Buat kalian yang jadi readers baik dan mau ngasih review ataupun kritik, makasih banyak ya sayang sayang. Alesan kenapa aku jarang banget update ff karena aku anak SMA, aku baru aja naik jadi kelas XI dan sekolah di SMA yang tuntutan nilai juga absensi nya tinggi tuh melelahkan… (just saying). mungkin sebagian dari kalian yang baca juga ngerasain hal yang sama, tugas dan ulangan tuh ngalir tanpa tau waktu. Dimana-mana juga prioritas kan nomor 1, ya sekolah tuh prioritas aku :) aku baca kok komenan-komenan kalian, ada juga yang bilang aku gabisa bedain mana uke mana seme sampe bilang gausah bikin ff dll.

Satu hal yang harus kalian tau tentang seorang author adalah, kami menulis cerita tuh pake perasaan. Yang namanya cerita rame, cerita sedih, cerita romantis, itu semua pake perasaan dan salah satu karakteristik utama nya adalah kita harus nyaman dengan couple atau chara yang kita pilih di cerita tersebut. Aku personally sangat sangat nyaman dengan Taeyong yang berada di posisi bottom. For you guys who hates "Uke Taeyong", I made this fanfic only for people who stand in the same side as me.

Siapa juga sih di dunia ini yang nganggep fanfic tuh real? Dari awal juga kan cuma imajinasi semata. Never take it serious, done. Is that really hard to do? FF aku bakal tetep lanjut kok karena aku tau rasa nya digantungin sama author yang stop update FF nya :)

.

.

.

Malam itu Taeyong tidak bisa tidur, jadi ia memutuskan untuk menemani Momo bermain karena kucing itu juga ternyata belum tidur di teras rumah.

"Kau harus sehat... Jangan sepertiku yang mudah jatuh sakit..." Ucap Taeyong lirih sambil bermain dengan Momo menggunakan tali. Ia tersenyum sendiri melihat kucing embul itu yang makin hari makin gemuk.

Srekk

Jaehyun terbangun tengah malam karena ia kehausan jadi ia berencana untuk mengambil segelas air dari dapur, namun pergerakannya terhenti kala melihat Taeyong yang bermain dengan Momo di teras depan. Jaehyun terdiam lalu ia berjalan perlahan ke arah Taeyong.

"Ekhem..." Jaehyun dengan sengaja membuat suara agar Taeyong mengetahui akan keberadaanya. "Hm? O-Oh... Jaehyun-ssi..." Taeyong langsung gugup namun rasa takut lebih mendominasinya sekarang. "Bolehkah aku bergabung?" Tanya Jaehyun. Demi bulu ketek babeh Yunho, ini pertama kalinya Jaehyun berbicara dengan intonasi gentle pada Taeyong.

"T-Tentu..." Taeyong bergeser sedikit menjauh dan tetap tidak berani menatap Jaehyun. Jaehyun sadar akan hal itu dan ia merasa sangat bersalah. "Terima kasih telah menyelamatkan dan mengobatiku sampai sembuh," Ucap Jaehyun. Taeyong menoleh dengan ragu dan tersenyum kaku lalu menganggukan kepalanya.

"Ini kah kucing milik Yunho hyung? Siapapun yang mengurusnya dia bekerja dengan baik sebab tubuh kucing ini gemuk sekali kkk~" Taeyong tertegun melihat juga mendengar Jaehyun tertawa kecil. Jaehyun menoleh dan kini mata mereka saling menatap. Jaehyun tersenyum lalu berkata, "Maafkan perilaku kasarku padamu selama ini Taeyong-ah... Aku tidak bermaksud kasar padamu dari awal..." Jaehyun meminta maaf.

Andaikan Jaehyun bisa mendengarnya, detak jantung Taeyong yang kini tidak beraturan ketukannya. Ingin menangis rasanya mendengar Jaehyun meminta maaf dengan tulus begitu padanya. "Gwaenchanayo..." Jawab Taeyong pelan sambil mengusap perut Momo tanpa memandang Jaehyun.

Jaehyun menatap Momo namun ia melihat sesuatu dibalik lengan hanbok yang Taeyong kenakan. Yap, memar yang dikarenakan olehnya. Ia baru tau seberapa buruk memar itu dan ia memikirkan seberapa kerasnya kah dia memukul Taeyong saat itu.

