LET'S START RIGHT NOW

An EXO and BTS fanfiction

Rating: T

Pairing: Oh Sehun X Kim SeokJin, HunKai (mentioned)

crossover

Warning: BL, Typo

Oneshoot

Cast: Oh Sehun, Kim SeokJin

Sehun, Suho, Chanyeol, dan Jongin sudah duduk dengan tenang di sebuah ruang siar radio. Sehun duduk bersebelahan dengan Chanyeol sementara di hadapannya duduk Suho dan Jongin. Sesekali bercanda dengan sang pembaca acara atau DJ radio yang juga senior mereka Ryewook. Staf radio membagikan skrip, Sehun meneliti skripnya mengernyit melihat deretan pertanyaan yang akan diajukan kepadanya. Acara bincang-bincang akan dimulai setelah musik untuk fans selesai diperdengarkan.

"Sehun."

"Iya Ryewook hyung."

"Jawab semua pertanyaannya dengan singkat, maaf durasinya terbatas." Ryewook tersenyum diakhir kalimat. Sehun mengangguk pelan. "Jika kau keberatan dengan pertanyaannya katakan saja, aku bisa melewatkan pertanyaan itu."

"Tidak, pertanyaannya terlihat baik-baik saja."

"Kau yakin?"

"Iya."

Lagu untuk fans selesai diputar selanjutnya lagu tema acara radio yang khas diputar. "Selamat pagi." Ucap Ryewook dengan ramah. "Para EXOL dan fans apa kalian masih mendengarkan acara ini? Baiklah sekarang kita masuk ke segmen yang sangat ditunggu, tanya jawab. Setelah tadi kita bertanya dengan Jongin, Chanyeol, dan Suho, sekarang giliran Baby maknae Oh Sehun!"

"Yeyyyyyyyy!" Teriak semua orang di ruang siaran termasuk Sehun juga bertepuk tangan heboh.

"Sehun ayo duduk di sebelahku." Sehun mengangguk pelan lantas berdiri dari kursinya dan berpindah duduk ke sisi kanan tubuh Ryewook. "Baiklah, Sehun apa kau sudah siap?"

"Iya."

"Hmmm ada banyak pertanyaan dari fans dan para staf memilih beberapa, jadi untuk para fans maaf jika pertanyaan kalian ada yang tidak terbacakan di sini. Staf memilih pertanyaan mayoritas. Baiklah kita mulai Sehun, pertanyaan pertama, bagaimana kau menyikapi kegagalan?"

"Aku tidak ingin terlarut dalam kegagalan dalam bidang apapun."

"Termasuk cinta?"

Sehun tertawa cukup keras. "Ya, tentu saja termasuk cinta. Maksudku—hidup harus terus berlanjut jika kita tidak berhasil di bagian ini, di tempat ini, di posisi ini, di hubungan ini, saatnya bergerak untuk mencari yang lain."

"Hmmm jawaban yang bagus. Selanjutnya fans sangat penasaran tentang hubunganmu dengan SeokJin BTS."

"Ah." Sehun tersentak, padahal dia sudah membaca pertanyaan ini tadi namun tetap saja dia merasa gugup untuk menjawab sekarang. "Aku dan SeokJin hyung teman baik dan satu hal, SeokJin hyung bukan penyebab hubunganku dengan Jongin hyung berakhir jadi tolong jangan menyalahkan SeokJin hyung."

"Hmmmm, para fans tolong jangan menyalahkan SeokJin BTS lagi, itu bukanlah tindakan yang baik. Semua idol memiliki kehidupan pribadi masing-masing, mari saling menghormati semuanya." Ryewook mencoba memberi nasihat dengan nada ramah kepada semua pendengar. "Kau dan SeokJin teman baik, sejak kapan? Dan momen flashlight itu?"

"Kami sering bertemu saat promo, awalnya saling menyapa, melihat penampilan masing-masing. Kemudian ada kesempatan untuk mengobrol ya seperti itu. Semuanya berjalan dengan normal. Tentang Black Ocean itu, aku merasa semua itu salahku jadi aku maju ke depan dan menyalakan cahaya dari ponselku, aku tidak berpikir panjang. Aku hanya maju ke dekat panggung dan melakukan semuanya begitu saja."

"Wah itu hebat sekali Sehun. Pertanyaan akhir sejauh apa hubunganmu dengan SeokJin?"

