Love Letter

-SoonHoon Ver-

Cast

Member Seventeen

OC

Pairing

Temukan sendiri didalamnya

Warning

Typo, OOC , Boys Love a.k.a Yaoi, cerita kurang menarik.

Don't Like Don't Read.

.

.

.

Bel pulang baru saja berbunyi. Para murid dengan sigap merapihkan buku mereka dan berjalan keluar kelas untuk pergi ketempat yang lebih menyenangkan, seperti tempat tidur dirumah mungkin.

"Kau latihan lagi hari ini, Jihoon?" tanya Wonwoo kepada sahabat mungilnya.

"Hu'um, lombanya tinggal dua minggu lagi. Jadi kami akan latihan setiap hari mulai sekarang, Woonie," jawab Jihoon.

"Kalau begitu aku akan pulang sendiri mulai hari ini dan dua minggu kedepan. Benar-benar tidak menyenangkan," keluh Wonwoo.

"Hei, kau bisa pulang dengan Mingyu. Bukankah rumah kalian berdekatan?" usul dan tanya Jihoon.

"Tidak, terimakasih," ujar Wonwoo. "Pulang dengan bocah tiang listrik itu lebih tidak menyenangkan Lee Jihoon," sambung Wonwoo datar.

"Kau bilang tadi tak mau pulang sendiri kan,"

"Tapi tidak dengan Kim Mingyu, Jihooniee,"

"Yasudah terserah kau saja,"

Mereka berjalan keluar kelas. Sebentar lagi mereka akan berpisah jalan, Wonwoo lurus menuju gerbang, sedangkan Jihoon harus belok kekanan untuk menuju ruang klub Vokal. Wonwoo dan Jihoon masih berjalan dengan damai, sampai sebuah suara teriakan memnghancurkan kedamaian mereka.

"Wonu hyungku sayang~ tunggu aku," teriak Mingyu dari kejauhan.

Alarm darurat berbunyi diotak Wonwoo. Ini adalah alarm gawat darurat, yang memeperingatinya untuk berlari.

"Jihoon, aku duluan. Jangan terlalu memaksakan diri berlatih dan jangan pulang terlalu malam," nasehat Wonwoo dan langsung berlari tanpa menunggu balasan dari Jihoon.

"Yakk Wonu sayang~ kenapa kau malah lari. Tunggu aku sayang," teriak Mingyu yang sudah mulai berlari.

Jihoon yang melihat aksi kejar-kejaran mereka hanya bisa geleng-geleng kepala. Pemandangan Ini sudah terlalu biasa untuknya. Pemandangan dimana seorang Kim Mingyu -yang ketampanannya dipuja-puja oleh siswa-siswi deisekolah ini- berlari mengejar Wonwoo -si namja datar- yang selalu menghindarinya.

Setelah mereka berdua tak terlihat dipandangan matanya, Jihoon melanjutkan langkahnya menuju ruang latihan. Teman-teman satu timnya pasti sudah kesal menunggu. Apalagi Jihoon bisa memastikan kalau Seungkwan -bocah yang kelebihan suara- pasti meggerutu memaki dirinya.

Jihoon menghentikan langkahnya. Berdiri didepan pintu yang tak tertutup sepenuhnya. Musik dengan tempo yang cepat terdengar ditelinganya. Mengundangnya untuk melihat apa yang terjadi didalam.

"Dia masih latihan ternyata," gumam Jihoon.

Jihoon bisa melihatnya meliukkan badannya dengan sangat baik. Namja yang dia anggap sebagai seorang pencuri. Pencuri kelas kakap yang berhasil mencuri perhatiannya.

Terlalu terpaku pada apa yang dilihatnya. Membuat Jihoon tak sadar kalau obyek yang dia pandangi berbalik memandangnya juga.

"Ohhh Jihoonnie," panggil namja itu.

Jihoon tersadar kala namanya keluar dari mulut namja yang dia perhatikan.

"Kau mau latihan juga?" tanyanya.

Dan senyum tipis serta anggukan kepala lah yang menajadi jawabannya sebelum kembali berjalan menuju ruang latihan klub vokal. Dia tak berani mengeluarkan suaranya. Karna suaranya pasti akan terdengar bergetar. Terlalu lama didekatnya bisa berakibat buruk untuk jantungnya.

