Kuroko keki setengah mati. Dia makan sarapan yang dibuat Kagami dengan kesal hingga mengigit sendoknya. Makanannya gak salah, enak seperti biasa. Kagami juga…gak salah sih, polos seperti biasa. Yang salah itu Aomine. Ya, Ahomine Dakian itu yang salah.

Dasar Ahomine-kun sialan, umpat Kuroko dalam hati.

Apartemen Kagami pagi itu sepi, hanya terdengar suara burung dan kendaraan di luar. Tak ada suara Kagami yang biasanya menenangkan hati Kuroko sekarang.

Dia keduluan dari Aomine.

Aomine sudah pergi bersama Kagami―entah kemana.

"Awas aja Ahomine-kun," Kuroko masih mengigiti sendok dengan kesal, "aku bawa pasukan nanti."

Kuroko segera menyiapkan HP-nya dan menelepon seseorang.

[Halo Kuroko?]

"Kiyoshi-senpai, kau dimana?"

[Masih di rumah, Kuroko, ada apa?]

"Kagami-kun sudah berangkat dengan Aomine dan aku tidak sempat menghentikan mereka. Jadi, aku mohon kerjasamanya dengan yang lain, Kiyoshi-senpai."

XxXxXxX

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadashi

Father and Son © AliceShotacon4Ever

Warning(!): OOC, Typo(s), set after Winter Cup dan Kiyoshi gak pergi ke Amerika, sho-ai, Papa!Kiyo x Son!Gami, AoKagaKuro, slight!GoMxKagami, amburegul, gaya bahasa berubah-ubah, etc.

O|X|O

II.AoKaga Jalan-Jalan
Hints: AoKaga | dan lainnya :v/plak

XxXxXxX

Aomine tertawa laknat. Tertawa sejadi-jadinya. Tertawa sekeras mungkin―tapi di dalam hati. Di wajahnya sekarang hanya tertampang senyum nista.

Kenapa? Oh, ayolah, dia bahagia banget. Kebangetan malah. Bisa bawa Kagami pagi-pagi tanpa ketahuan Kuroko itu…sesuatu banget.

Dia pasti lagi ngumpat-ngumpat sekarang, batin Aomine masih tersenyum nista, hahahaha, rasain lo, hahahahahaha.

"Aomine, apa gak apa ninggalin Kuroko? Dia belom bangun loh tadi. Kalo dia nyariin aku gimana?" tanya Kagami.

"Gak perlu khawatir gitu dong," Aomine merangkul Kagami dan mengusap kepalanya, "dia tahu kok kalo kamu sama aku. Jadi, gak ada yang perlu di khawatirkan, 'kan?"

"Terus, kita mau kemana?"

"Jalan-jalan dong, bareng aku," Aomine tersenyum narsis. Mata Kagami berkedut, Najis.

"Ya, kemana?"

"Ada deh, rahasia."

Kagami menghela napas, pasrah mau dibawa Aomine kemana aja. Dia juga gak sempat ngasih tahu Kiyoshi kalo dia sudah pergi dengan Aomine. Kata Aomine, gak usah kasih tahu Kiyoshi, emangnya Kiyoshi siapa Kagami? Senpai-nya lah, siapa lagi.

Tapi, kok, overprotective gitu? Nah…Kagami sih gak peduli, asalkan dia bisa sedikit bebas.

Tapi, kalo gak dikasih tahu bisa gawat juga. Kiyoshi itu kalo gak tahu Kagami sedang ngapain…bisa menggila dia. Kagami bimbang, antara nelpon Kiyoshi atau gak. Tapi, Kuroko tahu 'kan dia sedang bersama Aomine? Mungkin Kuroko yang bakal ngehubungin Kiyoshi.

"Nah, kita udah sampe," Aomine menarik lengan Kagami untuk menuruni bus. Setelah bus pergi, keduanya masih diam di tempat. Aomine memerhatikan Kagami, yang wajahnya seperti menunjukkan ketidakpercayaan.

Lalu, Kagami menoleh ke samping, "Taman, Aomine?"

"Ya," Aomine mengangguk dengan semangat, lalu senyumnya sedikit memudar, "kau…gak senang ya..?"

Kagami menggeleng dengan ekspresi masih tidak percaya, "Kamu itu Aomine-ku 'kan?"

Aomine sempat mematung sebentar ketika Kagami berucap begitu, lalu melirik ke Kagami, "A..apa..?"

"Kau itu Aomine yang ku kenal, 'kan?" ulang Kagami.

Aomine tersenyum kecut, "Yeah. Kau kira aku apa? Alien?"

