Memulai

Baekhyun membuka mata dan hal pertama yang dilihatnya adalah langit-langit yang putih. Setelah beberapa saat, seseorang mendekatinya dan menyentuh tangannya. "Baekhyun?" Baekhyun menoleh dan bertatapan dengan mata kelam yang merefleksikan matanya sendiri. Mata milik adiknya. "Bayiku?" tanya Baekhyun parau.

"Baik-baik saja. Kau hanya syok," jawab Jongin. "Seungri?" tanya Baekhyun kemudian. Air mata mulai menggenangi pelupuk matanya. Baekhyun tidak akan bisa hidup jika sesuatu terjadi padanya. "Ia baik-baik saja. Operasinya berjalan lancar; peluru itu hanya mengenai perut bagian bawahnya. Tidak ada luka fatal. Ia bahkan sudah sadar sejak satu jam yang lalu," jawab Jongin pelan.

"Syukurlah. Syukurlah ia baik-baik saja," gumam Baekhyun. Jongin menyentuh perut Baekhyun, lalu bertanya, "Apakah bayi ini milik Seungri?" Baekhyun menggigit bibirnya, air matanya mengalir, kemudian mengangguk. "Maafkan aku."

"Mengapa kau berbohong?" Terdiam, Baekhyun berusaha menghentikan tangisnya. Namun sia-sia saja karena begitu satu kalimat ia ucapkan, air matanya kembali membuat jejak berkilau di wajahnya.

"Seumur hidup, aku selalu diperlakukan seperti wanita murahan. Tidak pernah ada yang menginginkanku. Mereka semua hanya peduli pada wajahku. Ayah angkatku memperkosaku ketika usiaku menginjak limabelas tahun. Sejak saat itu aku percaya, tidak akan pernah ada yang mencintaiku. Lalu Seungri datang. Ia memahamiku dengan cara yang aneh, namun ia berhasil membuatku mencintainya. Aku tidak menyadari itu hingga aku mengetahui tentang kehamilan ini. Seungri bersikeras untuk bertanggung jawab dan saat itulah aku sadar ia benar-benar mencintaiku, bukan hanya tubuhku. Dan aku melakukan hal bodoh untuk menyelamatkannya. Karena ia berhak mendapatkan seseorang yang jauh lebih baik dariku," jelas Baekhyun di antara isaknya.

Jongin tidak bisa mengatakan apa pun. Hanya diam menatap Baekhyun yang menangis di hadapannya. "Maafkan aku untuk segalanya. Aku tahu kau tidak akan pernah memaafkanku, namun aku akan tetap mengatakannya. Maafkan aku, Jongin. Jika saja aku bisa memutar waktu, aku tidak akan pernah masuk ke dalam hidupmu dan menghancurkan keluargamu. Aku sungguh menyesal. Karena aku berubah menjadi begitu jahat kepadamu. Maafkan aku," isak Baekhyun.

"Aku berharap kau juga bisa memaafkanku," balas Jongin lirih. Jongin menggenggam tangan Baekhyun, lalu melangkah keluar dari kamar rawat. Jongin sudah memaafkannya. Meski mereka tidak akan pernah memiliki hubungan selayaknya kakak-adik, setidaknya mereka sudah berhenti saling membenci dan berdamai dengan luka masing-masing.

Inilah yang terbaik yang bisa mereka miliki. Setelah menutup pintu, Jongin mendongak dan bertatapan langsung dengan mata biru-kehijauan yang begitu dirindukannya. Sebuah pelukan hangat menyelimutinya dan Jongin memberikan seluruh bagian dirinya di dalamnya.

oOo

Jongin berdiri di bawah shower dengan pandangan kosong. Tiba-tiba sebuah air mata lolos dari mata gelapnya dan semua kejadian yang baru saja terjadi melingkupi benaknya. Semuanya terasa sangat berlebihan dan Jongin tidak sanggup menanggungnya. Maka Jongin membiarkan isak tangisnya bermetamorfosa menjadi jeritan tanpa daya. Membiarkan air matanya terus mengalir.

Menangisi hidupnya, juga waktu tujuh tahun yang dihabiskannya untuk memendam dendam. Jongin menangisi kepergian ibunya, kebodohan ayahnya, juga pilihan pamannya. Jongin menangisi dirinya yang tanpa sadar telah berubah menjadi sesuatu yang amat dibencinya. Perkataan Seungri terus terulang dalam benaknya. Jongwoon memanfaatkan kebencian Haeri. Api itu sudah direncakan.