"Soonyoung sialan, kenapa kau mencuri perhatianku terus," gerutu Jihoon.

.

.

.

Jihoon dan Soonyoung adalah teman yang dipertemukan di JHS. Saat itu Jihoon adalah anak yang cenderung pasif. Sifatnya yang gampang sekali terpancing emosi membuatnya sulit untuk mendapatkan teman. Sampai pada akhirnya Kwon Soonyoung -si namja hyperactive- selalu mengganggu harinya.

Awalnya Jihoon tak pernah mengganggap keberadaan Soonyoung. Tapi karna Soonyoung yang tak pernah menyerah. Akhirnya Jihoon sedikit demi sedikit mulai menerima keberadaan Soonyoung diruang lingkupnya.

Soonyoung tak pernah berhenti menyapa dan menegurnya. Walau terkadang Jihoon lebih memilih mengabaikannya dari pada membalasnya. Tapi semua hal itu tidak membuat seorang Kwon Soonyoung menyerah untuk mendapatkan perhatian namja mungil itu. Dirinya bahkan menyatakan sendiri kalau dia adalah fans nomor satu dari seorang Lee Jihoon.

Mereka kembali satu sekolah saat SHS. Jihoon jadi lebih aktif dibandingkan waktu JHS. Keberadaan Soonyoung membuatnyamerunah sikap sedikit demi sedikit. Jihoon jadi lebih ramah kepada teman-temannya, walau terkadang masih sering terpancing emosi.

Apalagi kalau ada orang yang dengan sangat kurang ajar menyebutnya pendek atau bocah. Dia tak akan segan-segan melemparnya dengan gitar sepupu kesayangnya -Hong Jisoo- yang kebetulan satu sekolah dan satu klub dengannya.

"Pagi Jihoonieee~" sapa Soonyoung saat dirinya sudah berjalan disamping Jihoon.

"Hem, pagi," balas Jihoon singkat.

"Seperti biasa kau terlihat manis permen kapas," Soonyoung mengeluarkan senyum andalannya.

"Berhenti memanggilku seperti itu, aku punya nama Kwon Soonyoung,"

"Loh kenapa? Bukankah permen kapas itu cocok denganmu. Rambutmu berwarna seperti gulali, dan wajahmu juga manis seperti gulali," puji Soonyoung sambil tetap tersenyum.

Jihoon menghentikan langkahnya dan itu juga membuat Soonyoung ikut menghentikan langkahnya.

"Kenapa berhenti berjalan?" tanya Soonyoung heran.

Jihoon mengahadapkan dirinya ke Soonyoung. Memandangnya dengan tatapan datar dan tangan yang mengepal menahan amarah.

"Jadi kau tak mau berhenti memanggilku seperti itu Kwon? Kau mau tetap memanggilku dengan sebutan itu?" tanya Jihoon sarkas.

"Um um," Soonyoung mengangguk mengiyakan pertanyaan Jihoon. Dia mssih tersenyum konyol tanpa tahu apa yang akan terjadi.

"Mati saja kau Kwon Soonyoung," ujar Jihoon datar lalu kembali berjalan.

Meninggalkan Soonyoung yang masih meringis memegangi perutnya yang beberapa detik lalu mendapatkan hadiah sebuah tinjuan manis dari Jihoon. Sepertinya Soonyoung lupa kalau Jihoon masihlah seorang namja.

.

.

.

"Hyung bisakah latihan hari ini diliburkan dulu? Aku baru ingat ada janji dengan Vernon untuk menjemput orangtuanya dibandara," pinta Seungkwan pada Jihoon yang sedang duduk dikursi piano.

"Iya Hyung, aku juga ada Janji kencan dengan Hyemi hari ini," ujar Seokmin.

"Seokmin berhentilah berkencan dengan para penggemarmu," nasehat Jisoo kalem.

"Loh, memangnya kenapa hyung?" tanya Seokmin heran.

"Itu sama saja dengan kau mempermainkan hati mereka," jawab Jisoo.

"Aku tak memainkan hati mereka hyung. Justru aku membantu mereka mengabulkan keinginan mereka untuk bisa berkencan denganku," balas Seokmin yang tak mau disalahkan.

"Tapi kan Seokmin-"

"Aku akan berhenti mengencani mereka, kalau kau mau menjadi kekasihku? Bagaimana hyung?" tanya Seokmin memotong ucapan Jisoo.