"Siapa tahu," Kagami tertawa kecil, "habisnya, Aomine dengan taman 'kan bertolak belakang. Jadi, kita ngapain disini?"

"Jalan-jalan…?" Aomine berpikir, "refreshing atau sejenisnya…selama ini kita kalo pergi berdua pasti selalu main basket atau ke Majiba. Sesekali boleh 'kan…ng…pergi ke tempat lain…gitu."

"Ya udah, ayo," Kagami menggandeng tangan Aomine dan berjalan di depan. Aomine mengikuti Kagami saja, padahal dia yang ngajak.

Aomine menutup mulutnya dengan tangan kanannya yang bebas. Wajahnya sedikit merah. Andaikan 'Aomine-ku' itu berarti 'Kau itu milikku' Bakagami…ah, tapi bisa bebas dari yang lain dan berduaan sama Kagami boleh juga.

"Apa kau punya ide dimana Aomine dan Kagami berada?" tanya Kiyoshi yang khawatir. Pasalnya, Kagami juga tidak menghubunginya sejak pagi. Kini, ia bersama Kuroko, Kise, Hyuuga, Riko, dan Momoi di depan gedung apartemen Kagami.

"Aku tidak tahu, Kiyoshi-senpai. Biasanya mereka akan bermain basket atau pergi ke Majiba. Tapi, kurasa kali ini tidak," jawab Kuroko.

"Momocchi, kau tahu kemana perginya Aominecchi dan Kagamicchi?" tanya Kise menoleh ke manajer pink asal Touo itu.

"Nggak…aku gak tahu, maaf," Momoi tersenyum meminta maaf.

"Hmm…biasanya jika kau mengajak doi-mu, kau pergi ke taman hiburan, 'kan?" gumam Riko.

"Aomine sama taman hiburan itu…" Hyuuga berpikir, "gak nyambung."

"Tapi, biasanya 'kan orang kesana," kata Riko.

"Tapi…Dai-chan gak pernah ngomongin soal taman hiburan deh. Kalo dia mau ngajak Kagamin kemana-mana, pasti selalu nanya―" Momoi mendapat pencerahan, "oh."

"Ada apa, Momoi?" tanya Kiyoshi.

"Kemarin-kemarin Dai-chan ngomongin soal 'tempat yang cocok buat jalan-jalan atau refreshing' gitu. Terus, aku jawab taman kota yang ada di daerah Timur itu. Mungkin dia dan Kagamin kesana," jawab Momoi.

"Oke semua, kita langsung kesana!" seru Kiyoshi memimpin.

"Tapi, dengan apa, d'aho?" Hyuuga menatap datar Kiyoshi.

"Tentu saja naik mobilku," tiba-tiba, muncul Akashi di samping Hyuuga―sukses membuat semua teriak kecuali Kiyoshi dan Kuroko.

"Aku tadi menelepon Akashi-kun juga," jelas Kuroko.

"Jadi semua, ayo segera naik mobilku," Akashi tersenyum namun banyak aura tidak mengenakan menguar dari tubuhnya.

"Dan mencari kemana Aomine serta Kagami," sambung Kiyoshi yang memperburuk aura disana.

"Lalu memberikan hukuman setimpal karena membawa Kagami seenak jidat tanpa memberitahu siapa-siapa," lanjut Kuroko yang membuat suasana makin mencekam.

Yang lain sweatdrop dan merinding, Tiga manusia abnormal yang terlalu mengerikan telah berkumpul demi seorang malaikat yang diculik setan gosong.

"Bukankah ini terlalu berlebihan," bisik Momoi kepada Riko.

"Heh, masukkan Himuro-san dan semua komplit. Tamatlah riwayat Aomine-kun," bisik Riko tersenyum speechless.

"Hm, kau benar," Momoi mengangguk setuju.

Aomine merinding, merasa nyawanya terancam. Dia menoleh ke kanan-kiri, depan-belakang, atas-bawah, memastikan tidak ada makhluk-makhluk abnormal yang membuntutinya atau yang akan menyerangnya nanti.

"Di sini serasa kayak di hutan ya, banyak pohonnya," Kagami mengamati sekeliling, "apa disini ada taman bunga?"

"Ku-kurasa ada," jawab Aomine menggaruk tengkuk lehernya yang tidka gatal, setidaknya momen terakhir hidupku bersama Kagami.

"Oh, ada sungai, ayo liat," Kagami menarik tangan Aomine lagi. Mereka menghampiri sungai yang beraliran deras. Kagami berjongkok dan memasukkan kedua tangannya ke dalam sungai yang jernih, "Uwahh…dingin."

Aomine berjongkok di sebelahnya dan memasukkan kedua tangannya juga, "Hoo, beneran dingin."

