ONE DAY WITH YOU

Genre : Romance/Hurt Comfort

Rating : T

Pairing : Hunkai (As Main Pair)

WARNING : BL, OOC, CrackPair, Typo, AU, ALUR GAJE DAN CEPAT, NO BASH!

ALL CHARA ARE NOT BELONG TO ME, BUT STORY IS MINE

Summary :

I feel in love with a boy in every way possible. Somehow it didn't work out and somehow we fell apart. I know, its so hard for me to get him, Because He's not the one i can't live without.


.

.

.

Seharusnya Jongin tahu jika jatuh cinta ada banyak hal yang harus di pertimbangkan. Seperti apa yang pernah terjadi pada mendiang ibunya. Ibu sangat mencintai ayah, setidaknya itulah yang ia tahu.

Ibunya adalah tipe-tipe yeoja baik hati yang sangat tidak pantas bilamana disandingkan dengan ayahnya. Jongin tahu, jatuh cinta itu tidak semudah orang-orang katakan. Seperti; Jika sedang jatuh cinta, tahik kucing sekali pun terasa coklat. Lagipula orang bodoh macam apa yang mau mencicipinya?

"Oh Sehun~"

Dan lagi-lagi..

Untuk yang sekian kalinya Sehun menarik napas—membuang keberuntungan kalau kata Jongin. Namja berkulit pucat itu menoleh, mendapati sosok tak tahu malu yang selalu mengejarnya sambil berteriak, "OH SEHUN, I LOVE YOU, WO AI NI, SUKI DA, SARANGHAE, JET'AIME, MAHAL KITA" Atau apapun yang artinya selalu sama AKU CINTA PADAMU.

Itu Kim Jongin, matanya menyipit kala ia tersenyum. Sehun bahkan tidak tahu apa yang dilihat bocah gila ini dari dirinya hingga begitu menggilai rupanya. 'Sehun kan tampan, makanya aku suka' jawabnya, dengan wajah yang sok dimut-imutkan.

"Apa lagi?" Tanyanya, dengan wajah jutek.

Ia menghentikan langkahnya dan berbalik. Jongin masih setia mengembangkan senyuman dan sebuah tas kecil di tangannya. Jongin memang seperti itu, dia akan selalu mengikuti Sehun dan membuat semua orang—terutama para siswi menatap jengah padanya.

Jongin menggeleng dengan bibir yang ia kerucutkan. "Jutek sekali" cibirnya.

Sehun mengernyit mendengar cibiran Jongin. Sampai kapan pun Sehun tidak akan mau dan tidak akan pernah beramah tamah pada namja bernama lengkap Kim Jongin ini.

"Tapi kau tahu kan kalau aku menyukaimu..Ah, ani..Sangat menyukaimu" Katanya, begitu tak tahu malu. Sekalipun Sehun pernah menolaknya mentah-mentah di hadapan orang lain.

Sehun makin geram. "Aku tidak menyukaimu, sama sekali tidak" sahutnya. Ingin sekali ia menghajar namja satu ini. Merepotkan saja, pikirnya.

Namja Oh itu berlalu meninggalkan Jongin yang masih terpaku di tempat. Tak lama ia melihat seorang namja bertubuh mungil mendekati Sehun. Itu Byun Baekhyun, seorang namja yang selama ini berhasil membuat Oh Sehun sekeras batu melunak seperti tahu. Mereka terlihat mengobrol, begitu mesra. Apalagi saat melihat Sehun yang tersenyum seperti itu, membuatnya bertanya. Kapan dia bisa seperti itu? Membuat Sehunnya tersenyum dan hanya menatapnya seorang. Ia memegang dadanya yang berhemuruh hebat.

'Apa kau bisa melihatku? Sekali saja'

.

.

.


Jongin hanya tinggal dengan bibi Seohyun. Adik ibunya yang sudah seperti ibu kandung baginya. Seohyun punya seorang anak, Jeno namanya. Yeoja itu sudah berpisah dengan suaminya karena suatu hal yang sama sekali tidak mau diingat olehnya.

