Er.. ha ha, entah sudah bulan gue telantarin ini fic. Gue minta maaf, ga ada yang perlu gue jelasin soal kenapa gue ga update, karena apapun yang gue omongin hanya akan jadi alasan yang ga bisa membenarkan apa yang udah gue lakuin. Ets dah xD gue jadi ngomong ga jelas gini.

Well, Happy Reading ^_^

.

.

.

SHUT UP, AND DANCE UNDER THE RAIN

Last Chapter

Disclaimer Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

Rate M

WARN Lime/Lemon explisit maybe, penuh dengan kalimat umpatan yang kasar

just for 18+

Bagi yang ngerasa di bawah umur jangan main kesini,

Atau dosa di tanggung sendiri xD

.

.

.

Fanfic ini dan segala kekurangannya

so

DLDR (Don't Like Don't Read)

Please, Jangan nyampah disini !

Just click back oke !

.

.

.

o0o

.

.

.

.

Alynda B Present ^_^

.

.

.

Genap setahun sudah dirinya mendapatkan keluarga yang dulu didambanya. Harusnya dia bahagia kan? Tapi kenyataanya? Airmata kembali menetes dari manik kelam gadis cantik itu. Suara tangisnya teredam bantal yang sengaja ia gunakan untuk menutupi kepalanya. Suara sayup-sayup pertengkaran di lantai bawah menyapa pendengarannya.

"Sudah kubilang untuk tidak bertindak menjijikkan terutama saat kau berada di lingkungan Sarada brengsek!" suara teriakan itu tidak salah lagi suara Mama-nya.

"Apa maksudmu Sakura? ah, apa yang kau maksud sekertarisku? Ada yang salah? Lagipula aku tidak bercinta di hadapanmu kan"

PRANG

Suara pecahan barang yang di sambut suara teriakan sang Mama.

Isakan gadis bersurai hitam ini semakin keras. Dipeluknya erat foto kecil keluarga barunya yang di ambil sesaat setelah acara pernikahan mama dan papanya tahun lalu.

Ia hanya ingin memiliki keluarga yang utuh seperti yang selalu di elu-elukan oleh teman-temannya selama ini. Ia hanya ingin bahagia, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk mamanya.

Menjadi seorang anak yang selama ini pendiam dan selalu tersenyum meski tipis bukan berarti ia tidak mengerti jika mamanya terus berusaha seorang diri untuk dirinya. Oleh karena itu ia berusaha membantu dengan tidak menjadi anak yang tidak merepotkan.

Ia sangat tidak terima saat mendengar ucapan dari tetangga dan ibu-ibu menyebalkan dari teman-temannya disekolah yang mengatakan bahwa mamanya adalah seorang pelacur yang jalang hingga melahirkan anak diluar nikah.

Ia yang saat itu tidak mengerti arti sebenarnya dari kalimat-kalimat itu pun memahami bahwa yang mereka ucapkan adalah sebuah penghinaan untuk mamanya. Ia tidak terima! Mamanya yang cantik,mamanya yang baik dan satu-satunya mamanya yang paling berharga dan paling ia sayang harus mengalami penghinaan seperti ini karena dirinya.

Ia tidak peduli jika yang mereka bicarakan itu dirinya. Tapi menghina mamanya! Membuatnya gatal untuk menahan diri agar tidak meludah dan memukul wajah penuh make up tebal menjijikkan mereka. Wanita dengan wajah jelek seperti mereka tidak pantas menghina mamanya yang cantik bahkan tanpa benda berwarna-warni aneh yang menutupi mukanya seperti mereka.

Karena itulah ia memutuskan untuk menemui sang papa saat ia tak sengaja melihatnya berada di kafe yang sama dengannya.

Jadi, apa ia telah membuat kesalahan karena dengan egois memaksa mama dan papanya menikah? Apa ia bersalah karena mengharapkan sebuah keluarga? Apa ia bersalah karena telah berharap untuk bahagia?

Ya, ia bersalah jika nyatanya mamanya semakin terluka

Seharusnya ia tidak mendatangi papanya saat itu. Seharusnya ia tidak menggagalkan rencana lamaran paman Gaara saat itu, karena setidaknya ia tidak akan menyiksa papa, mama dan dirinya sendiri sekarang. Ia harusnya tahu diri dan tidak serakah meminta kebahagiaan.

Bukankah ia sudah cukup bahagia dengan hidupnya dulu?

.

.

.

o0o

.

.

.

"Aaaaarrrgh..."

Sakit tak terperi yang ia rasakan didadanya membuat pria yang biasanya berkharisma saat berbisnis ini tak kuasa untuk meneteskan air matanya. Ia menangis !

Sungguh, ia tak bermaksud menyakiti wanita yang kini telah menjadi istrinya itu. Tuduhan-tuduhan yang di lontarkan Sakura padanya membuatnya marah. Ia bersumpah bahwa ia tidak pernah bermain wanita lagi dibelakang Sakura. Bahkan meski nyatanya wanita itu sama sekali tidak pernah mengijinkan dirinya menyentuhnya.

Sasuke frustasi, gairahnya selalu meningkat hanya dengan melihat wajah cantik Sakura. Suara lembut istrinya seakan menjadi lagu terindah yang selalu ingin didengarnya, membuat darahnya berdesir. Tapi, Sakura selalu menolak dirinya. Badan wanita itu akan bergetar hebat dan setelahnya dia akan berteriak histeris setiap kali Sasuke mencoba untuk mencumbunya. Sungguh, ia sangat menginginkan Sakura, wanitanya, istrinya, cintanya.

Ia memang beberapa kali sempat berfikir untuk sedikit melampiaskan gairahnya pada wanita lain. Tapi, bagaimana ia bisa bermain dengan wanita lain saat di otaknya hanya ada Sakura? Bagaimana ia bisa menyentuh wanita lain jika hatinya terus meneriakkan nama wanita itu?

