Momoi masih menganga, tidak percaya dengan sosok di hadapannya itu. Pria yang berdiri di hadapannya itu terlihat asing namun serasa familiar. Pria itu mengibaskan tangannya di depan Momoi, berusaha menyadarkannya.

Momoi emang sadar dari tadi, tapi dia masih mencoba mengingat nama pria di depannya.

"Heeii~" suara baritonnya terdengar, "kau dengar aku, 'kan?"

Momoi cuman bisa cengo.

"Hei, aku tanya, sepupumu ada di sini, 'kan?" ulang pria itu.

Momoi masih cengo.

"Hei, Momoi! Kau dengar aku, 'kan? Hei!" seru pria itu.

Momoi masih cengo (juga).

Pria itu menghela napas kasar dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kenapa tiba-tiba lo jadi bego gini sih?"

Seketika, Momoi bangkit dan menunjuk pria di depannya dengan wajah terkejut, "Haizaki-kun?!"

Pria itu menyeringai, menandakan bahwa dia memang Haizaki.

"Kau jadi jelek!"

"Hei!"

XxXxXxX

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadashi
Red Light in Rainbow © AliceShotacon4Ever
Warning(!):
OOC, Typo(s), AU, high school!Teikou, cousin!KagaMomo, sho-ai, GomxKagami, variousxKagami, genre menipu(?), gaya bahasa berubah-ubah, gak kena sensor KPI, karakter lain fandom yang nyelip kesini bukan punya Alice loh, inget tuh!, etc.

-"…(dialog)…"

-…(bicara dalam hati)…

|x|

IX.Akhir Pekan Bersama Seirin (Part 2)
Hints:
KuroKaga | Seirin/Kagami | light!AoKaga | MomoHaizaki

XxXxXxX

Selesai bermain basket, tim Seirin bersama Kagami dan Kuroko pergi ke Majiba. Walaupun sebelum berangkat, keduanya sudah makan, tetapi bermain basket membuat mereka lapar lagi.

Tentu saja, Kagami memesan segunung burger, sedangkan Kuroko hanya memesan satu burger dan satu vanilla milkshake.

"Itu hal yang biasa, jangan terkejut," bisik Furihata.

Kuroko cuman bisa manggut-manggut, Mirip Aomine-kun.

Mereka akhirnya menempati dua meja yang mereka gabung jadi satu. Mereka semua memakan makanan dengan lahap, terutama Kagami. Dia seperti sudah setahun tidak pernah memakan Majiba.

"Kau seperti sudah setahun tidak makan Majiba," komentar Hyuuga risih melihat Kagami yang makan berantakan.

"Aku juga merasa seperti itu, senpai," kata Kagami membenarkan ucapan Hyuuga.

"Emangnya di sana gak ada Majiba?" tanya Tsuchida.

"Ada kok, senpai," jawab Kuroko menyeruput vanilla milkshake-nya.

"Tapi jauh dari asrama," lanjut Kagami, "mager."

"Gak boleh mager dong," Riko spontan memukul kepala Kagami, "kau 'kan atlet!"

"Pensiun!" seru Kagami melahap burger-nya lagi.

"Jadi, kau beneran tidak ikut basket di sana, ya?" gumam Izuki.

"Tidak," Kagami menggeleng, "aku ikut klub melukis."

"Apa kau menghancurkan kanvasnya?" tanya Hyuuga.

"Tidak!" seru Kagami langsung menatap mantan kaptennya itu, "aku punya bakat ya! Tanya saja Furihata, Kawahara, atau Fukuda!"

"Emang iya?" tanya Riko menoleh ke arah tiga anak kelas satu.

"Err…yeah, aku pernah melihat lukisannya sih," kata Furihata menggaruk pipinya yang tidak gatal.

"Apa kau pernah melihatnya, Kuroko-kun?" tanya Riko.

"Hmm…entahlah, aku lupa," jawab Kuroko berusaha mengingat.

"Eh, habis ini kita kemana?" tanya Koganei.

"Bermain basket?" usul Kagami.

"Tadi kita sudah bermain basket, Kagami," kata Kiyoshi.

"Kau kira hidup kita hanya seputar basket, saja?" tanya Hyuuga speechless.

"Kalau soal Kagami sih iya," gumam Fukuda.

"Tapi dia tidak bergabung dengan klub basket," kata Koganei.

"Aku punya alasanku sendiri, senpai," seru Kagami, "lagipula, anggota klub melukis bisa bermain basket kok."

