©Future Me

Warning AU – OOC

CHAPTER 2: Notice Me, Ino!

.


.

Sai Uchiha, berhenti disebuah Toko Bunga, sebelum ke tempat tujuan, dia memberhentikan mobilnya di depan Toko yang terlihat bermacam-macam menjual Bunga. Sampai perhatiannya kembali di pertemukan dengan seorang cewek yang pernah mengisi hatinya.

Dia terdiam, hingga dengan meyakinkan diri, untuk sekedar menyapa. Hanya menyapa, itu tidak apa-apa 'kan? Tapi hatinya lebih tergetar, hingga cowok itu memilih untuk melepaskan kacamata hitamnya, melihat cewek pirang itu menghirup udara dalam-dalam.

"Kau bekerja disini? Aku pesan bunga bakung,"

Cewek pirang itu kaget, dan dia malah mempersilahkan Sai untuk masuk ke dalam. Cewek pirang itu pergi meninggalkannya, Sai sempat mencuri pandang, rasanya dilupakan itu, seperti sampah yang tidak berguna, dan tidak akan pernah di lirik lagi, sampah! Sai adalah sampai bagi Ino.

"Aku pesan bunga bakung, jangan lupa di ikat yang rapi ya,"

Sai, adalah masa lalu bagi Ino, walau begitu, Sai masih berharap Ino meliriknya, melihatnya kembali, agar Sai berubah menjadi sosok yang lebih dari hari ini, agar Sai kembali menjadi seperti dulu lagi, saat mengenal Ino, setidaknya Sai yang dulu, tampak begitu hangat.

.


.

"Sai, kau sudah datang, dari tadi?"

"Tidak, barusan," cowok dengan rambut mangkuk menyapanya. Walau begitu, cowok bernama Lee itu adalah ahli waris dari salah satu perusahaan terbesar dimiliki Jepang dan China. Mereka bertukar salam, hingga bertukar cacian dan tentu dengan bumbu humor. Sai agak merancau lagi, kepalanya pusing. Ia menghindari Ino itu karena dia tidak ingin kembali merasakan kebencian pada Uchiha.

"Kau sakit? Wajahmu pucat,"

"Aku hanya kepikiran sesuatu, tapi aku enggak apa-apa. Karena kelelahan seperti biasa, tadi aku sempat membantu Sasuke bekerja,"

"Kau itu sebenarnya jenius, hanya saja kau itu suka membuat onar, jadinya Ayahmu selalu mengawasi penggerakanmu," kadang apa yang di katakan cowok berambut mangkuk itu benar, Ayahnya itu super gila, dan tidak pantas di sebut Ayah. Apapun penggerakannya, walau lari ke ujung dunia pun, Ayahnya pasti bisa menemukannya. "Jika gak enak badan, lebih baik pulang, daripada disini malah memancarkan aura yang gak enak,"

"Berisik! Setidaknya, berikan aku satu wanita jalang, dan aku akan pulang, bagaimana?"

Dasar, dia ini sudah mulai gila, gerutu Lee dalam hati! Karena si cowok mangkuk itu tahu, temannya tidak pernah menikmati wanita manapun, kecuali mantan kekasihnya yang memiliki rambut blonde panjang.

Sai hanya menikmati pemandangan dimana di lantai dansa tentu banyak orang-orang bersenang-senang. Hanya dia saja yang terlihat malas untuk turun dan hanya menikmati beberapa botol Absolute Vodka tanpa berniat untuk di campur ke dalam jus.

Pundaknya di tepuk pelan…

Oleh seorang wanita yang tentu tidak ia kenal.

"Siapa?" Sai mengkerut sebal, pikirannya tentang Ino masih terbayang-bayang. Dia tidak suka di sentuh cewek lain selain Ino, pikirnya.

"Sai Uchiha? Kau sudah lupa sama aku?"

"Siapa?" Sai bertanya kembali, jika dia bukan seorang wanita, bisa di pastikan Sai akan melempar wanita itu dengan botol yang sendari tadi ia bawa. "Aku sebenarnya tidak ingin marah pada seorang wanita, tapi aku tidak suka di goda," ia mulai murka, hingga ia memilih berdiri, namun peregerakannya di cegah.

"Sai, kita teman satu SMP loh, kau masih sama Ino?"

Pertanyaan malas untuk dibalas, atau sekedar dijawab.

"Tapi aku tidak kenal kau. Jangan menyebut nama Ino, dia hanya masa lalu! Tapi tidak akan menjadi masa lalu untuk hatiku,"

"Ah iya, aku mengingatnya, kau putus dengannya 'kan?

Sai membanting botol vodka itu pada lantai, hingga membuat wanita yang masih tidak menyebutkan nama itu mundur selangkah.

"Ngomong sekali lagi, sumpah demi Tuhan, aku akan merobek mulutmu itu, jalang!"

"Sai, apa yang kau lakukan?" Lee datang, belari dan langsung menghampiri Sai, tanpa mempedulikan seorang wanita yang sudah terkaget lebih dulu.

Wanita itu tertawa…

"Cinta tidak di restui," wanita itu berlalu pergi. Meninggalkan sosok Sai yang sudah hampir membakar tempat clubbing ini.

.


.

"Sampai jumpa, Ino." Ketika pegawai telah pulang ke tempat masing-masing, hanya tinggal Ino yang memiliki jadwal untuk menutup Toko Bunga itu, dan besok dia harus datang pagi-pagi sebagai jadwal piket menjaga pagi. Wajahnya riang, dengan bersenandung kecil. Sampai kembali ia di kagetkan oleh kedatangan cowok dengan mata hitam pekat, seperti mata boneka yang terlihat mati.

"Permisi,"

"Tu-Tuan, Toko ini sudah mau tutup, anda bisa datang lagi besok,"

"Tapi aku ingin membeli bunga, untuk kekasihku. Aku butuh hari ini juga, dan hanya ini yang buka,"

Ino menggerutu sebal, tapi dia memang cewek yang tidak tegaan, dia tidak mungkin menolak, jika ada seorang yang membutuhkan bunga-bunga di Toko Bunga-nya, dan apalagi cowok bermata hitam itu sedikit memohon, walau wajahnya tidak benar-benar memohon.

"Anda ingin bunga apa?"

"Kekasih-ku, suka sekali dengan bunga Mawar, berikan aku mawar merah, sepuluh tangkai,"

"Baik, akan saya rakit dan memilih-milih yang segar, anda boleh mengambil pita yang anda suka, untuk di ikatkan,"

"Ino," cewek pirang panjang itu hanya terkesiap, ketika cowok itu memanggil namanya. Ino buru-buru berbalik, hingga menjatuhkan bunga mawar itu yang baru di ambilnya tiga tangkai. "Ino, aku merindukanmu, Ino!"

"Kau, siapa?"

Ino-nya ternyata tidak mengingatnya. Sai tahu, Ino sangat membencinya. Dia mungkin bisa tidak mengingat, tapi Sai tidak bisa, ketika hatinya masih merindukan sosok Ino yang cantik dan baik hati, bagaimana cewek itu selalu hadir disetiap waktunya, mengukir kenangan, dan bahkan mendapatkan kepahitan pula.

"Sai…"

.


.

To Be Continued

Fanfiction; Sai and Ino – 110516

Jangan sekali-sekali, mengaku pemilik jirih payah dan keringat oranglain!

.