Disclaimer : demi neptunus naruto bukan punya saya, punya masashi sensei. sasuke punya saya *dibantai masashi sensei dan sakura

Warning : OOC, TYPO tingkat akut, AU, OOT, EYD berantakan, flame tidak diijinkan

Rate : M for Save.

.


.

DON'T LIKE DON'T READ

.

- Ghost Terror -

[chapter 01]

.

.

.

Aku di mana? Semuanya tampak gelap. Tidak ada satu yang dapat ku lihat. Apa aku melayang? Tanah pun tak tersentuh oleh kakiku. Aku hanya terkatung-katung entah kemana. Rasanya seperti aku tertidur cukup lama, membuka mata seperti tidak terbuka, suasananya sangat gelap. Apa ini di dalam air? Tapi aku tidak merasakan air dan dinginnya suhu di dalam air. Di luar angkasa? Tidak, aku masih bisa menghirup udara. Tunggu, ada yang aneh, jantungku tidak berdetak. Apa aku mati? Mati? Tidak mungkin, ini adalah hari bahagia ku, aku masih bisa mengingat wajah dan senyumannya, Rambutnya yang berwarna softpink. Harum ceri di tubuhnya. Aku masih mengingat semuanya, seharusnya dia ada bersamaku. Sakura, kau dimana? Apa kau meninggalkanku? Aku pikir kita akan selalu bersama?

Akhirnya aku bisa melihat cahaya meskipun terlalu menyilaukan untukku. Tubuhku rasanya berat. Aku bisa mendengar suara tangis seorang gadis. Ku buka mataku segera dan mendapati gadis berambut softpink tertunduk sedih dan menyembunyikan wajahnya. Ada perban di kepalanya dan beberapa plester pada bagian lengan dan tangannya. Aku sendiri bingung, apa yang di tangisinya?

Hei.

Ada apa ini? suaraku tidak bisa keluar. Aku tidak bisa memanggilnya. Dia masih menangis dan membuatku sangat sakit. Aku ingin menenangkannya, memeluknya erat.

Syok.

Bahkan aku tidak bisa menyentuhnya. Ada apa ini? apa yang terjadi?

Sakura! Sakura! Jangan menangis, ini aku, berhentilah menangis!

Suaraku terasa seperti tersedot akan sesuatu, bahkan ucapan itu tidak keluar dari mulutku. Apa yang harus aku lakukan?

"Naruto. Hiks. Kenapa kau meninggalkanku? Hiks." Gadisku menangis sejadi-jadinya.

Tidak Sakura, aku tidak meninggalkanmu, lihatlah, aku ada di sini, aku ada-

Seketika aku terkejut mendapat seseorang yang sangat mirip denganku dan berbaring dengan tenang di sana matanya tertutup rapat, bahkan dia seperti tidak bernapas. Ada perban yang sama dengan Sakura, di wajahnya terdapat banyak luka, bahkan di seluruh badanya terdapat banyak perban. Siapa dia? Apa dia meniruku? Ada apa ini, semuanya semakin membuatku bingung.

.

.

.

.

Normal POV

Rumah yang sudah di rencanakan akan menjadi tempat tinggal yang harmonis, penuh canda dan tawa berubah menjadi tempat yang penuh tangisan. Setiap yang masuk ke dalam rumah itu hanya memakai pakaian serba hitam. Di sudut tengah ruangan itu terdapat sebuah peti dengan banyak karangan bunga putih di dalamnya, pria berambut blonde itu sudah tertidur selama-lamanya di dalam peti itu. Semua orang yang datang tidak percaya dengan hal ini, bahkan teman pria yang sering di panggil Naruto itu masih mengingat tawa lepas saat sebelum mereka berpisah kemarin. Iya baru kemarin mereka berpisah dan mengucap akan mengunjungi rumahnya. Tentu, mereka mengunjungi rumah Naruto, tapi dalam suasana lain. Hanya ada suasana haru di sana. Kushina dan Mebuki tidak henti-hentinya menguatkan Sakura untuk tetap tegar dengan keadaan ini.

Haruno Sakura, tapi sekarang Namanya sudah menjadi Uzumaki Sakura. menantu Keluarga Uzumaki. Kemarin lalu mereka melepas masa pacaran mereka dengan mengucapkan janji suci, bersedia hidup bersama pasangannya. Namun ucapan itu hanya tinggal ucapan, kini Sakura tinggal sendirian.

Saat mereka menuju tempat bulan madu mereka. Terjadi kecelakaan, mobil mereka yang melintas tertabrak sebuah truk dan jatuh ke sisi jalanan yang cukup curang. Sakura bisa di selamatkan sedangkan Naruto. Dia mengalami pendarahan pada otaknya dan akhirnya Naruto tidak bisa di selamatkan.

Seharusnya ini adalah malam pernikahan mereka, malam di mana hanya ada mereka berdua untuk menghabiskan waktu, tapi semuanya hanya tujuan yang tak terwujud. Wajah Sakura terlihat pucat, dia sudah sangat lelah mentangisi keadaannya, dia berharap jika saja waktu itu dia pun tidak terselamatkan, itu akan jauh lebih baik dari pada dia harus hidup sendirian tanpa seseorang yang penuh arti baginya.

.

.

.

.

