Shoes

Boboiboy © Animonsta Studio

Shoes © frkstn

Summary: Untuk pertama kalinya Yaya menyesal pergi ke perpustakaan.

.

.

.

.

.

Chapter 1: Disappear

"Eung?"

Terlihat seorang gadis berhijab pink tengah sibuk mencari sesuatu. Yaya, nama gadis itu, mengernyit karena sesuatu yang dicarinya tidak ketemu.

"Yaya, ayo!"

Ajakan dari sahabatnya tidak ia hiraukan. Yaya tetap fokus mencari. Sang sahabat heran dan segera menghampirinya.

"Ada apa?"

"Sepatuku hilang, Ying!"

.

.

.

.

.

Yaya menghela nafas pelan. Sepatu yang belum setahun ia pakai ternyata telah ditukar oleh seseorang. Jika ditukar dengan yang lebih bagus tidak masalah, sayangnya sepatunya ditukar dengan sepatu yang Yaya kira sudah dipakai setahun lebih.

Semua ini berawal saat ia dan Ying pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku pinjaman. Hanya sebentar, sekitar 10 menit. Dan setelah itu..

POOF

Sepatunya tertukar.

"Tega sekali," cicit Yaya pelan.

Bu Timmy berkata bahwa ia harus melaporkan ini pada guru kesiswaan. Tapi hei, siswa di sekolah ini ada seribu lebih. Tidak mungkin ada yang mau mengaku.

Bagaimana ini bisa terjadi? Jawabannya adalah, sekolah Yaya mempunyai koperasi sendiri yang mengharuskan setiap siswa baru membeli semua perlengkapan seragam disana. Termasuk Yaya, ia adalah siswa angkatan 50 yang baru saja masuk. Awalnya Yaya tidak takut sepatunya akan tertukar, tapi lihat yang terjadi sekarang.

"Ukuran sepatumu berapa?" tanya Suzy, teman satu kelas Yaya.

"40," jawab Yaya

"Lalu yang ini?"

"40 juga,"

"Yah, tidak apa-apa 'kan? Ukurannya sama,"

'Memang sama. Tapi jika memakai sesuatu yang bukan milik sendiri, rasanya lain,' batin Yaya.

lmao

"Bagaimana bisa, Kak Ya?"

"Aku juga tidak tahu Totoitoy. Itu terjadi begitu saja,"

Yaya baru saja selesai menceritakan hal yang terjadi padanya di sekolah hari ini pada adiknya, Totoitoy.

Totoitoy memandang kakaknya sedih. Ia bingung harus berbuat apa, masalah seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. 'Dasar sepatu seribu umat! Buat repot saja, dan lagi, sebenarnya siapa yang telah menukar sepatu Kak Ya,' batinnya.

"Lalu, apa Kakak akan mencari sepatu itu besok?"

"Tentu saja!"

"Caranya? Apa Kak Ya lupa kalau hampir semua siswa di sekolah Kakak memakai sepatu yang sama?"

"Aku bisa mengenali sepatuku. Aku ingat kalau tali sepatuku itu sudah hampir rusak di bagian ujungnya,"

"Terserah Kakak saja,"

Yaya memutar matanya, "Ya sudah, aku mau tidur,"

"Hm, selamat malam,"

Yaya menutup pintu kamarnya pelan. Kamar yang bernuansa pink itu terlihat sangat rapi. Yaya merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamarnya lama.

'Aku harus bisa menemukan sepatuku,'

lmao

DUK

"Aduh,"

"Yaya kalau jalan lihat ke depan," Ying yang berjalan beriringan dengan Yaya menggelengkan kepala.

Sejak masuk ke lingkungan sekolah, Yaya berjalan menunduk berharap ia menemukan sepatu miliknya. Dan akibatnya..

DUK

"Argh sakit,"

menabrak tembok.

"Ini sudah kesekian kalinya kau menabrak tembok, jalanlah yang benar. Kepalamu nanti benjol,"

"Tapi Ying, aku harus mencari sepatuku,"

Yaya duduk di kursi dekat kantin, melipat tangannya di meja kemudian menenggelamkan wajahnya disana. Ying hanya menghela nafas dan mengelus punggung sahabatnya. Sorot matanya sendu, Ying merasa bersalah.