Di usapnya wajahnya kasar lalu bangkit dari sofa dan berjalan ke arah lemari kecil tempat Sakura biasanya menyimpan kotak P3K. Setelah mengambil kotak itu dan membawa sebaskom air bersih serta handuk kecil Sasuke bergegas menuju kamarnya dan Sakura.

Suara isak tangis wanita itu terdengar jelas, dan hal ini semakin mengoyak hati Sasuke. Suara gumaman Sakura membuat pria ini mengurungkan niatnya untuk membuka pintu. Pria ini ingin mengetahui apa yang dirasakan wanita itu selama ini.

.

.

.

"Kenapa se-semuanya b-berantakan seperti ini?" suaranya yang berat dan tersendat itu benar-benar terdengar menyedihkan. Sakura mendesah frustasi, ditarik-tariknya rambut panjang miliknya hingga beberapa helainya tercabut. Ia bahkan tidak menghiraukan darah yang mengalir dari luka di telapak tangannya kini menodai wajahnya yang semakin memucat. Gaun tidurnya yang berwarna putih juga mulai berubah warna.

Sakitkah? Rasa sakit ditubuhnya tidak sebanding dengan yang ia rasakan dihatinya.

Hatinya yang telah terpecah dulu, mulai tersambung kembali bahkan mulai berwarna dengan adanya Sarada dan kembalinya Sasuke dihidupnya kini telah hancur berkeping-keping.

"Jika kau akan tetap bersikap seperti dulu kenapa kau harus bersikap baik padaku Sasuke-kun? Seharusnya kau tidak memperlakukanku dengan lembut seolah aku benar-benar istrimu hingga aku sanggup memberikan separuh hatiku padamu seperti ini. Aku akan benar-benar hancur saat kau membuangku brengsek!".

"Tapi aku tau, aku tidak seharusnya mengeluh ini semua salahku. Aku tidak pernah bisa melaksanakan kewajibanku sebagai seorang istri. Aku ini sudah cacat Sasuke-kun"

Harusnya ia tak mempercayai ucapan pria yang telah mengikatnya dalam janji suci pernikahan itu. Harusnya ia tidak memberikan hatinya yang telah rapuh. Harusnya ia menolak saat Sarada memintanya menikah dengan Sasuke, karena Sasuke tidak akan bisa menerimanya.

Sakura yang sekarang bukanlah Sakura yang dulu. Dirinya telah berubah sejak pemerkosaan itu terjadi. Meski ia tidak menyesalinya karena adanya Sarada yang telah menjadi belahan jiwanya.

Ia menyadari, ia selalu ketakutan untuk memulai hubungan dengan pria. Bahkan saat ia bekerja di kantornya, ia selalu menyerahkan pekerjaannya pada Ino jika kliennya adalah seorang pria. Ia bahkan selalu gemetar hebat jika berdekatan dengan Sai suami Ino, juga Gaara sahabatnya dulu.

Tapi Gaara dan Sai selalu sabar, menenangkannya dan berkata bahwa dia bisa mempercayai mereka dan membagi apapun yang ia rasakan seperti pada Ino. Khususnya Gaara, pria itulah yang membuatnya kini bisa bersosialisasi dan berteman serta menghadapi klien pria sendiri.

Hanya pria itu yang bisa memeluknya tanpa membuatnya gemetar dan berkeringat dingin, bahkan saat ia merasa ketakutan pada pelukan Sasuke. Mungkin karena Sasuke adalah penyebab semua ini terjadi, dan kenangan itu masih tertanam kuat jauh di lubuk hati Sakura.

Tapi bukankah hal itu seharusnya sembuh saat hatinya mulai memaafkan, bahkan jatuh cinta pada Pria itu. Setidaknya itulah yang dikatakan psikiaternya dulu. Nyatanya ia masihlah wanita cacat yang kehilangan gairah bahkan ketakutan dengan aktifitas intim seperti berpelukan, berciuman, apalagi seks.

Sejujurnya ia dulu pernah mencoba untuk melakukannya dengan Gaara, mengingat hanya pada pria itulah ia merasa tenang. Ia hanya berhasil melakukan foreplay dengan pria merah itu. Sebelum ia berteriak histeris ketika Gaara mencoba memasukkan penis pria itu kedalam vaginanya. Ia merasa bersalah ditengah ketakutan yang melandanya. Ia menangis dan meminta maaf didalam pelukan menenangkan pria merah baik hati itu.

Tapi dengan Sasuke, jangankan foreplay, memeluk suaminya itu saja akan membuatnya berkeringat dingin. Saat pernikahannya dengan Sasuke, Sakura berhasil mencium bibir Sasuke tanpa bergetar karena Gaara berada didekatnya.

Bukan hanya Sasuke yang frustasi dengan kehidupan rumah tangga mereka yang hambar karena kebutuhan seks yang tidak terpenuhi, Sakura juga frustasi.

Wanita musim semi ini begitu ingin menyerahkan dirinya sepenuhnya pada pria yang telah memilikinya itu. Apalagi setelah ia mulai mencintai suaminya. Ia juga ingin seperti wanita-wanita yang lain yang bisa menikmati berhubungan intim yang romantis dengan Sasuke. Tapi apa daya, dia tidak mampu.

Lagi-lagi ditariknya rambut merah muda panjangnya hingga semakin banyak yang tercabut dan menempel di telapak tangannya yang juga penuh darah. Isak tangisnya juga terdengar semakin keras dan memilukan.

"Aku wanita bodoh dan tidak berguna"

CKREK

"Berhentilah menyalahkan dirimu sendiri Sakura"

Suara pintu yang terbuka lalu diiringi suara baritone yang serak membuat Sakura mengangkat wajahnya. Ah.. itu Sasuke, melihat suaminya berdiri dihadapannya dengan wajah kusut dan sorot mata yang menatapnya khawatir membuatnya muak.

"Apa yang kau lakukan disini brengsek?"

