Yahoo minna-san, maafkan Fuyu yang menghilang sangat lama, Fuyu di sibukan dengan tugas dan beberapa urusan lainnya. Maaf banget ya, Fuyu harap kalian semua mau memaafkan Fuyu dan mau membaca carita gaje Fuyu lagi. Btw Fuyu akan usahakan update meski itu sangat telat, harap dimaklumi ya,Fuyu tengah sibuk. Langsung saja dari pada banyak bacot!

Happ reading!

.

.

.

.

Miku berdiri dari duduknya. Beberapa menit yang lalu tiba-tiba Aoki memasuki kelas dan memanggil Miku.

"Ada apa?" Tanya Miku dengan dingin. Entah karena hari atau memang suasana ini membuat para penghuni kelas merasakan dingin yang menusuk.

"Aku memintamu untuk keruanganku melalui pengumuman, tapi kenapa kau tak datang?" Tanya Aoki dengan tenang.

"...Aku tak mendengar pengumuman apa pun." Yah Miku tak berbohong. Dia berada di atap saat Aoki memanggilnya.

"Memangnya di mana kau sampai tak mendengar ibu memanggilmu?" Tanya Aoki menatap tajam Miku.

"Cih, memangnya untuk apa kau memanggilku?" Bukan rahasia lagi bahwa Miku tak senang dengan ibunya.

"Seperti biasa kau tak pernah sopan. Haruskah Mikuo mendidikmu?" Ujar Aoki tanpa mengurangi tatapannya.

"Bisakah kau langsung saja pada intinya? Kau membuang waktu belajar kami." Ujar Miku sinis. Rin yang ada di sampingnya menatap khawatir Miku.

"...Ikut ibu." Aoki keluar dari kelas diikuti Miku. Ada satupun yang berbunyi, menciptakan keheningan yang mencengkram.

"...ekhm...baiklah anak-anak kembali ke papan tulis..." ujar Sonia-sensei menarik perhatian semua muridnya.

.

.

Another place

Kaito tengah menatap awan yang ada di atasnya. Tak ada Len di sampingnya kali ini. Ia hanya ingin sendiri tanpa satu pun orang di sampingnya.

"Ada alasan kenapa kedua orang tuaku dan Miku seperti ini."

Ucapan Mikuo terus terngiang di telinganya. Kaito menutup matanya, menikmati terpaan angin yang membelai wajahnya.

"Aku tak bisa menceritakan detilnya sekarang namun yang pasti Miku dalam bahaya..."

Kaito membuka matanya. Mendudukan dirinya menatap lapangan yang ada di bawahnya.

"Jadi kumohon...lindungi dia...setidaknya sampai semua kesalah pahaman ini terbongkar."

Kaito masih bingung dengan apa yang di ucapkan Mikuo, dia bingung dengan apa yang terjadi pada keluarga mereka.

"Arghh...ini membuatku frustasi!" Ujar Kaito dengan kesalnya.

Klek

"Teriak tak akan membuatmu menjadi lebih baik." Kaito menoleh, seorang yang dari tadi dipikirnya muncul. Di sana, Miku berdiri. Miku berjalan pelan kearah Kaito.

Tap tap tap

Miku duduk tepat di samping Kaito.

"Mau?" Miku menujulurkan permen karet mint.

"Kau akan baikan setelah memakannya." Ujar Miku. Kaito menerima permen karet itu.

"Kenapa kau ada di sini?" Tanya Kaito melihat Miku yang tengah mengunyah permen karet.

"Kabur dari iblis licik." Ujar Miku santai.

"Iblis licik?" Tanya Kaito bingung.

"Ibuku." Ujar Miku singkat.

Kaito tak membuka suara lagi. Dia tau Miku paling tak senang mengungkit ibunya.

"Kau sendiri? Tumben osis bolos." Ujar Miku menatap Kaito.

"Aku? Aku hanya menenangkan pikiran, tapi sepertinya tak berhasil." Ujar Kaito tersenyum tipis. Miku menatap mata Kaito.

"Jangan tersenyum dengan wajah seperti itu." Ujar Miku memalingkan wajahnya menatap gumpalan berwarna putih di atasnya.

"Lalu aku harus bagaimana?" Ujar Kaito. Miku menatap Kaito yang membuat wajah pemuda di depannya merona.

"Seperti ini." Miku menarik setiap sidut bibir Kaito melengkung keatas. Kaito menatap wajah Miku yang ada di depannya dengan wajah memerah hebat.

"K-kau ter-terlalu d-d-dekat, M-miku-san." Ujar Kaito berbisik. Miku sendiri sampai menyerngit.

"Kau bilang apa?" Tanya Miku.

"B-bukan apa apa kok!" Kaito segera memalingkan wajahnya. Miku yang menatap Kaito tengah memerah itu hanya tersenyum tipis.

"Kau lucu." Dengan cepat Kaito menoleh pada Miku yang malahan tersenyum manis. Miku sendiri bingung, bagaimana dia bisa tersenyum? Bukannya dia telah lama kehilangan senyumnya? Bahkan saat dengan Rin dia hanya tersenyum tipis, itu pun tak bisa di sebut senyum.

"...K-kau manis." Ujar Kaito lirih.