1 tahun kemudian

Membangun sebuah cafe di samping rumah tidak buruk juga. Sakura menikmati menjamu setiap pengunjung yang datang ke cafenya. Mereka sangat menyukai setiap makanan dan minuman yang di buat oleh Sakura. Sakura cukup senang dengan kesibukannya sekarang. Setahun berlalu. Meskipun kadang Sakura masih belum bisa melupakannya, setiap hari sebelum menjalankan bisnisnya, Sakura akan selalu mendoakan suaminya, Naruto, di altar yang di buat di rumahnya. Sakura tidak akan segang untuk bercerita keadaan di cafenya setiap hari. Di rumah hanya tinggal Sakura sendirian. Di cafe ada seorang gadis pekerja paru waktu, dia sebagai pelayan. Sakura menjadi koki. Hanya mereka berdua yang harus cepat dalam melayani setiap pengunjung, gadis itu suka bekerja keras dan menurutnya upah dari Sakura sangat cukup untuknya.

"Rin, pesanan meja nomer 4." Ucap Sakura. Sambil menaruh sepiring omurice dan es teh dingin.

"Baik-baik." Rin segera menghampiri meja pesanan yang sudah di letakkan pesanan di sana, mengambilnya dan membawanya ke arah meja pengunjung yang memesan.

Setiap hari selalu begitu. Mereka akan sangat sibuk dan harus ekstra cepat, setiap pengunjung kadang tidak sabar untuk menunggu pesanannya.

Jam 3 sore dan cafe siap di tutup. Rin sudah membalikkan papan 'open' menjadi 'closed'. Sakura tengah membersihkan dapur dan Rin membersihkan meja, menyapu lantai dan mengepelnya. Memastikan semua sudah beres, Rin akan membantu Sakura mencuci piring.

"Terima kasih untuk hari ini." Ucap Sakura. Menaruh beberapa piring kotor yang tersisa dari meja koki.

"Tidak perlu berterima kasih. Kau selalu saja mengucapkan itu setiap hari." Ucap Rin. Berjalan masuk dan berdiri di depan westafel.

"Tapi aku benar-benar harus berterima kasih padamu."

"Cukup. Aku hanya ingin omuricemu dan cappucino dingin. Boleh?" Ucap Rin dan tersenyum di hadapan Sakura.

"Baiklah. Hanya itu?"

"Tentu. Aku sudah sangat lapar. Sebaiknya sisa piring ini akan aku bersihkan." Ucap Rin dan mendorong Sakura untuk menjauh dari westafel. Sakura tertawa pelan dan segera membuatkan makanan untuk Rin dan dia.

Piring-piring sudah bersih, semua peralatan masak sudah tertata rapi. Sakura dan Rin tengah menikmati makan siang mereka yang cukup telat. Tapi tidak membuat Rin keberatan, dia cukup menyukai masakan Sakura. mendapat upah bahkan makanan gratis. Rin sudah sangat bahagia untuk bekerja di cafe Sakura.

"Kapan kau akan ujian untuk kelulusan?" Tanya Sakura.

"Bulan depan. Tanggal 11." Ucap Rin.

"Uhm, sebulan lagi yaa."

"Apa kau berniat segera mengganti pelayan baru?"

"Aku juga dulu sekolah dan aku tahu bagaimana keadaanku saat sekolah. mengutamakan segala urusan sekolah dari pada pekerjaan." Ucap Sakura.

"Iya, aku tahu. Ahk, padahal baru beberapa bulan aku bekerja, aku suka di sini." Ucap Rin, melahap makanannya hingga pipinya menggembung dengan makanan di dalam.

"Jika kau ada waktu kosong, kau bisa membantuku lagi." Ucap Sakura dan tersenyum ramah di depan Rin.

"Uhm, jika aku kembali ke Konoha." Rin terlihat tidak begitu bersemangat.

"Kau akan meninggalkan Konoha?" Sakura menatap serius ke arah Rin. Rin belum menceritakan apapun tentang tujuannya setelah lulus sekolah.

"Hanya iseng-iseng mencoba mendaftar di salah satu fakultas di universitas Mizu dan ternyata aku lulus di sana. Aku mengambil universitas dengan fasilitas asrama dan beasiswa." Ucap Rin.

Rin menjadi merasa tidak enak pada Sakura. sejujurnya dia benar-benar menyukai bekerja pada Sakura, berharap bisa bersama Sakura lebih lama lagi, Rin sudah menganggap Sakura seperti kakaknya sendiri. Rin adalah anak dengan perekonomian keluarga yang rendah. Orang tuanya harus bekerja keras di desa. Namun Rin tidak pernah mengeluh atau meminta uang dari orang tuanya. Hanya sekali, hanya saat Rin baru akan masuk ke sekolah, setelahnya Rin bekerja paru waktu untuk membiayai sekolah dan tempat tinggalnya yang jauh dari keluarganya. Berpindah-pindah tempat kerja dan akhirnya menemukan sebuah cafe yang membutuhkan pelayan. Rin betah di sana, Sakura sangat baik dan ramah padanya. Mereka selalu kompak dan menyelesaikan setiap pekerjaan tepat waktu.

"Maafkan aku." Ucap Rin.

"Maaf? Untuk apa?" Sakura bingung dengan ucapan Rin.

"Aku tidak mengatakan ini sebelumnya." Ucap Rin dan tertunduk sedih.

"Hei, dengarkan ini, setiap manusia itu berhak memutuskan apapun yang akan di lakukannya. Aku rasa itu adalah ide yang bagus, kau tidak perlu memikirkan tempat tinggal lagi. Kau cukup belajar dengan keras dan mungkin bekerja dengan santai. Bagaimana?"

"Uhm, aku rasa akan seperti itu. Tapi-"

"Sungguh ini bukan masalah. Aku akan segera mendapat pelayan baru yang lebih bersemangat lagi."