Pulang sekolah Jongin selalu membantu bibi Seohyun di kedainya. Bibi Seohyun tidak pernah memintanya atau memaksanya untuk membantu, namun Jongin tidak akan pernah diam saja jika melihat bibinya yang kelimpungan mengurusi bisnis rumah makannya yang terletak di pinggir kota.

"Kau? Kim Jongin kan?"

Jongin mendongak, pelanggannya baru saja berbicara, dan mengenalinya. Ia mengangguk pelan, namun tangannya masih berkutat di mesin kasir. Jeno di sebelahnya hanya menatap aneh namja jangkung bermata bulat itu.

"Ah, aku Park Chanyeol. Kita satu sekolah" katanya lagi, dengan senyuman.

"Oh..Kau Park Chanyeol ya. Anak kelas berapa?" Tanya Jongin. Dia pura-pura tak tahu, karena nyatanya dia tahu jelas siapa namja jangkung ini.

Dia Park Chanyeol, seorang kapten basket yang paling di-elu-elukan di sekolahnya. Lagian siapa sih yang tidak mengenal Chanyeol? Salah satu flower boy di sekolahnya selain Oh Sehun, cowok gebetannya yang berwajah jutek itu.

...

"Aku tahu kau karena kau selalu jadi bahan perbincangan di sekolah" kata Chanyeol.

Mereka duduk di taman yang terletak tak jauh dari kedai bibi Seohyun. Bibi mengizinkan Jongin untuk menemani Chanyeol, teman sekolahnya.

"Aku setenar itu ya" katanya, dengan tawa.

Chanyeol menoleh dan menatap pemuda di sampingnya itu. Jongin sangat manis, pipinya yang gembil, dengan mata bulat, dan hidungnya yang mungil membuatnya bertanya-tanya. Mengapa ada saja pem-bully anak sepolos ini?

"Kau yang selalu mengikuti kemanapun Oh Sehun pergi" ujar Chanyeol.

Jongin menoleh, ia terdiam setelah mendengar perkataan Chanyeol.

"Oh, jadi karena itu" Ia bercicit pelan.

Chanyeol yang mendengarnya jadi tidak enak hati. Sepertinya ia telah mengatakan hal yang salah. "Ah itu..Maaf ya, aku tidak bermaksud" ucapnya, sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Oh" Jongin mendongak. Dia selalu baper kalau sudah mengingat Sehun. Dia tahu jika apa yang ia lakukan selama ini adalah kesalahan dan tidak tahu malu. Karena memang banyak yang menganggapnya seperti itu. Memangnya namja tampan seperti Sehun akan menoleh padanya?

"Tidak apa-apa..Aku sama sekali senang karena ada yang mengingatkan aku" Ia berusaha tersenyum.

Chanyeol mencoba mencari maksud dari perkataan Jongin. Namun melihat Jongin yang mencoba menenangkan dirinya sendiri—membuat Chanyeol mau tak mau ikut bertingkah seperti itu.

"Kau anak yang baik. Mulai sekarang kita teman, ok" kata Chanyeol. Ia beranjak dari duduknya. Menepuki belakang celananya yang dirasa kotor. Ia tersenyum dan mengusak rambut Jongin.

"Sampai jumpa besok"

.

.

.


"Kau tahu? Tadi aku melihat Baekhyun sunbae dan Sehun sunbae di perpustakaan. Mereka mesra sekali, aku jadi iri"

Bisik-bisik seorang adik kelas membuat Jongin mau tidak mau berhenti dan menoleh. Dua adik kelas di depan ruang kelas satu menatap takut ke arahnya. Meskipun nyatanya Jongin tidak akan berbuat sesuatu, seperti melabrak atau memaki.