Jisoo sendiri hanya terdiam mendengar pertanyaan yang keluar dari mulut Seokmin. Dia tak pernah berfikir sampai sejauh ini.

"Berhenti menggombali sepupuku Lee Seokmin," ujar Jihoon yang sebelumnya sudah memberikan pukulan sayang dikepala Seokmin.

"Aduh sakit hyung," ringis Seokmin dengan terlalu berlebihan.

"Kau terlalu berlebihan Seokmin, aku hanya memukulmu pelan," ujar Jihoon. "Baiklah karna hari ini Seokmin dan Seungkwan ada urusan. Aku akan membatalkan latihan hari ini, aku juga berpikir kalau kalian butuh istirahat dan refreshing. Tak baik memang kalau latihan terus-menerus," lanjut Jihoon.

"Hyung kau memang yang terbaik," ujar Seungkwan reflek memeluk Jihoon.

"Uhukkk kau terlalu erat memelukku Seungkwan," protes Jihoon.

Seungkwan akhirnya melepaskan pelukannya dan meminta maaf pada hyung mungilnya.

"Hehehe, maafkan aku hyung. Kalau begitu aku duluan ya hyung-deulku tersayang," ujar Seungkwan lalu berlari keluar ruang latihan.

"Selamat bertemu calon mertua Boo Seungkwan,"

"Berhenti meledekku Lee Seokmin," balas Seungkwan dengan suara melengkingnya.

Mereka semua terkekeh mendengar teriakan Seungkwan. Sungguh menyenangkan menggoda adik kecil mereka. Sibungsu dari klub vokal memang menggemaskan. Suara dering ponsel menghentikan tawa mereka. Itu ponsel Seokmin yang berbunyi.

"Sepertinya aku juga harus pergi sekarang hyungdeul. Hyemi sudah menungguku didepan kelasnya," ujar Seokmin pamit pada hyung-hyungnya.

Berjalan menuju pintu keluar dan berhenti tepat disamping Jisoo.

"Dan untukmu hyung, pikirkan kata-kataku tadi dengan benar. Aku tak pernah main-main dengan perkataanku," bisik Seokmin lalu berjalan melewati Jisoo.

Jisoo terdiam mendengar bisikan Seokmin.

"Jisoo hyung kau baik-baik saja?" tanya Jihoon.

"A-ahh aku baik-baik saja Jihonnie. Kalau begitu aku pulang dulu ne, orangtuaku juga baru datang dari L.A," dan Jisoo pun ikut pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lalu bagaimana denganmu Jihoon?" tanya Jeonghan.

"Bagaimana apanya hyung?" Jihoon malah balik bertanya.

"Apa kau tidak pulang?" tanya Jeonghan lebih jelas.

"Ahhh, ani hyung aku akan tinggal disini. Aku harus mengerjakan lirik lagu yang akan kita pakai di final nanti," jawab Jihoon.

"Jangan terlalu memaksakan dirimu Jihonnie," ujar Jeonghan lembut.

"Aku tak memaksakan diri hyung, aku senang melakukannya," balas Jihoon lengkap dengan senyum manis yang jarang dia perlihatkan.

"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi ingat cepat pulang dan istirahat jika kau sudah lelah, arraso," peringat Jeonghan.

"Ummm arraso Umma," canda Jihoon.

"Aishhh aku bukan ummamu Lee Jihoon," balas Jeonghan tak terima.

"Kkk~ tapi perilakumu saat ini sudah seperti umma yang mengkhawatirkan anaknya hyung,"

"Ya, baiklah sesukamu saja Jihoonie," pasrah Jeonghan.

"Kau juga pulanglah hyung. Cuaca mulai mendingin, aku tak mau kalau kau sampai sakit,"

"Awwww manisnya aegyaku," Jeonghan mencubit gemas pipi Jihoon.

"Hyung sakit," ujar Jihoon sambil mengusap pipinya yang menjadi korban cubitan umma gadungannya.

"Mian, kalau begitu hyung pulang dulu nde, kau juga segeralah pulang Jihoonie," pamit Jeonghan.

"Ne hyung, hati-hati dijalan nde," balas Jihoon.