"Kami hanya berteman sekarang, aku tidak tau bagaimana masa depan tapi aku janji akan memberitahukan kepada fans secara langsung. Aku tidak akan bersembunyi di balik agensi dan meninggalkan semua orang bertanya-tanya. Aku akan mengatakannya langsung. Jadi sebelum ada keterangan apapun dariku aku mohon kepada semua orang untuk tidak menebak-nebak tentang hubunganku dengan SeokJin hyung."

Jeda beberapa detik hingga suara merdu Ryewook mengakhiri kesunyian. "Baiklah, semua pertanyaan untuk Sehun sudah dijawab selanjutnya ada dua lagu untuk fans, acara radio pagi kita berakhir sampai besok sampai jumpa besok."

Sehun melepas Headphone menandatangani beberapa poster yang disodorkan padanya, kemudian berfoto dengan Jongin, Chanyeol, Suho, dan staf radio. Menjabat tangan Ryewook sebelum memutuskan untuk meninggalkan ruang siaran terlebih dahulu, hari ini dia ada jadwal pemotretan majalah. "Sehun."

"Ah Jongin, ada apa?"

"Apa kau menyindirku?"

"Apa?" Sehun benar-benar tidak mengerti.

"Tentang bersembunyi di balik agensi."

"Maaf jika kau merasa tersinggung. Setauku kau belum berpacaran dengan siapapun setelah kita putus."

"Sehun…,"

"Aku pergi dulu Jongin." Potong Sehun pada kalimat Jongin. "Kurasa kita tidak perlu canggung lagi sekarang." Sehun tersenyum lebar diakhir kalimat.

"Kau dan SeokJin hyung…,"

"Bukan." Sekali lagi Sehun memotong kalimat Jongin. "Aku hanya berpikir kita memulai hubungan dengan baik jadi saat berakhir seharusnya baik juga, meski status sudah berbeda. Mari tetap berteman baik Kim Jongin." Jongin mengangguk kaku. Sehun tersenyum sekali lagi sebelum berbalik dan melangkah pergi.

.

.

.

"Aaaaaaaaaaaaaaaa!" Jimin berteriak histeris.

"Jangan berisik!" Kesal Suga.

"Ini akan sangat hebat!" Jimin bungkam Hoseok meneruskan, Suga melirik tajam Hoseok hanya nyengir lebar.

"Sepertinya akan seru." Gumam sang leader Namjoon atau RapMon.

"Panggil SeokJin sekarang!" V berteriak bahkan lupa untuk memakai panggilan yang sopan untuk seseorang yang lebih tua. Jungkook lantas berlari keluar kamar dilihatnya kakak tertua mereka Kim SeokJin sedang duduk di belakang meja makan dengan secangkir kopi.

"Astaga!" SeokJin berteriak kaget saat tangan kanannya ditarik kasar oleh yang termuda. "Ada apa?!" Tak menjawab Jungkook langsung menarik tangan SeokJin.

Keenam adiknya berkumpul di dalam kamar sempit dengan ponsel yang SeokJin ketahui milik Jimin. Ponsel itu sedang memutar siaran radio. "Duduklah Hyung sebentar lagi mulai." Ucap V sembari menggeser pantatnya ke kanan menabrak tubuh Jimin cukup keras.

"Alien! Jangan main tabrak!" Protes Jimin diabaikan V.

"Duduk di sini Hyung." Ulang V kemudian tersenyum lebar tanpa dosa.

Dengan kebingungan yang masih menggelayut tebal di dalam dirinya SeokJin pada akhirnya melangkah memasuki kamar kemudian mendudukan dirinya di dekat V. "Ada a…,"

"Sebentar lagi mulai." Potong semua orang kemudian semuanya tenang termasuk SeokJin yang ingin bertanya karena bingung namun Suga sudah membungkam mulutnya.

SeokJin mendengar lagu tema acara radio kemudian dia mendengar suara Sehun, tidak salah lagi dan sepertinya dia sudah ketinggalan pertanyaan pertama. Jika adik-adiknya begitu antusias berarti apapun yang Sehun katakan berhubungan dengan dirinya, entahlah, SeokJin tidak tahu harus merasa seperti apa. Bahagia, bingung, atau bahkan takut.

"Ya, tentu saja termasuk cinta. Maksudku—hidup harus terus berlanjut jika kita tidak berhasil di bagian ini, di tempat ini, di posisi ini, di hubungan ini, saatnya bergerak untuk mencari yang lain."

Kening SeokJin berkerut dalam ia tidak mengerti dengan kalimat Sehun, tentu saja karena dia tertinggal pertanyaan yang diajukan kepada Sehun. "Apa?" Bisik SeokJin pada V.