"Oh, ada danau disana," Kagami menunjuk ke arah kanan, "ayo, ayo!" bangkit dan berlari kesana.

Aomine tersenyum melihat tingkah Kagami dan berlari kecil mengejarnya, "Woi, tunggu, Bakagami!"

Mereka sampai di danau, dimana ada beberapa orang disana. Ada yang sedang menaiki perahu, ada yang sedang berada di jembatan, ada juga yang memancing, atau foto-foto disana. "Naik perahu, yuk," ajak Kagami.

"Eh!?" Aomine kaget karena ajakan Kagami, "te-tentu, ayo."

Kagami dan Aomine pun menaiki perahu. "Aomine, kau yang dayung," Kagami memberikan dayung kepada Aomine.

"Hah…? Kenapa aku!?" Aomine menolak.

"Oh, ayolah, Aomine hatinya putih 'kan, gak kayak kulitnya," Kagami menyeringai nista.

"Tch, jangan mengejekku Bakagami," seru Aomine kesal tetapi menerima dayung itu dan mulai mendayung sampan. Kagami mengamati sekitarnya dengan mata berbinar. Aomine mengamati Kagami, tersenyum kecil melihat ekspresi pemuda di hadapannya yang lucu. Lalu, pandangan mereka bertemu.

"Ne, Aomine," panggil Kagami.

"Ya?" tanya Aomine.

"Kau tahu tempat ini dari mana?"

"Dari Satsuki."

Terjadi keheningan dimana keduanya saling tatap. "Berarti sebentar lagi kita gak bisa berduaan dengan damai lagi dong," kata Kagami melirik ke danau.

Si Bakagami ini bilang apa? Dia masih ingin berduaan denganku!? batin Aomine yang jadi salah tingkah, lalu mendadak mukanya jadi horor, oh ya, Satsuki-kan selalu di sisi Tetsu! Dammit!

Ke-7 remaja itu sudah sampai di taman yang disebutkan Momoi. Kiyoshi, Akashi, dan Kuroko langsung celingukan, mencari tanda-tanda Kagami dan Aomine. "Hei…tenang dulu," kata Riko.

"Menurutmu, mereka ada dibagian mana?" tanya Kiyoshi.

"Aku tidak tahu senpai, taman bukanlah genre Aomine-kun maupun Kagami-kun," jawab Kuroko.

"Andaikan kalian menyelipkan GPS di salah satu HP mereka," kata Akashi mendesah.

Hello!? Itu mah udah gila banget, batin yang lain minus tiga orang di atas sweatdrop berat.

"Momoi-san, ada ide?" tanya Kuroko menoleh ke Momoi.

Momoi mendongak, berpikir, lalu menggeleng sambil menatap Kuroko sedih.

"Lebih baik kita keliling saja mencari mereka," usul Hyuuga.

"Oke, mencar," kata Kiyoshi, "aku dengan Hyuuga dan Riko, Kuroko dengan Momoi, dan Akashi dengan Kise."

"Baiklah," Akashi mengangguk setuju.

"Eh, tunggu, ssu! Aku sama Akashicchi!?" Kise kaget.

"Ada apa Ryota? Kau menolak?" tanya Akashi mendelik ke arah Kise.

"Ti-tidak, ssu," Kise dengan cepat menggeleng.

"Baiklah, ayo kita berpencar," seru Akashi, yang disertai anggukan yang lain dan mereka berpencar.

"Aku serasa…Kagami kayak diculik aja loh," gumam Riko yang diikuti anggukan Hyuuga.

"Kagami emang hilang!" seru Kiyoshi.

Tapi 'kan dia sama Aomine…batin Riko dan Hyuuga sweatdrop.

Tiba-tiba bulu kuduk Aomine berdiri. Ia merasakan sesuatu yang tidak mengenakan. Kek-nya mereka sudah sampai di taman ini, sialan, padahal aku berharap bisa lebih lama lagi bersama Kagami, berduaan doang, batin Aomine keki.

"Kenapa Aomine?" tanya Kagami.

"Ah, gak papa, laper kek-nya," jawab Aomine.

"Yaudah, ayo turun, kita cari makan."

"Oke."

Keduanya pun turun dari sampan dan keliling mencari makanan. Mereka berhenti di sebuah restoran yang lumayan ramai. Keduanya memesan cukup banyak dan mulai makan. Aomine memerhatikan Kagami makan, lalu tertawa kecil.

Kagami memberengut, "Apa yang lucu?"

"Cara-mu makan, kayak tupai," jawab Aomine masih tertawa.

"Emangnya kenapa? Aku lapar tahu."