Pria itu mengernyit, raut tidak suka terang-terangan terlukis diwajahnya kala mendengar umpatan istrinya itu. "Ini juga kamarku, kalau kau lupa. Astaga lihat semua darah itu, apa kau berusaha membunuh dirimu sendiri dengan membiarkan lukamu begitu saja Sakura?"

Sakura mendengus keras "Jika dengan mati bisa membuatku menjauh darimu, mungkin aku memang sebaiknya mati saja"

Ucapan yang dikeluarkan Sakura membuat Sasuke terperanjat, hatinya berdenyut sakit. Dia terluka dan marah. "Tutup mulutmu! Jangan berani-berani kau mengucapkan kalimat brengsek itu lagi sialan!"

Manik emerald Sakura melebar saat mendengar bentakan Sasuke. Pria itu tidak pernah membentaknya sekeras itu, biasanya dia selalu berbicara datar meskipun kalimat yang ucapkan selalu sinis. Bahkan saat dia marah dan berteriak dihadapannya, suaminya itu hanya akan memandangnya dingin. Airmata wanita itu tiba-tiba menetes tanpa ia sadari. Ia ketakutan.

Melihat wanita dihadapannya menangis membuat rasa bersalah kembali menyeruak dalam dadanya. Sasuke mendesah lelah sebelum meletakkan barang-barang yang ia bawa. Ia mendekati istrinya yang masih duduk gemetar sambil memeluk lututnya dan menangis di tengah ranjang. Diraihnya tubuh gemetar wanita itu dan dibawanya ke dalam pelukannya. di usapnya lembut punggung rapuh wanitanya.

"Maafkan aku Sakura, aku tidak bermaksud membentakmu. Aku tidak suka mendengarmu berbicara tentang kematian. Jika kau pergi, bagaimana denganku? Bagaimana dengan Sarada? Kami tidak akan bisa hidup tanpamu Sakura"

Sakura masih menangis sesenggukan didadanya. Wanita itu juga meremas kemejanya erat. "K-kau bisa mencari istri baru Sasuke-kun. Wanita yang bisa menjadi istri dan ibu yang baik untuk Sarada. Yang tidak cacat sepertiku"

Pelukan Sasuke mengerat "Tidak ada wanita lain yang bisa menggantikanmu Sakura. Kau satu-satunya wanita yang kucinta, kau juga satu-satunya ibu Sarada. Ini semua kesalahanku. Jika ada sesorang yang harus pergi, itu aku Sakura. Aku yang telah menyebabkan semua ini terjadi. Sungguh maafkan aku Sakura"

Manik emerald Sakura membesar saat merasakan bahunya basah. Ia terkejut saat mengetahui Sasuke juga menangis. Ia menggeleng "Aku sudah memaafkanmu sejak dulu Sasuke-kun, sejak aku mendengar detak jantung putri kita di perutku dan aku jatuh cinta padanya. Aku sudah memaafkanmu. Aku hanya frustasi Sasuke, aku cacat sebagai seorang istri, sebagai seorang wanita. Aku tidak bisa melayanimu dengan benar Sasuke-kun."

Mendengar ucapan panjang yang keluar dari mulut wanitanya membuat Sasuke merenggangkan pelukannya sehingga ia bisa menatap langsung manik emerald menenangkan yang selalu ia sukai sejak dulu meski ia pernah menyangkalnya. "Jika kau bisa memaafkanku, maka sekarang yang harus kau lakukan adalah belajar untuk memaafkan dirimu sendiri Sakura. Kau tidak perlu terus menyalahkan dirimu sendiri. Semua yang terjadi bukan salahmu, tapi salahku. Kau tidak bersalah, jadi berhentilah menghukum dirimu sendiri."

Sakura terdiam dengan apa yang dikatakan Sasuke. Apa maksudnya ia menghukum dirinya sendiri? Apa maksudnya ia menyalahkan dirinya sendiri?

Kilasan-kilasan masa lalunya kembali menghantamnya.

Deg

Sasuke benar.

Meskipun ia berkata ia tidak menyesalkan kejadian itu karena kehadiran Sarada, nyatanya selama ini ia memang selalu menyalahkan dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi dirinya, kehormatannya sebagai seorang wanita.

Meskipun ia bersikap kuat, nyatanya ia lemah. Ia kembali menyalahkan dirinya sendiri saat melihat mata Sarada yang terlihat sedih memandang teman sebayanya yang di jemput ayahnya. Meski ia berpura-pura tegas, nyatanya sedikit banyak ucapan tetangga dan ibu-ibu teman Sarada yang mengatakan bahwa ia hanyalah seorang pelacur mempengaruhi dirinya.

Ia membenci dirinya sendiri. Ia jijik pada dirinya sendiri.

Karena itulah tanpa sadar dia menghukum dirinya sendiri dengan tidak bisa mendekati lawan jenisnya. Ia merasa tidak layak untuk mereka. Air matanya kembali turun saat menyadari semua itu.

"Kau tidak perlu menghukum dirimu lagi Sakura. Akulah yang akan menanggung hukuman itu untukmu. Kau hanya perlu menyalahkanku dan menghukumku Sakura" suara Sasuke yang kembali terdengar membuat airmatanya semakin deras.

Ia menangis histeris, ia marah! "Aku membencimu! Aku membencimu brengsek! Aku membencimu Sasuke. Kau yang menyebabkan semua ini. Kau sudah menghancurkan hidupku, mimpiku, masa depanku. Semuanya.. kau menghancurkanku Sasuke, aku membencimu"

Air mata Sasuke kembali mengalir. Dipeluknya erat tubuh Sakura setelah ia membiarkan wanita itu memukuli dadanya. Pukulan wanita itu tidak main-main sakitnya, ia dulu memang pernah mendengar jika wanita musim semi itu memiliki tenaga monster. Tapi rasa sakit di dadanya tidak sebanding dengan apa yang telah dirasakan wanitanya itu.