"Kadang aku kasihan dengan Jongin sunbae" bisik gadis yang satunya. "Dia sudah tahu jika Sehun sunbae menyukai Baekhyun sunbae, tapi dia tetap berjuang dengan berbagai macam cara"

Jongin tidak peduli. Ia tetap berjalan meskipun ada gemuruh di dadanya. Namun ia tidak mau menangis, dan menunjukan betapa rapuhnya dirinya. Ia hanya berusaha selagi ia bisa—memperjuangkan apa yang ia inginkan dan ia cita-citakan sejak ia kecil.

Ia ingat kejadian 10 tahun yang lalu, hari dimana ia bertemu Oh Sehun untuk yang pertama kalinya. Saat itu ia masih duduk di kelas 4 SD. Mereka bertemu saat Ibunya Sehun mengajak anak itu makan di Kedai makan bibi Sehun. Dari penampilannya saja, Sehun sudah terlihat seperti anak-anak orang kaya yang mustahil mau diajak makan di kedai mereka. Memang benar begitu, karena Sehun sempat ngambek pada ibunya dan tidak mau menyentuh pesanan mereka.

'Kau tahu? Bibiku adalah pembuat kue beras terhebat yang pernah ada'—Jongin.

'Aku tidak peduli! Aku tidak mau makan itu!'

'Kau ini sombong sekali sih! Memangnya kau makan apa?'

'Makanan itu tidak ada di New York!'

Dan hal yang selalu membuat Jongin tertawa kala mengingat masa lalu mereka adalah, Sehun yang selalu pamer jika dulu dia dan keluarganya tinggal di New York dengan tampangnya yang lugu. Namun entah mengapa Jongin makin menyukai namja itu. Setiap hari dia akan menggoda Sehun yang kebetulan selalu menjadi teman satu sekolahnya.

...

Itu bukan hanya sekedar rumor. Mereka benar-benar terlihat bersama saat istirahat tiba. Sebenarnya Jongin bukan anak yang suka belajar dan menghabiskan waktunya dengan membaca buku-buku tebal dan menghirup debu perpustakaan.

Tapi demi membuktikan apa yang dikatakan teman-teman satu sekolahnya, ia selalu bersedia duduk di pojokan dengan berpura-pura membaca buku hanya untuk membuktikan apa yang terjadi diantara Sehun dan pemuda Byun itu.

Mereka terlihat manis, dengan Sehun yang selalu memperhatikan wajah Baekhyun dengan tatapan memuja selama namja berwajah cantik itu menjelaskan. Sehun menyukai orang yang pintar selain menawan. Lagipula, siapa sih yang bisa menolak orang bertampang dengan otak pintar sebagai nilai tambah?

Sementara Jongin?

Dia bukan anak yang bodoh! Hanya sedikit kurang pintar dalam pelajaran Matematika. Dan ia juga tak pernah mendapatkan peringkat di kelasnya. Lalu Sehun? Hey! Dia selalu mendapatkan peringkat kedua setelah Choi Minho.

"Aku baru tahu jika kau bisa membaca buku terbalik" Suara berat seseorang menyadarkan lamunannya.

Jongin menoleh, mendapati Park Chanyeol tengah tersenyum ke arahnya. "A..aku" Oh astaga, Jongin benar-benar malu karena kepergok seseorang sedang memata-matai seseorang.

"Apa kau selalu seperti ini?" Chanyeol bertanya, matanya berusaha menatap ke dalam mata Jongin.

Ia menyembunyikan wajahnya dengan menundukan kepala. Antara malu dan merasakan jantungnya berdenyut pilu.

"Sebenarnya apa maumu?"

"A..aku..Aku menyukainya"

Chanyeol menghela napas pelan. Ia ingin meminta Jongin berhenti melakukan hal sia-sia. Tapi ia tak mau, dia siapa? Bahkan mereka baru saling mengenal kemarin.

"Aku lapar, apa kau mau menemaniku ke kantin?"

