Cast: Meanie

Drabble, Oneshot series!

Yaoi, BxB, DLDR, Typo

© Cast belong to their family, Ent, fans. Storyline is mine

Happy Reading!

Si Jak!

Kelas kami terasa panas sekali. Kalau kata penjaga sekolah kami sih mati listrik. Jam di dinding tepat menunjukkan pukul 12.06, saat dimana matahari sedang berada di puncaknya. Aku hanya terdiam di tempat dudukku seperti biasanya. Mencoba untuk tidur walau sulit sekali rasanya. Jeonghan, Woozi, dan Seungkwan sedang pergi menuju kantin dan aku terlalu malas untuk beranjak. Ku hiraukan rasa laparku dan melawan teriknya siang ini.

Terdengar suara kursi di tarik di belakangku. Ah, paling hanya anak-anak tukang gosip yang akan mulai berbincang. Aku tetap diam tak bergeming di posisiku. Beradegan seolah-olah aku benar-benar terlelap.

Tak lama rasa kantuk menyergapiku. Angin sepoi-sepoi terasa dari kursi belakang. Aku yang mulai terlelap pun bingung. Bukannya bangkunya tadi diambil ya?

"Hai, Won-ie." Suara tersebut menyapaku ketika aku melihat ke belakang, ternyata Mingyu duduk di bangku itu. Ia memegang sebuah kipas dan asik mengipasi dirinya. Mungkin adem karena dia kali ya?

Aku mengusap kedua mataku. Aku hanya merengut sambil menatapnya tajam dan langsung mengeluarkan bekal yang ku bawa. Mencoba untuk mendiamkannya karena anak itu membuatku batal tertidur.

"Kenapa?" Ia menepuk pundakku pelan. "Bete?" Tanyanya lagi.

Aku menggelengkan kepalaku tanpa berusaha menatapnya. Aku terus mengunyah sampai terasa angin terhembus lagi dari arah belakang.

"Aku tahu kamu kepanasan. Sini di kipasin." Ia berkata dengan lembut. Aku yang mendengar hal itu berusaha tak menggubrisnya. Mau di taruh di mana mukaku kalau dia tahu aku merona.

"Wonwoo kenapa?" Tanya Seolhyun menghampiriku. "Mukanya merah banget."

SHIT.

"Eh-? Kamu sakit?" Tanya Mingyu di belakangku. Aku tersenyum ke arah mereka. "Nggak kok.. Kepanasan, hehehe.."

"Yee... tadi di tanya diem aja. Hadap sini gih, biar di kipasin." Ujar Mingyu tak peduli dengan tatapan Seolhyun. Aku menghadap ke arahnya dengan malas-malasan sambil mengangkat kotak bekalku. Mingyu mulai mengipas ke arahku. Sesekali dia mengangkat tangannya untuk merapihkan rambutku. Seolhyun yang tidak kami ajak bicara sedari tadi pun kembali ke tempat duduknya sambil menghentakkan kakinya.

Keheningan menyergapi kami. Aku masih asik berkutat dengan makananku sedangkan Mingyu tak henti menggerakkan tangannya.

"Gyu!" Amber menghampiri kami. "Kalau mau ngipasin tuan-nya yang modal dong. Masa pake kipas orang." Aku menatap kipas yang di pegang oleh Mingyu. Pantas saja aku merasa familiar dengan kipas di genggaman Mingyu, karena seingatku Mingyu tidak pernah membawa kipas.

"Hehe... Bentar dulu ya. Kasian dia keringetan." Ujar Mingyu sembari menunjuk ke arahku. Aku yang dilihat olehnya mendelik.

"Balikin aja, Gyu." Aku menatapnya tajam, tetapi dia hanya meringis dengan gigi taringnya. Ekspresiku langsung berubah melihat senyumnya. Kalau dia gitu, gimana bisa marah.

"Ntar aja laaaah. Pake punya yang lain aja. Ok ok? Ntar kamu juga aku kipasin deeeeh..." Mingyu memohon dengan aegyo andalannya. Dasar, tahu saja kalau semua orang lemah dengan aegyonya.

