CHAPTER 17

Sabtu pagi, Jongin telah menjual telur ular miliknya dengan harga yang tinggi. "Kau hanya harus membeli telur ularnya dengan harga yang tinggi. Aku akan memberimu uang untuk mengganti kerugianmu."

Apakah sang bos berani, membuat Sehun membayar untuk kerugiannya? Ia segera memaksa dirinya untuk menerima harganya.

"Kau merekomendasikan sendiri telur ular itu. Aku jamin bahwa harga itu pasti sesuai."

Sesutu yang dibicarakan sang bos yang sudah bekerja di bidang ini selama bertahun-tahun adalah kebenaran. Sehun segera memberikan harga yang tinggi. Sang bos menghitungnya, Sehun tidak perlu menambahkan kekurangannya karena itu tidak melebihi standar harga sebenarnya.

Jongin meletakkan kartu atm-nya yang masih tersisa sepuluh juta won, hatinya semerah tulisan di buku tabungannya [1].

Bahkan Baekhyun juga merasa cemburu.

"Itu sangat baik jika kita memiliki seseorang yang kuat disamping kita. Uang beterbangan seperti ditiup angin topan."

"Bagaimana bisa kau mengatakan hal seperti itu? Aku pantas untuk ini."

Baekhyun mendengus, "Itu benar. Kau menolongnya untuk menghancurkan penyihir dengan energi hitam. Ia memang seharusnya memberimu keuntungan."

Dengan senang hati Jongin memegang sebuah pulpen dan kertas untuk mencatat pertanggung jawabannya.

"Total uang yang aku pinjam untuk pertengahan tahun ini adalah 690.000 won, pembulatannya 700.000 won. Gaji untuk pekerja muda itu sebesar 1.000.000 won. Berapa totalnya? Bukankah 1.700.000 won? Tagihan perlengkapan, biaya sewa, oh ya, aku juga meminjam uang ibuku sebesar 100.000 won..."

Melihat Jongin yang sedang menghitung dan membagi uangnya, Baekhyun tidak bisa menahan untuk mengingatkannya, "Kau juga harus membeli hadiah untuknya, kan? Ia sudah melakukan semua yang terbaik untukmu."

Jongin berhenti, Ia dengan engan membuat lingkaran di kertas.

"Haruskah? Ia tidak membayar apapun. Bukankah Ia hanya perlu membuka mulutnya?"

Baekhyun tersenyum, "Ini buka yang pertama kalinya Ia menolongmu."

"Baiklah, aku akan menyisakan uang untuknya dari kelebihan uangku."

Setelah selesai menghitung, uang yang berjumlah besar berkurang dengan cepat. Sial, menjadi seorang pebisnis dan penerima gaji tidaklah sama! Semuanya butuh untuk dibayar!

Jongin telah memasukan semuanya dan jika dilihat keseimbangannya adalah uangannya 5.200.000 won, yang perlu dibayar 5.000.000 won dan yang tersisa hanya 200.000 won.

"Kelebihannya hanya 200.000 won." Jongin menatap Baekhyun.

"200.000 won..." Baekhyun berpikir tentang itu sejenak, "Kau bisa membelikannya jam tangan branded."

"Apa yang baru saja kau katakan?" Jongin menatap Baekhyun. "Menggunakan semua 200.000 won untuk memberinya hadiah? Lalu, apa yang akan aku makan dalam sebulan? Apa yang akan aku minum? Apa yang akan kulakukan jika sesuatu yang mendesak dan tidak memliki uang?"

Baekhyun terbatuk ringan, "Lalu, kenapa kau begitu bersemangat? Seperti kau sudah mendapatkan kehidupan yang baik. Aku pikir, kelebihan 200.000 won cukup banyak dan jika dilihat biaya sehari-hari sudah kau masukkan dalam perhitunganmu! Kau seharusnya menghapus biaya sehari-hari itu dulu dan lihat berapa kelebihannya."

Jongin melihat ke bawah dan berpikir, "Lebih dari 50.000 won."

Baekhyun menyentuh dagunya, "Kau tidak bisa membeli benda branded dengan uang segitu, kau harus punya setidaknya 100.000 won. Kau bisa membeli jas branded. Itu bisa menjadi solusinya."

Menghabiskan lebih dari 100.000 won untuk membeli sebuah jas, Jongin tetap merasa jika itu meghancurkan hatinya.