"Tentang sikap Sehun hyung memandang kegagalan." SeokJin benar-benar belum paham. "Nanti saja SeokJin hyung." V atau yang bernama asli Taehyung itu kembali tersenyum tampan.

"Hmmm jawaban yang bagus. Selanjutnya fans sangat penasaran tentang hubunganmu dengan SeokJin BTS."

Suara jernih Ryewook terdengar jelas. "A—apa?!" SeokJin tersentak pelan, apa yang ia pikirkan terjadi. Pertanyaan seperti itu akhirnya diungkap juga ke publik.

"Ah." Adalah jawaban pertama Sehun, SeokJin yakin laki-laki yang lebih muda darinya itupun kaget dengan pertanyaan itu. "Aku dan SeokJin hyung teman baik dan satu hal, SeokJin hyung bukan penyebab hubunganku dengan Jongin hyung berakhir jadi tolong jangan menyalahkan SeokJin hyung."

Klarifikasi Sehun membuat SeokJin cukup lega, ia berharap tidak akan ada lagi Black Ocean karena para fans yang kecewa. Namun, Sehun menyebutnya sebagai teman. Tentu saja, mereka hanya teman memang mau mengharapkan hal lebih seperti apa?

"Hmmmm, para fans tolong jangan menyalahkan SeokJin BTS lagi, itu bukanlah tindakan yang baik. Semua idol memiliki kehidupan pribadi masing-masing, mari saling menghormati semuanya." Selanjutnya terdengar ucapan Ryewook yang meminta kepada semua orang untuk bersikap tenang dan tidak melakukan tindakan di luar batas.

"Kau dan SeokJin teman baik, sejak kapan? Dan momen flashlight itu?"

SeokJin teringat kembali malam penampilan dirinya bersama BTS. Malam mereka mendapatkan Black Ocean yang menyakitkan, namun Sehun berdiri di depan panggung. Seorang diri, dengan berani memberikan cahaya tunggalnya untuk penampilan BTS.

"Kami sering bertemu saat promo….," tentu saja bertemu saat promo dan acara musik. Tentu saja hanya itu. pikir SeokJin. "awalnya saling menyapa, melihat penampilan masing-masing….," kening SeokJin kembali berkerut mencoba mengingat-ingat momen pertemuannya dengan EXO dan Sehun. Tidak, mereka tidak pernah saling menyapa dengan akrab, hanya senyuman dan saling membungkukkan badan. Ah, pernah satu kali. Sehun tersenyum kepadanya dan menyapanya, saat itu di MAMA Awards. Saat itu tentu saja SeokJin tak memikirkan apapun karena Sehun sudah memenuhi kedua tangannya dengan seseorang yang sangat berharga. Dan saat itu tentu saja SeokJin hanya fokus dengan timnya juga karirnya tidak ada waktu untuk merajut tali cinta rapuh dengan banyak pengorbanan.

"Kemudian ada kesempatan untuk mengobrol ya seperti itu. Semuanya berjalan dengan normal. Tentang Black Ocean itu, aku merasa semua itu salahku jadi aku maju ke depan dan menyalakan cahaya dari ponselku, aku tidak berpikir panjang. Aku hanya maju ke dekat panggung dan melakukan semuanya begitu saja."

Baiklah rasa bersalah, Sehun sudah mengatakannya. SeokJin mulai kehilangan antusiasme pada acara radio pagi yang membahas tentang dirinya, mencari tahu tentang dirinya dari mulut seorang Oh Sehun.

"Wah itu hebat sekali Sehun. Pertanyaan akhir sejauh apa hubunganmu dengan SeokJin?"

"Kami hanya berteman sekarang, aku tidak tau bagaimana masa depan tapi aku janji akan memberitahukan kepada fans secara langsung. Aku tidak akan bersembunyi di balik agensi dan meninggalkan semua orang bertanya-tanya. Aku akan mengatakannya langsung. Jadi sebelum ada keterangan apapun dariku aku mohon kepada semua orang untuk tidak menebak-nebak tentang hubunganku dengan SeokJin hyung."

"Yaaaaaa!" Semua orang di dalam kamar berteriak lantang sembari bertepuk tangan heboh, semua orang kecuali SeokJin.

"Apa dia menyinggung sesuatu?!" Pekik Jungkook.

"Tidak tau." Dengus Suga. "Mungkin dia menyinggung semua orang."

SeokJin berdiri dari duduknya. "Sebaiknya kalian beristirahat atau menyiapkan diri dengan baik, kita ada acara musik siang."