Pembunuhan ibunya senilai dengan seluruh harta kekayaan yang dimiliki keluarga Kim. Kim Jongwoon adalah pembunuh Kim Kyuhyun.

Entah berapa lama waktu berlalu, namun Jongin tidak lagi memiliki tenaga untuk menangis maupun menjerit. Kemudian Sehun menghampirinya dan mengangkatnya keluar dari kamar mandi. Sementara itu Jongin tetap diam, memejamkan matanya. Mencoba berdamai dengan setiap sisi gelap dalam hatinya. Lalu Sehun memeluknya di atas tempat tidur dan Jongin jatuh dalam buai mimpi.

oOo

Ketika Jongin terbangun, matahari telah bersinar terik. Lengan kokoh Sehun masih memeluknya dan Sehun sedang menatapnya dengan tatapan yang terasa jauh. Seakan-akan Jongin tidak berada di dekatnya, bukan dalam dekap hangatnya. Jongin belum sanggup mengatakan apa pun tentang hubungan mereka dan Sehun pun tidak mengungkitnya.

Selama sesaat Jongin hanya bernapas dengan menikmati kenyamanan yang Sehun tawarkan. Namun Jongin masih harus melakukan satu hal sebelum akhirnya benar-benar bisa memulai dengan Sehun. "Aku harus menemui ayahku," bisik Jongin. "Aku akan mengantarmu," sahut Sehun.

oOo

Satu jam kemudian Jongin menghentikan mobilnya di depan rumah ayahnya. Sehun tetap menunggu di mobil, sementara Jongin melanjutkan langkah memasuki rumah ayahnya. Rumah yang sempat menjadi rumahnya sebelum segalanya berubah. Jongin menemukan ayahnya sedang berdiri menghadap jendela di ruang keluarga. Entah apa yang dipandangi ayahnya, Jongin tidak tahu.

"Ayah," panggil Jongin. Jongwoon berbalik menghadapnya. "Aku akan mengundurkan diri dari perusahaan besok. Aku akan pergi dari keluarga ini," ucap Jongin. Ayahnya tetap menatapnya tanpa memberikan reaksi apa pun. Membuat seulas senyum penyesalan mengembang di wajah Jongin. Karena kini Jongin benar-benar yakin, ia telah menyia-nyiakan waktu tujuh tahunnya untuk memperjuangkan hal yang tidak bernyawa sama sekali.

Hidup, namun tidak benar-benar hidup. "Aku sudah mengetahui segalanya. Seungri memberitahuku. Kau memanfaatkan kebencian Haeri Ahjumma untuk menyingkirkan ibuku. Katakan padaku, bagaimana kau bisa berubah menjadi monster seperti ini? Mengapa aku tidak bisa melihatnya dalam dirimu? Aku selalu menyangkal prasangkaku, karena kau adalah ayahku. Aku mencintaimu tanpa syarat. Namun kau benar-benar berubah. Aku tak lagi mengenalmu. Kau bukanlah ayahku," ucap Jongin dengan nada bergetar.

"Aku sudah merasa cukup denganmu. Aku tidak bisa berusaha menggapaimu lagi. Tidak ketika kau bahkan tidak ingin kugapai. Aku tidak bisa memperjuangkan seseorang yang membunuh keluarganya sendiri tanpa rasa bersalah sedikit pun. Aku tidak akan jatuh bersamamu. Aku akan membuat pilihan berbeda untuk hidupku. Aku tidak akan berakhir dengan hidup seperti milikmu."

Ketika Jongwoon tak juga bereaksi, masih menatapnya dengan datar, Jongin berbalik pergi. "Selamat tinggal, Kim Jongwoon. Kuharap Ibu mengampunimu di mana pun ia berada." Sepeninggalan Jongin, Jongwoon masih tetap terdiam. Ia tahu hari ini akan datang. Hari ketika anaknya itu akan menyadari betapa mengerikan dirinya. Seorang pria yang gila akan kedudukan dan silau karena harta.

