Disclaimer © Fujimaki Tadatoshi – KnB (I own my story).

Warning : Miss typos, OOCness, sedikit gaje, ide pasaran, Yaoi/Boys love/Gender Bender dan AU/AR (only for this story). Segala sesuatu yang ada dalam cerita ini hanyalah rekayasa belaka. Jika ada kesamaan dalam bentuk dan hal apa pun, hal itu merupakan suatu ketidaksengajaan. Hope you can enjoy it and happy reading~

.

.

.

Rexa Anne presented

.

A KnB Fanfiction

(Akashi Seijuurou X Furihata Kouki)

.

.

.

Hug and Kiss

.

.

.

Seijuurou mengerutkan kening kala memandangi laporan-laporang yang baru saja diserahkan oleh sekretarisnya. Salah. Banyak sekali yang salah. Apa-apaan ini?! Batinnya berujar.

Namun wajahnya tak menunjukkan kegusaran apa pun, tetap tenang, tetap kalem. Tangannya menjangkau gagang telepon yang berada di samping laptopnya, men-dial sebuah nomor, lalu menunggu sambungan terhubung.

"Dengan HRD di sini. Ada perlu apa Akashi-sama?"

"Suruh OB baru yang bernama Furihata Kouki untuk membawakan secangkir black coffee untukku."

"Segera, Akashi-sama."

Seijuurou menutup telepon. Menghela napas, pria berusia 30 tahun itu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dan memejamkan matanya sejenak. Tak lama ketukan di pintu pun terdengar.

"Masuk," perintahnya singkat.

Kepala bermahkota sewarna kayu manis menyembul dari balik pintu mahogani. Wajah takut-takut yang canggung pun tampak diikuti tubuh yang entah kenapa malah gemetaran di bawah tatapan mata heterokrom Seijuurou. Membawakan pesanan Seijuurou, secangkir black coffee, yang aromanya menenangkan pikiran. Kepulan uap panasnya membuat Seijuurou ingin cepat-cepat menyesap minuman yang akhir-akhir ini menjadi favoritnya itu.

"Per-Permisi, Akashi-sama. Sa-Saya membawakan black coffee anda."

"Taruh saja di meja."

Si OB mengangguk patah-patah. Kikuk. Meletakan cangkir lengkap dengan tatakannya ke atas meja Seijuurou yang bebas dari pernak-pernik alat-alat kantor maupun kertas-kertas dokumen. Membungkukkan badan, si OB pun memohon undur diri dalam diam. Namun sebelum dirinya berbalik pergi, tangan kanannya dipegangi oleh Seijuurou, membuat si OB tersentak dan memandang bosnya itu dengan heran.

"I-Iya, Akashi-sama?"

"Duduk di sini, Kouki. Dan jangan panggil aku seformal itu kalau kita sedang berdua."

Perintah mutlak itu justru membuat si OB, Furihata Kouki semakin tidak nyaman. "Ta-Tapi anda kan—di sini kan—etto..."

Delikan tajam membuat Kouki bungkam, lalu menuruti apa yang diperintahkan bosnya—yang juga merangkap tunangannya—untuk duduk di kursi di sebelah kursi Seijuurou. Seijuurou mengambil nampan yang sedari tadi dipeluk oleh Kouki dan meletakannya di meja. Tangannya membelai wajah OB kesayangannya itu.

"Padahal aku bisa mempekerjakanmu sebagai sekretarisku. Kenapa kamu malah memasukan lamaranmu ke HRD sebagai OB?"

Kouki tersenyum sambil memegangi telapak tangan pria yang lebih tua 10 tahun darinya itu, tapi harus Kouki akui, pria di hadapannya ini sama sekali tidak terlihat berusia seperti umurnya sekarang ini.

"Karena aku ingin memulai semuanya dari nol, Sei ... lagipula aku kan hanya part time. Aku masih memiliki banyak kesempatan saat aku magang nanti, kupastikan aku tak akan mengecewakanmu."

"Kau mulai percaya diri sekarang?"

Ekspresi jenaka mulai menggantikan kekakuan di wajah Kouki. "Seseorang yang mengajarkannya padaku."

Seijuurou melepaskan belaiannya di pipi sang kekasih lalu meraih cangkir kopinya dan menyesapnya perlahan. Kouki berdiri dan menuju ke meja kerja Seijuurou, merapikan beberapa dokumen yang tadinya berserakan di sana. Seijuurou memerhatikan apa yang Kouki kerjakan dalam diam.