Jongin mengangguk pelan. Marah pada seseorang sama sekali tak bisa ia lakukan. Ia pun tersenyum lalu mengangguk, pertanda ia bersedia untuk menemani namja Park itu.


.

.

"Sehun"

Sehun berbalik badan, mendapati Jongin tengah berdiri di belakangnya.

Ia menghela napas pelan. Lagi-lagi senyum itu! Mengapa Jongin selalu saja datang padanya dengan senyuman seperti itu?

"Apa?" tanyanya, jutek.

"Tenang saja, aku tidak akan mengganggumu" katanya. Ia menyodorkan sebuah tas kecil berisi kotak bekal yang ia buat tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah.

"Tidak! Aku tidak lapar" Tolaknya. Kemudian bergegas ke mejanya yang terletak di paling ujung dan paling depan.

"Tapi aku sudah membuatnya! Kau harus mencobanya. Sekali saja! Hey, paling tidak kau menghargai usahaku kan"

Sehun tetap diam. Dia tidak mau tahu, ia duduk saja seperti biasa dengan buku bacaan di mejanya. Jongin meletakan tas kecil miliknya di atas meja Sehun. Mungkin dengan membuatkan bekal untuk Sehun, bisa membuat namja itu menoleh dan memberikan perhatian kecil padanya.

"Hey, ketua kelas" Sehun memanggil Minho. Namja Choi itu baru saja tiba di kelas mereka. Minho duduk di belakang Oh Sehun. Ia namja yang cukup populer di kelas mereka karena sifatnya yang ramah dan otaknya yang cemerlang.

"Oh hey, Sehun—Hey juga, Jongin"

Jongin menyahut pelan. Ia masih berdiri di samping meja Sehun.

"Apa kau bawa bekal?" tanya Sehun.

Membuat kedua orang itu mengernyit bingung. Namun Minho menggeleng. "Kebetulan. Ini untukmu" Sehun menyerahkan bekal itu untuk Minho. Jongin tak bisa menyembunyikan rasa terkejutnya. Ia hanya diam, dan kembali ke mejanya dengan perasaan sedih.

"Oh Sehun, kau keterlaluan" gumam Minho.

...

Bel istirahat adalah waktu favorit para siswa. Itu artinya mereka bisa melepas penat dengan mengisi perut dan bercengkrama dengan teman-teman mereka.

Jongin tak pernah punya teman. Ia selalu nampak duduk sendirian dengan bekal yang ia makan di bawah pohon. Tapi kali ini tidak, dia tidak punya cukup banyak waktu untuk membuat dua bekal dalam waktu bersamaan jika tidak mau terlambat.

Biasanya ada Chanyeol yang beberapa hari ini selalu menjadi teman istirahatnya di kantin. Namun namja itu harus berlatih di lapangan indoor untuk mengikuti perlombaan yang akan diadakan di luar kota.

"Hey, Jongin"

Jongin menoleh. Itu Minho, ia segera menyambut namja itu dengan senyum di wajahnya.

Minho duduk di samping Jongin dengan tas milik Jongin di tangannya. "Ini punyamu, kan?" tanyanya. Niatnya adalah mengembalikan bekal milik Jongin pada yang punya. Ia berpikir, Sehun pasti tidak akan mau memakan bekal ini, makanya akan lebih baik ia kembalikan saja pada Jongin.

"Kau bisa memakannya" ujar Jongin.

"Kau serius? Tapi kan kau membuatkannya untuk Sehun"

"Tapi Sehun memberikannya untukmu. Sudah tidak apa-apa, kau bisa memakannya kok"

Dari tatapannya saja Jongin benar-benar memaksa. Membuat Minho merasa tidak enak hati untuk menolaknya.

Ia membuka tas itu dan mengeluarkan isinya. Sesaat ia terpana dengan olahan-olahan seafood seperti gurita goreng tepung dengan 5 kepal kimbap yang mengeluarkan aroma yang menggugah selera.

"Apa kau yang memasaknya? I..ini enak sekali" Puji Minho.