Dieratkanya lagi pelukannya pada tubuh mungil istrinya setelah diciuminya seluruh wajah dan kedua telapak tangan Sakura. Tubuh ringkih inilah yang telah menanggung berbagai beban dan kepahitan karena dirinya. Kali ini dirinya lah yang akan menanggung beban itu. Sakura hanya boleh berbahagia saat ini dan seterusnya.

"Aku mencintaimu Sakura"

"Aku juga mencintaimu Sasuke-kun"

.

.

.

o0o

.

.

.

Manik emerald bening milik wanita berambut pink itu mengerjap sesaat sebelum benar-benar terbuka. Tidurnya tadi malam adalah tidur ternyenyak yang pernah ia rasakan sepanjang hidupnya. sasuke yang mengobati lukanya, bukan hanya luka di tangan tapi juga luka yang menganga di dalam hatinya. Sasuke yang memeluknya erat, membisikkan kata cinta di telinganya sepanjang malam itu terasa seperti mimpi terindah yang didapatnya selain mimpi tentang dirinya yang bermain di padang rumput bersama ayah dan ibunya dulu. Jika ini memang mimpi, ia berharap untuk tidak akan pernah terbangun.

Pelukan yang tiba-tiba mengerat dipinggangnya membuatnya tersadar dari lamunannya. Ah.. ternyata itu bukanlah mimpi, itu kenyataan.

"Kau sudah bangun Sakura?" suara serak khas bangun tidur membuat senyum Sakura semakin lebar. Wanita itu mengangguk sambil mengusap lembut rahang kokoh pria dihadapannya sebelum bangkit dari tidurnya.

"Aku harus menyiapkan sarapan dulu. Sudah pukul 7 Sasuke-kun, kau tidak bekerja hari ini? Sarada juga harus sekolah"

Sasuke mengangkat alisnya saat mendengar pertanyaan Sakura "Ini hari minggu sayang, tidak ada yang bekerja dan pergi ke sekolah di hari libur Sakura"

Wanita musim semi itu berkedip beberapa kali sebelum memukul pelan dahinya lalu tertawa.

"aku lupa, tapi itu tidak bisa menjadi alasan untuk bermalas-malasan Sasuke. Mandilah terlebih dahulu sementara aku akan memasak untuk kita semua"

.

.

.

Sasuke tersenyum melihat sang istri tengah memasak. Wanita itu tengah serius memotong-motong beberapa tomat yang akan di masaknya itu. Rambut merah muda panjangnya di ikat tinggi dengan asal, menyisakan beberapa anak rambut. Terlihat berantakan namun seksi disaat yang bersamaan apalagi dengan kemeja putih kebesaran miliknya yang menempel di tubuh wanita itu. Ia teringat, saat ia mengganti gaun tidur Sakura yang penuh darah dengan kemeja yang ia pakai semalam.

Ah.. Sejak dulu sakura memang wanita yang sangat menawan, ia mengakuinya. Satu-satunya wanita yang membuatnya cemburu karena wanita secantik Sakura hanya menatap lembut pada Naruto sahabatnya dan memandangnya dengan sebelah mata.

Pria itu berjalan mengendap-endap dan langsung memeluk istrinya dari belakang. Ia tersenyum merasakan tubuh wanitanya yang menegang karena kaget.

"Kau mengejutkanku Sasuke-kun. Kau sudah selesai mandi?" pertanyaan basa-basi karena aroma citrus dari sabun yang biasa Sasuke kenakan menyerbu hidungnya. Ia hanya merasa sedikit gugup dengan pelukan mendadak itu.

"Aku mencintaimu Sakura" pernyataan cinta yang dilontarkan Sasuke membuat Sakura membalik tubuhnya jadi menghadap prianya lalu tersenyum lembut.

"Aku juga mencintaimu Sasuke-kun"

Wanita itu menutup matanya saat merasakan kecupan lembut suaminya di bibir tipis miliknya. Sejak Sakura meluapkan emosinya semalam, tubuhnya berhenti bergetar saat Sasuke menyentuhnya. Ia tak lagi menangis histeris meski ia masih sedikit mengeluarkan keringat berlebih. Ia membalas ciuman Sasuke. Ciuman yang awalnya hanya sebuah kecupan lembut kini semakin dalam. Tanpa sadar tangan Sakura telah bertengger di leher suaminya, ia meremas lembut rambut pria itu. Sementara Sasuke menarik tengkuknya dan mempererat pelukan dipinggangnya.

"Papa, Mama" suara lembut Sarada yang berdenting seperti lonceng itu mengagetkan sepasang suami istri yang tadi terbuai oleh ciuman masing-masing.

"Sayang, kau sudah bangun?" pertanyaan Sakura hanya di jawab anggukan kepala putrinya yang masih memandangnya dengan mata berbinar-binar dan sorot wajah penuh dengan kelegaan. Melihat hal itu membuat Sakura tersenyum lembut. "kemarilah Sarada"

Gadis kecil berambut hitam itu langsung berlari menerjang sang mama dan memeluknya erat. "Maafkan mama karena sudah membuatmu cemas sayang"

"MmHmm, padahal jika hari ini kulihat mama masih bertengkar dan menangis karena papa, aku sudah berniat untuk membawa mama pulang ke rumah lama kita dan menjemput paman Gaara"

Sasuke masih saja tercengang saat mendengar omongan Sarada yang di sertai lirikan tajam yang di arahkan padanya. "Hey.! Kenapa kau membawa nama pria panda brengsek itu? Lupakan dia Sarada!" sungutnya tak terima.

Sarada dan Sakura hanya memutar bola matanya sambil mendengus bosan "Kau yang brengsek papa! Bukankah dulu sudah kubilang untuk tidak menyakiti mama lagi, dan papa melakukannya"

Sasuke kembali mengernyit "Itu bukan salahku Sayang, mama-mu lah cemburu buta dan menuduh papa seenaknya sendiri. Dia marah-marah tanpa bertanya terlebih dulu. Lagipula kenapa juga dia harus cemburu pada Izumi."

Sakura mengerjap "Jadi wanita waktu itu adalah Izumi-chan?"