Seorang pria yang rela menukar cintanya demi setumpuk uang. Seorang pria yang gagal menyelamatkan keluarganya. Seorang pria yang tetap diam, bahkan ketika hal terakhir yang dimilikinya meninggalkannya. Jongwoon kembali berbalik menghadap jendela. Berusaha sekeras mungkin menulikan pendengarannya dari tawa segala benda bisu di rumah mewahnya.

oOo

Pengakuan

Jongin terbangun dengan aroma masakan memenuhi hidungnya. Mengikuti instingnya, Jongin melangkah menuruni tangga menuju dapur. Setelah mengikat rambutnya secara asal, Jongin berdiri di dapur yang kini terisi oleh lagu Demons dari Imagine Dragons. Terlihat Sehun yang sibuk bersenandung dengan tangan sibuk mengaduk sesuatu di atas kompor.

Tanpa kata, Jongin mendekati Sehun dan memeluk tubuh tegap milik Sehun dari belakang. Sehun mencoba untuk berbalik, namun Jongin menahannya. "Jangan melihatku." Sehun menghentikan usahanya untuk berbalik dan berdiri diam.

"Aku minta maaf atas segala kebodohanku juga keegoisanku. Seharusnya aku mendengar penjelasanmu dan memercayaimu. Dahyun datang memberikan kado itu dan aku sadar aku sudah bersikap tidak adil padamu. Maafkan aku," bisik Jongin. Sehun tetap diam. "Jika kau memaafkanku, aku tidak akan pernah melepasmu lagi. Aku mencintaimu," ungkap Jongin lembut.

Kali ini Sehun langsung berbalik dan menangkup wajah Jongin. "Apa kau bilang?" tanya Sehun. "Aku mencintaimu," jawab Jongin dengan senyum manis di bibirnya. Sehun membiarkan senyum kekanakannya terukir, hingga lesung di pipi kirinya terlihat jelas. Lalu Sehun menunduk dan mengecup bibir Jongin lembut. "Terima kasih, Jongin. Terima kasih karena mencintaiku."

Air mata kebahagiaan Jongin mengalir tanpa bisa ditahan. Sehun mengucapkan terima kasih. Sehun berterima kasih karena Jongin mencintainya. Jongin membalas ciuman Sehun di antara isak juga tawanya, membuat Sehun ikut tertawa bersamanya. "Tempat tidur?" bisik Jongin menggoda.

Sehun menggeleng. "Hal-hal bersejarah kita selalu terjadi di dapur. Aku rasa kita harus merayakannya di sini sekarang," sahutnya dengan satu kedipan mata. Jongin membelalak. "Sehun. . ." Ucapan Jongin terpotong ciuman menuntut dari Sehun dan sisa hari itu mereka lewatkan dengan berpelukan, juga tertawa dengan diiringi pengakuan cinta yang seakan tak ada habisnya.

oOo

Satu bulan kemudian

"Kau berencana membunuhku?" tanya Sehun dari pintu kamar mandi. Jongin menatap Sehun melalui cermin di hadapannya, lalu tertawa ketika melihat mata Sehun yang melekat pada gaun berwarna hijau tanpa lengan yang kini membalut Jongin dengan sempurna. Gaun itu mencapai mata kaki, namun belahannya hampir mencapai pangkal paha di satu sisi.

"Kupikir kau menyukainya," ucap Jongin seraya memoleskan lipstiknya. "Aku suka jika aku saja yang melihatnya," sahut Sehun. membenarkan dasi yang dipakai suaminya itu. "Kau akan melihatku tanpa gaun ini nanti malam. Bersabarlah," bisik Jongin. Setelah itu tawanya lepas karena melihat wajah tersiksa Sehun.

"Ayo berangkat. Sebelum aku benar-benar kehilangan kendali dan tidak ada satu pun dari kita yang akan meninggalkan kamar ini," gerutu Sehun. Setelah berperang melawan kemacetan ibukota, akhirnya Jongin dan Sehun sampai di rumah Seungri. Jongin menyambut Halla yang berdiri anggun dalam gaun kuning dan mereka berjalan di depan, sementara Sehun dan Jongdae mengobrol di belakang.