Jongin tersenyum senang. Minho adalah orang ketiga setelah bibi Seohyun dan Jeno yang memuji masakannya adalah makanan yang enak.

"Ah..Iyya..Terimakasih"

"Seharusnya kau tidak perlu melakukan itu" Kata Minho, setelah menelan kunyahan di mulutnya. "Kau sudah menghabiskan banyak waktu untuk mengejar sesuatu yang tidak jelas. Kau pasti mengerti maksudku"

Jongin terdiam. Namun ia berpikir, apa yang selama ini ia lakukan adalah suatu kesalahan? Tapi dimana kesalahan yang telah ia perbuat? Lagi-lagi seseorang menasihatinya dengan kata-kata berbeda namun dengan maksud yang sama. BERHENTI BERHARAP PADA SEORANG OH SEHUN!

.

.

.


Tapi hal yang tidak pernah diharapkan oleh orang-orang pasti selalu terjadi.

Seperti hari ini. Selain Chanyeol yang berpamitan padanya untuk pergi bertanding ke kota Goyang, dan meminta doa darinya lewat pesan singkat. Atau Minho yang mengingatkan Jongin untuk membawa bekal—karena sejak hari itu mereka berdua sepakat untuk menikmati bekal masing-masing di bawah pohon rindang dan sejuk di taman sekolah.

Beredar kabar juga dari Oh Sehun dan juga Byun Baekhyun yang ternyata tidak akan pernah menyatukan hubungan mereka. Kenyataannya berkata lain, karena secara terang-terangan seorang namja blasteran bernama Wu Kris mendatangi kelas Baekhyun dan meminta namja cantik itu untuk menjadi kekasihnya. Dan dengan wajah merona yang terlihat mempesona, Baekhyun mengangguk membuat sorak-sorai memenuhi sepanjang lorong kelas tiga.

Sehun menatap semua itu dengan tatapan kosong, ia berjalan begitu cepat dan mengabaikan orang-orang yang menyapanya. Itu wajar, pikir Jongin. Sehun baru saja kehilangan sosok yang telah memiliki perasaannya, pikirannya, dan juga logikanya dalam waktu yang cukup singkat.

Jongin pun pasti akan merasa seperti itu bilamana ia mendengar kabar Oh Sehun yang meresmikan hubungannya dengan orang yang lain. Selain dirinya yang notabene memiliki perasaan yang cukup kuat untuk seorang Oh Sehun.

"Mereka terlihat cocok" celetuk Minho, saat melihat pasangan yang baru jadian itu berjalan bergandengan tangan.

Jongin menoleh, ia baru saja mencuci kotak bekalnya dengan air keran. Ia berpikir untuk tidak meninggalkan sisa-sisa makanan di sana dan membuat bibi Noh kerepotan saat mencuci kotak bekalnya.

"Memangnya terlihat seperti itu ya?" Jongin bertanya, dengan tampang yang ingin sangat tahu.

Minho mengacak rambut berponi mangkuk Jongin dengan tawanya. "Kau ini polos sekali sih, Jong" katanya. Jongin hanya mengerucut kesal. Minho senang sekali mencibir sifatnya yang polos dan kekanakan.

"Kris tampan dan Baekhyun cantik. Adakah yang lebih cocok lagi selain mereka?" Minho berkata, dengan pujian yang tulus.

"Tapi Kris kan tidak pintar, Playboy pula. Bagaimana jika Sehun dan Baekhyun? Sehun juga tampan" Jongin menyahut. Meskipun hatinya berdenyut dan merasakan sesuatu yang membuat dadanya terasa sesak.

"Secocok apapun sepasang kekasih. Jika kebersamaan mereka bisa membuat hati seseorang terluka tidak akan ada gunanya"

Keduanya terlihat berjalan berdampingan.

"Tapi Sehun dan Baekhyun kan sama-sama pintar! Mereka juga punya paras yang menawan"

Minho menghentikan langkahnya.