"Itu, jika dipikirkan, ulang tahun ibuku bulan depan. Aku harus memberinya 20.000 won."

Akhirnya, hanya tersisa 30.000 won.

Baekhyun mulai merenung, "Kau hanya bisa memberinya sebuah sepatu."

Menghabiskan 30.000 won hanya untuk sepasang sepatu, Aku tidak mau! Tertulis jelas di dahi Jongin.

"Karena beberapa hari belakangan adalah hari yang sibuk, aku menyewa tiga orang pekerja paruh waktu dan belum membayar mereka." Lalu Ia mengambil lebih dari 10.000 won.

Baekhyun menatap, "Lalu berikan Ia pisau cukur listrik."

"Oh ya, aku sudah berjanji untuk membawamu memakan daging lezat."

"Eh? Kau masih bisa memberikannya sebuah pakaian sisanya."

"Ah! Aku salah menghitung sesuatu. Harunya 7.400 won, tapi aku menulis 4.700 won."

"..."

Baekhyun menggaruk dagunya dan melihat Jongin, "Berapa sisanya?"

"Lebih dari 2.600 won dan aku harus memotong rambutku! Lalu... haruskah aku memberikannya bunga mawar?"

Baekhyun memijat dahinya karena Jongin baru saja menaikkan darah tingginya.

"Katakan, Jongin, berapa banyak yang Ia berikan padamu? Bagaimana bisa kau begitu pelit untuk membelikannya hadiah?"

"Aku juga sudah memberikannya banyak hal!" Jongin tidak terima.

Baekhyun menaikkan alisnya, "Apa yang kau berikan? Permen karakter? Kau bisa membeli sekantung sirup dengan 20 won dan bisa membuat 200 permen karakter! Alatnya kau ambil dari keluargamu, kan? 500 won karena kau mentraktirnya tteokpokki? Coba lihat semua yang Ia berikan padamu! Bukankah aku sudah memberitahumu sebelumnya jika box yang Ia kirimkan lebih dari 50 paket dan semua itu seharga 300.000 won!"

Mata Jongin menajam, "Kenapa aku tidak menjual saja sebuah kartun dan membelikannya asbak?"

Baekhyun berteriak frustasi, "Lalu, aku akan mengambil asbak itu dan melemparkannya padamu sampai mati! Fuck!" Setelah itu Ia mengambil catatatn Jongin. "Untuk apa uang sebesar 1.000.000 won ini?" Tanya Baekhyun.

Jongin tiba-tiba memajukan tubuhnya dan mengambil catatan itu, ekspresinya seperti sedang menjaga anaknya yang sangat berharga.

"Uang ini sama sekali tidak boleh disentuh! Ini simpanan pribadiku!"

Tangan Baekhyun yang memegang meja bergetar menahan marah.

"Kau bahkan tidak mempunyai pacar. Apa gunanya menyimpan uang sebesar itu? Selain itu, kau mau memberikan dirimu uang sebesar 1.000.000 won tapi kau tidak mau menghabiskan bahkan 1.000 won untuknya? Kau..."

"Benar!" Jongin sudah tidak tahan lagi dan segera memutuskan sesuatu, "Aku akan menggunakan 3.000 won dari uang pribadiku untuk membelikan sabu untuknya, okay?"

"..."

Selama libur, Krystal membawa Ibu Sehun berbelanja.

"Tante, bagaimana dengan scarf ini? Aku pikir ini cocok untukmu."

Ibu Sehun mencobanya. Modelnya sangat bagus, tapi Ia mengembalikannya ketika melihat harganya.

"Ini sangat membuang-buang uang, harganya lebih dari 20.000 won."

Mereka berdua berjalan beberapa menit dia tiba-tiba Krystal mengatakan, "Tante, aku akan ke toilet sebentar. Tolong tunggu aku."

Beberapa menit kemudian, Krystal kembali dengan satu tas belanja bersamanya.

"Tante, hadiah untukmu."

Ibu Sehun terkejut. Ia mangambil tas belanja itu dan melihat isinya, kemudian menunjukkan wajah malunya.

"Anak ini, bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak membutuhkannya?"

Krystal cemberut, melingkarkan lengannya dengan lengan Ibu Sehun, "Aku menerima gaji kemarin. Meskipun tidak banyak, tapi aku tetap bisa membeli scarf ini."