"Ohh…" semua ber-oh ria kecuali Kuroko dan Mitobe (karena dia memang tidak berbicara).

"Kalo soal Kagami emang gak bisa jauh-jauh dari basket," komentar Kawahara.

"Jadi, habis ini kita mau ngapain?" Koganei mengulang pertanyaannya.

"Nonton film aja kali ya?" usul Izuki.

"Nobar apa? Horor?" tanya Hyuuga.

"Ih, jangan horor, senpai!" seru Kagami panik.

"Ya udah, horor aja yuk," ajak Kiyoshi dengan senyuman inosennya.

"Senpai! Kenapa horor?!" seru Kagami gak terima.

"Aku akan memesan tiketnya," Riko mengeluarkan HP-nya.

"SENPAI!" Kagami berteriak frustasi.

"Hah…apa yang kulakukan…?" gumam Haizaki kepada dirinya sendiri, melihat pantulan dirinya di kaca. "Apa yang kau lakukan, Momoi?"

"Mengembalikan model rambutmu yang berwarna putih itu," Momoi tersenyum puas.

"Apa yang salah dengan model rambutku sekarang?" Haizaki menyentuh ujung rambutnya dan menatapnya dengan perasaan aneh.

"Kau jelek."

"Yang benar saja…"

"Hei, tadi kau mau ngomong apa?" Momoi yang berdiri di belakang Haizaki mendekatkan dirinya ke pemuda itu, berbicara di samping kirinya.

Haizaki menoleh, menatap datar gadis berambut pink itu, "Kau serius ingin membicarakannya di tempat salon?"

"Kedengarannya keren," Momoi nyengir tanpa dosa, "ayo, kita pergi ke café yang biasa."

"Oke…" Haizaki dengan pasrah berdiri dari kursinya, "yang bayarin lo, 'kan?"

"Aish…oke, oke," gerutu Momoi dengan kesal.

"Napa marah? 'Kan yang nyeret gue ke sini elo," Haizaki menatap Momoi bingung.

"Siapa suruh rambut lo jadi jelek gitu?!" seru Momoi jengkel sambil mengeluarkan uangnya untuk bayar.

Haizaki bingung sendiri. Yang nyeret siapa yang marah siapa. Haizaki cuman bisa ngelus dada sambil menghela napas pasrah. Setidaknya uangnya tidak habis―

"Nanti lo yang bayarin makanannya," gerutu Momoi.

―Ralat, belum habis.

Kagami memakan popcorn-nya dengan wajah masam. Dia sudah duduk rapi di barisan tengah-agak-ke atas bioskop, untuk menonton film horor yang dibeli Riko tadi.

"Kenapa aku di sini?" gerutunya sambil memakan popcorn-nya.

"Untuk menonton, Kagami-kun," jawab Kuroko.

Kagami menatap masam Kuroko, "Tapi, aku gak suka film horor."

"Sekali-kali, Kagami," kata Izuki yang berada di sebelahnya.

Kagami tambah manyun, "Yang benar saja. Sekalipun tidak boleh."

Selagi iklan diputarkan, lampu mulai meredup, membuat tubuh Kagami tegang seketika. Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Kuroko yang melihatnya menahan senyum.

"Oh, oh, sudah mau mulai," bisik Riko terdengar senang.

"Oh, fucking God, why you do this to me?" Kagami bertanya-tanya.

"Nikmati saja, Kagami-kun," kata Kuroko menggenggam tangan kiri Kagami―modus.

"Oh, yeah, nikmati," Kagami menatap Kuroko skeptis dan menekankan kata 'nikmati'.

Filmpun dimulai dengan adegan di sebuah rumah kayu dan percobaan memanggil arwah.

"Oh God, save me," Kagami memejamkan matanya sambil berdoa dan memakan popcorn-nya. Dan juga menggenggam tangan Kuroko lebih erat.

Kuroko tersenyum dalam hati. Dia bahagia.

"Jadi, sebenarnya, apa yang ingin kau omongkan, Haizaki-kun?" tanya Momoi menyeruput latte-nya.

Haizaki menatap masam Momoi, lalu menyesap sodanya. "Sepupumu."

"Oh, Kagami-kun," Momoi manggut-manggut.

"Sejak kapan kau memanggilnya 'Kagami-kun'? Biasanya 'Tai-chan'."

"Tak ada yang tahu kami sepupu di sekolah. Kalo ketahuan, yah, bisa jadi, berbahaya."

"Bahaya di bagian mananya?"