"Itu tugas Namjoon!" Pekik Suga, SeokJin tak menjawab dan memilih keluar, adalah hal yang biasa semua teman-temannya meremehkan dirinya namun tentu saja SeokJin tak merasa marah atau kesal. Mereka keluarga, saling menyayangi. Dua alasan dan cukup.

SeokJin berniat untuk kembali ke meja makan, kopinya masih tersisa lebih dari setengah akibat interupsi Jungkook. Ponsel yang ia genggam di tangan kanannya bergetar. Layarnya menunjukkan panggilan dari aplikasi Line. Panggilan dari Sehun. Suasana hati SeokJin tak terlalu baik untuk menerima panggilan Sehun. "Ya." Mengacuhkan bukanlah sikap yang baik, apalagi pada salah satu anggota grup yang debut lebih dulu.

"Hai Hyung aku sudah mengatakan semuanya di radio, aku harap bisa menjernihkan semuanya."

"Aku—mendengarnya….,"

"Hyung mendengarnya?!" Sehun memekik di seberang, SeokJin menghembuskan napas kasar. Baiklah, ia tidak tahu kenapa semua orang yang lebih muda darinya selalu memotong kalimatnya. Apa dia terlihat begitu mudah untuk tidak dihormati? Biasanya tidak masalah tapi sekarang suasana hati SeokJin sedang tidak terlalu baik.

"Ya." SeokJin meneruskan kalimatnya yang terpotong dengan malas.

"Maaf Hyung aku tidak bermaksud untuk memotong ucapan SeokJin hyung."

"Tidak masalah, itu sudah biasa."

"Maafkan aku SeokJin hyung, tolong maafkan aku. Aku mohon."

"Jangan meminta maaf terus, tentu saja aku maafkan. Sehun aku harus menyiapkan sesuatu maaf aku harus mengakhiri panggilanmu."

"Baiklah."

"Taehyung!" SeokJin berteriak lantang. Taehyung hanya tersenyum lebar. "Kenapa kau meminum kopiku dasar alien menyebalkan!" SeokJin bersiap untuk mengejar Taehyung yang melarikan diri namun langkahnya terhenti melihat siapa yang sudah menangkap Taehyung dan memiting kepala si alien unik itu.

"Jangan mengganggu SeokJin hyung, sebaiknya kau pikirkan nasib cucianmu sebelum Hoseok memberimu ceramah dua puluh empat jam tanpa henti." Ucap Suga dengan nada rendah mengerikan.

"I—iya Hyung."

.

.

.

Sehun sudah menyelesaikan sesi pemotretan majalahnya, ia duduk menunggu menejernya yang sedang pergi ke kamar mandi. Setelah ini tidak ada jadwal lagi untuknya dan dia mulai memikirkan banyak hal namun semua pemikirannya hanya tertuju kepada satu orang, Kim SeokJin. "Sehun ayo."

"Hyung." Panggil Sehun dengan nada ceria, membuat menejernya bingung bukankah selama seminggu terakhir suasana hati Sehun tidak baik, sekarang Sehun benar-benar terlihat cerita.

"Ada apa Sehun?" Sehun mendekati sang menejer kemudian berbisik pada telinga kanan sang menejer. "Hmmm…, baiklah setelah ini kau tidak ada jadwal. Tapi bagaimana jika permintaanmu tidak disetujui?"

"Apa mereka tidak akan menyetujui permintaanku? Padahal aku sudah datang sendiri untuk meminta langsung."

"Bukan mereka maksudku seseorang yang kau inginkan itu menolakmu."

"Hmmm…., kurasa aku akan bertanya dahulu." Sehun lantas mengeluarkan ponselnya. "Semoga dia belum sibuk sekarang." Sehun langsung tersenyum lebar saat panggilannya diangkat padahal tadi dia sudah menghubungi seseorang di seberang sana, namun efek yang ditimbulkan dengan hanya mendengar suara itu terasa sama. "Ada acara apa setelah acara musik nanti?" Tanpa basa-basi Sehun langsung bertanya.

"Tidak ada acara." Sehun mendengar perbedaan suara SeokJin saat pertama dia berbicara dengan sekarang. SeokJin terdengar lebih tenang sekarang sementara tadi saat dirinya menghubungi di panggilan awal setelah acara radio. Nada suara SeokJin terdengar tidak suka, Sehun yakin itu pasti berhubungan dengan sesuatu yang ia katakan di radio. Dan nanti, dirinya akan mencari tahu.

