Yoo, pertama gue mau ngucapin 'Selamat Menunaikan Ibadah Puasa' buat yang menjalankannya xD

Berhubung ini sudah buka, gue pikir lumayan aman nih update fic yang beginian, nyahaha

Big Hug buat Ame to Ai buat rekomen judul yang akhirnya gue pake, fanfic ini gue persembahkan buat dia dan kalian semua xD

Happy Reading gays... ^_^

.

.

.

SHUT UP, AND DANCE UNDER THE RAIN

Disclaimer Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

Rate M

WARN Lime/Lemon maybe, penuh dengan kalimat umpatan yang kasar

just for 18+

Bagi yang ngerasa di bawah umur jangan main kesini,

Atau dosa di tanggung sendiri xD

.

.

.

Fanfic ini dan segala kekurangannya

so

DLDR (Don't Like Don't Read)

Just click back oke !

.

.

.

o0o

.

.

.

Kamar bernuansa abu-abu yang terlihat suram itu terasa panas. Suara derit ranjang dan suara geraman rendah seorang pria semakin mempertegas aktivitas apa yang telah sedang berlangsung didalam sana. Seorang pria yang tengah memaju mundurkan pinggulnya di atas tubuh wanita yang tergeletak pasrah.

Gerakan pinggul sang pria tidak terkontrol, jepitan ketat kewanitaan yang terasa pada kejantanannya membuat sang pria kembali menggeram. Saat ia melihat sang wanita, emosi pria itu semakin meningkat, membuatnya menghujamkan kejantanannya sambil meremas payudara wanita itu dengan semakin brutal.

Tapi, wanita bersurai pink dibawahnya hanya diam dan menatap kosong dirinya. Perlu di ketahui sedari tadi di kamar yang mereka tempati hanya terdengar suara dirinya seorang yang menikmati aktivitas ini.

"sialan kau Sakura, aku benar-benar merasa seperti pria berengsek yang menyedihkan sekarang." wanita pink dibawahnya tersenyum mengejek padanya, meski tatapannya masih kosong. Ia tau, wanita itu mendengarnya.

"jadi kau baru tahu hal itu Sasuke? Aku penasaran, apa tak ada yang memberitahumu sebelumnya jika kau memang seorang bajingan brengsek yang sungguh menyedihkan!"

Gemertak gigi terdengar jelas saat Pria bernama Sasuke itu mendengar kalimat kejam yang di ucapkan Sakura dengan senyum sinis yang masih bertahan di bibirnya. Tapi, emosi itu menguap saat ia merasa ada sesuatu yang akan meledak keluar dari dalam dirinya.

Sial, wanita dibawahnya bahkan belum orgasme sama sekali, dan itu seakan menggores harga dirinya sebagai seorang pria yang selama ini bisa membuat puluhan wanita mengerang nikmat dan menjeritkan namanya bahkan hanya dengan 3 jari miliknya.

Tapi wanita ini, dia hanya diam. Tidak hanya mulutnya, tubuhnya pun diam seakan tidak terjadi apa-apa padanya.

"cepat selesaikan berengsek dan menyingkirlah dari tubuhku. Aku tidak sudi bajingan sepertimu berada di dalam tubuhku terlalu lama."

"mulutmu kasar sekali jalang". Sial, kalau boleh ia mengaku ini adalah vagina terbaik yang pernah ia rasakan menjepit penisnya. Seakan memang tercipta sebagai pasangan dari penis miliknya.

Dengan beberapa kali menghentakkan penisnya dengan keras dan dalam hingga membentur ujung rahim Sakura, Sasuke kemudian menggeram keras dan menyemprotkan cairan miliknya hingga memenuhi kewanitaan wanita dibawahnya.

Ia mendapati manik emerald mata Sakura yang melebar saat tahu bahwa dia baru saja orgasme didalam vaginanya "kenapa kau mengeluarkannya di dalam berengsek?"

Sasuke hanya menyeringai "kenapa tidak?"

.

.

.

Sasuke mengernyit saat mendengar kalimat yang dilontarkan wanita pink yang diperkosanya beberapa bulan yang lalu di hadapannya ini. Apa katanya? ia hamil anaknya dan ingin ia bertanggung-jawab dengan mengijinkannya menggunakan nama keluarganya pada anaknya nanti. Wanita itu sudah gila.

"gugurkan dia Sakura, jangan bermimpi aku akan mengakui dia sebagai anakku dan kau bisa menggunakan nama keluargaku seenaknya saja. Aku bahkan tidak yakin jika dia benar-benar anakku, mungkin saja jalang sepertimu tidur dengan banyak pria seperti si dobe itu misalnya, meski akulah yang mengambil keperawananmu malam itu.