Dan sekarang tinggal dialah sendiri diruang latihan. Sebenarnya dia bisa saja mengerjakannya dirumahnya. Tapi banyak sekali godaannya kalau dirumah dan yang terberat adalah kasur empuknya yang terus memanggil, meminta ditiduri olehnya. Ok abaikan pemikiran Jihoon yang mulai melantur.

Jihoon duduk dikursi dipojok ruang latihan. Berkutat dengan kerta yang berisi setengah lirik lagu, melanjutkannya agar segera rampung menjadi sebuah lagu yang indah.

.

.

.

Soonyoung berjalan menyusuri koridor. Dia dan klub dancenya baru saja selesai latihan. Seharusnya dia berjalan menuju gerbang sekolah, tapi entah kenapa langkah kakinya malah membawanya menyusuri koridor menuju ruangan diujung koridor. Ruang yang biasa dipakai klub vokal berlatih.

Berhenti didepan pintu ruang klub vokal. Dan melihat dari kaca kecil dibagian tengah pintu. Dia bisa melihatnya, seseorang berbadan mungil yang sedang menaruh kepalanya dimeja menghadap kedinding disampingya.

Soonyoung membuka pintunya dan berjalan masuk. Menghampiri sosok mungil yang sepertinya sedang tertidur. Dan dugaannya 100% benar. Sosok mungil -Lee Jihoon- itu benar-benar tidur diatas kertas-kertas berisikan lirik sebuah lagu. Sepertinya permen kapasnya kembali memaksakan diri.

"Kau benar-benar keras kepala Lee Jihoon," gumam Soonyoung.

Soonyoung lalu merapihkan peralatan tulis Jihoon dan memasukkan semuanya kedalam tas Jihoon. Dia menggendong dua tas sekaligus didepannya. Dan mencoba menggendong Jihoon dibelakangnya. Soonyoung bisa merasakan peegerakan Jihoon. Dia pikir Jihoonnya akan bangun, namun yang terjadi adalah Lee Jihoon memluk leher Soonyoung dan menyamankan kepalanya dibahu Soonyoung.

Soonyoung tersenyum kala menyadari Jihoon yang sedang menyamankan dirinya. Sudah lama sekali dia tidak menggendong Jihoon. Sejak kecil Soonyoung suka sekali menggendong Jihoon seperti ini. Dan itu sering terjadi saat Jihoon menagis karna dibully teman-temannya. Sebenarnya Jihoon dan Soonyoung adalah teman sejak kecil, namun saat usia mereka memasuki angka kedelapan, mereka harus berpisah. Jihoon harus mengikuti keluarganya pindah ke Jepang.

Dan betapa bahagianya Soonyoung saat bisa bertemu kembali dengan Jihoon di JHS. Delapan tahin tak bertemu tak membiat Soonyoung melupakan sosok Jihoon. Sosok namja mungil nan manis. Walau dia harus menerima kenyataan kalau Jihoon tak mengingatnya sedikitpun.

Soonyoung berjalan menyusuri koridor sekolahnya yang benar-benar sudah sepi. Hanya tertinghal satpam yang bertugas mengunci gerbang setelah mereka keluar tadi.

"Lee Jihoon kapan kau mengingatku lagi," gumam Soonyoung.

.

.

.

Jihoon tebangun dari tidurnya. Mendudukan dirinya diatas ranjang dan mengucek matanya. Pandangannya mengedar melihat sekeliling. Dan dia kenal sekali dengan ruangan yang adalah kamar tidurnya.

"Bukankah aku ada diruang latihan ya tadi. Kenapa sekarang jadi dikamarku sendiri? Aku tak ingat kalau aku berjalan pulang kerumah," gumam Jihoon bingung.

Sungguh dia bingung denga situasinya saat ini. Dia tak mungkin berjalan pulang sambil tertidur kan. Kalau itu benar, mana mungkin dia bisa sampai rumah dengan selamat.

Jihoon mencari ponselnya, dan dia melihatnya diatas nakas. Saat akan mengambil ponsel, sebuah note menarik perhatiannya. Diambilnya note tersebut, dan membacanya. Bebarapa kata disini menyebabkan senyum merekah dibibirnya.

"Kwon Soonyoung pabbo," gumam Jihoon dan kembali berbaring ditempat tidurnya. Sepertinya tidurnya kali ini akan nyenyak sekali.