Rin menggembungkan pipinya. "Aku masih di sini dan jangan mencari pengganti dulu." Protes Rin.

"Hehehe, baiklah."

Tidak ada ucapan apa-apa lagi. Mereka segera menyelesaikan makan siang mereka. Setelahnya, Rin akan pamit pulang dan Sakura akan mengunci cafe dan berjalan ke rumahnya.

"Aku pulang." Ucap Sakura. Berjalan masuk ke rumahnya yang sederhana, dengan dua lantai. Rumah ini cukup besar untuk di tinggali seorang wanita seperti Sakura.

Berjalan ke arah altar, duduk di bantal lantai, menepuk beberapa kali tangannya dan berdoa di sana. Sakura akan bercerita lagi tentang harinya ini pada altar suaminya. Di sana terpajang foto Naruto dengan senyum lebarnya.

"Tidak lama lagi Rin akan berhenti bekerja. Mungkin aku harus segera mengganti pelayan yang baru. Tapi kadang butuh berhari-hari untuk membuat seseorang membaca papan iklan ku di depan kaca pintu cafe." Ucap Sakura.

"Tidak masalah, selama mencari pengganti pelayan baru, kau harus beristirahat. Lihatlah wajahmu, bahkan kau sudah tidak pernah berdandan, wajahmu selalu terlihat lelah. Sakura." Ucap Naruto.

Suara Naruto tidak akan di dengar Sakura, bahkan tubuhnya yang sedang melayang-layang mengelilingi Sakura tidak akan di lihat Sakura. Naruto selalu ada bersama Sakura, di sisinya. Hanya sebagai makluk yang tak kasat mata. Naruto tidak ingin meninggalkan Sakura dan selalu menunggunya pulang ke rumah mereka.

"Kadang aku sedikit merasa kesepian jika sudah tidak sibuk lagi di cafe. Apa aku salah? Maafkan aku Naruto, aku sudah mencoba untuk tegar menghadapi kenyataan ini." Sakura terlihat sedih dan menundukkan wajahnya.

"Tenanglah, aku selalu ada bersamamu, di sini, selalu." Ucap Naruto, berusaha memeluk Sakura meskipun tangannya akan menembus tubuh Sakura.

.

.

.

.

Seorang pria yang tengah berjalan santai di trotoar, setelan jasnya menandakan dia pekerja kantoran yang sangat sibuk. Tapi dia seperti tengah membolos di jam kerjanya. Pria rambut raven dan mata onyxnya. Entah apa yang di lihat dari para wanita, setiap pria itu lewat, mata mereka akan selalu tertuju pada pria itu. Iya, dia cukup tampan dengan rahangnya yang terbentuk dan kulit putih bersihnya yang sepertinya sangat terawat.

Perjalanannya berakhir di sebuah cafe yang cukup ramai. Dia baru pertama kali datang ke kawasan ini, hanya ada sebuah cafe di sepanjang jalur ini, cukup membuat pria dengan wajah datar ini penasaran. Mendorong pintu kaca itu dan sebuah lonceng di atas pintu akan berbunyi. Seorang gadis yang cukup pendek mendatanginya dengan wajah ceria dan sangat ramah. Menanyakan berapa orang, makan di sini atau di bungkus. Pria itu menjawab, satu orang dan makan di sini. Gadis berambut coklat pendek itu segera menuntun pria itu di sebuah meja yang benar-benar hanya akan duduk sendirian dengan pemandangan kota di hadapannya.

Cafe ini cukup ramai, nuansa di dalamnya cukup bersahabat. Pria itu menyukai cafe ini. Tidak terlalu mewah, tidak terlalu sederhana. Beberapa perabotnya di tata rapi. Dinding kaca agar setiap pengunjung bisa melihat keluar. Lantai keramik berwarna krem. Sepanjang penglihatannya, dia hanya melihat satu pelayan yang sangat cegatan melayani setiap pengunjung. Sedikit penasaran dengan seorang wanita yang kadang keluar masuk dari dapur dan membawa pesanan ke meja pesanan. Pria itu bisa melihat seorang wanita muda dengan pakaian kokinya yang serba putih, tersenyum ramah dan meneriaki nama 'Rin' untuk mengambil pesanan. Gadis berambut coklat itu bernama Rin, dia tinggal sebentar dan memberi kertas pesanan. Wanita berambut softpink itu melihat sejenak kertas-kertas itu dan bergegas kembali ke belakang. Pria itu tidak bisa melihatnya lagi.

Tidak menunggu lama pesanannya sudah tiba, pria itu mulai mencicipi masakan koki itu. Lumayan. Rasa masakan koki itu cukup sesuai dengan lidahnya. Pria berambut raven itu mungkin akan kembali lagi dan mencoba menu lain di cafe itu.

Beberapa hari berlalu, Pria yang akrab di sapa Sasuke ini, kembali ke cafe yang di datanginya beberapa waktu lalu. Dia sudah berniat akan mencoba menu lain dan mungkin saja akan menemukan menu favoritnya yang akan selalu di pesannya.

Gadis yang selalu menyambutnya mulai hapal dan tanpa bertanya pun, Rin akan langsung membawa pria itu di kursi untuk duduk sendirian. Menunggunya untuk menyebutkan pesanannya dan Rin akan segera berlari memberi kertas pesanan kepada Sakura.

Berharap akan menemukan makanan favoritnya, Sasuke tidak bisa menentukan satu makanan saja. Dia menyukai semua menu yang ada di cafe ini dan selalu memesan sesuai keinginan jika sedang ingin makan.

.

.

.

.