Ia melihat dengan jelas wajah Sakura yang memucat, rasa sakit, terkejut dan kecewa menguar dari manik emerald wanita itu.

"terkutuklah kau bajingan. Aku tidak pernah membiarkan siapapun menyentuhku bahkan Naruto yang merupakan pria yang kucintai. Tapi, bajingan yang tidak memiliki otak dan hati sepertimu mana mengerti" Wanita itu tersenyum sinis sebentar sebelum melanjutkan ucapannya "dari awal memang tidak pernah mengharapkan pria sepertimu akan menyetujuinya, lagipula aku tidak sudi anakku yang berharga akan memakai nama keluarga dari ayahnya yang menjijikkan ini. Tapi setidaknya aku mencobanya karena permintaan sahabatku".

Sakura langsung membalikkan tubuhnya dan melenggang pergi meninggalkan Sasuke dengan rahangnya yang masih mengeras karena marah. Tapi, sebelum wanita itu benar-benar menghilang dari pandangan Sasuke, dia berbalik dan berkata "Selamat tinggal Bajingan, ku harap kita tidak akan bertemu lagi"

.

.

.

Itulah saat terakhir Sasuke melihat Sakura. wanita itu menghilang bahkan sampai saat kelulusannya dari universitas dan bahkan kini setelah 12 tahun berlalu Sasuke tidak pernah lagi melihat wanita itu. Ia pergi dengan membawa anaknya.

Sasuke tahu dirinya memang pria brengsek, tidak terhitung berapa wanita yang telah mengangkang di hadapannya dan menghangatkan malamnya. Ia tidak pernah memintanya, wanita-wanita jalang itulah yang mendatanginya dan menyeretnya ke ranjang. Ia hanya menuruti kehendak mereka karena dirinya hanyalah seorang pria normal yang menyadari betapa nikmatnya vagina seorang wanita yang menjepit penisnya erat.

Hanya Sakura, satu-satunya wanita yang ia paksa untuk tidur dengannya. Wanita itu juga satu-satunya yang ia bawa masuk ke apartemen pribadinya yang bahkan kakaknya dan orangtuanya tidak dia ijinkan memasukinya.

Ia tidak tau kenapa? Hanya saja, ia tidak suka dengan tatapan benci yang di layangkan wanita itu kepadanya. Tidak seperti wanita-wanita lain yang akan memandangnya dengan pandangan memuja. Wanita pink itu hanya memandang lembut pada Naruto, sahabatnya.

Dia berbeda dan itulah yang membuat dirinya tertarik dan tanpa sadar ia menyeret wanita itu ke apartemennya dan memperkosanya malam itu.

.

.

.

Sasuke tersentak saat merasakan pelukan erat ditubuhnya dan hal itu membuat lamunannya tentang Sakura buyar seketika. Ia menggeram saat merasakan tangan dari wanita disebelahnya mengusap pelan penisnya. Ia menyeringai menatap wanita berambut merah yang kini menjilati kebanggaanya menggantikan tangan halus yang tadi mengocok pelan miliknya.

"kau benar-benar jalang Karin, tapi baiklah kau akan mendapatkannya lagi malam ini" setelah berkata seperti itu Sasuke langsung menindih tubuh Karin dan memasukkan miliknya ke dalam kewanitaan Karin, ia langsung bergerak cepat dan cenderung kasar dan wanita jalang itu terlihat menikmatinya.

"Sasuke, aku hamil" kalimat yang di ucapkan karin setelah mereka bercinta untuk yang kesekian kalinya itu berhasil membuat emosi Sasuke meninggi.

Di cengkeramnya keras bahu wanita jalang itu, karena ia tahu bahwa wanita itu tidak hanya tidur bersamanya. "kau memang jalang Karin, aku sudah menduganya. Dengan siapa kau hamil?"

Wajah wanita berambut merah panjang itu memucat seketika, akting yang mengesankan sekali, tapi hal itu tidak akan mempengaruhi Sasuke "apa maksudmu Sasuke? Aku hanya tidur denganmu selama ini"

Sasuke hanya tersenyum sinis "membual saja terus, kau pikir aku bodoh? Aku tau kau juga tidur Suigetsu sekretarisku"

Wanita merah itu menggeleng keras "tidak Sasuke, ah baiklah aku memang tidur dengan sekretarismu tapi itu setengah tahun yang lalu sebelum aku tidur denganmu. Setelah aku bersamamu aku tidak pernah melakukannya dengan pria lain Sasuke. Ini anakmu"

"itu tidak akan mengubah pikiranku, gugurkan kandunganmu dan kau akan mendapatkan sejumlah uang dariku. Jika tidak, kupastikan kau tidak akan bisa melihat hari esok lagi" setelah mengatakan hal tersebut Sasuke memakai kembali pakaiannya yang berserakan di lantai dan kemudian pergi meninggalkan wanita yang ia tau sedang tersenyum lebar mendengar apa yang ia katakan.