"Yaya, maaf. Ini salahku, seharusnya aku tidak memaksamu kemarin,"

Yaya terkejut dan segera mengangkat wajahnya. "Tidak, kau tidak salah Ying. Ini salahku sendiri, karena aku tidak menaruh sepatuku di rak,"

"Tapi tetap saja..," Ying sedikit menunduk.

"Tidak apa Ying, aku tidak menyalahkanmu," Yaya tersenyum lembut yang dibalas senyum juga oleh Ying.

"Istirahat kedua, kubantu kau mencarinya,"

lmao

"Tidak ada,"

Semua sisi rak sepatu sudah Yaya dan Ying cari tapi hasilnya nihil. Orang yang menukar sepatu Yaya sepertinya mempunyai firasat bahwa Yaya pasti akan mencarinya kesini.

"Pelaku tidak pergi ke sini, hari ini," ujar Ying menaruh kembali sepatu yang ia periksa.

Yaya hanya memandang sepatu yang berjejer rapi di rak itu. Ia merasa sedih dan juga kesal. Tapi ia juga tidak bisa berbuat banyak. Satu persatu siswa keluar dari perpustakaan. Yaya tersenyum miris dan segera menyingkir agar tidak menghalangi mereka yang ingin mengambil sepatu.

"Ayo Ying! Sebentar lagi bel masuk," Yaya mengatakan itu tanpa melihat ke arah Ying.

Segera, Ying berlari kecil mengejar Yaya yang sudah jauh dari pintu perpustakaan.

"Tapi sepatunya belum ketemu,"

"Tak apa. Aku akan mencarinya lagi besok,"

Hening.

Mereka berjalan menuju kelas tanpa suara, berkutat pada pikiran masing-masing. Sampai tiba-tiba ada yang memanggil salah satu diantara mereka.

"Yaya! Tunggu!"

Keduanya menoleh dan mendapati seorang pemuda pendek bersurai hitam berlari ke arah mereka. Ternyata Iwan.

"Ada apa Iwan?" tanya Yaya heran.

"Aku hanya ingin memberi tau, setelah pulang sekolah nanti ada rapat OSIS. Karena Kak Gempa tidak masuk hari ini, jadi kau yang akan menggantikan Kak Gempa memimpin rapat," jelas Iwan terengah-engah

"Kak Gempa kenapa?"

"Sakit,"

Yaya mengangguk mengerti dan Iwan segera pergi.

Benar, walaupun Yaya masih menginjak kelas 10 tapi ia sudah menjabat sebagai Wakil Ketua OSIS. Hebat bukan?

"Ying, aku duluan,"

"Hah? Eh, iya,"

Ying berhenti berjalan dan menatap punggung sahabatnya yang mulai menghilang. Bel berbunyi, Ying segera masuk ke kelasnya.

lmao

Yaya kembali berjalan menunduk untuk mencari sepatunya. Keluhan siswa lain yang tidak sengaja ia tabrak tidak ia hiraukan.

15 menit mondar-mandir Yaya menyerah, ia kelelahan. Yaya menepi ke sudut lorong kelas untuk beritirahat. 'Ah, aku harus bagaimana?' Yaya menjerit dalam hati.

Yaya memejamkan matanya untuk menstabilkan emosinya, dan membukannya kembali. Matanya menyipit saat ia melihat sepatu yang sedang dipakai oleh seseorang.

"Itu..," Yaya berujar pelan, matanya tetap fokus pada sepatu itu.

Ia bangkit dan ingin menghampiri sepatu itu-

"Yaya! Kemana saja kau? Yang lain sudah menunggu,"

Nasib berkata lain. Ia menoleh lalu keringat dingin tiba-tiba mengucur deras saat iris tajam itu menatapnya.

"Maaf Kak Hanna tadi-"

"Sudah, aku tidak mau dengar alasan apapun. Sekarang cepat pimpin rapat OSIS,"

"Baik Kak,"

Hanna, senior Yaya yang juga sekretaris OSIS berlari meninggalkan Yaya. 'Astaga, hanya karena sepatu aku jadi melupakan tanggung jawabku,' batin Yaya memukul pelan wajahnya sendiri kemudian berlari menyusul seniornya.

Tbc or delete?