"Jongin" sebutnya. "Apapun alasannya, jika kebersamaan mereka hanya membuat hati seseorang terluka tidak akan pernah ada gunanya" dia mengulangi perkataannya lagi.

.

.


Pulang sekolah Jongin sengaja menunggu kelas sepi untuk menyapa Sehun. Sejak dua hari yang lalu—setelah rumor Baekhyun dating, Sehun jadi benar-benar kembali menjadi sosok yang pendiam dan jarang sekali berbicara. Bahkan ia mengabaikan guru Jang yang bertanya padanya tentang mata pelajaran Biologi yang biasanya selalu menjadi pelajaran Favorit-nya.

Jongin tidak pernah tahu, jika efek patah hati akan berakibat fatal untuk seorang Oh Sehun. Inikah sosok yang ia puja-puja selama ini? Sehun terlihat rapuh setelah apa yang ia tunggu selama ini benar-benar berakhir sia-sia.

"Sehun" Jongin menyapa Sehun yang masih berkutat dengan barang-barangnya. Kelas sudah sepi, dan Jongin sengaja mendekati meja Sehun yang persis berada di depan meja guru.

Sehun tidak menyahut. Ia malah bertingkah seolah Jongin tidak ada di depannya.

"Sehun"

"Ck" Ia berdecak sebal. Ia menoleh, dengan wajah juteknya. "Ada apa?" tanyanya.

"Aku..Aku sudah tahu apa yang terjadi dan aku merasa ikut sedih mendengarnya"

Sehun sudah selesai dengan barang-barangnya. Ia menatap Jongin dengan tangan yang terkepal. Ia tidak mau diganggu oleh siapapun sebenarnya.

"Kau bukan pihak yang disedihkan dalam hal ini" ujar Sehun. Dia sama sekali tidak mau tahu mengenai Jongin. Orang yang selalu membuatnya kesal sejak 10 tahun ia tinggal di pinggiran kota ini.

"Aku tahu kok perasaanmu" katanya. 'Karena aku juga merasakannya'. "Tapi bukan berarti kau menjadi seperti ini. Kau terlihat seperti yeoja yang ingin menghindari semua masalahmu"

Sehun mendengus kesal, ia mengambil tasnya tanpa mempedulikan Jongin. Ia hendak pergi, namun Jongin menahan pergelangan tangannya.

"Apa aku sama sekali tidak punya kesempatan?" Tanya Jongin. Untuk kali ini biarkan ia bertanya, dan sedikit memaksa.

"Apa hatimu sudah benar-benar tertutup setelah apa yang kau rasakan?" Jongin bertanya. Matanya berkaca-kaca, namun ia yakin Sehun tak akan tahu. Karena namja itu memang tidak akan pernah mau tahu tentangnya.

Sehun hanya diam.

"Berikan aku kesempatan sehari saja" katanya. "Jika memang tidak bisa, aku akan pergi"

"Hari sabtu, pukul 8 pagi. Aku akan menjemputmu" kata Sehun. Kemudian menghempas tangan Jongin, dan pergi begitu saja.

Dia tidak akan tahu, jika selama ini Jongin selalu menahan perasaannya setiap kali Sehun berlaku cuek dan mengacuhkannya.

'Biarkan aku mencoba! Biarkan aku mencoba dan merasakan bagaimana menjadi satu yang kau lihat'


.

.

.

TBC

.

.

A/N

Hey, Para readers!

Aku kembali dengan fic baru. Ini semacam selingan untuk menyambut bulan puasa. Dan guna menghormati readers yang muslim, aku akan menjeda FF Bittersweet blood yang pastinya berbau mesum di chapter2 selanjutnya. BTW, aku mau tanya dong tentang pendapat kalian soal Fic ini? Dilanjut gak? Hehe..gak panjang kok. Gak sampai 5 chapter juga udah END. Tinggal masukan dari kalian aja. Lanjut atau enggak?