Cih, semua wanita jalang itu sama saja, yang mereka butuhkan hanya tubuh, nama dan hartanya.

.

.

.

Sasuke tengah duduk disebuah kafe tempat ia meeting bersama rekan kerjanya tadi. Ia masih betah berlama-lama di tempat yang bernuansa segar ini, mengingat banyak sekali tumbuhan yang digunakan sebagai dekorasi kafe ini. Hijau menyegarkan ini mengingatkannya pada mata wanita yang selama ini terus menghantui pikirannya, yang selalu menatapnya sinis dan sarat dengan kebencian.

Dengan tenang pria itu menyesap kopi hitam miliknya kemudian melanjutkan membaca koran di tangannya sambil mengunyah sepotong waffle. Ia mendengar sesorang menghempaskan dirinya ke sofa di hadapannya.

"jadi kau adalah papaku"

Pernyataan itu membuat Sasuke melipat kembali koran yang tengah di bacanya dan menatap seseorang yang tadi mengutarakan pernyataan itu. Seorang gadis kecil berambut hitam sebahu tengah bersidekap di hadapannya, senyum sinis dan tatapan tajam dari manik hitam miliknya mengingatkan Sasuke pada Sakura.

"siapa namamu dan juga ibumu?" masih dengan senyum sinis itu ia menjawab dengan angkuh "Haruno Sarada dan Haruno Sakura"

Sasuke terperangah saat mendengar jawaban gadis kecil itu, dan jika melihat penampilan anak itu siapapun akan berkata jika dia adalah anaknya. Yah, sebenarnya dia memang dulu tak meragukan jika Sakura mengandung anaknya.

Ia menolak mengakuinya karena ia tidak siap untuk memiliki anak, dan Hei.. dia masih muda, dan banyak wanita yang dengan senang hati membuka selangkangan di hadapannya. Jadi pria bodoh mana yang mau memiliki anak dengan semua kesenangan itu, walaupun ia tidak menampik jika Sakura adalah wanita yang sangat menarik.

"apakah itu yang Sakura katakan kepadamu? Jadi, apa sekarang setelah kau mengetahuinya apa yang kau inginkan? Aku yang mengakuimu sebagai anak, begitu?"

Gadis bernama Sarada di depannya tertawa keras "tentu saja tidak! Aku bahkan berterima kasih kau dulu tidak mengakuiku karena aku tidak sudi memiliki papa sepertimu, walaupun pada kenyataannya memang kaulah papaku. Lagipula aku memiliki mama terbaik sepanjang masa, aku hanya ingin melihatmu dan menemui bagaimana sebenarnya dirimu. Dan sekarang aku sudah puas"

Sasuke mengernyit "apa Sakura yang memberitahu tentangku dan mengajarimu berbicara kasar seperti itu?"

Sarada mengangkat bahunya acuh lalu terkekeh pelan "tidak, dia bahkan pada awalnya tidak mau memberitahuku tentang siapa papa kandungku, tapi ia kemudian menyerah untuk berdebat denganku dan hanya memberitahu namamu. Kalau soal berbicara kasar, kupikir aku sudah memiliki bakat itu sejak lahir karena selama ini tidak ada yang mengajariku. Meski aku tahu mulut mama dan bibi Ino terkadang sangat busuk, tapi mereka tidak pernah menggunakannya jika aku didekatnya"

Sasuke ikut terkekeh mendengarnya "kau benar soal itu, mulutku dan Sakura memang busuk. Jadi mungkin benar jika kau memiliki bakat yang kami wariskan sejak lahir"

"wow, itu tadi terdengar seperti kau mengakui jika kau memang papa kandungku" alis Sarada bahkan masih terangkat saat ia selesai mengucapkannya, membuat Sasuke tersenyum.

Meskipun ia tak akan mengakuinya, kini ia tengah merasakan hatinya menghangat. Ia bahkan merasa nyaman berbicara dan duduk dengan gadis kecil bermulut tajam itu. Biasanya ia akan langsung mengusir bocah-bocah kecil mengganggu yang berusaha mendekatinya. Mungkin karena gadis di hadapannya itu adalah putrinya.

"kau memang putriku Sarada" pernyataan dari mulutnya membuat Sarada mencibir "dan apa yang membuatmu mengakuinya sekarang dan membuat mamaku harus membesarkanku seorang diri selama ini?"

"aku hanya tahu hal itu, lagipula sebenarnya aku dulu percaya kalau dulu Sakura memang mengandung anakku, hanya saja dulu aku masih terlalu muda dan tidak siap punya anak"

"cih, kau memang brengsek papa, sekali lagi aku bersyukur orang sepertimu tidak menjadi papaku sebelumnya"

Sasuke terperanjat saat sadar ucapan putrinya "tunggu dulu.. apa yang kau maksud dengan 'orang sepertiku' Sarada?"