"Hm, gadis itu merengek memintaku untuk menjadikannya sekertarisku untuk mendekati salah seorang klienku"

Sarada terkekeh mendengarkan apa yang dikatakan papa nya. Apa-apaan itu? Rumah mereka seperti medan perang hanya karena mamanya cemburu buta pada bibi nya? Yah setidaknya suasana rumah ini jadi jauh lebih menyenangkan dari pada yang pernah ia rasakan sebelumnya. Papa dan mamanya tidak pernah bercanda, apalagi saling berciuman mesra seperti tadi.

Bukankah ini awal yang baik? Semoga saja

.

.

.

o0o

.

.

.

Suara shower yang berbunyi membuat jantungnya berdetak kencang, Sakura bahkan yakin rusuknya akan patah jika jantung terus menggedor-gedor dadanya sekeras ini. Ia sudah memutuskan akan melakukan malam pertamanya dengan Sasuke, meskipun sebenarnya pria itu tidak tau apapun mengenai rencananya kali ini.

Wanita itu masih bimbang tentang haruskah ia akan menyusul suaminya ke dalam shower dan mandi bersama ataukah menunggu pria itu menyelesaikan mandinya dengan menggunakan lingerie seksi berwarna merah?.

Srak

Suara pintu kamar mandi yang terbuka membuyarkan lamunan Sakura. Bodohnya, dia masih belum menentukan pilihan hingga kini Sasuke selesai mandi dan kini menatapnya dengan kening berkerut.

"Kau tak apa sayang?"

Aroma citrus memabukkan tercium dari tubuh Sasuke. Pria itu hanya memakai celana piyamanya dengan handuk yang masih bertengger di bahunya. Beberapa tetes air yang lolos seakan membelai lembut kulit putih suaminya itu. Membuat Sakura tanpa sadar menelan ludah. Sial, ini hanya perasaannya saja atau Sasuke memang terlihat seksi.

Sasuke menyeringai saat mengetahui arah pandangan istrinya. "Menikmati pemandangan eh?"

Ia tertawa saat dilihatnya sang istri terbatuk dan kemudian buru-buru mengalihkan pandangannya dari tubuhnya. Setelah di letakkannya handuk yang tadi ia kenakan, pria itu kemudian mendekati sang istri yang menunduk masih salah tingkah. Di tariknya dagu mungil itu hingga wajah mereka berhadapan.

Sasuke tersenyum lembut "Tidak apa-apa sayang, tubuh dan jiwaku juga milikmu. Kau bisa memandanginya, atau melakukan apapun sepuasmu"

Sakura mengerjap pelan "Benarkah?"

Lihatlah wajah polos istrinya itu? Membuat Sasuke ingin memakannya saat ini juga. Tapi, ia harus menahan dirinya, wanitanya itu masih belum siap. Tapi, ia tidak bisa menahan diri untuk menciumnya. Aroma bunga sakura yang menenangkan menguar dari tubuh mungil istrinya membuatnya mabuk. Di lumatnya lembut bibir chery milik istrinya itu.

Ciuman lembut itu perlahan meningkatkan gairah keduanya. Sakura bahkan telah mengalungkan tangannya ke leher Sasuke. Sedangkan tangan suaminya menarik tengkuknya memperdalam ciuman mereka. Sesekali tangannya memijat lembut tengkuk dan pinggang Sakura, membuat wanita musim semi itu melenguh tanpa sadar.

Sakura membuka matanya di tengah ciuman panas mereka, emeraldnya mengamati ekspresi Sasuke yang terlihat lembut, nafasnya yang terengah-engah, keringat yang menetes di dahinya membuat pria itu semakin seksi. Makhluk indah dihadapannya itu adalah suaminya, lelakinya, miliknya.

Sakura tersenyum ditengah ciuman mereka, wanita itu kembali menutup matanya dan mulai membuka mulutnya mengijinkan lidah Sasuke masuk dan bertemu dengan miliknya. Ia sedikit kewalahan dengan tempo ciuman suaminya itu. Lelehan saliva entah milik siapa itu menuruni bibir dan mengalir turun melewati leher Sakura itu semakin mempertegas panasnya ciuman pasangan sejoli yang tengah di mabuk gairah.

Ciuman Sasuke merambat turun ke leher Sakura. "Nggh" Wanita itu reflek mendongakkan kepalanya, mempermudah akses untuk prianya menjelajah. Pria itu mencium, menjilat dan menggigit lembut lehernya, meninggalkan beberapa bekas kemerahan yang merupakan tanda bahwa Sakura adalah miliknya. Hanya miliknya!.

Setelah puas menandai wanitanya, ciuman pria itu kembali naik. Ia menghujani wajah istrinya dengan ciuman. Mulai dari keningnya yang ia kecup mesra, kedua matanya, hidung mancungnya, kedua pipi tirusnya lalu yang terakhir ia kembali mengecup bibir Sakura dengan ciuman agresif dan jauh lebih menuntut dari yang tadi.

Tangan pria itu juga tidak tinggal diam begitu saja. Ia bergerilya di sekujur tubuh Sakura. menyentuhnya lembut dan seringan kapas. Menghantarkan jutaan volt listrik yang terasa menyengat di permukaan kulit polos Sakura. "Ahn.." Ia bahkan tidak ingat kapan suaminya itu menanggalkan piyama bergambar teddy bear imut yang ia kenakan tadi. Meninggalkan dirinya hanya dengan pakaian dalamnya saja.

Ciuman Sasuke kini berpindah ke belakang telinganya. Ia meniup-niup lembut belakang telinga Sakura dengan sengaja setelah sebelumnya menjilatinya intens sementara tangan bermain-main di kedua payudaranya. Membelainya pelan tanpa menyentuhnya. Membuatnya mengerang frustasi karena tingkah jahil sang suami.