"Katakan padaku, mengapa aku harus menghadiri pesta ini?" tanya Halla. "Karena pesta ini adalah pesta pernikahan kakakku dan suami dari kakakku adalah teman dari pacar tampanmu di belakang itu," jawab Jongin lugas. Halla mengembuskan napasnya dengan dramatis, membuat Jongin tertawa. Seungri dan Baekhyun berdiri di antara kerumunan tamu undangan dengan tangan terpaut. Jongin tersenyum dan mereka membalas senyum Jongin dengan hangat.

"Selamat atas pernikahan kalian," ucap Jongin tulus. "Terima kasih, Jongin. Kedatanganmu sangat berarti untuk istriku," sahut Seungri. Baekhyun hanya tersenyum dan menatap Jongin dengan sorot yang tidak pernah diberikan sebelumnya, sorot lembut. "Bagaimana kabar bayi kalian?" tanya Jongin kemudian.

"Sehat. Ia akan tumbuh menjadi anak yang tampan seperti ayahnya," jawab Baekhyun malu-malu. "Atau ia bisa tumbuh menjadi anak yang cantik seperti ibunya," tambah Seungri tanpa ragu. Jongin kembali tersenyum. Lalu sebuah tangan melingkari pinggangnya. Sehun. Jongdae dan Halla menyusul. Mereka langsung terlibat pembicaraan dengan Seungri.

Kebanyakan dari mereka hanya menggoda Seungri yang biasanya selalu bersikap dingin, namun akhirnya berhasil menemukan pendamping. Baekhyun menyentuh tangan Jongin, lalu berbisik, "Jongin, saat aku ke rumah sakit kemarin, aku bertemu dengan Dahyun. Aku rasa ia hamil."

"Apa?" Percakapan Jongin dan Baekhyun terhenti karena Seungri menarik Baekhyun ke dalam pelukannya. "Sebenarnya aku ingin mengadakan pesta yang lebih besar dari ini. Karena aku ingin memperkenalkan Baekhyun kepada semua orang, namun Baekhyun menolaknya. Baekhyun hanya ingin mengundang orang-orang terdekatnya," ucap Seungri.

"Aku rasa ini sudah cukup bagus. Dekorasi semacam ini membuatku mengingat pernikahanku. Dan melihat Jongin yang begitu cantik, rasanya aku ingin menikahinya lagi," sahut Sehun. Semua orang tertawa sementara Jongin bersemu merah wajahnya. "Yah, setidaknya kini kami benar-benar tahu kalian menikah terburu- buru bukan karena Jongin hamil," tambah Baekhyun.

Jongin membelalak, membuat Baekhyun kembali tertawa. Obrolan pun semakin menghangat. Seakan mereka semua adalah teman lama yang ikut berbahagia di hari pernikahan temannya. Perlahan senyum Jongin mengembang dan Jongin bersandar semakin dalam ke pelukan Sehun. Menikmati hari yang berganti senja dengan senyum dari orang-orang yang dicintainya.

oOo

Malam yang larut memberikan keheningan, sementara Jongin dan Sehun terjaga di atas tempat tidur mereka. Sehun membelai punggung Jongin dan napas mereka mulai melambat hingga mencapai normal. Sehun tahu percintaannya dengan Jongin selalu memiliki arti yang lebih, namun kini semuanya benar-benar berubah sejak perngakuan cinta itu mereka suarakan.

Menjadikan segalanya lebih indah dan tak terlupakan. "Sehun?"

"Hmm."

"Aku sudah memutuskannya." Sehun memundurkan tubuhnya dan menatap Jongin penuh tanya. "Aku tidak akan melepasmu lagi," ucap Jongin. Sehun tersenyum, kemudian menanamkan kecupan manis di kening Jongin. "Dan aku akan hidup bersamamu selamanya. Aku akan ikut denganmu ke Los Angeles," lanjut Jongin.

Sehun mengerjap. Mata biru-kehijauannya menatap Jongin dengan sinar tak percaya. Membuat Jongin tersenyum. "Aku akan tinggal bersamamu di Los Angeles," jelas Jongin lembut. Sehun langsung mengubah posisinya kembali di atas Jongin dan mereka melanjutkan kembali percintaan mereka. Menuju puncak kenikmatan, bersama ikrar cinta yang mereka tautkan.

oOo

Epilog

Los Angeles, Maret 2016

Kegiatan pagi yang dilakukan Jongin dan Sehun terpotong suara ketukan pintu. Bukan ketukan pintu tepatnya, namun gedoran. "Sehun, kau harus berangkat sekarang! Meeting dengan penulis naskahmu diadakan setengah jam lagi!" seru Chanyeol dari balik pintu.