"Bahaya ya bahaya. Coba pikirkan dengan otakmu, idiot," Momoi menyentil dahi Haizaki.

"Aish, sentilanmu itu menyakitkan tahu," Haizaki mengusap dahinya yang memerah. "Jadi, soal Kagami…"

"Ya?" tanya Momoi menatap Haizaki.

"Dia sekarang sekolah di Teikou?"

"Yah, gitu deh," Momoi mengaduk-aduk minumannya tanpa melihat Haizaki.

"Kenapa? Bukannya dia di Seirin? Aku menonton Inter-High loh…" Haizaki menatap tajam Momoi, "kenapa kau membuatnya pindah ke Teikou?"

Momoi menatap Haizaki dengan kedua bola matanya membulat, "Ba―"

"Tentu saja kau tahu penyebabnya kau, bodoh. Mana mau Kagami sekolah di sekolah elit kayak Teikou. Dia lebih memilih Seirin. Jadi, karena apa?" tanya ulang Haizaki, lalu dia membulatkan bibirnya, "oh, aku tahu, pasti ada hubungannya sama Kiseki no Sedai."

Momoi menunduk, menggigit bibir bawahnya, tidak berani menatap Haizaki.

Haizaki merebahkan tubuhnya pada sandaran kursi, menatap Momoi sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Kenapa Kagami?"

"Karena…" Momoi menjawab tanpa melihat Haizaki, "kurasa Kagami bisa membuat mereka…kembali normal. Maksudku, Kagami itu mirip seperti anggota Kisedai―tinggi, kekar, ganteng, bego, agak gak waras, jago main basket, demen Majiba―tapi versi lebih inosen-nya. Kagami pure ingin bermain basket. Jikapun ingin menang, itu karena dia ingin menang untuk teman-temannya. Jadi, kupikir…"

Haizaki masih menatap Momoi skeptis. "Bagaimana jika Kagami menjadi seperti mereka?"

Kini Momoi menatap Haizaki, "Tidak mungkin!"

"Mungkin saja."

"Tidak mungkin!"

"Ada kemungkinannya, Momoi," Haizaki merubah posisi duduknya, memajukan badannya ke arah Momoi, "Seperti yang kau bilang, Kagami itu mirip dengan Kiseki no Sedai. Bagaimana jika, karena bergaul dengan Kisedai, Kagami berubah? Apa yang akan kau lakukan?"

"A-aku…"

"Tentu saja, aku tidak ingin temanku berubah. Lagipula, aku belum bertemu dengannya setelah sekian lama. Kau tahu benar alasan kenapa aku meninggalkan Teikou, walaupun janji kita waktu itu masih berjalan. Yah, setidaknya separuhnya sekarang masih kupegang," Haizaki tersenyum miring, seperti senyuman lelah.

Momoi menggembungkan pipinya kesal. Haizaki selalu bisa membuatnya terpojok. Padahal dia bodoh. Momoi kadang bingung, si Haizaki ini jenius atau bodoh, karena rapornya selalu merah tapi ketika ujian akhir selalu sempurna―lumayan mirip kayak Kagami.

"Aku akan memastikan Kagami tidak menjadi seperti Kiseki no Sedai," kata Momoi tanpa menatap Haizaki, "Kagami adalah harapan terakhirku. Bahkan diriku tidak bisa mengembalikan mereka."

Haizaki meletakkan kepalanya di atas sandaran kursi, membuat pandangannya tertuju pada langit-langit café. "Bukan salahmu sepenuhnya mereka berubah. Banyak faktor lain, seperti tuntutan Teikou yang 'selalu menang' itu, terus pelatih itu―aish, dia bagus, tapi kadang membuatku muak!" Haizaki mengacak rambutnya dengan kesal.

Momoi tertawa kecil, namun dengan sedih, "Lalu, kau sekolah di mana sekarang?"

"Jauh dari sini, sebenarnya," jawab Haizaki.

"Terus, kau tahu darimana―"

"Aku punya koneksi orang dalam kau tahu," Haizai menyeringai.

"Aish…" Momoi menatap jijik Haizaki lalu mendorongnya pelan.

"Kita akan bertemu lagi di Summer Cup, Moi," Haizaki mengaduk sodanya lalu meminumnya.

"Ohh…jadi kau ikutan," Momoi manggut-manggut sambil menyeruput latte-nya.

"Apa Kagami bergabung dengan tim basket?"

"Tidak, dia ikut klub lukis."