Ibu Sehun menepuk punggung Krystal.

Malamnya karena desakan Krystal, Ibu Sehun menemaninya ke rumah Sehun sehingga mereka bertiga bisa makan malam bersama. Sebenarnya Sehun sudah membuat jadwal keluar, tapi Ibunya berada disana hingga pukul 10 malam dan baru pergi setelah supirnya datang menjamput. Ia juga secara khusus berkata, "Kalian berdua harus pergi ke ranjang secepatnya."

Karenanya, Krystal punya alasan bagus untuk tetap disana.

Lilin-lilin menyala, meninggalkan hanya beberapa titik cahaya yang menerangi ruangan.

"Aku akan pergi mandi." Krystal berbisik pelan di telinga Sehun.

Setelah Sehun membersihkan ruangan itu dengan tenang, pintu kamar mandi terbuka.

Lingerie sexy dengan belahan dada rendah melekat di tubuhnya, nipple berwarna pink terlihat jelas dari lingerie transparan itu. Tali pengikat melingkar di daerah privasi bagian bawah Krystal.

Sehun melihat kasar pelacur di depannya.

Krystal sangat suka jika Sehun berperilaku seperti itu, diam. Tidak gelisah dan akan menjadi nakal sesaat lagi.

Sayangnya, harimau nakal sedang tenang saat ini.

Tiba-tiba telepon Sehun berdering.

Krystal memutar bola matanya, siapa lagi yang memanggil selarut ini?

Siapalagi yang bisa melakukannya? Tentu saja seorang Kim yang tidak bisa tidur di atas ranjang sehingga Ia mengganggu orang untuk menemaninya.

Panggilannya terhenti setelah tiga kali berdering. Krystal merasa bahagia dan ketika Ia baru saja ingin melangkah, ada sebuah pesan masuk.

Sehun melihat sebuah puisi lucu yang diketik sendiri oleh Jongin.

Aku bergetar saat Tuan membelai giokku,

Aku mengharapkan agar Tuan mau terjun di dalamku,

Lalu giokku akan tegak dan menunjuk ke arah langit,

Dan cairan bening hangat segera mengotori ranjang.

Harimau yang ada dibawah Sehun terbakar, tubuhnya menjadi panas dan tangann terulur ke arah Krystal, "Bawakan aku pulpen dan kertas."

Sehun sedang berbaring di ranjang, matanya dokus pada kertas yang di tulisnya, Ia akan membuat sebuah puisi untuk membalas anak nakal itu!

Krystal menatap Sehun yang menunjukkan wajah seriusnya. Siapa yang berani mengganggu Sehun ketika Ia sedang melakukan sesuatu yang serius? Ia diabaikan disamping dan Ia akan mencoba menggodanya sekali lagi.

Sehun sudah berpikir selama setengah jam.

Lalu, jarinya mengetik dengan cepat.

Aku memegang rubah cantik di atas ranjang,

Ia jatuh terlentang saat Ia mendesah nikmat,

Dan aku dengan lembut memerah esensinya,

Saat aku membaurkan penuh cinta diantara dua telur besar.

Karena menerima puisi itu, secara tidak sengaja kepalan tangan Jongin membentur ranjang, Fuck! Fuck! Fuck! Ia tidak tidak bisa melupakan kalimat 'dua telur besar'. Telurku sangat besar? Kapan? Jongin memegang selangkangannya karena Ia tidak mau mengakui. Ini tidak terlalu besar. Penis keledaimu sangatlah buruk!

Akhirnya, jari-jarinya mengetik dengan serius.

Sehun meletakkan teleponnya dan mendorong pulpen dan juga kertasnya.

Krystal berpikir, Akhirnya kau bebas. Ketika Ia baru saja akan menggodanya, sebuah pesan kembali masuk.

Bagaimana bisa telurku dibandingnya dengan penis besar?

Telur yang sebelumnya lesu kini menejadi tidak karuan,

Ketika kau mendorong masuk padaku dan aku menjepit penis besarmu.

Hati Sehun dipenuhi rasa panas yang menggelegar dan semua mood-nya telah di curi oleh Jongin. Ia mengambil kertas dan pulpen, melanjutkan untuk membuat sebuah puisi dengan bahagia.

Krystal tidak akan pernah menyangka jika Sehun sebenarnya sedang menggoda seseorang ketika Ia sedang menulis. Yang paling tidak bisa Ia sangka adalah Sehun sedang tegang bukan karena tubuh seksinya, melainkan karena beberapa kata dari Jongin.