"aahn.. ja-jangan mempermainkanku S-Sasuke"

Sasuke menyeringai saat mendengar kalimat bernada frustasi dari mulut Sakura. Pria itu langsung menyentuh kedua payudara Sakura dari luar bra bersamaan, meremasnya lembut kemudian keras secara konstan selama beberapa menit. Setelah itu ia memilin putingnya dan sedikit menarik-nariknya lembut.

"Ahnn" suara desahan Sakura membuatnya semakin bersemangat. Ia kini menggantikan pekerjaan tangan kanannya dengan mulutnya. Diciuminya bongkahan dada kenyal istrinya itu. Payudaranya cukup padat untuk seorang wanita yang telah memiliki seorang anak. Ia membubuhkan beberapa kissmark disana sebelum mulai menjilati putingnya dari luar bra. Sensasi geli yang ia rasakan dari balik bahan bra yang ia kenakan membuatnya semakin bergairah. Ia bisa merasakan bagian bawahnya yang basah dan berkedut. Rasanya menyenangkan.

Saat mulutnya masih sibuk menggoda payudara wanitanya, satu tangannya yang menanggur memulai penjelajahannya di tempat lain yang menjadi tujuan utamanya. Setelah menyentuh lembut paha dalam Sakura, tangan Sasuke merambat ke arah celana dalam wanitanya. Dibelainya lembut mengikuti bentuk celana dalam putih bergambar teddy bear yang senada dengan bra yang juga memilik gambar teddy bear di tiap cupnya. Awalnya Sasuke sempat berfikir, sebenarnya pakaian dalam imut ini benar-benar milik Sakura atau milik putri mereka?

"Ahnn Sasu.." desahan Sakura kembali terdengar saat satu jarinya mengelus lembut kewanitaan wanita itu dari luar celana dalamnya. Ia menyeringai saat merasakan kain itu telah basah.

"Kau sudah basah sayang" bersamaan dengan ucapan Sasuke yang vulgar itu Sakura mendesah semakin keras saat merasakan sesuatu melesak masuk kedalam lubangnya. Satu jari Sasuke keluar masuk vaginanya cepat sementara jarinya yang lain memelintir klitorisnya.

Sakura merasa dirinya akan melayang. "Sasu-ke.. a-ku akan keluar.." segera setelah Sakura mengatakan kalimat itu, jari Sasuke di tarik keluar. Sakura merasa kepalanya berputar.

"Kenapa kau berhenti brengsek?" bukannya menjawab Sasuke justru tertawa mendengar umpatan Sakura. Ia kemudian melucuti sisa pakaian Sakura dan pakaiannya sendiri hingga kini keduanya sama-sama polos.

Pipi Sakura bersemu merah saat melihat adik Sasuke yang berdiri kokoh dan kini mengangguk-angguk karena gerakan pria itu seolah mengejek dirinya.

"Apa kau merindukan 'si kecil' sayang?" ucapan Sasuke membuat wajahnya semakin memerah. "Dasar pria brengsek!" Umpatnya pelan yang sayangnya masih didengar lelakinya itu.

"Pria brengsek inilah yang kau inginkan saat ini sayang" kekehan Sasuke hanya membuatnya semakin kesal.

"Berhentilah menggodaku sialan" tawa Sasuke semakin keras. Diciumnya kening wanitanya lembut kemudian di dorongnya pelan tubuh istrinya hingga terbaring di ranjang, berada di bawah kungkungannya. Ia tersenyum melihat tubuh polos istrinya yang pasrah. Diciuminya lagi seluruh permukaan wajahnya dan berakhir dengan lumatan kasar di bibirnya.

Sebelah tangannya menggosok-sosokkan kejantanannya ke sela-sela kewanitaan istrinya selama beberapa kali hingga wanitanya kembali mendesah. Ditatapnya dalam manik emerald sayu dihadapannya dengan raut wajah khawatir, ia ingin memastikan yang terbaik untuk wanitanya itu. "Kau yakin sayang? Kita bisa berhenti sekarang juga jika kau tidak sanggup"

Sakura menggeleng "Lanjutkan anata, aku yakin aku bisa menghadapinya jika bersamamu"

Sasuke tersenyum lembut pada wanitanya, di hapusnya titik-titik keringat berlebih yang muncul di dahi dan leher wanitanya. Keringat tanda bahwa Sakura sebenarnya masih ketakutan melakukan seks dengannya.

Di lumatnya lagi bibir wanitanya yang telah membengkak, sementara satu tangannya mengarahkan 'Junior'nya kedalam 'rumah'nya. Didorongnya pelan sampai masuk seperempat bagiannya kemudian di tarik keluar lagi. Hal itu dilakukannya berulang-ulang sampai seluruh kejantannya berada di dalam lubang Sakura. Ia berdiam diri sejenak menikmati sensasi pijatan lorong sempit istrinya. Hingga pria itu tanpa sadar mendesah disela-sela ciumannya "Sssh.. kau sempit sekali sayang". Satu hal yang tak pernah ia lakukan saat bercinta dengan wanita-wanita lain selama ini. Tapi vagina istrinya benar-benar menakjubkan, ia mengakui sejak pertama kali memasukinya dulu jika vagina istrinya adalah vagina terbaik yang ia rasakan.

Setelah pertautan bibirnya itu terlepas dengan segera Sasuke menempelkan keningnya di kening wanitanya dan kembali ditatapnya mata istrinya khawatir. "Daijobu?"

Sakura mengangguk sambil tersenyum disela-sela usahanya untuk bernafas. "Kau bisa melanjutkannya anata"

Setelah mendapat ijin dari 'tuan rumah' Sasuke mulai menggerakkan kejantanannya pelan, tapi dengan pasti gerakannya semakin bertambah cepat dan keras. Tusukan-tusukan yang ia rasakan di kewanitaannya membuat Sakura melayang. Ini benar-benar nikmat.

"Ahn.. engh.. oh.. Sasuke-kun le-bih cepat"

"Terus sebut namaku sayang" dengan senang hati Sasuke mengabulkan permintaan Sakura. Gerakan memompanya semakin menggila saat dirasakannya lubang Sakura mengeratkan.