Hari ini Rin akan pamit kepada Sakura, dia akan bekerja untuk terakhir kalinya. Sudah jam tutup dan mereka tengah bersantai dengan ice coffee dan Cheese cake yang di buat Sakura.

Rin mulai menceritakan suka dukanya selama bekerja dan di dengar baik oleh Sakura, cukup membuat wanita berambut softpink itu terharu dengan setiap ucapan Rin. Dia juga sangat senang dengan Rin dan menganggapnya seperti adiknya. Anak yang di lahirkan satu-satunya di keluar Haruno, membuat Sakura selalu merasa kesepian tanpa adanya saudara. Tapi berkat Rin, Sakura sudah menyadari bagaimana rasanya memiliki seorang saudara.

"Ini ada sedikit upah untukmu." Ucap Sakura dan menyodorkan amplop berwarna putih yang cukup menggembung di sana.

"Apa ini? Aku tidak bisa menerimanya, tidak bisa, cukup untuk upah bulan lalu, lagi pula bulan ini aku hanya bekerja beberapa hari kan," Tolak Rin.

"Anggap saja ini hadiah dariku, kau sudah bekerja sangat keras Rin."

"Itu kan sudah sesuai perjanjian kerja. Aku harus bekerja keras dan tidak boleh santai."

"Rin."

"Tidak Sakura. Sebaiknya kau simpan untuk membayar orang baru."

"Aku masih punya untuk membayar yang baru. Aku mohon, terimalah." Ucap Sakura mencoba membujuk Rin untuk menerimanya.

"Ta-tapi-"

"Kau menolak pemberianku?"

"Ini berbeda. Aku tidak bisa."

"Jika kau tidak bisa mengambilnya, setelah ini, aku akan tutup cafe selama-lamanya." Ancam Sakura.

"Eh, Jangan, aku ingin cafe ini selalu ada di jalur ini. Mungkin saja jika aku berkunjung, aku ingin mendatangi cafe ini lagi." Ucap Rin.

"Jadi. Kau harus menerimanya."

"Baiklah." Ucap Rin pasrah.

"Terima kasih Rin."

"Tidak perlu berterima kasih. Aku sudah bilang padamu berapa kali kan."

"Hahaha, iya-iya."

Rin sudah pulang. Sakura mulai beres-beres. Mengambil papan iklan dan memasangnya di bawah tulisan 'closed' di pintu. Sakura menghela napas sejenak menatap cafenya yang sudah di kunci, untuk beberapa hari sampai ada pelayan baru, Sakura akan menutup cafenya dengan waktu yang tidak di tentukan.

Wajahnya terlihat cukup lelah, mungkin berlibur beberapa hari ide yang bagus. Sakura memanfaatkan waktunya dengan bersantai di rumah. Membersihkan altar Naruto dan kadang kembali bercerita dengan Naruto, tanpa Sakura Sadari semua ucapannya di dengar Naruto dan membuat Naruto kadang tertawa sendiri mendengar cerita istrinya itu.

.

.

.

.

Sebulan berlalu. Sasuke mendapati cafe yang bertuliskan 'closed' di jam makan siang. Cafenya terlihat sunyi dan tidak siapapun di sana. Di bawah tulisan 'Closed' ada sebuah pengumuman untuk mencari pelayan baru. Sasuke sedikit kecewa dengan pemberitahuan yang terpampang di bawahnya lagi, cafe ini akan tutup dalam jangka waktu yang tidak di tentukan. Dia tidak akan bisa bertemu wanita berambut softpink itu dan mencicipi makanannya.

Memilih pulang dari pada kembali ke kantor. Suasana hati Sasuke menjadi berubah. Dia sangat ingin mencicipi makanan koki di cafe itu, tapi yang di dapatnya hanya cafe yang sedang tertutup.

Menyusuri jalan perkotaan. Sasuke bisa mendengar jelas beberapa pembicaraan orang yang melewatinya. Beberapa orang itu mungkin pelanggan cafe itu, mereka sedikit kecewa dan berharap cafe dengan menu yang enak-enak dan pelayanan yang ramah akan segera di buka kembali.

"Hei tuan muda. Apa aku perlu memukulmu dan memaksamu untuk kembali ke kantor?" Ucap sebuah suara dari belakang Sasuke. Pria berbadan tinggi tegap. Lebih tinggi dari Sasuke, wajahnya terlihat ramah, tapi ucapannya cukup membuat siapa pun yang mendengarkan akan merinding, kecuali, Sasuke, dengan santai berbalik dan mendapati pria itu sudah sangat jenuh untuk selalu mengawasinya kemana pun dia pergi, bahkan beberapa kali dia akan kehilangan tuannya yang cukup gesit untuk lepas dari pengawasannya.

"Ide yang bagus, sayang sekali, aku sedang tidak berniat untuk ke kantor." Ucap Sasuke cuek.

"Minggu depan tuan Itachi akan pulang. Apa kau lupa?" Ucap pria yang selalu di panggil Jugo oleh Sasuke.

"Ah, aku tidak lupa. Dia hanya akan memeriksa keadaan perusahaan kan." Raut wajah Sasuke terlihat malas.

"Kembalilah ke kantor, ruanganmu selalu kosong."

"Uhm, aku punya ide yang bagus."

"Apa?"

"Gantikan pekerjaanku selama aku pergi."

Jugo mengerutkan alisnya. Bingung dengan ucapan Sasuke. Jugo sudah lama di angkat menjadi penasehat sampai asisten pribadi. Jugo di besarkan dan di rawat keluarga Uchiha. Dia sangat setia dan patuh pada keluarga Uchiha.