Ia meletakan kembali cangkir kopinya ke tempatnya semula lalu beranjak ke belakang Kouki, memeluknya erat. Kouki tersentak karena tiba-tiba didekap erat seperti itu.

"Sei?"

"Biarkan seperti ini, sebentar saja."

Kouki mengangguk. Seijuurou membawa Kouki duduk di atas pangkuannya, di kursinya, tetap dalam posisi yang sama. Bagai anak perempuan yang sedang memeluk boneka teddy bear-nya, seperti itulah Seijuurou merengkuh Kouki-nya.

Kouki membiarkan Seijuurou melakukan apa yang diinginkannya. Melihat tingkah kekanakan dan manja Seijuurou yang seperti ini membuat Kouki tersenyum geli. Kalau seperti ini tak akan ada yang menyangka si pria berusia 30 tahun. Atau yang lebih parah lagi, tak akan ada yang menyangka bahwa si pria 30 tahun yang terkenal dengan aura absolutisme—tak bisa dibantah itu bisa bertingkah seperti anak umur 5 tahun seperti ini.

Beberapa menit kemudian …

"Sei, aku masih harus bekerja."

Gumaman malas nan serak menjawab Kouki. "Hmm..."

Kouki berusaha menoleh ke belakang. "Sei?" tanyanya dengan nada khawatir.

Kouki sedikit meronta dari pelukan erat sang tunangan, berusaha memutar tubuhnya agar bisa melihat kondisi Seijuurou.

"Sei? Sei, kau tidur?"

"Ng? Tidak."

"Kau kelelahan!" Kouki melepaskan pelukan Seijuurou dan beranjak berdiri lalu menangkupkan kedua tangannya pada wajah Seijuurou. "Jangan bohong, Sei ... lihat, matamu merah."

Seijuurou terkekeh. "Iris mataku memang merah, Kouki. Sudah bawaan sejak lahir."

Kouki berdecak sebal. "Bukan itu maksudku! Kau kelelahan! Jangan bilang kau tak tidur semalaman karena mengurus semua berkas laporan ini?!"

"Itu sudah pekerjaanku, Kouki."

"Tidak bisa begitu, Sei! Kau harusnya lebih memerhatikan kesehatanmu!"

"Aku tidak mudah tumbang, Kou. Aku—"

"Ya, ya, ya. Tetap saja, kau harus istirahat."

"Kau berani memotong kalimatku?"

"Sei ... aku khawatir," desah Kouki dengan nada terluka.

Seijuurou menyelipkan sebelah tangannya ke belakang tengkuk Kouki dan menariknya ke dalam ciuman. Lembut, penuh sayang. Lalu mengecup kening pemuda kesayangannya itu.

"Apa boleh buat, demi mendapatkan restu orangtuamu, dan ayahku, aku harus benar-benar bekerja keras dalam proyek ini. Kalau tidak ... mereka akan mengambilmu paksa dariku. Aku tidak bisa kehilanganmu, Kouki."

Wajah Kouki merona merah. Seijuurou tersenyum tipis dan kembali memeluk sang kekasih.

"Sebentar lagi, Kou. Setelah semua ini, tak akan ada yang menghalangi kita. Kau akan jadi milikku seutuhnya, seperti aku milikmu."

Kouki hanya mengangguk dalam pelukan sang tunangan tercinta. Mereka melupakan sejenak segala yang ada, laporan yang salah, jam kerja yang menanti. Hanya ada Seijuurou dan Kouki, berdua saja.

.

.

.

End

A/N:

Halo … (^_^)/ HK 4 up! Sebenernya chapter ini ditulis sebagai pelampiasan rasa frustrasi karena ga bisa memikirkan plot dari fic yang seharusnya kubuat. Padahal DL-nya besok! XO (TTOTT) #nangis Yah, semoga saja malam ini bisa terpikirkan sesuatu ehehehe. Selamat membaca teman-teman, semoga terhibur.

Balasan untuk review non-login:

AkaFuri love cheesssyyyy : Halo, salam kenal love-san, thanks sudah R&R (^_^)/ Ahahaha, tiba-tiba terpikir adegan SeiKou lagi mesra-mesraan di ranjang. Jadi ya begitulah, dan ini chapter terbarunya, semoga love-san menyukainya, selamat membaca! Terima kasih buat semangatnya!

Dan terima kasih sudah meluangkan waktu kalian untuk membaca fic ini. Sampai jumpa di fic lainnya. Mind to review, please? (^_^)/ Arigatou Gozaimasu!

Rexa, signing out….