"Jadi tidak apa-apa kan jika kita pergi bersama nanti malam?"

"Apa maksudnya?"

"Aku ingin berjalan-jalan dengan Hyung."

"Apa itu tidak berbahaya?"

Sehun tertawa. "Ayolah aku bukan binatang buas bagaimana aku bisa berbahaya?"

"Bukan itu maksudku Sehun…, kau tau sendiri…,"

"Iya aku tahu, aku sudah memikirkannya. Sekarang langsung jawab saja bersedia atau tidak."

"Baiklah, kurasa itu ide yang bagus. Aku butuh udara segar."

"Nanti malam aku jemput di depan gedung BigHit."

"Sehun…,"

"Tidak ada protes. Sampai jumpa nanti malam, semoga sukses untuk penampilanmu dan teman-temanmu."

"Hmmm…, te—terimakasih banyak."

Terkekeh pelan Sehun lantas mengakhiri panggilannya kemudian menatap sang menejer. "Sudah, dia setuju."

"Baiklah kalau begitu kita langsung pergi, tunggu apalagi."

"Terimakasih banyak Hyung!" Sehun memekik ceria dia bahkan merangkul pundak sang menejer.

"Kau benar-benar bahagia."

"Tentu saja aku bahagia."

"Ah ya ampun ternyata sesuatu bernama cinta itu bisa memberikan berbagi macam sensasi dan perubahan suasana hati."

"Apa Menejer hyung sedang mencoba untuk menggunakan kalimat puitis?"

"Iya."

Sehun menggeleng sembari melempar tatapan malas. "Gagal, gagal total. Sungguh gagal total."

"Terimakasih pujiannya Oh Tampan Sehun." Sehun hanya menjulurkan lidahnya menanggapi kekesalan sang menejer.

.

.

.

"Melelahkaaannnnn…," keluh Jimin sembari menjatuhkan tubuhnya ke atas lapisan karpet tipis, terkapar tak berdaya.

"Aku mau mandi dulu!" Seperti biasa V memulai kehebohan.

"Eits!" Cegah Jimin. "Aku yang lebih dulu."

"Aku." Tegas Jungkook.

Sebenarnya BTS sudah pulang sejak satu setengah jam yang lalu dari acara musik mereka, namun ketiga member termuda itu terlalu malas untuk mandi. Jungkook dan V memilih untuk bermain PS, sedangkan Jimin memilih untuk menarikan berbagai macam dance girlband mengganggu ketenangan V dan Jungkook supaya dirinya cepat mendapatkan giliran bermain.

Ketiga orang di belakang mereka hanya bisa berdiri dan menatap pertengkaran yang hampir terjadi setiap hari, ah tidak, terjadi setiap detik di antara Jimin, V, dan Jungkook. "Apa kita bisa menukarkan mereka dengan sesuatu yang lebih manis?" Keluh Suga yang mendapat balasan berupa tawa pelan dari SeokJin dan Namjoon. "Sebaiknya aku tidur sekarang sebelum tekanan darahku naik melihat tingkah menyebalkan mereka."

"Kemana?!" Pekik Jimin yang melihat Suga berjalan meninggalkan ruangan berkumpul mereka.

"Tidur." Suga membalas malas.

"Ikut!" Pekik Jimin melupakan semua keinginannya untuk bermain bersama V atau Jungkook.

Menghentikan langkah kakinya, Suga lantas berbalik menatap Jimin sengit. Meski Jimin sebenarnya bisa mengalahkan Suga dengan mudah jika mereka beradu kekuatan tetap saja tatapan tajam Suga membuatnya bergidik. "Mandi." Ucap Suga tegas tidak ada ruang untuk membantah. Jimin mengangguk patuh.

"Hyung aku akan pergi ke studio untuk menyelesaikan sisa lagu."

"Tidak Namjoon, tidurlah sudah cukup." SeokJin tersenyum sambil menepuk bahu kanan Namjoon.

"Hyung tahu aku tidak akan bisa tidur sebelum semua pekerjaanku terselesaikan."

SeokJin mengambil napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. "Tidurlah dua jam seperti yang Yoongi lakukan."

"Suga." Ucap Namjoon kemudian tertawa pelan. "Dia bisa tidur dengan cepat sedangkan aku…,"

"Cukup Namjoon, hari ini aku ingin melihatmu dan Suga tidur." Namjoon ingin membantah, tapi kekuatan yang tertua tidak bisa diremehkan.

