Boboiboy © Animonsta Studio, Malaysia

Kaizo and Fang brotherly stuff. Fluff

Kaizo: 14 y/o

Fang: 5 y/o

.

.

.

EDIT:

Fanfic yang tadinya berjudul "Good Night, Little Shadow" ini akhirnya saya khususkan untuk cerita-cerita pendek Kaizo (14) dan Fang (5). Update tak tentu. Kalau saya lagi rajin aja nulis tentang kakak adek yang manis inih xD

.

.

.

Udah pada nonton episode terakhir Boboiboy yah? ^^ Akhirnya ketahuan kalau Kaizo itu adalah abangnya Fang. So, mendadak aku kepikiran ini waktu lagi asyik ngobrol di statusnya temen di FB xD I really love fluff stuffs when it comes to Kaizo and Fang xD


Good Night, Little Shadow

.

.

.

"Kaizo."

"Hnn..."

"Kaizo..."

"Hnngh..."

"Kaizo, bangun."

"Ngggh...!"

"Kaizo, bangun...!"

Remaja berusia empat belas tahun membuka matanya dengan berat. Sembari merenggangkan tubuh di balik selimut ia membalikkan punggungnya dan kini berhadapan dengan seorang bocah berusia lima tahun yang sedang memeluk boneka anak anjing kesayangannya.

"Nngh...? Ada apa, Fang?"

Angka pada jam dijital menunjukkan pukul 1.24 pagi buta. Begitu berat dan mengantuk luar biasa mata sang remaja. Namun si kecil Fang tak bisa membuatnya cuek dan kembali tidur begitu saja.

"Kaizo, Pang mau pipis..."

Udara dingin di kamar asrama akademi militer tak memiliki toleransi untuk Kaizo bangkit dari tempat tidur membantu Fang kecil membuka celananya dan buang air kecil di kamar mandi.

"Fang, sini Puppy-nya Kaizo aja yang pegang. Jangan dibawa masuk kamar mandi juga."

Dari tangan mungil Fang si boneka anak anjing diserahkan pada Kaizo yang terduduk terkantuk-kantuk di samping pintu kamar mandi.

Tak lama, suara mungil dari dalam kamar mandi memanggil, "Kaizo, Pang udahan."

Rasa kantuk Kaizo mulai hilang begitu ia membantu Fang mencuci tangannya dan memakai celana.

Kedua kakak-adik itu kembali berbaring di tempat tidur. Namun Fang justru membaringkan tubuh di atas dada abangnya. Kaizo serta merta memeluk tubuh mungil adiknya.

Mata bulat lebar Fang kini terbuka tanpa rasa kantuk.

Kaizo tahu jelas itu pertanda buruk di pagi buta. Ia hanya bisa menghela napas sambil membiarkan jemari mungil Fang menepuk-nepuk pipi Kaizo.

"Fang, bobo lagi sana."

"Ga bisa bobo. Mau main sama Kaizo..."

"Hei, besok aku ada pelatihan setelah apel pagi."

"Nggg..."

Ini dia. Si kecil mulai merajuk.

Sejak keduanya masuk akademi militer bersama-sama mereka nyaris tak pernah terpisah. Dan tentu saja remaja dengan prestasi terbaik di angkatannya itu sudah hapal jelas pada kebiasaan sang adik yang sekamar dengannya.

"Fang. Kaizo nggak mau kalau Fang susah gini, deh."

"Tapiii... Pang nggak bisa bobo..."

Bahkan menyebut namanya sendiri saja dia belum bisa lancar. Masih suka membawa boneka anak anjing husky kesayangannya ke mana-mana.

Kaizo heran bagaimana ia bisa betah bersama adiknya yang masih kecil itu.

Fang memang diikutkan ke dalam pendidikan junior di pangkalan militer terlebih karena Kaizo sendiri sudah pernah mengikuti program tersebut. Fang yang tak pernah bisa lepas dari abangnya pada akhirnya tinggal di asrama yang sama dengan Kaizo. Asrama yang berisikan para calon prajurit remaja yang sedang mengambil pendidikan di akademi. Fang menjadi satu-satunya anggota termuda di asrama tersebut karena ia tinggal sekamar dengan kakaknya tersayang.

Kini sang calon prajurit hanya bisa menghela napas pasrah menghadapi adiknya. "Oke. Fang mau apa?"

"Mau main bayang-bayang."

"Hhh... baiklah..."

Helaan napas mengiringi tubuh Kaizo bangkit dengan Fang yang asyik memeluk leher abangnya tanpa mau bergerak dari posisinya. Ia menyempatkan menggesek-gesek hidungnya pada hidung sang adik dengan gemas membuat Fang terkekeh.

Tak disangkal, Kaizo sendiri benar-benar menyayangi adiknya itu. Meski terkadang Fang manja dan cengeng, Kaizo tak keberatan adiknya merajuk manja minta digendong atau sekedar dipeluk.

Sebuah senter diletakkan di atas meja menghadap tembok kosong. Kaizo mulai memainkan jemarinya membentuk sesuatu. Fang tertawa riang begitu melihat bayang-bayang anjing di tembok yang dibentuk Kaizo dari jemarinya.

Kaizo membantu Fang membentuk hewan-hewan lain dengan jemarinya yang mungil.

Keduanya tertawa-tawa kecil.

Fang duduk di pangkuan abangnya yang tak jarang gemas pada sang adik sambil memeluki dan menciumi pipi tembam Fang membuat si mungil kegelian.

Hingga akhirnya sang adik kelelahan, Kaizo mengangkat tubuh Fang kembali ke tempat tidur dan menyelimutinya. Dengkuran kecil terdengar halus.

Dengan lembut Kaizo mengelus dahi adiknya menyingkirkan poni rambut Fang agar tak mengganggu tidur sang adik. Ciuman kecil di dahi mengantar tidur Fang semakin lelap.

"Selamat tidur, Fang. Besok sore kita jalan-jalan di taman sambil makan donat kesukaanmu, yah."

Tak ada yang tahu kebaikan hati Kaizo.

Hanya Fang yang tahu betapa spesial sang abang di hatinya.

Hanya Fang yang tahu Kaizo adalah abang yang terbaik di seluruh galaksi.

Hanya Fang yang tahu.

.

.

.

end