Dengan otomatis Jaehyun memegang tangan Taeyong dan menyingkap lengan hanbok Taeyong lalu menatap luka tersebut dengan wajah sedih. "Aku yakin aku keras sekali memukulmu waktu itu... Maafkan aku... Sungguh..." Jaehyun mengusap luka itu lembut. Taeyong hanya diam. Terlalu takut untuk berbicara atau menarik tangan nya.

"Uhm... Kenapa keluar malam-malam? Kau haus?" Tanya Taeyong pada Jaehyun. Yang ditanya hanya mengangguk pelan sambil menggaruk leher nya yang tidak gatal. Taeyong langsung berdiri namun dengan otomatis Jaehyun menahan Taeyong dan menarik lengan Taeyong. "Kau mau kemana?"

"Ambil minum untumu," Jawab Taeyong polos. Jaehyun terdiam lalu melepaskan tangan nya dari lengan Taeyong. Taeyong pergi meninggalkan Jaehyun bersama Momo di teras.

.

.

Saat sampai di dapur Taeyong langsung sujud di lantai dapur dan menggigit bibir bawah nya menahan teriakan senang yang kini ingin sekali ia lepaskan jika saja tidak ada orang di rumah, namun ini sudah tengah malam dan semua orang tertidur jadi tidak mungkin ia nekat berteriak.

"Jung Jaehyun... Kau baru saja menyiksa jantungku..."

.

.

Taeyong kembali membawa segelas air dingin dan kini Momo sudah berada di pangkuan Jaehyun.

"Ini..." Taeyong duduk dengan jarak 10 jengkal dari Jaehyun. Jaehyun minum sambil melirik jarak yang Taeyong buat kepadanya. Ia terdiam dan tidak protes karena ia harus mengerti. Bagaimanapun juga Taeyong masih kaku dengan orang asing apalagi dirinya yang kasar kepada Taeyong sebelum itu.

"Hm… apa kau punya teman?" Tanya Jaehyun basa-basi. "Tentu saja aku punya. Orang-orang di desa adalah teman-temanku," Jawab Taeyong. Jaehyun mengangguk-anggukan kepalanya.

"Apa kau pernah…. jatuh cinta?" Tanya Jaehyun. Pertanyaan Jaehyun membuat Taeyong terkejut dan mematung. "E-Euh…. aku… tidak tau…" Jawab Taeyong pelan. Jaehyun mengerutkan dahinya. "Tidak tau?"

Taeyong terdiam dan memikirkan kata-kata yang tepat untuk menjelaskan apa yang akan ia katakan kepada Jaehyun. "Euh… kau tau, aku tidak tau rasa nya jatuh cinta itu seperti apa karena… di desa tidak banyak anak yang seumuran denganku… kebanyakan dari mereka juga merantau dan tidak menetap di desa jadi aku hanya bergaul dengan anak-anak yang lebih muda dariku…" Jelas Taeyong dengan suara yang cukup stabil.

"Oh, begitu… hm, kalau begitu, bagaimana kalau aku beri tau rasanya jatuh cinta itu seperti apa?" Tawar Jaehyun. Taeyong hanya diam lalu menatap Jaehyun. "Baiklah. Jadi… jika kau tertarik pada seseorang, kau akan terus menatap nya dari jauh tanpa sadar. Apa kau pernah merasakan hal seperti itu sebelumnya?" Tanya Jaehyun.

Taeyong mengangguk.

"Lalu, kau juga sulit untuk tidak tersenyum jika membayangkan wajahnya apalagi saat bertemu langsung dengan nya. Apa kau pernah mengalaminya?"

Taeyong mengangguk.

"Kau juga sering salah tingkah jika orang yang kau suka berbicara atau menyapamu secara langsung. Apa kau pernah mengalaminya juga?"

Taeyong mengangguk.

"Apa kau menyukaiku?"

Taeyong mengangguk.

Jaehyun menahan senyum lebarnya sambil menatap mata Taeyong lurus menunggu reaksi Taeyong setelah menyadari pengakuannya.

Taeyong membelalakan matanya lalu menutup mulut dengan kedua tangannya. Ia mematung di posisinya lalu kini otak nya menjadi blank. Jaehyun menarik nafas bersiap-siap mengatakan sesuatu namun dengan cepat Taeyong berkata.