'Jangan terlalu memaksakan diri gulali ku~ kau harus pulang dan beristirahat dirumah kalau kau sudah lelah. Aku tak mau menggendongmu lagi. Punggungku menjadi sakit kau tahu? Have a nice dream My Cotton Candy^^'

.

.

.

Seminggu sudah berlalu sejak kejadian Jihoon yang tertidur diruang klub. Dan seminggu ini senyum tak pernah lebas dari bibirnya. Dia juga jadi lebih sering memperhatikan Soonyoung dan mencuri-curi lirik kearah Soonyoung. Sepertinya hati Jihoon benar-benar sudah dicuri oleh Kwon Soonyoung.

Hari ini Jihoon dan klub voklanya akan bertanding difinal mewakili sekolah mereka. Lomba ini sangat penting baginya, dan jika mereka menang maka Jihoon akan benae-benae bahagia karna lagu buatannya bisa membawa kemenngan untuk sekolahnya.

"Kau terlihat gugup sekali Jihonnie," ujar Jeonghan.

"Apa terlihat benar hyung?" tanya Jihoon dengan aksen gugupnya.

"Ne Jihooniee kau terlihat jelas sekali gugup," kali ini Jisoo yang bilang.

"Hyung tenangkan dirimu. Ini minumlah dulu," Seokmin menyerahkan botol minum kepada Jihoon dan diterima olehnya lalu meminumnya.

"Hyung kita harus semangat dan percayalah kalau kita akan menang," dan Seungkwan selalu dengan semangat yang membara.

"Jihonnie~" panggil seseorang.

Suara ini benar-benae dikenalnya. Suara dari sahabat yang mempunyai sifat 11 12 dengannya.

"Jihonnie, semangat ne. Aku yakin kau dan tim sekolah kita pasti menang," ujar Wonwoo menyemangati sahabat terbaiknya itu.

Jihoon menaikkan satu alisnya. Mengabaikan perkataan sahabatnya dan terfokus dengan tangan yang menggengam tangan sahabatnya.

"Kalian sejak kapan berpacaran?" tanya Jihoon to the point.

Wonwoo yang mendengar pertanyaan Jihoon hanya bisa menunduk malu, menyembunyikan wajah memerahnya. Sedangkan Mingyu tersenyum bangga.

"Kami sudah berpacaran dari tiga hari yang lalu hyung," ujar Mingyu bangga dan menaikkan genggaman tangan mereka guna menunjukkannya lebih jelas pada Jihoon.

"Mwo? Kenapa kau tak pernah menceritakannya kepadaku Jeon Wonwoo? Kau sudah tak menganggapku sebagai sahabat eoh?" tanya Jihoon datar.

"Bu-bukan begitu Jihoonie, aku hanya tak sempat menceritakannya padamu. Kau sedang sibuk dengan klub voklamu untuk lomba dan aku tak mau mengganggumu. Lagipula kami baru jadian tiga hari Jihoon," jelas Wonwoo.

"Ya ya ya baiklah, aku akan memaafkanmu kali ini Jeon Wonwoo," ujar Jihoon.

"Kalau begitu kami tinggal dulu ya hyung, kami mau mencari tempat duduk dulu," pamin Mingyu dan pergi dengan membawa Wonwoo.

Jihoon kemabali sendiri, dirinya mengedarkan pandangannya sekeliling. Tapi tetap saja dia belum melihat namja itu. Apa mungkin Soonyoung tak datang untuk memberikannya dukungan. Apa Jihoon terlalu berharap pada janji yang Soonyoung buat untuknya.

"Jihonnie ayo, sekarang giliran kita tampil," tegur Jisoo.

"Ahh ne hyung," Jihoon tersadae dari lamunannya lalu berjalan mengikuti teman-temannya menaiki panggung.

Mereka duduk dikursi yang sudah disiapkan sebagai properti mereka. Musik mulai mengalun siap mengiringi lagu yang akan mereka nyanyikan.

Dimulai dari Seungkwan lalu disusul yang lainjya. Mereka menyanyikan lagu adore u buatan Jihoon. Lirikny mengungkapkan apa yang hatinya rasa. Mereka menyanyikannya dengan sangat baik. Suara yang sungguh harmonis.

Sebelum menutup lagunya Jihoon sempat melihat kearah penonton. Mencari namja yang ditunggunya. Dan dia menemukannya, berdiri dibelakang dengan senyum yang -sepertinya- ditujukan untuknya.