Sarada kembali menaikkan alisnya dan tersenyum sinis "ku pikir kau lebih tau apa yang ku maksud papa, aku tidak mau memiliki papa seorang penjahat kelamin yang memasukkan penisnya ke dalam vagina setiap wanita. Demi Tuhan itu sangat menjijikkan papa"

Dan kali ini Sasuke benar-benar terperanjat mendengar hinaan yang terlontar dari mulut putrinya itu. Astaga gadis kecil itu benar-benar mewarisi bakat mulutnya dan Sakura dengan baik. Ia jadi penasaran bagaimana Sakura mendidik putri mereka selama ini?

"apa maksudmu Sarada? Siapa yang memberitahumu hal-hal semacam itu".

Sara mengedikkan bahunya pelan "entahlah. Tapi papa, aku, mama dan bibi Ino, kami semua mengenal bibi Karin karena dia berteman lumayan baik dengan bibi Ino. Aku tanpa sengaja mendengarnya bercerita pada bibi Ino tentang bagaimana dia yang berhasil membuat Uchiha Sasuke menjilat vaginanya dan memasukkan penisnya kesana, juga kehamilannya denganmu. Meski sebenarnya kami semua sepakat bahwa bibi Karin itu wanita jalang. Tapi, bibi Ino-pun bahkan kehilangan kata-katanya saat bibi Karin berkata bahwa kau menyuruhnya membunuh bayinya dengan imbalan uangmu. Seakan nyawa bayinya tidak berharga bagimu, seperti nyawaku dulu"

Sekali lagi, Sasuke kehilangan kemampuannya berdebat. Putri kecil itu benar-benar mewarisi bakat sialan miliknya.

"baiklah, kelihatannya aku kehilangan kesempatan memilikimu sebagai seorang putri. Kau tau, kau adalah seorang yang menyenangkan sekaligus menyebalkan untuk di ajak berdebat Sarada. Maafkan aku karena telah menjadi papa yang buruk untukmu"

Sarada tersenyum kecut mendengar permintaan maafnya. "aku tahu itu, banyak yang bilang hal tersebut kecuali mamaku dan bibi Ino, karena aku tidak pernah menggunakan mulut menyebalkanku pada mereka. Aku akan memaafkanmu jika kau mau membantuku membuat mamaku untuk tidak menikah dengan paman Gaara. Aku tahu dia pria yang baik, hanya saja aku tidak nyaman berada didekatnya. Dia terlalu menempel pada mamaku."

"bagaimana kalau aku yang menikahi mama-mu dan membuatmu memiliki mama dan papa sekaligus" Sarada terkejut mendengar penawaran yang keluar dari mulutnya. Ah, jangankan Sarada. Dirinya sendiri bahkan tidak menyangka jika ia bisa berkata seperti itu.

Lagi, senyum sinis terbit di bibir Sarada "bukankah aku sudah mengatakannya tadi papa. Aku tidak mau memiliki papa penjahat kelamin sepertimu. Kalau kau mau mengubah dirimu, mungkin aku bisa memikirkan ulang tentang hal itu."

Sasuke tersenyum "baiklah, aku akan berubah, apa kau puas sekarang sayang?" itulah yang akhirnya Sasuke putuskan.

Dengan adanya Sarada dia kini mempunyai alasan untuk menemui Sakura kembali. Sarada putrinya dan Sakura adalah hal yang cukup berharga untuk ditukar dengan kebebasannya. Lagipula ia merasa sudah cukup matang untuk memiliki keluarga kecilnya sendiri. Ia yakin, ibunya pasti akan senang jika ia membawa seorang cucu ke hadapannya.

Senyum lebar terbit di wajah Sarada "tentu, jadi bisa kita mulai sekarang? Mereka semua sedang ada di lantai atas kafe ini" gadis itu melihat jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya "kurasa waktunya tepat, aku yakin aku mendengar kalau paman Gaara akan melamar mama sebentar lagi, kalau kita bergegas kita akan bisa memberinya kejutan"

.

.

.

o0o

.

.

.

Tbc

Oke gue ngaku, gue ga nyangka gue bikin fic semacam ini. Sial, gue bahkan merinding pas baca ulang ini fic. Gue bikin mulut Sarada busuk banget yah.. well, secara dia anak sasuke, jadi wajar aja sih kalau dia seperti dewasa sebelum waktunya (pribadinya maksud gue loh xD)

Nyahahaha ini mungkin akan menjadi 2 atau 3 kawan, gue ga bikin yang terlalu panjang..

Sampai jumpa di chapter selanjutnya..

RnR please ^_^