"Haha, perutmu memang terbuat dari karet."

"Perutku terbuat dari daging, lemak, dan kulit."

"Terserah katamu," Aomine memutar bola mata.

"Setelah ini kau mau kemana?"

"Hmm…keliling lagi? Kita belum tuntas menelusuri taman ini."

"Oke deh."

"Apa? Kau capek? Atau kau mau cari lapangan basket dan bermain?"

"Nah, aku gak bawa bola basket."

"Kita bisa langsung pulang, ke apartemenmu mengambil bola dan bermain di lapangan sekitar."

"Nanti aja deh, sayang duit."

Keduanya pun diam kembali, tenggelam dalam pikiran masing-masing. Lima belas menit kemudian, keduanya keluar dari restoran dan jalan-jalan di taman. Karena capek, Kagami dan Aomine duduk di salah satu bangku taman, mengamati beberapa anak kecil yang sedang bermain bola.

"Ne, Aomine," panggil Kagami.

"Ya?" Aomine menoleh ke Kagami.

"Kau kesambet setan mana hingga ngajak aku ke taman?"

"Hah…!? Maksudmu apa, Bakagami!?"

"Ya 'kan…taman bukan genre lo, jadi kesambet setan yang mana? Setan minta ngopi? Setan narsis? Setan galau? Atau si Valak?"

Aomine menatap datar Kagami, "Gak kesambet setan manapun, Bakagami."

"Lah, terus? Jin apa?"

"Gak pake yang gaib-gaib-an!"

"Terus…? Kebanyakan nonton sinetron?"

"Hah, bukan, lagi pengen aja gitu."

"Terus, kenapa harus aku? Kenapa gak Kise atau Kuroko aja? Atau mungkin Momoi?"

"Gak akan nyaman kalo sama mereka," jawab Aomine, "lagipula..aku…"

"Kamu…?" Kagami memandang Aomine. Wajah mereka lumayan dekat, tinggal beberapa senti lagi.

"Kagami, aku―"

"AAAAAOOOOMIIIINEEEECCHIIIIII!" teriak seseorang tiba-tiba, menghancurkan mood dan membuat pemuda dim itu sangat keki. Pria berambut kuning tiba-tiba menarik Aomine dan duduk di samping Kagami, memeluknya, lalu menatap tajam Aomine, "NO TOUCHING TOUCHING KAGAMICCHI!"

"LO NGAPAIN SIH, BAKA KISE!?" seru Aomine sewot.

"MENJAGA KAGAMICCHI DARI BARANG NAJIS NAN HARAM KAYAK AOMINECCHI!" seru Kise gak kalah ribut.

"Jangan teriak-teriak dong, plis," kepala Kagami langsung pening karena dua remaja yang sedang teriak-teriak di dekatnya. Terlebih Kise yang suaranya nyaring teriak di dekatnya, telinganya lama-lama katarak―eh, budeg. Aku kurang aqua deh, batin Kagami.

"Yang mulai duluan 'kan Kise!" seru Aomine menunjuk pemuda yang sedang memeluk Kagami.

"Siapa suruh modusin Kagamicchi!" seru Kise mempererat pelukannya.

"Siapa yang modusin Kagami!?"

"Aominecchi lah!"

"Guys…" panggil Kagami, namun tidak dihiraukan.

"Minggir lo, Kise, ganggu aja!" Aomine berusaha melepaskan pelukan Kise dari Kagami.

"Ogaahh! Ogah, ogah, ogah!" Kise malah mempererat pelukannya.

"Somebody help me, please," Kagami putus asa.

"Daiki, Ryota, berhenti mengganggu Taiga dan jauh-jauh darinya," tiba-tiba terdengar suara yang familiar dan aura mencekam, membuat ketiga remaja itu merinding. Segera, Aomine dan Kise jauh-jauh dari Kagami, memberi jalan kepada sang empunya.

"Kau tidak apa, Taiga?" tanya Akashi mendekati Kagami.

"Yeah…aku gak papa sih," jawab Kagami tersenyum.

"Kok Akashi bisa disini sih?" bisik Aomine.

"Kurokocchi yang manggil Akashicchi, ssu. Aku disuruh nyari Kagamicchi bareng Akashicchi oleh Kiyoshi-san," bisik Kise.

"Parah."

"Emang."

"Daiki, Ryota, diam," Akashi melototi kedua mantan anggota Kiseki no Sedai itu, dan keduanya langsung diam, menggerutu dalam hati.

"Kok kau disini, Akashi? Bukannya kau ada rapat ya dengan kolega Masaomi-san?" tanya Kagami.