"Tidak bisa." Tolak Jugo.

"Cobalah sekali-kali menjadi direktur." Bujuk Sasuke.

"Kembali ke kantormu."

"Aku akan kembali jika hal yang ku lakukan sudah selesai."

"Jangan membuat alasan baru lagi untuk kabur."

"Tidak, aku tidak akan kabur."

"Haa. Baiklah. Berapa hari?"

"Tidak ada batasan waktu. Aku akan kembali setelah selesai."

"Apa kau berniat untuk kabur dari tugasmu?"

"Tentu tidak. Sesama teman kau harus membantuku."

"Kita bukan teman, kau adalah tuanku dan aku ada pelayanmu."

"Kau terlalu formal Jugo. Memangnya sudah berapa lama kita bersama."

"Aku hanya ingin menegaskan kedudukanku tuan."

"Sudahlah. Aku akan kembali, tapi kesepakatan kita akan tetap jalan."

"Sesuai perintahmu tuan." Ucap Jugo. Menuntun Sasuke berjalan ke arah mobil yang di parkirnya, membuka pintu untuk Sasuke dan bergegas melajukan kendaraannya ke arah jalan raya.

Sasuke sudah mengambil keputusan, ide konyolnya cukup membuat Jugo bingung, tapi dia tidak berhak untuk membantah apapun yang di ucapkan Sasuke. Jugo hanya pasrah dan akan menjalankan semua pekerjaan Sasuke. Setelah mereka tiba di kantor, Sasuke selaku direktur utama mengumumkan untuk mengganti jabatannya sementara kepada Jugo, asisten pribadinya. Jugo bukan orang yang biasa-biasa, dia memiliki kepintaran yang hampir setara dengan Sasuke. ide-idenya pun selalu menjadi acuan untuk Sasuke tetap menjalankan perusahaannya. Sasuke tidak sembarangan untuk memutuskan orang lain mengambil posisinya. Jugo sudah mengetahui segala apapun yang ada di perusahaan Sasuke.

.

.

.

.

Tringggg...~

"Tunggu sebentar." Teriak Sakura dari dalam rumah.

Seseorang telah memencet bel rumahnya. Tidak menunggu lama, pintu rumah Sakura terbuka dan mendapati seorang pria yang lebih tinggi darinya, kulit putihnya dan matanya yang terlihat kelam. Rambut raven hitamnya, dengan setelan kaos kasualnya dan celana jeans panjangnya.

"Ada yang bisa aku bantu?" Ucap Sakura.

"Aku ingin mengambil pekerjaan pelayan yang ada di cafe sebelah." Ucap Sasuke. Dia terlihat sangat serius dengan pekerjaan ini.

"Hoo, tapi sejujurnya aku butuh seorang gadis." Ucap Sakura dan tersenyum ramah.

"Sayangnya di dalam iklan itu tidak tertulis hanya untuk seorang gadis."

"Uhm, benarkah? sepertinya aku lupa menuliskannya."

"Jadi, apa boleh aku bekerja di cafe itu?"

"Bagaimana yaa?" Sakura terdiam sejenak. Memikirkan untuk menerima pria yang ada di hadapannya ini atau tidak. Sejujurnya dia sudah cukup lama beristirahat dan mulai bosan jika tidak mengerjakan sesuatu. Memperhatikan kembali pria itu, dia terlihat santai, Sakura memikirkan apa pria di hadapannya ini bisa bekerja dengan keras. Tapi jika dia seorang pria mungkin saja dia akan jauh lebih giat di bandingkan seorang gadis. "Apa kau bisa menyanggupi persyaratannya?" Tanya Sakura, memastikan pria ini tidak main-main untuk bekerja dengannya.

"Ah, apapun persyaratannya." Ucap Sasuke. Dia sudah siap dengan apapun yang akan di ajukan Sakura.

"Datanglah lebih pagi dan kau harus bekerja keras. Bisa?"

"Hn."

"Baiklah. Kau di terima, datanglah besok jam setengah 7 pagi." Ucap Sakura dan tersenyum ramah.

Sasuke sudah menyanggupinya dan pamit untuk pulang. Pintu Sakura sudah tertutup, Sasuke berbalik dan kembali melihat pintu berwarna coklat itu. Suasana di rumahnya terasa sunyi, apa dia tinggal sendirian? Sasuke cukup penasaran dengan wanita itu. Setidaknya mulai besok cafe favoritnya itu akan buka dan dia sudah tidak sabar untuk bekerja bersama wanita yang sedikit menarik perhatiannya.

Sakura tidak pernah melihat pria itu karena selalu berasa di dalam dapur. Hanya Rin yang sudah sangat hapal dengan wajah Sasuke. Berjalan ke ruang tv dan Sakura membuang dirinya di sofa, akhirnya liburannya akan berakhir. Dia sudah tidak sabar ingin segera membuka cafe dan kembali bekerja lagi. Cafe yang sudah lama di rencanakannya berasa Naruto.

"Kenapa kau menerima seorang pria Sakura!" Protes Naruto. Dia melayang-layang di ruangan tv sambil berwajah kesal.

"Akhirnya liburanku akan berakhir. Bersabarlah Naruto, aku akan segera membuka cafe lagi." Ucap Sakura dan dia cukup senang.

"Aku tidak setuju kau menerima pegawai pria! Pecat dia besok! Pokoknya pecat!" Naruto semakin protes.

Naruto menghela napas, mau bagaimana pun Sakura tetap tidak akan mendengarkan suaranya, dia seperti orang bodoh yang berbicara sendiri.