"Aw, shit man."

"Yeah, shit."

"AAAAA!"

"AWWW, HOLY FUCKING SHIT!"

"FUCKING KID, WHAT ARE YOU DOING?!"

"GET THE FUCK AWAY FROM THAT FUCKING BOARD, YOU DUMB CHILD!"

"HOW THE FUCK ALL THE CHARACTERS ARE THIS INSANE?! WHAT'S WRONG WITH YOU, DUMB PEOPLE?!"

"KAGAMI BERISIK!"

"SIAPA SURUH AJAK GUE NONTON FILM HOROR!?"

Yang lain menahan tawa melihat Kagami dan Riko berantem.

"Ternyata Kagami-kun sepenakut ini," komentar Kuroko tertawa kecil.

Kagami merengut kesal, "Kau tidak tahu seberapa mengerikannya hantu itu. Mereka itu sangat―ugh!"

Kuroko tertawa kecil lagi, "Coba nikmati film-nya, Kagami-kun. Jadilah berani sedikit."

"Menonton ini sama dengan mencoba menyungkil mataku keluar…" Kagami merebahkan diri di sandaran kursi, merasa kepalanya pusing karena terlalu banyak menonton scene hantu.

"Itu…horor…" Kuroko bergidik ngeri.

"Ya, aku tahu, dan aku gak suka horor."

"Sebentar lagi film-nya selesai kok, Kagami-kun."

"Hah, syukurlah…" Kagami mendesah lega.

Kuroko tertawa kecil. Kagami-kun imut sekali.

Selesai nonton film horor itu, Kagami langsung kabur mencari makanan (lagi), membuat yang lain geleng-geleng kepala. Beda sama Riko, yang masih mencak-mencak gegara Kagami ribut banget.

Yah…ajak Kagami nonton horor ya ribut dong, mbak. Akal sehatnya kemana?

"Hah…sudah sore," Furihata meregangkan tubuhnya.

"Oh, iya, aku harusnya sudah pulang sekarang," Kawahara langsung mengecek jam tangannya, "aku pulang duluan ya." Lalu ngacir.

"Oke~" yang lain hanya mengiyakan, melambai pelan.

"Sebaiknya kita juga pulang, sudah sore," kata Hyuuga.

"Kuroko, apa kau dan Kagami menginap atau pulang ke asrama kalian?" tanya Kiyoshi.

"Menginap, senpai," jawab Kuroko.

"Oh, baguslah. Besok, kita main bareng lagi, oke?" kata Riko.

"Tentu, Riko-san," Kuroko hanya tersenyum kecil dan mengangguk.

"Baiklah, sampai jumpa besok, Kuroko-kun~" seru Riko dan yang lain memisahkan diri.

Kiyoshi mencondongkan badannya ke telinga kanan Kuroko, "Jangan macam-macam," ucapnya dengan begitu mengintimidasi. Lalu, menarik tubuhnya dan tersenyum inosen, "sampai ketemu besok, Kuroko," lalu bergabung ke yang lain.

Kuroko merinding sendiri. "Entah kenapa mirip sama Akashi-kun."

Kuroko merenung lagi. "Tapi, lebih mengerikan Akashi-kun sih."

Sekarang dia menoleh ke sana-sini, "Kagami-kun dimana ya?"

Kuroko berjalan mondar-mandir hingga menemukan Kagami sedang membeli kebab. Dengan kesal, Kuroko menghampiri teman sekamarnya itu.

"Kagami-kun," panggilnya.

"WHOA, KUROKO!" Kagami sontak berteriak, mengagetkan orang sekitar, "jangan mengagetkanku, bodoh!" Kagami memukul pelan kepala Kuroko.

Kuroko meringis kecil, "Kagami-kun kemana saja? Aku cari dari tadi. Jangan langsung ngacir seperti itu, dong."

"Aku 'kan cuman laper. Capek tahu nonton film horor," gerutu Kagami.

"Tapi, tungguin aku juga, dong. Aku 'kan gak tahu daerah ini."

"Ahh, iya, iya," Kagami mengusak rambutnya kasar, "kau mau kebab?"

"Boleh," Kuroko mengangguk kecil.

"Bang, kebabnya satu lagi," pesan Kagami.

"Oke, oke," kata si abangnya.

"Yang lain mana?" tanya Kagami.

"Sudah pulang. Ini sudah sore, Kagami-kun," jawab Kuroko.

Kagami langsung mengecek jam tangannya, "Oh ya, udah jam segini. Habis ini langsung pulang?"