Sehun mengabaikan Chanyeol dan kembali mencium Jongin. Gedoran di pintu kembali terdengar, namun tak ada seruan yang mengikutinya. Menandakan bahwa Chanyeol sudah di ambang batas kesabarannya. Jongin terkikik geli, sementara Sehun menghela napas. "Beritahu aku. Mengapa aku mempekerjakan orang yang sangat berisik seperti itu?" tanya Sehun.

"Karena ia sanggup menghadapimu yang sangat merepotkan," jawab Jongin. Sehun menanamkan kecupan di dahi Jongin, lalu berkata, "Sampai jumpa nanti malam."

oOo

"Dan penghargaan untuk sutradara terbaik tahun ini jatuh pada Oh Sehun!" Tepuk tangan riuh mengikuti satu kalimat bernada gembira itu. Sehun mencium bibir Jongin sebelum maju ke panggung dan menerima pialanya. Kamera langsung menyorot wajah tampannya yang kini terlihat berseri-seri bahagia. Siapapun yang melihat Sehun bisa mengetahuinya dengan jelas.

Film romantis yang digarap Sehun di resort Lombok berhasil menyedot banyak perhatian hingga merajai box office selama tiga pekan. Hal ini merupakan pencapaian besar mengingat Sehun belum pernah menyutradarai sebuah film romantis. Kritik yang diberikan pun sangat bagus hingga jangan tanya berapa keuntungan yang berhasil Sehun dapatkan.

Setelah mengucapkan terima kasih untuk beberapa nama penting, akhirnya Sehun tersenyum menatap Jongin. Dengan senyum kekanakannya yang memperlihatkan lesung di pipi kirinya.

"Terima kasih, Jongin. Terima kasih karena sudah mencintaiku dan tidak pernah melepasku. Terima kasih karena sudah menjadikanku pria paling beruntung di dunia ini dengan menjadi milikku. Dan terima kasih sudah menjadi malaikat tak sempurnaku. Ketidaksempurnaan kita menjadikan cinta kita sempurna," ucap Sehun.

Tepuk tangan kembali terdengar, diiringi siulan juga tawa. Sehun mengirimkan cium jauhnya untuk Jongin dan suasana semakin meriah. Satu jam kemudian, acara penghargaan itu selesai dan Jongin meminta Sehun untuk membawanya pulang. Jongin memiliki kejutan ulang tahun untuk Sehun.

Begitu sampai di rumah, Jongin langsung mengajak Sehun ke kamar mandi dan menyodorkan sebuah alat berbentuk panjang dengan warna pink ke tangan Sehun. "Aku tahu kau sudah memiliki segalanya. Sangat sulit mencari hadiah untukmu. Dan karena ini hadiah pertamaku untukmu, aku ingin membuatnya istimewa," jelas Jongin.

"Ini. . . kau. . ." Sehun tidak bisa berkata-kata, membuat Jongin semakin melebarkan senyumnya. "Benar. Aku sedang mengandung."

"Kau memberiku hadiah seorang bayi? Bayi kita?" Jongin mengangguk dan Sehun bersorak gembira. Selama sesaat Jongin tenggelam dalam tawa sementara Sehun mengekspresikan kebahagiaannya dengan berbagai pose lucu. Setelah puas berseru dan mengucapkan terima kasih pada Jongin, Sehun membawa istrinya kembali ke tempat tidur.

"Aku rasa kita harus setia pada tempat tidur ini hingga beberapa bulan ke depan. Aku harus menyimpan ide bagusku hingga bayi kita lahir," ucap Sehun. Jongin tertawa, karena ide bagus yang dimaksud Sehun adalah bercinta di setiap tempat yang terpikirkan olehnya. "Tentu. Dan kurasa ini artinya kau akan terikat denganku selamanya. Kau adalah milikku, Oh Sehun," sahut Jongin.

"Dan kau adalah milikku, Oh Jongin. Malaikat tak sempurna yang menyempurnakan hidupku."

END

Lama banget? Iyah! Maafkeun yah.. Selesai sudah! Holaa bagaimana endingnya? Memuaskan bukan? Kkk~