.

.

.

.

Keesokan harinya, sesuai perintah Sakura, Sasuke datang lebih awal, bukan lebih awal, tepatnya terlalu cepat. Jam 5 pagi, Sasuke sudah menunggu depan cafe. Perasaannya yang cukup bersemangat untuk mulai bekerja membuatnya kesulitan tidur dan memilih untuk cepat datang. Di liriknya lagi jam tangannya masih menunjukkan jam 6 pagi. Sangat bosan, Sasuke tidak suka menunggu, sebentar lagi jam setengah 7, Sasuke berlari ke arah dimana dia datang. Berjalan santai dan melewati rumah Sakura. Membuat seolah-olah dia baru saja datang.

"Selamat pagi." Ucap Sakura saat berjalan keluar rumahnya.

"Hn, selamat pagi." Ucap Sasuke santai.

"Kau tepat waktu juga. Apa kau tinggal di sekitar sini?" Tanya Sakura, menyamai langkahnya dengan Sasuke.

"Iya, tidak jauh dari sini." Ucap Sasuke.

Sakura berjalan lebih dulu untuk membuka pintu cafe. Memasukkan kunci dan memutarnya. Pintu kaca itu terbuka. Sakura mengambil papan iklan dan membawanya masuk.

"Oh iya, aku lupa. Namaku Uzumaki Sakura." Ucap Sakura berjalan masuk.

"Sasuke." Ucap Sasuke. Mungkin marganya yang cukup terkenal tidak perlu di sebutkannya. Rencananya bisa gagal jika Sakura mengetahui Sasuke adalah orang yang kaya raya.

"Bisa bantu aku membersihkan meja?"

"Tentu."

Sasuke mengikuti Sakura masuk ke dalam ruangan dapur. Di sana terlihat lengkap dan benda-benda berwarna perak yang sangat dominan. Sakura mengambil beberapa alat pembersih di gudang. Cafe ini tidak terlalu kotor, setiap hari Sakura akan membersihkannya meskipun tidak di buka.

Di mulai dari melap meja dan mengatur kursi-kursi itu agar tertata rapi. Sementara itu Sasuke mulai sibuk mengatur meja dan kursi, Sakura akan sibuk menyiapkan semua bahan yang sudah di belinya kemarin. Mencuci dan menatanya agar mudah untuk di ambil saat Sakura akan membuat masakan.

Sebentar lagi cafe itu akan bersih dan siap. Sasuke bisa mencium bau masakan dari arah dapur. Sakura mulai memasak. Sasuke segera menyelesaikan kegiatan bersih-bersihnya. Sejujurnya dia sangat jarang bahkan tidak pernah melakukan hal ini, semua akan di lakukan oleh para pelayannya. Namun tidak terlalu berat, hanya saja dia mulai merasa keram pada pingganggnya saat mulai membersihkan dinding kaca agar lebih terlihat bening dan bersih.

Jam 08 : 00

Semua sudah tertata rapi dan bersih. Cafe itu siap di buka. Tapi sebelumnya, Sakura mulai menata dua mangkok berisi cream sup dan roti gandum di salah satu meja. Meja yang selalu di gunakan untuk makan bersama Rin.

"Sasuke, apa kau mau secangkir kopi?" Tanya Sakura.

"Boleh." Jawab singkat Sasuke.

Sebenarnya jam berapa cafe ini akan buka. Sasuke sendiri bertanya-tanya. Sudah hampir jam 8 lewat, tapi cafe ini belum juga buka. Apa cafe ini hanya buka pada saat siang hari. Lama melamun, terdengar lagi suara Sakura yang memanggilnya untuk menghampiri meja yang sudah tertata makanan di sana.

"Sebelum bekerja kita harus sarapan dulu." Ucap Sakura. Duduk di kursi dan mempersilahkan Sasuke untuk duduk.

Sasuke menarik kursinya dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Sakura. tercium aroma yang sangat wangi dari cream sup dan kopi hangat buatan Sakura. Makanan yang di buat Sakura sangat pas untuk sarapan. Mereka mulai menyantap sarapan mereka.

"Jam berapa cafe akan di buka?" Tanya Sasuke, dia cukup penasaran dengan jam buka cafe ini.

"Jam 10."

"Apa setiap hari akan selalu seperti ini?"

"Sarapan bersama?"

"Hn."

"Tentu. Aku senang melakukannya bersama pegawaiku sebelumnya. Aku harus memastikan mereka sarapan sebelum bekerja." Ucap Sakura. Menyesap sedikit kopi hangatnya.

Sasuke sangat menyukai cream sup buatan Sakura. lembut dan rasanya enak. Roti gandum yang ternyata juga buatan Sakura, tidak terlalu keras dan pas untuk cream sup yang sedang di makannya. Sasuke cukup senang dengan jamuan pagi ini. Sakura adalah bos yang sangat baik hati, menurutnya, bahkan makanan pegawainya pun selalu di perhatikannya. Wajah senangnya tiba-tiba berubah. Sasuke bisa melihat jelas cincin perak polos yang melingkar di jari manis Sakura. Sebelumnya, Sasuke tidak melihat cincin itu ada. Baru sekarang Sasuke mengetahui dan cincin itu cukup mencolok di tangan putih Sakura. Kembali pria bermata onyx ini penasaran dengan kehidupan Sakura, jika dia memiliki suami akan kah lebih baik jika mereka berdua menjalankannya bersama. Kenapa hanya Sakura yang bekerja sendirian sampai harus susah-susah mencari pegawai.

"Dimana pegawaimu sebelumnya?" Basa-basi Sasuke.