"Dengar itu Moni Moni!" Pekik Jungkook memanggil Namjoon dengan julukan yang tidak sopan kemudian tertawa terbahak bersama V.

"Kalian berdua juga. Tidur sana."

"Tidaaaaakkkkkkk!" V dan Jungkook berteriak bersama. "Sekarang masih pukul sembilan malam." Ucap V.

"Kami akan kehilangan masa muda jika tidur awal." Sambung Jungkook tanpa dasar teori yang jelas.

"Terserah." SeokJin mulai jengah. "Jika besok kalian mengeluh lelah atau mengantuk, maka tanganku tidak akan segan-segan menjitak kepala kalian."

"Yes!" Pekik V dan Jungkook girang kemudian meneruskan permainan mereka.

"Apa—ancamanku tidak mengerikan?" SeokJin bertanya bingung.

"Menakutkan Hyung tapi untuk saat ini mereka lebih memilih bermain. Dasar bayi!" Ejek Namjoon sebelum melangkah meninggalkan SeokJin untuk masuk ke dalam kamar.

Suara riuh rendah V dan Jungkook yang tengah bermain game menjadi teman SeokJin ketika dirinya pergi ke dapur untuk mengambil air minum. Notifikasi Line milik SeokJin berbunyi. "Sehun…," gumamnya sambil membaca pesan Line-nya. "Baiklah." Ucap SeokJin kemudian berlari menuju kamar yang ia tempati bersama Suga.

.

.

.

"Ahhhhhhh!" Baekhyun berteriak nyaring menarik perhatian Chen, Kyungsoo, Chanyeol, dan semua orang yang memutuskan untuk tidur di dorm.

"Baek ada apa?!" Pekik Chanyeol dengan suara beratnya itu. Baekhyun tak menjawab dan hanya menunjuk televisi layar datar di hadapannya.

"Astaga!" Kini Chanyeol memekik keras kemudian mendudukan dirinya di atas karpet di depan televisi.

"Minggir kepalamu menghalangi pandanganku!" Protes Baekhyun diiringi tendangan kaki kanannya pada punggung Chanyeol.

"Iya, iya." Ucap Chanyeol sembari menggeser tubuhnya ke belakang.

"Mereka cocok." Ucap Kyungsoo.

"Syukurlah Sehun sudah bisa tersenyum lebar sekarang." Sambung Chen.

"Semoga semuanya berjalan dengan baik." Harap Suho.

"Akhirnya mood devil Sehun berakhir!" Pekik Lay sambil bertepuk tangan heboh. Semua orang sedang menyaksikan program Seleb Bro yang ditayangkan secara live. Sehun dan SeokJin terlihat sedang berjalan-jalan bersama di pinggir sungai Han, tanpa masker yang menutupi wajah mereka, dengan sebungkus besar keripik kentang. Keduanya berbincang akrab, membicarakan berbagai macam topik, namun yang lebih penting keduanya terlihat bahagia dan seringkali tertawa dengan lepas.

Jongin tersenyum tulus ia bahagia Sehun sudah melupakan rasa sakit yang ia timbulkan. Semua pepatah itu benar, apa yang pergi darimu akan tergantikan dengan sesuatu yang sama atau bahkan lebih baik.

END

BONUS SIDE STORY SEHUN AND KAI

LAST TRAIN

Oneshoot

HunKai

Sehun X Kai

Rating: T

Lima menit lagi kereta akan tiba, begitulah yang kedua orang itu dengar. Dua orang yang duduk di belakang garis aman peron. Jaket, masker, dan topi. "Gerbong terakhir." Seseorang yang mengenakan jaket biru tua berbisik pada seseorang di sampingnya yang mengenakan mantel biru muda.

"Hmmm." Gumaman terdengar cukup jelas. Stasiun sepi mengingat sekarang adalah tengah malam. Salah satu dari mereka menoleh kepada yang lain, sayangnya, seseorang yang terlihat jelas ingin diajaknya untuk berbicara tak sedang memandangnya, iapun tertunduk lesu dan menarik ujung topinya lebih ke bawah menutupi matanya dan wajahnya yang tertutup masker.

Salah seorang dari mereka melangkah mundur sedikit menjauhi garis batas aman, seorang yang lain mengikuti. Tak lama suara deru kereta terdengar. Bukan jenis suara bising yang memekakan telinga. Keduanya menunggu hingga kereta benar-benar berhenti di hadapan mereka. Gerbong terakhir berhenti, suara berdesis dari pintu kereta yang terbuka. Keduanya melangkah masuk. Gerbong dalam keadaan kosong. Duduk berhadapan pada tempat duduk terpisah. Masing-masing menunduk, sesekali bertatapan, namun, siapa yang bisa melihat wajah di balik masker penutup.