"Tolong… jangan katakan apapun." Ucap Taeyong sambil menatap Jaehyun tajam. Jaehyun terkejut dengan tatapan Taeyong lalu menuruti perintah Taeyong. Mereka terdiam selama 15 menit. Keadaan menjadi amat sangat canggung namun akan lebih canggung lagi jika mereka tetap berbincang setelah pengakuan Taeyong.

"Apa-"

"Jangan berbicara." Potong Taeyong cepat. Jaehyun menghela nafas dan kembali menurut.

"Aku merasa bersalah sekarang…" Ucap Taeyong-yang akhirnya- membuka percakapan. Jaehyun menatap Taeyong menunggu Taeyong melanjutkan perkataan nya. "Karena?" Jaehyun akhirnya bertanya karena Taeyong tak kunjung melanjutkan perkataannya.

"Aish…" Taeyong menutupi wajah nya dan menunduk malu. Jaehyun tertawa. "Kenapa kau harus merasa bersalah? Menyukai ataupun mencintai seseorang bukanlah sebuah kesalahan. Kau tidak perlu merasa bersalah Taeyong-ah…" Jaehyun menenangkan Taeyong yang masih blank.

"Jadi kau menyukaiku?" Jaehyun malah membuat Taeyong kembali merasa malu. Jaehyun terkekeh. "Sejak kapan? Dari awal kita bertemu kah?"

"Ish! Berhenti bertanya!" Taeyong bangun dari duduknya untuk berlari ke kamar dan Jaehyun hanya tersenyum lebar saat melihat Taeyong kabur darinya.

"Tidur yang nyenyak Kim Taeyong!" Teriak Jaehyun pada Taeyong sesaat Taeyong sudah masuk dan menutup pintu kamarnya.

"BERISIK SEKALI KAU JAEHYUN! TIDUR!" Teriak Johnny dari dalam kamarnya. Jaehyun langsung menutup mulutnya dan ikut kabur sebelum Johnny mengamuk dan membotakinya di teras rumah karena sudah menganggu tidur nyenyaknya.

.

.

.

Ke-esokan harinya, Taeyong benar-benar menghindari Jaehyun namun Jaehyun hanya tersenyum setiap Taeyong menolak tatapan matanya, menghindar disaat ia ada, menjauh sejauh mungkin darinya dan senyuman nya yang tiada henti itu mengundang tanda tanya dari seluruh penghuni rumah Yunho.

"Hyung, kau apakan Jaehyun tadi malam?" Tanya Yuta pada Johnny. "Aku hanya menyuruhnya tidur! Aku berani bersumpah untuk yang satu ini!" Jawab Johnny dengan pasti.

"Tadi malam ia berbincang dengan seseorang…. kalo tidak salah Taeyong? Karena sebelum aku berteriak memarahi nya aku mendengar ia meneriakan selamat malam pada Kim Taeyong," Cibir Johnny sembari melipat kedua tangan nya di dada. "Jinjja!?" Tanya Doyoung dan Yuta secara bersamaan.
"Ck ck ck~ karma memukul otak nya dengan keras lalu mengubah sikap nya 180 derajat," Ucap Taeil sembari menyeruput teh.

.

.

"Taeyong-ah," Bisik Yuri sambil memasak dengan Taeyong. "Ne?"

"Tadi malam kau berbincang dengan siapa?" Yuri bertanya penuh pensaran namun menahan nya agar tidak terlihat jelas dari mimik wajah nya. "Oh? Tadi malam? Dengan Momo," Taeyong berbohong. Untuk pertama kalinya ia berbohong dengan wajah tenang dan Yuri langsung tau kalau ia berbohong melihat bibir adik nya bergetar tidak karuan.

Yuri mengikuti permainan Taeyong dan pura-pura percaya. "Arrasseo," Taeyong menghela nafas lega secara diam-diam. Namun tak lama kemudian kakak perempuan hyper nya yang satu lagi datang dan merusak kebohongan Taeyong.

"Sejak kapan Momo bisa mengucapkan selamat malam padamu hm?" Tanya Tiffany. Kini Taeyong mematung dan menggigit bibir bawahnya.

"Ada yang sedang jatuh cinta~" Yuri dan Tiffany bernyanyi tepat di telinga kiri dan kanan nya lalu langsung kabur menghindari Taeyong yang siap melempar mereka dengan terigu.

.

.

.

.

TBC