"Ish, yaudah. Dan berhenti bulat-bulatin mata kayak gitu, menggelikan." Ujar Amber, Mingyu hanya terkekeh menanggapinya. Amber pun kembali ke tempat duduknya. Aku yang sudah selesai makan langsung membereskan peralatan makanku. Bersamaan dengan itu, Jeonghan, Woozi, dan Seungkwan sudah kembali dari kantin.

"Katanya mau tidur, tapi malah asik kipas-kipasan di sini..." Ujar Jeonghan menyapa kami.

"Lumayan, kalau ada hamba kenapa gak dimanfaatin aja. Dia ridho kok." Aku tersenyum mengejek ke arah Mingyu dan menepuk-nepuk pundaknya, Mingyu hanya bisa memasang muka bete andalannya.

"Kenapa emang? Mau di kipasin juga?"

"Idih. Gak lah ya, mending aku dikipasin sama Seungcheol... Duh jadi kangen kan..." Jeonghan kumat lagi, Ia memanyunkan bibirnya sambil berkaca. Dasar...

"Gak pegel?" Aku mengalihkan perhatianku kepada Mingyu, mukanya sudah berubah merah. Pasti dia capek.

"Pegel sih, tapi gak papa kok!" Aku yang merasa kasihan langsung menyenderkan badanku ke arah bangku agar dia lebih mudah mengipasiku. Aku sebenarnya tidak enak tetapi pasti dia akan berhenti saat dia mau.

Tak lama berselang Ahn songsaenim memasuki kelas kami. Aku lupa bahwa waktu istirahat sudah habis. Angin tak hentinya berhembus, Mingyu sepertinya masih kekeuh.

"Gak balik ke bangku?" Tanyaku. Dia hanya menggeleng. "Mau ngadem di sini."

"AC disini mati juga, Gyu. Plis, deh..." Aku mengernyitkan dahiku heran.

"Lagi males aja sama Seokmin."

"Oalah lagi berantem toh.." Aku mengeluarkan buku catatanku. Ahn songsaenim adalah guru bahasa inggris yang senang sekali memberikan catatan. Beliau pun sudah terlihat bersiap-siap menulis lagi di papan tulis.

"Ngga berantem. Cuman males aja."

"Iya iya, percaya. Eh, udah ih kipasinnya. Tulis tuh soalnya." Kataku.

"Kamu munduran dikit deh." Suruhnya, aku hanya menurut saja. Menaruh bukuku di pangkuan dan mulai menulis. Ketika ku lirik, Mingyu tetap mengipasku menggunakan tangan kanannya sedangkan tangan kirinya mulai menulis.

Aku malas menegurnya. Aku hanya terdiam sembari menulis. Terkadang ia menghentikan gerakan tangannya, tapi tak sampai 3 menit Ia kembali mengipasku. Aku hanya diam, berusaha bersikap biasa saja.

"Udah selesai nyatet belum?" Mingyu bertanya kepadaku, aku menganggukkan kepalaku dan tetap fokus menatap papan tulis.

"Lihat dong..."

Aku langsung memutar kepalaku. "Emang kamu belum nyatet?" Ia menggelengkan kepalanya. Aku melihat ke arah buku tulisnya. Dia hanya menyalin soal di papan tulis sampai nomer 5 padahal seluruh soalnya ada 20.

"Ish, bukannya disalin semuanya." Aku menyerahkan buku tulisku dan mengambil kipas di genggamannya. Ia meminta kembali kipasnya tetapi aku hanya diam. Tak lama setelah dia menulis aku pun memulai menggerakkan tanganku. Aku terus melakukan kegiatan itu sambil fokus menatapnya yang menyalin catatanku. Sesekali aku tertawa ketika membandingkan tulisannya dengan tulisanku.

"Hahaha, ternyata tuan muda gue baik juga ya. Makasih ya!" Katanya sembari mengelus poniku dan mengembalikan buku tulisku.