'yeah akkinda~ yeah,'

Dan Jihoon sukses menutup lagu mereka hari ini. Senyum terpatri dibibirnya. Membuat penonton yang melihat menjadi terpesona. Apalagi anak-anak yang satu sekolah dengannya, tak menyangka kalau Jihoon punya senyum semanis itu.

Mereka turun dari panggung satu-persatu. Mereka peserta terakhir yang tampil. Dan 30 menit lagi pengumuman pemanang akan diumumkan. Jihoon berjalan kearah bangku penonton, mengabaikan Wonwoo yang akan memberikannya botol minum.

Pandangannya mengedar mencari-cari namja yang tersenyum untuknya tadi. Tapi dia kembali tak menemukannya. Dia yakin sekali kalau Soonyoung tadi datang melihatnya. Dia tak mungkin salah mengenali Soonyoung.

Jihoon menyerah, dia sama sekali tidak bisa menemukan Soonyoung. Mungkin tadi hanya halusinasinyaa yang sangat mengharapkan Soonyoung melihat penampilannya. Jihoon kembali kearah teman-temannya berkumpul.

"Jihonnie, kenapa tadi langsung berlari kedepan?" tanya Jeonghan.

"Kau bahkan mengabaikan air yang kuberikan," Wonwoo yang kesal mempoutkan bibirnya membiat Mingyu yang berada disebelahnya harus kuat iman.

"Maafkan aku, tadi aku mencari seseorang yang kukenal. Tapi sepertinya dia tak datang," jawab Jihoon tak bersemangat lalu mendudukan dirinya dikursi yang disediakan dan memejamkan matanya.

Meninggalkan teman-temannya yang melihatnya dengan pandangan prihatin.

'Daebak, sepertinya rencana Soonyoung hyung akan berhasil,' pikir si divaboo a.k.a Boo Seungkwan.

.

.

.

Pengumuman pemenang akan segera diumumkan, semua peserta berkumpul diatas panggung. Mereka semua gugup, bisakah mereka membawa kemennagan untuk sekolah mereka. Jihoon bahkan sudah menggigit bibirnya, kebiasaan buruknya saat sedang gugup. Tangannya menggandeng erat lengan Seokmin.

"Yaaa, akhirnya kita sudah mengantungi nama peserta yang akan membawa pulang piala juara pertama tahun ini," ujar sang Mc. "Sebelumnya selamat untuk Juara kedua dan ketiga, juga semua peserta yang sudah tampil. Kalian semua hebat-hebat karna bisa masuk kefinal hari ini. Tapi juara pertama adalah yang terbaik dari yang terbaik. Baiklah sepertinya saya kebanyakan berbicara," ujar sang MC mencoba bercanda dengan penonton.

Mc itu membuka amplop yang dipegangnya. Membuat 3 peserta yang belum diumumkan namanya menjadi berdebar. Apakah itu nama dari kelompok mereka.

"Ohhhh aku setuju dengan pilihan juri kali ini, mereka memang menampilkan penampilan yang begitu apik hari ini," ujar sang MC. "Selamat untuk Vokal team Pledis SHS, kalian menempati juara pertama," sambung sang MC dan menengok kearah sang pemenang.

Bukankah itu nama sekolah mereka yang disebut. Tersadar dari ketidak percayaan mereka, semuanya bersorak bahagia kemudian. Jisoo nengambil piala yang disodorkan sang MC. Karna Jihoon sendiri masih sibuk menangis. Tak menyangka bahwa lagu buatannya bisa membawa mereka menuju kemenangan hari ini.

Mereka semua memberikan sepatah dua patah ucapan terimakasih. Untuk sekolah mereka, untuk orang tua mereka, guru mereka dan teman-teman mereka.

"Dan terakhir terimakasih untuk ketua klub vokal kami yang sudah berkerja keras membuat lagu yang indah ini, terimakasih Lee Jihoon," ujar Jeonghan.

Dan sekarang teman-teman satu teamnya memeluk bangga dirinya. Jihoon sendiri hanya bisa tersenyum sambil menahan isakannya.

"Wahhh kalian sepertinya bersahabat dengan sangat baik ya," puji sang MC saat melihat interaksi mereka.