Derit ranjang terdengar memekakkan. Pendingin ruangan juga seakan tidak berfungsi. Tubuh keduanya mengkilat karena peluh. Suara teriakan Sakura yang tak lagi ditahan bersahutan dengan geraman Sasuke. Mereka bisa saja membangunkan putri mereka dengan segala keributan itu jika saja kamar mereka tidak kedap suara.

Tubuh Sakura bergoyang-goyang hebat, kedua payudaranya juga bergerak kesana kemari seirama dengan tusukan yang ia lakukan. Sasuke meraih salah satunya kemudian meremasnya sembari memilin putingnya. Sementara payudara yang lain ia masukkan kedalam mulutnya. Dijilatinya areola Sakura yang sudah agak melebar karena efek kehamilan dan menyusui Sarada dulu kemudian disedotnya kuat putingnya hingga wanitanya merintih.

Mendapatkan tiga serangan brutal seperti itu tentu membuat Sakura semakin menggila. "Sa-su-ke kun, a-ku akan ke-luar"

Sasuke melepas kulumannya pada dada Sakura "kita keluar bersama sayang" Gerakan Sasuke semakin menggila.

"S-sasuke-kuunnn..."

Dengan brutal ia tusukkan kejantanannya dengan begitu keras dan dalam beberapa kali saat merasakan cairan hangat Sakura menyirami kejantanannya hingga ia merasakan sesuatu menjebol penisnya dari dalam dan melesak keluar memenuhi rahim Sakura.

"Ahhh S-sakuraa.."

Wanita itu mendesah kembali saat merasakan sesuatu yang hangat mengalir di dalam tubuhnya. Sementara Sasuke masih terus mengeluar-masukkan kejantanannya pelan menikmati sisa-sisa pelepasannya yang terasa begitu menakjubkan.

Sasuke adalah tipe pria yang tidak akan puas dengan hanya satu ronde. Biasanya ia akan terus menyetubuhi wanitanya bahkan sampai mereka pingsan. Tapi, bercinta dengan Sakura kali ini, ia merasa begitu puas meski hanya satu ronde.

Setelah juniornya benar-benar menyusut Sasuke baru menariknya keluar dari tubuh Sakura, membuat wanita itu mendesis pelan. Diciumnya kening lebar wanita yang dicintainya itu.

"Terima kasih sayang sudah mau melakukannya denganku, Aku mencintaimu"

Sakura menggeleng "Tidak Sasuke-kun, akulah yang harus berterima kasih karena telah bersabar menungguku selama setahun ini dan membantuku sembuh. Lagipula, seperti yang tadi kau katakan, tubuh dan jiwaku juga milikmu, Aku juga mencintaimu Sasuke-kun".

Malam itu mereka habiskan dengan tidur berpelukan dengan tubuh yang masih polos didalam selimut. Mulai malam itu dan seterusnya keluarga itu memulai kehidupan baru mereka yang penuh cinta.

.

.

.

o0o

.

.

.

Sudah beberapa hari ini Sakura selalu muntah di pagi hari. Tubuhnya juga semakin cepat lelah. Ia juga akhir-akhir ini tiba-tiba menjadi maniak tomat seperti suami dan putrinya. Saat Sakura melirik kalender, ia baru sadar ia sudah tidak mendapat tamu bulanannya lagi sejak 2 bulan yang lalu. Ia menggigit bibirnya, apa jangan-jangan ia hamil?

"Sayang, kau baik-baik saja?" Sakura mengangguk sambil tersenyum, mencoba menunjukkan kalau ia baik-baik saja.

Ckriek

"Papa, bukankah papa berjanji akan membantuku memanen tomat-tomat kita hari ini. Ayo mulai bekerja papa, ini sudah siang" Putri mereka yang cantik itu masih saja suka masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk terlebih dahulu, meski sudah berkali-kali diperingatkan bahwa itu tidak sopan. Namun respon yang di berikan sarada hanya dengusan bosan dan gumaman seperti "Merepotkan"

Gadis manis itu sudah siap dengan gaun pink selututnya yang bergambar tomat di dada sebelah kiri. Sakura sebenarnya sering menggerutu akan betapa maniaknya putri dan suaminya itu terhadap buah tomat. Rambut hitamnya di gelung asal terkesan berantakan namun tetap membuat Sarada terlihat menawan.

"Tumben sekali kau memakai gaun sayang?" Sakura sedikit terkejut, pasalnya Sarada itu sedikit tomboy. Ia lebih suka mengenakan celana meski sesekali dia akan menggunakan gaun.

Sarada hanya mengedikkan bahunya "Entahlah, hanya ingin saja" ia tersenyum selama beberapa saat "Ayo papa kita pergi" sahutnya lagi sambil menarik tangan papanya.

"Aku akan membawakan jus tomat untuk kita semua" tawaran yang disambut dengan suka ria oleh pasangan ayah-anak itu. Keduanya memberikan senyum lebar dan jempol pada Sakura. wanita itu hanya menggeleng melihat tingkah kompak suami dan putrinya jika menyangkut hal kesukaan mereka.

"Nah ini saatnya membuktikan dugaanku tadi" gumamnya setelah Sasuke dan Sarada menghilang dari pintu kamarnya. Wanita pink itu masuk ke kamar mandi setelah sebelumnya ia mengambil alat tes kehamilan yang ada di kotak obat.

.

.

.

o0o

.

.

.

Sasuke tengah menemani putrinya bersantai di ruang keluarga sambil menguyah tomat yang disediakan Sakura sementara istrinya itu berada dikamarnya, entah apa yang ia lakukan.

"Nee papa, Arigatou"

Ucapan Sarada yang begitu tiba-tiba itu membuat Sasuke mengernyit "Untuk?"