"Tentu."

.

.

.

Kagami dan Kuroko berjalan balik menuju apartemen Kagami. Tetapi, mereka melewati lapangan basket.

Kagami kalau melihat lapangan basket gak bisa nahan untuk tidak bermain basket. Untungnya, mereka gak bawa bola basket.

Sayangnya, ada orang yang lagi main basket di sana.

Lebih sayangnya lagi, orang itu Aomine―karena itu, jika Kagami main masuk ke lapangan terus merebut bola basket dari Aomine, kesannya jadi tidak apa-apa karena mereka saling kenalnya.

Masalahnya, Kuroko sedang tidak ingin bertemu dengan Aomine.

Tapi, sayangnya, tahu sudah menjadi bulat―karena tukang buburnya udah tamat.

"Hei!" seru Aomine kesal.

Kagami tidak memerdulikannya dan men-dribble bola basket itu dan melakukan dunk. Dia mendarat dengan sempurna di tanah dan menyeringai ke arah Aomine.

Bola menggelinding ke arah Aomine.

"Hai hitam," sapa Kagami.

"Namaku Aomine, Bakagami!" seru Aomine tambah kesal.

"Oh, Manusia Gosong," seringai Kagami makin lebar.

"Kau menyebalkan sekali," mata Aomine berkedut kesal dan memungut bola di dekat kakinya.

"Ayo bertanding!" ajak Kagami dengan semangat.

"Heh, emangnya kau bisa mengalahkanku?" ejek Aomine, menyeringai.

"Ohhh, tentu saja," mata Kagami berkilat.

Dan, mereka mulai bertanding.

Sudah setengah jam mereka bermain, dan mereka masih bertahan, tidak tampak selelah itu. Kuroko yang sedari tadi menonton di pojokan memandangi mereka terus. Dia sudah tahu Kagami akan kalah telak dengan Aomine. Tapi, tidak ada aura mengintimidasi atau suram itu.

Yang ada hanyalah aura kesenangan yang dia rasakan dulu sewaktu bermain bersama Aomine ketika SMP.

Kuroko perhatikan juga sedari tadi, cengiran di wajah Aomine tidak pernah luntur, walaupun dia terus mencetak skor, dan Kagami hanya satu-dua. Dia bahkan kelihatan berkeringat banyak.

Kagami, walaupun kalah telak, masih memiliki seringai itu di wajahnya dan terus memprovokasi Aomine.

Kuroko seratus persen yakin Kagami sudah gila. Tapi, Kuroko tersenyum kecil atas pemikirannya.

"Yah…kayaknya ini bakalan masih lama, mungkin aku harus beli cemilan dulu…?" gumam Kuroko pelan, masih memandangi keduanya bermain basket.

Tiba-tiba, ada pemikiran yang mengganggunya, "Tapi, kenapa Aomine bisa di sini ya? 'Kan rumahnya jauh dari sini."[]


A/N: Hai para readers yang berbudiman (lol), aku cuman mau kasih tahu, aku minta maaf dengan keterlambatan update dari fic ini, dan kalo gaje, pendek, dan segala-galanya, aku minta maaf, karena aku buntu total utk mau update apaan.

Yang pasti, KuroKaga di Seirin masih berlanjut ke part 3.

Dan utk reply review, aku lupa udah balas review kalian atau belum, jadi aku tidak membalas review kalian :"v

btw, aku udah lama gak di kurobas fandom, jadi aku gak bisa nemuin feel-nya lagi. Jadi yah gitu. Dan aku males nonton ulang animenya. Jadi, kurasa, aku harus berkelana di pixiv dulu (lol)

Untuk sekedar pengingat aja, aku WB berat sama fanfic ini. Jadi, idenya bener2 mampet. utk update kedepannya, aku gak tau lagi deh kapan. mungkin bakal lama karena aku ada banyak ujian, karena ini februari.

kenapa aku di tahun terakhir sekolah coba...

dan...aku males ngedit jadi yah gitu X"D

aku minta maaf, sekali lagi, untuk segalanya. Aku akan usahakan lanjutin fanfic ini, tapi aku gak janji loh.

oh ya, untuk fanfic father and son sementara hiatus dulu, yang itu juga buntu ide.

Makasih untuk semua yang udah baca, follow, fav, bahkan mereview fanfic ini.

Salam, Alice.

Who is Shotacon 4Ever (lol).

#toomuchlol #ineedtostop #butcant #lol