Kereta mulai bergerak, keduanya mengalihkan pandangan pada jendela kereta. Perlahan stasiun mulai ditinggalkan. Kecepatan kereta berubah. Keheningan menggantung dengan gemuk, kereta meninggalkan stasiun dari Busan menuju Seoul. Mencuri waktu, bukan pertama kalinya mereka melakukan semua ini. Hari ini semua berbeda, keheningan mencekik, napaspun berhembus tak beraturan, sesekali tatapan berserobok namun dengan canggung kepala kembali di tundukan.

"Sehun."

"Jongin." Panggilan yang bersamaan, tatapan penuh tanya dilemparkan dan sekali lagi kepala ditundukan dengan cara yang sangat memalukan. Hampir bersamaan keduanya melepaskan masker yang menutup wajah nyaris tanpa cacat mereka.

Sehun mengepalkan kedua tangannya erat-erat, melihat pada papan keterangan. Tiga jam lagi untuk sampai ke Seoul tapi hanya tinggal satu jam untuk turun di stasiun terdekat, ia harus turun, menghindari skandal. Jongin mengangkat kepalanya tersenyum canggung.

"Saat bertemu denganmu pertama kali, kau sangat lucu selalu tersenyum kepada semua orang. Sehun." Jongin membuka bibirnya yang terkunci.

"Benarkah aku seperti itu?"

Jongin mengangguk lemah. "Ya, kau seperti itu."

"Saat pertama kali bertemu aku membencimu."

"Hah?" tatapan bingung Jongin lemparkan, ia tidak pernah mendengar bagian itu.

"Itu lucu kan?" Sehun tersenyum di akhir kalimat. "Seorang Oh Sehun membenci kekasihnya sendiri."

"Itu tidak lucu, kita belum dekat saat itu dan…," Jongin menggantung kalimatnya. "Setelah ini kau akan membenciku Sehun."

Sehun menampakan wajah datarnya untuk beberapa detik, sebelum tersenyum. "Masih ada waktu satu jam mari memikirkan satu jam yang kita miliki Jongin. Kau dekat dengan Taemin hyung, kau menari dengan sangat baik, aku yakin kau akan segera debut, karena itu aku selalu menatap punggungmu berusaha mengikutimu. Aku ingin menari lebih baik lagi karena aku tau tak begitu baik dalam bernyanyi, aku ingin fokus pada kelebihan yang aku miliki. Tapi saat berhadapan denganmu saat itu aku sadar, aku tidak berdaya."

"Terima kasih, kau sudah menganggapku sangat baik Oh Sehun."

Keduanya bertatapan. Sehun merasa dadanya tertekan begitu pula dengan Jongin. "Aku selalu cemburu saat kau dikaitkan dengan yang telah pergi tapi sekarang aku yang akan menghancurkanmu dengan tanganku sendiri Sehun." Bola mata Jongin digenangi air mata. "Seandainya aku cukup berani untuk mengatakannya, aku ingin mengatakannya."

"Katakan apapun yang ingin kau katakan Jongin."

Kepala Jongin tertunduk lesu. "Aku tidak mampu," bisiknya.

"Aku tidak menyuruhmu untuk mengatakannya di depan banyak orang. Katakan di depanku."

"Maaf." Jongin berbisik.

"Kau hanya ingin mengatakan maaf?"

Kepala Jongin kembali terangkat. "Tidak. Aku—aku sangat mencintaimu Oh Sehun." Sehun tersenyum. "Aku sangat mencintaimu Oh Sehun, aku sangat mencintaimu Oh Sehun. Aku ingin mengatakannya dengan lantang."

"Dan membuat banyak orang terluka?"

"Lalu apa yang akan terjadi nanti, kau pikir tidak akan menyakiti siapa-siapa?"

Sehun mengalihkan pandangannya dari wajah sang kekasih ke arah jendela. "Setidaknya—setidaknya bukan keluarga kita."

"Aku ingin bersikap egois Sehun."

"Kau bisa mati."

"Aku sudah mati."