Sarada tidak langsung menjawab, gadis berumur 13 tahun itu masih fokus pada kertas dihadapannya. Wajahnya sesekali berkerut tidak puas beberapa saat lalu tak lama kemudian terdengar desahan lega. Ia memandang puas hasil gambarannya dan menunjukkannya pada Sasuke. Didalam kertas itu ada seorang wanita berambut pink panjang yang sedang menyisir rambut gadis kecil berambut hitam, dan ada seorang pria yang memandangi keduanya dengan tatapan lembut.

Sasuke tersenyum bangga melihat karya Sarada. Gadis kecilnya yang cantik itu tidak hanya menawan tapi juga jenius dalam berbagai hal. Selain jenius dalam akademik, gadis itu jenius dalam musik juga melukis. Ia sangat menyesal, karena tidak bisa melihat tumbuh kembang putrinya sejak bayi. Ia menyesali jiwa brengseknya itu dulu.

"Arigatou, karena mau membantu mewujudkan mimpiku. Arigatou karena membuatku dan mama bahagia seperti ini. Meski pada awalnya semua penderitaan kami kau juga yang menjadi penyebabnya papa. Demo, hontou ni arigatou"

Sasuke sedikit tersentuh dengan ucapan Sarada, lupakan tentang sindiran putrinya yang mengatakan bahwa dialah penyebab semua kekacuan itu. Diraihnya tubuh mungil putrinya hingga duduk dipangkuannya dan dipeluknya lembut. "Maafkan papa karena datang terlambat hingga membuatmu dan mama harus menderita. Tapi terimakasih karena telah bersabar menunggu seorang papa 'sepertiku'"

Sarada terkekeh didalam pelukan papanya mendengar papanya yang mengungkit kata-katanya di pertemuan mereka. "Papa 'sepertimu'lah yang ternyata cocok buatku, jangan bertingkah brengsek lagi, nee papa"

Tawa Sasuke menggema di ruang keluarga. Ah.. benar-benar akhir pekan yang indah. Rumah sederhana yang selalu membuatnya hangat dengan keluarga kecil miliknya ini seperti mimpi indah yang menjadi kenyataan.

"Ehm... kalian berdua berpelukan dan melupakanku. Jahat sekali"

Ayah dan anak itu dengan kompak mendengus bosan sambil memutar bola matanya mendengar nada merajuk yang dikeluarkan Sakura. Sasuke membuka satu lengannya dan menarik lengan Sakura hingga wanita itu duduk disampingnya lalu diciumnya lembut kening lebarnya.

"Bukankah ini menakjubkan, kita bertiga akan selalu bersama seperti ini. Aku bahagia memiliki kalian sebagai pelengkap hidupku"

Sakura tertawa mendengarnya, pasalnya sang suami itu dulunya adalah pria datar paling brengsek yang ditemuinya dan kini ia justru menjadi sangat manis meski terkadang masih brengsek. "Empat sayang, kita berempat akan terus bersama" ucapnya sambil mengusap lembut perut datarnya.

Sasuke dan Sarada mengerjap beberapa kali saat pandangan mata mereka sama-sama fokus ke tangan Sakura yang mengusap perutnya. Mereka berdua sama-sama tersenyum lebar saat menyadari maksud wanita itu.

"Be-benarkah itu Sakura?" Sakura tersenyum lebar lalu mengangguk.

"Ya Sasuke-kun aku hamil, jadi beberapa bulan mendatang kita akan mendapatkan anggota keluarga baru"

Sarada langsung melompat dari pangkuan Sasuke lalu mengangkat kedua tangannya keatas "Yeaaayy, aku akan punya adik". Gadis kecil yang beranjak remaja itu berjongkok didepan mama-nya dan menempelkan kepalanya diperut Sakura. "Halo adik kecil aku kakakmu, tumbuh sehat di perut mama. Kami semua menunggumu disini"

Sasuke memeluk erat Sakura, dikecupnya seluruh bagian wajah istrinya sambil mengucapkan terima kasih berulang kali. Sungguh hal yang menakjubkan untuknya dan keluarga mereka setelah masalah yang telah mereka hadapi.

.

.

.

o0o

.

.

.

Kau harus melihat sampai akhir untuk mengetahui apa yang takdir coba katakan. Menyalahkan diri sendiri dan orang lain, terlebih takdir tidak akan merubah apa yang telah terjadi. Jadi, daripada terus menolak, bukankah akan lebih mudah jika mengikuti alur dari skenario yang telah diberikan Tuhan dan menikmatinya.

Langkah awal yang harus kau lakukan hanyalah memaafkan. Maafkan dirimu sendiri, maafkan orang lain yang telah membuat kesalahan padamu, dengan begitu kau akan bisa mulai menikmati hidup.

Meskipun berat pada awalnya. Tapi, seperti yang dikatakan oleh banyak orang. Semua akan indah pada waktunya.

.

.

.

FIN

.

.

.

Thanks to:

Jok'Earl, Yukihiro Yumi, caesarpuspita, AnRe, Yoshimura Arai, Greentea Kim, Jamurlumutan462, Asiyah Firdausi, , williewillydoo, Capt12, kakikuda, devanichi, Srisavers28, star5riridscure, Kagaaika Uchiha, Kirara967, ame to ai, Saigo no hana, Guest, zarachan, top kopi, Guest, Nyonya Faqih, Shuu-kun, Uchiharuno, , RyukiNamikaze, , yana kim, Laifa, Yan Fullbuster, joruri katsushika, oyyyaaaa, viya

.

.

.

Hembus nafas lega, akhirnya cerita ini benar-benar berakhir.

Terima kasih banyak untuk yang telah mengikuti perjalanan cerita ini dari awal, entah itu yang fav/foll bahkan silent reader. Mohon maaf karena telah membuat kalian menunggu lama.

Untuk yang bertanya maksud dari judul yang gue ambil, (lirik Ame to Ai yang ngerekomendasikan judul yang akhirnya gue pake. Big hug buat lo bebi xD) gue pikir beberapa kalimat di akhir cerita udah menjelaskan maksudnya.

Sekali lagi 'Hontou ni Arigatou Minna'

Alynda B

Mojokerto, 15 Oktober 2016