"Rin? Dia sibuk untuk ujian kelulusan dan setelah lulus dia harus segera ke kota Mizu." Ucap Sakura.

"Uhm... Dia pekerja paru waktu, yaa."

"Begitulah, aku sudah cukup terbantu dengannya."

"Hn. Bagaimana dengan suamimu?" Ucap Sasuke, to the point.

Sakura tersenyum dan menopang dagunya. "Kami sudah lama berpisah."

"Cerai?" Ceplos Sasuke.

Sakura tertawa pelan. "Bukan seperti itu." Sakura terdiam sejenak. Masih menopang dagunya, dan tatapannya mengarah ke pintu. "Tuhan mengambilnya lebih dulu." Lanjut Sakura.

Sasuke bisa melihat wajah ceria Sakura hilang sedetik dan kembali tersenyum ramah, memalingkan wajahnya dan menatap Sasuke.

"Maaf, aku sudah lancang menanyakannya." Sasuke merasa tidak enak menanyakan hal privasi Sakura.

"Tidak apa-apa. Aku tidak keberatan. Bahkan Rin juga saat pertama kali bekerja padaku dia akan bertanya hal yang sama denganmu."

Sasuke tidak mengucap apa-apa lagi dan segera menyelesaikan sarapannya. Sedikit terkejut dengan apa yang ada di hadapannya, seorang pria berambut blonde berdiri di sebelah Sakura. Wajahnya terlihat kesal.

"Jangan mengganggu istriku!" Bentaknya.

Lagi-lagi Sasuke terkejut mendengar ucapan pria itu. Dia mengucap 'istri' pada Sakura. Tapi, Sakura baru saja mengatakan jika suaminya sudah meninggal. Sasuke mengucek-ngucek matanya, merasa dia sedang berhalusinasi. Namun pria blonde itu tidak menghilang dia bahkan semakin kesal pada Sasuke.

"Jika saja berani menyentuh Sakura aku akan melakukan sesuatu yang buruk padamu, ingat itu." Ancam Naruto.

"Ada apa Sasuke?" Tanya Sakura. Dia sedikit bingung melihat Sasuke yang terus-terusan menatap ke arah sampingnya.

"Ha, tidak ada apa-apa. Biar aku yang membantu membereskan piring-piring ini." Ucap Sasuke, mengambil piring kotor Sakura dan membawanya masuk ke dalam dapur.

"Terima kasih."

"Hn"

Sesampainya di dalam, Sasuke mengintip sejenak keluar, melihat pria itu lagi. Dan benar saja dia masih ada di samping Sakura berdiri. Sasuke memperhatikan lebih detail lagi. Pria itu melayang, kakinya tidak menyentuh tanah dan saat berjalan melewati meja, tubuhnya menembus meja itu, duduk di tempatnya Sasuke tadi duduk dan menatap Sakura. Dia mengomel di depan Sakura tentang pegawai barunya yang seorang pria. Sasuke melihat ke arah Sakura yang sedang santai meminum kopinya dan sesekali Sakura tengah mengecek ponselnya. Sepertinya Sakura tidak melihat pria yang duduk di hadapannya.

Sasuke tidak memperdulikan lagi dengan apa yang di lihatnya. Mungkin saja itu halusinasinya yang akan segera menghilang. Sasuke mulai mencuci piring dan menatanya di rak pengering piring.

'Open'

Beberapa orang yang melewati cafe itu, terlihat senang dan langsung masuk ke dalam. Cafe yang cukup terkenal dengan makanan yang enak dan sesuai kantong ini segera di banjiri pengunjung. Sasuke melayani setiap pengunjung dengan ramah. Setiap wanita dan para gadis yang datang mereka akan mematung sejenak melihat Sasuke. Mereka seperti terhipnotis akan sesuatu di wajah Sasuke, mungkin ketampanannya.

Jika Sasuke akan ramah dan baik dalam melayani pengunjung, tapi tidak dengan membawa nampan. Sasuke harus berhati-hati membawa pesanan untuk setiap meja, membuatnya cukup lama bekerja. Sasuke sendiri merasa sangat risih dengan membawa nampan yang berisikan makanan dan minuman, yang ada di pikirannya, dia tidak pernah membawa nampan seperti para pelayan pada umumnya. Sakura melihat pesanan masih banyak di meja pesanan. Melihat Sasuke sedang membawa nampannya dengan hati-hati. Sakura merasa dia perlu memberi sedikit pelajaran singkat pada Sasuke.

Sasuke masih berusaha membawa nampannya ke arah meja dimana 4 gadis sedang menunggunya dengan sabar, tatapan mereka masih setia menatap Sasuke yang sedang berjalan perlahan menghampiri mereka. hampir sampai dan tiba-tiba Sasuke kehilangan keseimbangan, membuat nampannya jatuh tepat di samping meja pengunjung yang sejak tadi menunggu pesanan mereka. Sangat kesal dengan kejadian ini, tapi Sasuke berusaha menahan rasa kesalnya. Berjongkok dan memungut setiap makanan yang jatuh, untung saja piring yang di gunakan bukan piring kaca. Hanya gelasnya yang pecah. Sasuke mendongakan kepalanya ke atas dan meminta maaf pada 4 gadis itu, bukannya mereka marah, mereka malah kasihan pada Sasuke dan membantu Sasuke. Mereka bahkan bersedia membayar meskipun tidak mendapatkan makanan itu. Sasuke kembali meminta maaf di hadapan mereka. Ucapan maaf Sasuke membuat mereka kegirangan. Sasuke tidak boleh tinggal diam dan harus kembali sibuk.