"Sini gantian, aku kipasin kamu lagi." Ia mengambil kipas di tanganku dan kembali mengipas-ngipas. Kami mendengarkan penjelasan Ahn songsaenim dengan seksama sampai tak terasa suara bel pun terdengar. Wow, Mingyu tahan sekali mengipas selama 1 jam lebih.

Tak lama berselang Ahn songsaenim menutup pelajaran hari ini dan meninggalkan kelas. Jeonghan menatap kami dengan penuh selidik.

"Udah selesai kipas-kipasannya?"

Kami berdua mengangguk dengan kompak. "Kenapa? Kamu mau?" Tanyaku kepada Jeonghan.

"Kalau mau kan kau bisa minta kepada aku." Sahut Mingyu.

Jeonghan menghela nafas. "Bukannya begitu... Kalian sadar gak sih kalau Ahn seongsaenim menatap ke arah kalian terus."

"Lalu?" Tanya Mingyu cuek.

"Aku jadi gak bisa tidur tau... Padahal tidur siang penting buat kecantikan wajah."

Aku dan Mingyu hanya menatap Jeonghan datar. "Terserah."

Aku memutuskan untuk bangun dari bangku, entah kenapa aku tiba-tiba ingin ke toilet.

"Kamu ngapain masih ngipasin, ngikutin lagi." Kataku saat aku sudah berada di depan pintu kelas, aku menatap malas ke arah Mingyu. Lagi-lagi ia hanya menunjukkan gigi taringnya dengan manis.

"Hamba sedang menjalankan tugas sebagai pengikut setia tuan." Mingyu membungkukkan badannya, seolah-olah aku adalah seseorang yang harus di hormati. Aku menatap sekeliling, seluruh orang menatap ke arah kami.

"Plis deh, Gyu." Aku menatapnya tajam.

"Emang kamu mau kemana?"

"Aku mau pipis, kamu mau ikut? Sampai bilik?" Tanyaku datar, Ia langsung tersenyum kikuk saat mengetahui tujuanku.

"Silahkan tuan muda." Mingyu beradegan seolah memberi jalan kepada tuan mudanya. Anak itu.


Sekembalinya dari toilet, kulihat Mingyu sudah kembali ke sebelah Seokmin. Mereka berdua tertawa-tawa menceritakan berbagai lelucon. Katanya aja males, padahal masih juga bisa bercanda.

Aku langsung kembali ke bangkuku dan bersamaan dengan itu Jeonghan, Woozi, dan Seungkwan langsung menatapku tajam. Menuntut penjelasan.

"Ya...udahlah... Dia cuman ngipasin. Rezeki kenapa harus ditolak." Jelasku singkat.

"Kalian tuh, temen rasa pacaran." –Seungkwan.

"Selama sekelas waktu kelas 11 aku gak pernah lihat dia seperhatian itu sama orang." –Jeonghan.

"Hati-hati, Wonwoo-ya. Jangan sampai baper atau semacamnya." –Woozi.

Aku menatap datar mereka, plis deh. Aku aja biasa saja sama dia. Kenapa mereka sampai segitunya.

"Kalian tuh, santai aja sih. Aku sampai sekarang belum pernah memandang dia lebih... Dia sahabat kita berempat dan dia perhatian kayak gini gak cuman ke aku doang tapi kalian juga kan?"

"Tapi dia ngga segitunya sama kita, Woo." Jawab Seungkwan datar.

Woozi menghela nafas. "Ya... Kalau pun kamu pada akhirnya jadi suka sama dia juga gak papa sih. Kami bertiga mendukung. Cuman, kamu tahu kan dia sangat tidak bisa ditebak. Kami takutnya kamu malah sedih ujung-ujungnya.."

"Santai sajaaaa.." Ujarku sembari mengalihkan pandanganku ke arah Mingyu yang sedang tersenyum ke arah ku. I wont fall for that idiot- perhaps.

Kkeut!

Andromeda Time!

Ay ay! Ming posting cerita baru~ Kumpulan drabble! Tetapi setiap cerita masih berkaitan kokk. Request? Komen di kolom review ya / PM ide kalian yaaa. Aku harap kalian suka!