"Sebenarnya rapatnya nanti malam, Taiga. Karena Tetsuya mengabarkan bahwa kau menghilang, jadi aku datang mencarimu," jawab Akashi.

"Kuroko…? Aku gak ngilang, aku pergi bareng Aomine. Bukannya dia tahu kemarin…" Kagami bergumam sendiri, "well, aku gak bilang juga sih, jadi yah…"

"Taiga, jika kau pergi kemana-mana, setidaknya kabarkan aku, Tetsuya, atau mungkin Kiyoshi-san, siapapun, mengerti?"

"Hm? Yeah…akan kuusahakan. Kalo kuota aku habis dan gak ada pulsa, gimana?"

"Akan kubelikan."

"Benarkah? Kau baik sekali Akashi, padahal kau lebih muda dariku."

"Tidak apa, Taiga. Aku senang membantumu," Akashi tersenyum, membuat Kagami salah tingkah.

Kagami pun bangkit, "Ayo, mumpung kita disini, kita jalan-jalan juga."

"Oke, ssu!" sambut Kise dengan riang. Aomine mendengus kesal. Setidaknya dia sudah berduaan dengan Kagami tadi. Kagami jalan duluan, diikuti Aomine, Kise, dan Akashi.

"Kok Kagamicchi tahu sih kalo Akashicchi ada rapat?" tanya Kise tiba-tiba.

"Hm? Karena kami saling mengabari tentang kegiatan masing-masing," jawab Kagami menoleh ke belakang.

Aomine dan Kise merasakan seperti petir menyambar tubuh mereka, Hubungan dua insan ini udah sampe tingkat mana!?

"Itu karena Yuichi-san memercayakan Kagami kepadaku," kata Akashi tersenyum―dengan bangga.

"Yuichi-san?" tanya Aomine.

"Papa-ku," jawab Kagami, "Masaomi-san dan papa-ku itu teman bisnis, biasalah. Oh ya, bukankah kalian harusnya menghubungi yang lain? Aku yakin ada Kiyoshi-senpai dan Kuroko yang juga ikut."

"Eh…oke, ssu," Kise mengeluarkan HP-nya dan menghubungi tim yang lain.

Aomine berjalan sedikit cepat dan merangkul Kagami, "Hei, kau menganggap Akashi sebagai apa?"

"Hm? Adik kurasa, emangnya kenapa?"

Aomine menyeringai, "Tidak ada, hanya penasaran." Aomine bersorak dalam hati. Rasanya ingin menari-nari dan mengadakan syukuran di rumahnya. Akashi, yang seremnya ngalahin Valak dari film Kon Juling Dua, bisa dihapus dari list rival-nya mendapatkan hati Kagami.

"Nanti main basket di lapangan deket apartemen, 'kan?"

"Heh, tentu saja, Bakagami. Siap-siap kalah."

"Kau yang siap-siap, Ahomine."[]


A/N: Alice kena WB? Yup, kena WB dan nih chapter makin amburegul emeseyu, ah, terserah/plak

Alice lagi kecanduan sama anime Joker Game, rekomendasi banget deh, dan lagi baver juga gegara tuh anime…blah, blah, and blah, bodo ah, kokoro Alice udah ga kuat lagi/banting TV

terus, chap depan 'kan pengennya lgs masuk ke malmingan KiKaga, mungkin ada yang bisa ngasih saran atau ide gitu buat chap tiga?

Terus, balasan review untuk Rin Merianti: jangan senyam-senyum mulu loh, ntar dikira kurang waras lagi :v/plak

Yeah…begitulah, Kiyoshi yang menyandang sebagai Bapak Tim Basket Seirin sangat menyayangi Kagami yang mukanya sangar tapi polos sebenarnya,

sip, ini udah lanjut '-')/

Makasih buat yang udah baca, follow, fav, dan review cerita ini~ yang nungguin Red Light in Rainbow, itu ¼ aja belum ada XD/plak/jadi yah, entahlah kapan itu update :v


OMAKE(?)

"Teppei, Kagami sudah ditemukan," kata Riko mengecek HP-nya.

"Benarkah!? Dimana!?" seru Kiyoshi langsung menoleh.

"Ng…di―"

"Aku tahu. Terima kasih Riko, Hyuuga, aku duluan," dan Kiyoshi pun langsung ngebut ke tempat Kagami en fren.

Riko dan Hyuuga cuman bisa sweatdrop melihat tingkah laku sahabat mereka. "Lucu loh liat Teppei segitunya sama Kagami yang abs-nya lumayan menggoda iman," komentar Riko.

"Center kita-kan super, kebelet jadi bapak makanya kayak gitu akhirnya," sambung Hyuuga.