Kata pertama Menma

Original story © Tias girlist pisan

Collab with NoVizH19

Naruto © Masashi Kishimoto

SasuNaru + Menma (11 bulan)

Family

Rate T

Warning : boyxboy, OOC, typo(s), etc.

.

.

.

Minggu pagi yang cerah di ruang keluarga kediaman Uchiha. Terlihat entitas pirang yang tengah bercengkerama dengan sosok mungil yang duduk di kursi balita.

''Menma, coba katakan, Ma—ma," entitas pirang berujar, mulutnya komat-kamit tengah mengajari si mungil Menma sang putera. "Ayo, bilang Ma—ma." kata yang sama kembali diulang, demi mengajari putera kecilnya.

Sasuke hanya melirik sekilas interaksi dua orang yang paling disayangi. Senyum tipis terukir, sebelum dirinya melanjutkan langkah menuju dapur melewati keduanya.

"Dobe," Sasuke berseru setelah kembali dari dapur. Menghampiri anggota keluarga kecilnya yang masih melakukan kegiatan belajar-mengajar. "kau belum masak? Aku lapar.'' tambahnya dengan tangan mencubit pipi gembil Menma. Mengaduh pelan saat tangannya ditepis oleh si pirang.

''Bisakah kau berhenti memanggilku dobe?" ujar Naruto dengan mata mendelik ke arah Sasuke. "Ingat, sekarang kita punya Menma. Dan dia akan menirumu, Teme." tambahnya mengingatkan, tanpa sadar dirinya mengucapkan kata kasar di depan sang anak.

Dasar dobe.

Sasuke merotasi bola matanya bosan, ''Lalu aku harus memanggilmu apa?''

Dagu dicubit, si pirang menampilkan ekspresi tengah berpikirnya yang terlihat menggemaskan di mata Sasuke. ''Panggil, um ... Mama saja,''

''Ok, Mama.'' ujar Sasuke menampilkan senyum charming-nya

''Iya, Papa." Naruto menyahut, ikut tersenyum ke arah sang suami.

Sadar akan ada sesuatu yang mengganjal, keduanya terdiam. Saling menatap satu sama lain dalam keheningan yang menjeda, sebelum rona merah muda dengan kurang ajar menghiasi pipi keduanya.

''Ah, tidak enak," Sasuke memecah hening. "Itu terlalu kaku." lanjutnya

"Ini demi Menma, te—eh, Papa.'' Naruto merutuk, hampir saja dirinya mengucapkan kata tak baik di depan puteranya yang hanya menatap polos tingkah kedua orangtuanya.

Sasuke mengangguk, ''Oh, Baiklah ... Mama~ oh, Mama. Aku ingin makan. Ku lapar sekali~'' Sasuke bernyanyi di akhir kalimat.

Oh, God.

Rasa lapar sepertinya membuat Sasuke keluar dari karakternya.

''Papa, makannya apa? Mama juru masaknya~ ada kecoak goreng, ada cacing goreng semuanya di goreng.'' dan dengan konyolnya Naruto menyahuti dengan lantunan lagu khas anak kecil.

Keluarga absurd.

''Pulangkan saja aku pada ibuku atau ayahku."

Kekonyolan mereka pun berlanjut. Tanpa menyadari adanya balita yang menonton live tayangan tak pantas baginya.

''Pulang saja sana! Dasar laki jablai!''

''Dobe ... kau jahat sekali." Sasuke merajuk. Dan jika para Uchiha melihatnya, mereka tak akan segan untuk mengutuk Sasuke yang telah mencoreng para leluhurnya.

"Kau yang mulai, teme, pakai acara nyanyi-nyanyi segala.'' Naruto berujar kesal —sedikit malu dengan tingkah suaminya yang merajuk seperti bukan Uchiha saja.

Sadar jika dirinya kelewat OOC, Sasuke berdeham pelan demi mengembalikan ekspresinya seperti sedia kala. ''Kalau kau mau aku berhenti memanggilmu, dobe. Kau juga harus berhenti memanggilku, teme!''

''Aku tak pernah ingin memanggilmu, teme. Kau yang mulai!''

Naruto dan sifat keras kepalanya.

''Kau yang—''

''Me,"

Ucapan Sasuke terpotong karena suara khas bayi yang tengah berusaha mengucapkan sesuatu.

Keduanya menoleh, menatap penuh minat sosok mungil yang tengah tertawa kegirangan.

''Ha? Menma mengatakan kata pertamanya." Naruto menatap mata biru yang sama dengannya dengan penuh semangat. "Apa? Dia bilang Ma, dia bilang mama!" ujarnya kegirangan. "Ayo, bilang mama lagi, sayang ... Ma—ma!'' tambahnya, kembali mengajari Menma dengan antusias.

''Me ... me ... ceme'' si kecil berujar random dengan cengiran khas bayinya.

Naruto murka, sadar kata pertama yang dikeluarkan putera pertamanya jauh dari espektasinya.

''TIDAK!" Naruto berseru heboh dan alay, "Kau pengaruh buruk untuk anakku." tatapannya berkilat saat menatap suaminya yang berekspresi dasar. "Dasar TEME BRENGSEK!"

''Ceme blecek.'' si kecil menyahut. Naruto menatap horor putera semata wayangnya, sebelum—

BRUK

Naruto jatuh tak sadarkan diri.

Sementara Sasuke yang melihatnya hanya mendengus.

"Dasar dobe." ujarnya setelah menutup telinga kecil puteranya. Tak ingin putera semata wayangnya mendengar kemudian meniru.

Well, Sasuke masih tahu cara mendidik sang anak yang baik, bukan?

.

.

.

The END

Mind to review ^^