20 menit kemudian, sebuah seringai dapat terlihat di sudut bibir Sehun.

Aku meredakan diriku sendiri,

Erangat keras menunjukkan kegembiraanku,

Dan sebuah cairan menetes dari bokongmu,

Saat aku langsung masuk tanpa memikirkan untuk berhenti.

Jongin hampir tertidur ktika menunggu balasan dari Sehun. ia mendengar bunyi pesan masuk dan mengambil ponselnya, membaca pesan itu. Ia melihat keatas dan berseru berulang kali, memesang sikap berani, siap untuk berkelahi.

Krystal melihat Sehun bangun. Mentalnya yang lesu kini bangkit kembali. Ia menatap Sehun dengan menggoda, tapi gagal. Sebagai gantinya, perhatian Sehun teralihkan pada Tao, Ia meletakkan kertas dan pulpen kebawah dan membawa Tao.

Karena Krystal sangat takut pada ular, Sehun dengan sengaja meletakkan Tao ke dalam box-nya, tiba-tiba Ia menerima pesan mesum yang berakhir dengan membalasnya dan melupakan Tao. Ia mengambil kesempatan di waktu luangnya dan menenangkan anaknya.

Setengah dari hati Krystal tenggelam ketika melihat Sehun mengeluarkan Tao.

Beberapa menit telepon kembali berbunyi lagi, hati Krystal tenggelam sekali lagi.

Krystal bahkan tidak tahu bagaimana Ia bisa menghabiskan waktunya malam ini.

Sehun sedang membuat puisi mesum dengan Tao melingkar erat di belakangnya, mata dingin itu memandangi Krystal. Krystal dipenuhi rasa kebencian karena Tao. Jika mata adalah sebuah reptil, Ia pasti akan segera maju ke depan Sehun dan membuang kertas beserta pulpen itu kemudian menggiringnya ke ranjang. Namun, mata dingin Tao terus memperhatikannya sehingga setiap gerakan yang dibuatnya membuatIa tidak bisa mendekat sama sekali.

.

.

.

Selama beberapa hari Krystal menghabiskan waktu dengan gelisah.

Semua pesan yang tidak dikenal yang Ia terima sebelumnya dari nomor yang tidak dikenal terus saja mengancamnya dari waktu ke waktu dan semua berisi pesan agar Krystal tidak bermimpi terlalu tinggi untuk dapat menangkap ikan besar karena alat pancingnya tidak cukup kuat dan Ia hanya akan berakhir dengan membuang dirinya ke laut.

Semakin Ia menenangkan diri, semakin Ia tidak bisa berhenti mengontrol pikirannya tentang hal itu karena Ia merasa tidak aman. Sehun yang sekarang sedang bersamanya tidak melihatnya, Ia bahkan tidak menyentuhnya.

Oh Dami terang-terangan tidak menyukainya dan tidak perlu baginya untuk mendapat perhatian itu. Satu-satunya harapan yang bisa Ia pegang adalah Ibu Sehun.

Karenanya, Krystal mengganti strateginya.

Ia tidak akan mengganggu Sehun lagi, Ia hanya akan fokus pada calon mertua masa depannya.

Bberapa hari kemudian setelah Ia mengganti rencananya, Krystal memperoleh pesan misterius lagi dan Ibu Sehun juga menerima pesan itu.

Perhatikan anakmu. Jangan biarkan Ia menggodaku. Aku pria yang normal.

Ibu Sehun tidak bisa tidur sepanjang malam itu.

Hari berikutnya, sebuah telepon dari Krystal datang dan Ibu Sehun bergetar heabt. Setelah mereka bertemu, Ia menjadi lebih tenang ketika Ia melihat Krystal tersenyum dari telinga ke telinga.

Dan setelah itu selama beberapa hari belakangan, Krystal menemani Ibu Sehun untuk memberinya dukungan moral. Nada bicara Ibu Sehun yang lembut membuat Krystal tenang dan semua kekhawatirannya menghilang.

Dua perempuan itu saling bergantung satu sama lain sama seperti mereka bersimpati satu sama lain.

.

.

.

TBC

.

.

.

Shtpnk's memo:

[1] merah berarti kebahagian, jika lebih dari 1.000.000 won maka diberi warna merah.