"Jangan mengatakan hal itu, kau berhak untuk bahagia." Kali ini Sehun menatap kembali wajah kekasihnya. "Aku juga berhak untuk bahagia, tapi kita tidak berhak untuk bersama." Senyum perih terlukis pada wajah porselen seorang Oh Sehun. "Kita tidak berhak untuk bersama." Ulangnya dengan tatapan kosong." Sehun melirik layar informasi, setengah jam lagi. Ia putuskan untuk berdiri dan menghampiri sang kekasih. Duduk di sisi kanannya.

Tak menunggu lama, Jongin menumpukan seluruh berat badannya kepada Sehun. Memeluk sang kekasih erat, menenggelamkan wajahnya pada dada bidang sang kekasih, menghirup dalam-dalam aroma tubuh serta parfum kesukaan sang kekasih. Sehun melingkarkan kedua tangannya pada punggung Jongin, mengusap punggung rapuh itu perlahan. "Maafkan aku, maafkan aku Sehun."

"Aku selalu memaafkanmu Jongin."

"Aku tidak ingin membuatmu terluka lebih dalam lagi, aku mohon lupakan aku. Bersikaplah tidak peduli padaku Sehun. Lupakan semua di masa lalu." Sehun hanya membisu bagaimana mungkin permintaan seperti itu bisa dipenuhi. "Sehun." Jongin memanggil dengan egois.

"Baiklah." Jawaban singkat itupun keluar meski tenggorokan Sehun seolah tercekik.

Sehun berdiri di stasiun seorang diri, menatap kereta yang bergerak cepat meninggalkan stasiun membawa Jongin kembali ke Seoul. Membawa semua cintanya yang kandas. Sehun tersenyum perih, malam ini mungkin ia tidak akan tidur, malam ini mungkin dia akan menangis hingga air matanya habis. Dan malam ini mungkin dia akan merasa menyesal pernah bertemu dan mengenal Kim Jongin. Tidak, jika dia tak bertemu dengan Jongin dia tidak akan sebaik ini dalam menari, cita-citanya mungkin tak akan terwujud.

Bayangan-bayangan bergerak cepat, bagaimana Senyum Jongin, bagaimana tawa Jongin, bagaimana tangis Jongin, bagaimana rencana masa depan mereka, bagaimana mereka saling mengunjungi satu sama lain, pergi ke upacara kelulusan Jongin seorang diri, cerita tidak lucu Jongin, tatapan canggung, rangkulan di pundak yang berubah ke pinggang, pelukan canggung, ciuman canggung, pernyataan cinta, candu cinta Jongin. Sejak awal Sehun tau mereka bermain api, sejak awal Sehun tau mereka berjalan pada tali yang sangat tipis. Dan sekarang api itu akan membakar habis cinta mereka, tali tipis itu telah putus. Semuanya berakhir.

Sehun memutar tubuhnya, menaikkan masker penutup wajahnya. Ia akan menghabiskan sisa perjalanan dengan taksi. Kembali ke dorm esok hari, dan berpura tak mengenal Jongin entah sampai kapan. Bertahan dengan semua berita Jongin dengan siapapun pilihannya.

Udara musim semi sejuk menerpa, Sehun berdiri di sisi kanan jalan menunggu taksi yang akan membawanya pergi. Tak lama kendaraan yang ia tunggu tiba, tangan kanannya terangkat. Taksi berhenti di hadapannya. Gagang pintu mobil terasa dingin dalam genggaman tangan kirinya yang tak terlindung sarung tangan. "Selamat malam Tuan…,"

"Selamat malam." Sehun berucap ramah di balik maskernya, ia tak memberikan nama. "Seoul. SM tower."

"Tentu Tuan, apa Anda wisatawan dari Busan?" Sehun hanya mengangguk pelan.

Ia menoleh ke kanan, memandangi jalanan dan gedung-gedung yang nampak meriah dengan lampu dan papan iklan. Jongin berhak untuk bahagia, dirinyapun berhak untuk bahagia, namun kebahagiaan bersama yang mereka inginkan tak mungkin terwujud. Suatu hari nanti Sehun yakin akan memilih seseorang yang tepat. Dan Kim Jongin akan menjadi sebuah kenangan indah di masa mudanya. Sebuah dongeng tak harus berakhir bahagia bukan?

END

Akhirnya drabble terakhir selesai terimakasih atas sambutan baik para pembaca sekalian. Terimakasih review kalian laxyovrds, KimSehuNoona, Ema, mingyoukes, eRa, shinhy, Zhang Fanyajung, Sachi d Readers, Lizz Danesta, KaiNieris, Aiko Vallery, kim Joungwook, ParkJitta, Tikha Semuel RyeoLhyun, sayakanoicinoe, Park Rinhyun Uchiha.