Haowen menggelengkan kepalanya. Jongin tidak terima dikatai wanita tak terurus.

"YAK! SIAPA KAU MENGATAI AKU WANITA TAK TERURUS HUH? BERANI SEKALI!" Jongin tiba-tiba keluar dari kolam dan menendang pantat Sehun. Sehun paling benci kontak fisik dengan orang asing. Dengan segera ia menurunkan Haowen dari gendongannya dan menatap Jongin nyalang.

"Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, siapa dirimu huh berani membentakku?! Aku tahu kau dari kelas rendah!" setelah mengatakan itu Sehun kembali masuk ke dalam rumah untuk berganti celana. Celananya sudah ternoda oleh kaki Jongin. Jongin menggertakkan giginya tak suka.

Banyak orang yang sudah Jongin temui dan memiliki sifat yang sombong, tetapi untuk Sehun, Jongin menganggapnya orang paling sombong nomor satu di dunia ini. 'Sial! Awas saja kau! Aku yakin besok kau akan jadi rakyat jelata kamseupay iyuh iyuh!' Jongin menyumpah serapai Sehun dalam hati.

"Jongin, mulai hari ini kau sudah resmi menjadi baby sitter dari Oh Haowen. Sekarang tugasmu adalah, memandikan Haowen," Jongin tersenyum lebar. "Aku akan mengambilkan handuk untuk Jongin, Haowen tunggu sini, ya?" Haowen tidak menjawab ucapan Sooyoung dan hanya menatapnya datar. Jongin cekikikkan sendiri.

"Hei bocah, sekarang aku yang akan mengatur seluruh kegiatanmu, jadi... jangan membangkang okay? Uughh~~ tampannya!" Jongin memeluk Haowen dengan erat. Sedangkan bocah itu meronta-ronta dalam pelukan Jongin. "Nuna bau!" ujar Haowen marah. Jongin terkekeh. "Setelah ini aku jamin aku tidak akan bau!" jawab Jongin. Kini dirinya menoel-noel pantat Haowen.

Ia gemas sekali dengan anak orang sombong itu. "Aku tidak peduli! Kau bau!" Jongin tidak menjawab ia hanya terus-terusan mencubit gemas pipi Haowen. Tapi Jongin merasa ada yang janggal. "Hei di mana ibumu?" tanya Jongin ringan. Raut wajah Haowen seketika berubah. "Eung... apa ada yang salah?" tanya Jongin tidak mengerti.

"Mommy Haowen sudah meninggal," dan jawaban dari Oh Sooyoung sukses membuat mata Jongin membulat. "Meninggal pada saat melahirkan Haowen," jelas Sooyoung, ia memberi handuk putih pada Jongin. Jongin menerimanya. Ia melihat Haowen tenggelam daalam kesedihannya. Ia jadi merasa bersalah pada bocah itu.

"Haowen, nuna minta maaf ya? Sekarang, kau boleh menganggapku mommymu! Dan kau boleh memanggilku mommy!" Jongin tersenyum lebar ke arah Haowen, sedangkan bocah itu memandang tak suka pada Jongin. "Mommy Hao cantik! Thedangkan kau jelek! Haowen tidak mau mempunyai mommy jelek thepeltimu!" Jongin berpura-pura tidak menyukai ucapan Haowen barusan.

'Cuih! Siapa juga yang sudi menjadi ibumu huh?! Lagipula aku masih terlalu muda jika aku menyebut diriku seorang ibu,' Jongin mendecih di dalam hati. "Haowen sekarang mandi sama mommy Jongin ya? Nenek mau pergi," Jongin melototkan matanya. "Apa? mommy Jongin?" tanya Jongin tidak percaya. Sooyoung mengangguk antusias.

"Bukankah kau tadi yang menawarkan untuk mengganggap bahwa dirimu itu mommynya Haowen," Jongin cengengesan. "Nenek mau pelgi ke mana?" tanya Haowen. "Ke rumah paman Chanyeol, Haowen baik-baik ya sama mommy barumu? Semua pintu tidak dikunci Jong. Haowen ingat! Jangan nakal sama mommy Jongin, arra?"

Sebelum mendapat jawaban dari Haowen, Sooyoung sudah dulu pergi. Jongin tidak tahu alasan kenapa nenek Haowen begitu mempercayainya. Dan parahnya lagi mau mepekerjakan dirinya yang selalu buruk di semua bidang. Mungkin itu rahasia Tuhan. "siapa nama nenekmu?" tanya Jongin to the point. "Oh Thooyoung,"

"Oh Tooyoung?" ulang Jongin. Haowen menggeleng. "Oh Thooyoung!" Jongin memutar bola matanya jengah. "Benarkan Oh Tooyoung, ish!" Haowen memandang tak suka ke arah Jongin. "Oh Thoo-young! Bukan Oh Tooyoung!" Jongin malah bingung sendiri. "Assshhh! Nanti akan aku tanya kan sendiri saja!" Jongin lalu menggendong Haowen.

"Haowen mau tulun!" ujar Haowen meronta-ronta ingin diturunkan. "Tidak! Kau harus mandi, okay?" Jongin terus menggendong Haowen menuju pintu belakang, meskipun bodoh, tapi Jongin tahu jika dirinya lewat pintu depan itu malah akan mengotori lantai. "Apa yang kau lakukan pada anakku?" tanya sebuah suara dengan nada yang benar-benar dingin.

To be continued~~

Rasanya ingin tenggelam ke laut saja~~ tidk pede huhuhu T.T