Seorang kru datang menghampirinya, membisikan sesuatu dan menyerahkan sebuah amplop berwarna merah muda ketangannya. Sang MC pun mengerti dengan penjelasan kru tersebut.

"Ok, seharusnya kita sudah menutup acaranya sekarang. Tapi ternyata saya harus meminta maaf karna ada perubahan mendadak, saya mendapat sebuah surat dari seseorang yang meminta saya untuk membacakannya. Jadi boleh kah saya membacakannya sebentar teman-teman?" tanya sang MC kepada penonton dan dijawab dengan 'bacakan saja' secara serempak.

"Baiklah kita bacakan ok," ujar sang MC setelah mendapat persetujuan dari para juri dan para peserta. Dibukanya amplop tersebut dan mengeluarkan kertasnya.

"Wow tulisannya sangat rapi sekali," ujar sang MC.

'Kau tahu apa yang kurasakan saat melihatmu kembali? Perasaanku adalah bahagia, sangat sangat bahagia walau aku menyadari kalau kau tak mengingatku lagi. 8 tahun yang lalu aku pernah memberikanmu surat dan memintamu untuk menemuiku sebelum pergi. Tapi ternyata kau tidak datang. Mulai hari itu aku berhenti untuk menyukaimu karna aku menganggap kau sudah menolakku secara tidak langsung. Namun sekarang aku berpikir kembali, saaat itu kita terlalu muda untuk mengerti tentang cinta yang sebenarnya,'

"Wahhh 8 tahun yang lalu mereka benar-benar masih anak-anak," sela sang Mc.

'Hari ini aku kembali memberikanmu sebuah surat, surat yang kuperuntukkan untuk orang yang kusayangi dan kucintai sepenuh hati dari dulu hingga sekarang. Seseorang yang selalu berkerja keras tanpa mengenal lelah. Seseorang yang sudah mencuri hatiku dan tak pernah mengembalikannya'

"Seperti nya ini surat cinta eoh, siapakah orang yang dituju surat ini," goda sang MC.

'Aku ingin menjagamu, melindungimu dari orang-orang yang berusaha menyakitimu. Mencintaimu dengan sepenuh hati dan jiwaku, jadi bisakah kau berbalik dan menerima pernyataan cintaku My Cotton Candy,'

Mendengar kata Cotton Candy disebut oleh sang MC membuat Jihoon reflek membalikkan badannya. Dan apa yang dilihatnya benar-benar membuatnya terkejut. Seseorang dengan rambut birunya -yang amat sangat dia kenal- sedang berlutut didepannya dan tersenyum kepadanya.

Jihoon hanya bisa terpaku, apalagi saat Soonyoung berdiri dan menggenggam kedua tangannya.

"Aku tak tahu lagi cara apa yang harus kupakai saat menyatakan cintaku padamu, dan malah memilih cara konyol dengan meminta sang MC untuk membacakan surat cintaku yang benar-benar norak," jelas Soonyoung.

Jihoon masih terdiam menunggu Soonyoung melanjutkan kata-katanya. Dia tak bisa melakukan apapun, tubuhnya terlalu sulit untuk digerakan.

"Tapi perkataanku disurat itu adalah sebuah kenyataan dan janji yang akan kulakukan untukmu, jadi bisakah kau menerima cintaku Lee Jihoon?" tanya Soonyoung akhirnya.

Semua orang menahan nafas dan memfokuskan perhatian mereka keatas panggung untuk mendengar jawaban dari seorang Lee Jihoon. Jihoon menghela nafasnya dan menundukkan kepalanya melepas genggaman tangannya dari Soonyoung.

Dan hal itu membuat Soonyoung berfikir kalau dia kembali ditolak. Para penonton juga berpikir apa yang Soonyoung pikirkan. Mereka tak habis pikir kenapa Jihoon menolak pernyataan cinta tulus seorang Kwon Soonyoung.

Namun pemikiran mereka semua terpatahkan. Saat melihat Jihoon yang memeluk Soonyoung sambil menangis. Dan Soonyoung tersenyum mendengar perkataan seorang Lee Jihoon.

"Aku menerima cintamu Kwon Soonyoung, karna hatiku juga sudah dicuri olehmu," ujar Jihoon menggunakan Mic yang masih dipegangnya.

Dia sengaja melakukannya, ingin menunjukkan kepada semua orang perasaanya terhadap Soonyoung. Dan memberi tahu kesemua orang kalau Kwon Soonyoung sudah menjadi milik Lee Jihoon.