"Pesanan anda tuan." Ucap Sasuke ramah.

"Maaf aku tidak pesan ini." Ucap pengunjung itu.

"Pesanan anda." Sasuke berpindah meja dan menanyakan hal yang sama pada setiap meja yang di singgahinya.

"Maaf kami tidak memesannya."

Kesal dengan pesanan itu, Sasuke lupa di meja mana yang memesan. "Siapa yang memesan ini!" Ucap Sasuke mengangkat nampannya dan seorang pria mengangkat tangannya. Sasuke segera menghampiri orang itu dan tetap dengan senyum ramahnya. Sejujurnya dia sudah sangat kesal. Kenapa orang-orang tidak berniat mengambil sendiri pesanannya. Sasuke lupa jika ini cafe dan bukan warung prasmanan.

Sasuke harus bertahan beberapa menit lagi. Pengunjung terakhir dan akhirnya pekerjaan di hari pertamanya selesai. Sasuke duduk di salah satu meja dan menyembunyikan wajah di kedua lengannya.

'Closed'

Malu, marah, dan kesal. Sasuke bukanlah pria dengan tipe melayani, dia adalah tipe yang di layani dan itu sudah di dapatnya sejak kecil. Pelayan yang lengkap dan tidak ada satupun pelayanan yang kurang.

"Minumlah ini." Ucap Sakura. meletakkan segelas cappucino di meja Sasuke. Kadang Rin akan meminta untuk di buatkan minuman itu setelah bekerja keras. Mungkin saja Sasuke akan menyukainya seperti halnya Rin.

Mengangkat kepalanya dan menatap secangkir cappocino di cangkir putih. Seperti biasa bau kopi yang di buat Sakura akan selalu harum, apapun jenisnya. Menyeruput sedikit dan Sasuke bisa merasakan cappocino yang enak.

Sasuke mengambil sesuatu di sakunya dan memberikan beberapa lembar uang pada Sakura.

"Ini untuk mengganti kerugianmu." Ucap Sasuke. Dia menyadari kesalahan fatalnya.

"Eh? Tidak perlu. Ini bukan salahmu kok." Tolak Sakura.

"Sudah... pecat saja dia Sakura, pria ini bodoh dan tidak bisa berbuat apa-apa." Omel Naruto, melayang-layang di sekeliling Sakura dan Sasuke, menatap malas ke arah Sasuke.

Semua ucapannya bisa di dengar Sasuke, halusinasinya belum juga hilang. Sasuke harus menganggapnya tidak ada. Dia tidak boleh menanggapi makhluk yang menurutnya hanya khayalannya, tapi pria khayalannya itu cukup membuatnya kesal, di bahkan mengucapkan kalau Sasuke itu bodoh.

"Baru sehari bekerja dia sudah memecahkan 5 gelas kaca dan membuang-buang 4 menu makanan. Jika dia bekerja terus padamu, cafe kita akan rugi besar, Sakura, pecat dia sekarang juga." Omel Naruto lagi.

"Aku rasa ini baru pertama kali bagimu, mungkin kau ingin belajar sedikit dengan membawa nampan?" Ucap Sakura. Meskipun dia tahu Sasuke lebih lambang, tapi Sakura tidak langsung mengucapkan kalimat yang menjatuhkan Sasuke. Dia hanya perlu sedikit belajar.

Sasuke mengangguk malu. Menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan rona merah di wajahnya. Dia malu di ajari Sakura.

"Apa yang kau lakukan Sakura! jangan membuatnya besar kepala dengan kesalahan bodohnya!" Naruto semakin kesal.

"Diam kau!" Bentak Sasuke. Dia sudah cukup bersabar mendengar kata 'bodoh' dari pria aneh yang hanya melayang-layang tanpa menyentuh lantai. Sakura dan Naruto terkejut.

"S-Sasuke. Ada apa?" Sakura menjadi takut.

"Ahk, maaf, tadi ada yang mengganggu pikiranku." Ucap Sasuke. Dia harus menahan emosinya, bisa saja Sakura akan menganggapnya orang aneh jika membalas ucapan makhluk yang tidak di lihat Sakura.

"Uhm, aku pikir ada apa. Mau belajar sekarang?" Tawar Sakura.

Sasuke kembali mengangguk, setelah cafe dan dapur bersih, Sakura mulai mengajari Sasuke dengan sabar, membuat Sasuke harus membawa nampang yang berisi beberapa makan dan minuman, Sasuke berusahan menyeimbangkan jalannya. Mencoba berjalan perlahan dan mencoba berjalan dengan sedikit lebih cepat. Sasuke harus menyadari satu hal, dalam pelayanan, kau tidak perlu memahami rumus yang ada, kau hanya perlu fokus dan berhati-hati.

~ TBC ~


halo-halo...

Sasuke fans di sini... sedang dapat ide, terinspirasi dari sebuah anime dan author lupa judulnya.. *nangis lebay* sebenarnya anime ini sudah lama, dan ternyata sudah di hapus di laptop, jadi jika ada yang tahu anime apa ini silahkan sebutkan saja yaa...

judulnya "Ghost Terrror" tapi dalam cerita ini tidak seram kok. beneran, author mau membuatnya jadi terkesan humor, semoga bisa membuat cerita ini menjadi lucu meskipun garing. beberapa fic author tidak ada yg humor. ini untuk pertama kalinya.

uhm.. apalagi yaa.., naruto di sini sudah menjadi arwah yang tidak ada tujuannya yaa, hehehehe...,

review plisss...~