"Apa?" Tanya Miku karena dia tak mendengar apa yang Kaito ucapkan. Kaito menatap wajah Miku yang ada di depannya.

"Ku bilang, kau manis saat tersenyum..." Ujar Kaito.

Deg

Miku menyentuh jantungnya yang berdetak diluar atas normal saat menatap mata Kaito.

"...Dan aku menyukainya.." ujar Kaito sekali lagi dengan rona merah. Miku mematung menatap Kaito di depannya.

Other place

Rin yang mengintip dari pintu tersenyum senang melihat Miku bisa tersenyum kembali.

'Miku-san akhirnya tersenyum.' Batin Rin menatap Miku dan Kaito.

'Semoga Kaito-san mampu membuat perubahan pada Miku-san.' Batin Rin terkekeh.

"Kau kenapa sih?" Rin tersentak, dengan cepat dia menoleh ke belakang dan mendapati Len yang menatapnya bingung.

"S-s-sejak kapan kau di situ!" Ujar Rin sebal.

"Aku sudah di sini semenjak empat puluh menit yang lalu." Ujar Len santai.

"Ah~" Rin mengangguk paham.

"Lebih baik kita biarkan mereka berdua." Ujar Len berjalan menjauhi atap.

"Eh?" Rin menatap bingung Len.

"Hah, kau ini,..ikut aku." Len menarik Rin menjauh dari sana.

"Tu-mau kemana?" Ujar Rin bingung.

"Kau ingin mereka dekat kan?" Ujar Len, Rin hanya mengangguk.

"Kenapa?" Tanya Len. Mereka berhenti di taman.

"Karena...kupikir kalo ada Kaito-san, Miku-san bisa kembali ceria." Ujar Rin lirih.

"Kembali ceria?" Ulang Len.

"Memangnya dia dulu ceria?" Tanya Len lagi.

'Setidaknya aku bisa mencari tau penyebab kenapa Miku menjadi seperti ini.' Batin Len menunggu jawaban dari Rin.

"Bisakah kalian membantuku?" Ujar Mikuo.

"Apa untungnya kami membantumu? Lagian ini masalah keluargamu." Ujar Len dingin.

"Karena ini berkaitan dengan masa lalu kalian." Ujar Mikuo yang membuat Len terbalak.

"Masa lalu kami?" Tanya Kaito bingung.

"Setidaknya bantu saja Kaito." Ujar Mikuo menjauh dari mereka.

'Jika benar ini berhubungan dengan masa lalu kami maka-'

"Miku-san dulu anak yang baik dan ceria." Ujar Rin memulai ceritana.

"Lalu apa yang terjadi? Kenapa dia menjadi seperti sekarang?" Tanya Len pada Rin. Mereka tengah duduk di salah satu bangku taman.

"Itu karena...ayah dan ibunya Miku-san, aku juga gak tau detilnya gimana tapi lima tahun lalu yang aku ingat hanya Miku-san yang kehujanan datang ke rumahku dengan menangis." Ujar Rin mengingat.

"Hiks...Rin-chan."

"Dan sampai sekarang kau tak tau penyebabnya?" Tanya Len.

"Tidak, dan aku tak berniat mencari tau..." ujar Rin, dia menatap daun pohon yang terhembus angin.

"...Apa kau tak berniat mencari tau?" Ujar Len menatap Rin yang tengah menatapnya.

"..." Rin hanya diam.

"Tidakkah kau pikir agak aneh?" Ujar Len lagi.

'Onegai...' Len menatap Rin khawatir. Dia harus bisa membuat Rin menjadi rekannya dalam mencari tau masa lalu Miku.

"...Aku...Kurasa kau benar..." Ujar Rin pada akhirnya.

"Kalo begitu, ayo cari tau bersama." Rin menatap Len dalam diam.

.

.
.

"Hiks...Mi-chan gomen...Hiks..." seorang perempuan tengah terisak di ruang musik.

"Kaa-san.. " Mikuo berjalan pelan menuju ibunya yang menangis. Dipeluknya sang ibu dari belakang.

"Jangan menangis kaa...Mikuo janji...kita akan kembali bersama...Jadi hingga saatnya tiba tetaplah bertahan." ujar Mikuo lirih.

Lily menatap ibu dan anak itu. Dia tau penderitaan apa yang tengah dirasaka oleh keluarga bermarga Hatsune ini.

'Aku tau kau pasti bisa melaluinya Aoki,, percayalah bahwa ini akan segera berakhir."

Lily pergi meninggalkan ibu dan anak yang tengah dilanda kesedihan itu.

.

.

.

.

.

Fuyu: hm? Apa ini? Gaje sekali! Ap-

Akihiko: yo minna! masih ingat denganku? Yap aku Oc Fuyu yang sedeng ini -motong omongan Fuyu- Langsung saja balasan Review!

Ken: dari : maafkan Fuyu yang menghilang, dia sibuk banget /Kiyoko: alah Nipu/ maaf membuat howling-san menunggu lama

Kasumi: dari Amane Ruka :makasih, duh si Fuyu jadi seneng karena di bilang bagus/Miyuki: padahal bosenin/

Fuyuki: ….ni oc pada gak sadar diri, pada-

Masami: Ha'I sekian dulu ya,sampai jumpa di next Chap! Bye bye!