Sungguh hari ini adalah hari yang benar-benar membuatnya bahagia. Mendapatkan piala kemenangan dengan lagu karyanya sendiri dan mendapatkan cinta seorang Kwon Soonyoung, namja yang sering dia perhatikan diam-diam. Dia tak menyangka kalau Soonyoung akan meminta sang MC untuk membacakan suratnya.

Hari ini kisah baru Kwon Soonyoung dan Lee Jihoon resmi dimulai untuk setrerusnya. Dan semua berkat Love letter yang berisikan ungkapan cinta Kwon Soonyoung untuk Lee Jihoon.

.

.

.

Omake ~

Mereka sudah kembali kerumah masing-masing setelah merayakan kemenangan vokal team. Soonyoung berakhir menginap dirumah Jihoon, menemani kekasih barunya yang ditinggal sendiri oleh orang tuanya yang pergi kerumah neneknya.

Mereka duduk disofa ruang tengah dengan televisi yang menyala. Baru saja selesai menonton film romantis rekomendasi Kwon Soonyoung. Jihoon mengingat sesuatu, dan memutuskan untuk bertanya.

"Emm Soonyoung kau menulis disuratmu kalau kau mengenalku delapan tahun yang lalu? Apa itu benar?" tanya Jihoon penasaran.

"Aishhh itu benar Jihoon. Kau tega sekali melupakanku, Woozi jahat melupakan Hoshi," ujar Soonyoung.

Tunggu, sepertinya Jihoon tak asing dengan nama Woozi dan Hoshi. Dia kembali mencoba mengingatnya dan dia berhasil.

"Ahhhhh jadi kai itu Hoshi, namja kecil yang memiliki pipi cbubby dan mata terlampau sipit,"

"Yakk, kenapa kau malah mengingat hal jelek tentangku Jihoon," kesal Soonyoung.

"Kkkk~ mianhae. Aku mengingatnya karna itu kan ciri khasmu," ujar Soonyoung. "Lagipula waktu itu kau tak mengantarku kebandara, jadi aku pikir kau sudah tak mau berteman denganku," sambung Jiboon.

"Aku tak menemanimu karna aku menunggumu datang ditaman biasa kita bermain, aku sudah memberitahumu dalam suratku," jelas Soonyoung.

"Surat? Memangnya kau pernah memberiku surat?" tanya Jihoon heran.

"Aku memang tidak memberikannya secara langsung, tapi aku menaruhnya didalam tasmu,"

"Dalam tasku? Jadi surat itu darimu?" tanya Jihoon memastikan dan dijawab anggukan olehnya.

"Jangan bilang kau tidak membacanya Lee Jihoon?" tanya Soonyoung menyelidiki.

"Ehehehe, sebenarnya aku memang tak membacanya. Aku membuang surat itu ketempat smpah karna kupikir itu hanya kerjaan teman-teman kita yang iseng. Lagipula bau surat itu terlalu menyengat, membuat hidungku sakit saat menciumnya," jelas Jihoon.

Kalau dalam manga atau anime mungkin asap hitam sudah keluar dari kepala Soonyoung. Jahat sekali Jihoon membuang surat yang dia tulis dengan susah payah. Memang salahnya sih yang menyemprotkan minyak wangi milik nuunanya kesurat buatannya. Tapi dia hanya mencontoh apa yang dilakukan nunnanya.

"Kau memang harus dihukum Lee Jihoon," ujar Soonyoung datar.

"Mi-mianhae Soon- UMPHHHH~"

Dan ciuman brutal dari Soonyoung pertanda bahwa hukumannya akan dimulai. Seprrtinya Jihoon harus pasrah untuk berbaring diranjangnya seharian besok.

.

.

.

END

.

.

Ini ff pertama selain Meanie yang kubuat. Aku tak tahu apa ini bagus atau tidak. Hanya saja aku ingin membuat ff manis mereka. Silahkan temukan sendiri pairing didalam cerita ini. Karna aku akan membuat semua versi dari kopel yang ada. Bukannya ngelunasin hutang malah nambah hutang jadinya. Tapi mau bagaimana lagi, soalnya lagi pengen buat ff baru sih. Oke semoga kalian menikmati ff ini.

Don't forget to review