Suara sorakan dan tepuk tangan memenuhi stadium. Kelima starter berdiri di tengah-tengah lapangan, berjabat tangan. Tim basket Teikou Academy, berdiri di sisi kanan lapangan, menatap musuh mereka dengan dagu terangkat.

Tim basket SMA Seirin, berdiri di sisi lain lapangan, menundukkan kepala mereka. Seirin kalah dari tim basket terkuat di Jepang yang dikenal sebagai Kiseki no Sedai―Generation of Miracle;Generasi Keajaiban.

Pemuda berkulit dim itu menatap musuhnya dengan arogan sambil menjabat tangannya. Keringat bercucuran dari tubuhnya. Mungkin Seirin tak berhasil mengalahkan Teikou, tetapi itu pertama kalinya pemuda itu merasa sangat lelah setelah pertandingan setelah entah-berapa tahun terlewati.

Pemuda di depannya―memiliki iris crimson dan rambut bergradasi merah-hitam―berada di posisi yang sama dengannya; seorang ace dan power forward. Nomor punggungnya sepuluh. Sama dengannya, pemuda crimson ini juga merupakan siswa kelas satu di sekolahnya.

Tetapi, kemampuannya setara dengan Kiseki no Sedai.

"Kau kuat," ucap pemuda berisi crimson itu sambil tertunduk. "Kau kuat. Kami belum cukup kuat untuk mengalahkanmu. Tetapi, kalian terlalu arogan, berpikir bahwa kalian yang terkuat."

"Tentu saja kami yang terkuat. Tak ada yang bisa mengalahkan kami. Tak ada yang bisa mengalahkanku. Yang bisa mengalahkanku hanyalah aku."

"Mungkin sekarang kalian terkuat. Mungkin besok, lusa, minggu depan, bulan depan, atau tahun depan, kalian bukan lagi yang terkuat. Selalu ada yang lebih kuat dari yang terkuat. Itulah dunia yang kita tinggali. Jadi, jangan terlalu sombong, kalian, Kiseki no Sedai."

"Aku tahu," pemuda dim itu menghela napas, "tapi, kapan? Kapan dia―mereka akan muncul? Kau bahkan tak tahu kapan mereka datang."

"Mungkin sebentar lagi," pemuda crimson itu mendongak menatap pemuda dim itu. Di matanya terdapat kobaran api yang begitu membara, "karena aku bersumpah, aku akan mengalahkan Kiseki no Sedai!"

Pemuda dim itu terpaku sesaat, lalu menyeringai, "Buktikan, kalau kau bisa."

XxXxXxX

Kuroko no Basuke © Fujimaki Tadashi
Red Light in Rainbow © AliceShotacon4Ever
Warning(!):
OOC, Typo(s), AU, high school!Teikou, cousin!KagaMomo, sho-ai, GomxKagami, variousxKagami, etc.

-"…(dialog)…"

-…(bicara dalam hati)…

-[telepon]

|x|

I.Kekalahan Seirin di Inter-High

XxXxXxX

Kagami frustasi.

Oke, kekalahannya dari Teikou di Inter-High memang membuatnya frustasi, depresi, stres, hingga membuat nilainya yang semula memuat dua nominal menjadi satu nominal.

Namun, sekarang bukan itu yang ia pusingkan. Bukan itu yang membuatnya frustasi.

Surat dari ayahnya yang membuatnya frustasi.

"Argh…Pak Tua sialan," geramnya menjambak rambut merah-hitamnya.

Surat itu berisi keterangan bahwa Kagami akan dipindahkan ke sekolah lain. Yang jaraknya jauh dari Seirin dan apartemennya, walaupun hanya 20 menit dari stasiun dekat sini. Yang bikin lebih depresi adalah Kagami dipindahkan ke Teikou Academy.

Iya, Teikou Academy, sekolah elit berasrama, yang mempunyai slogan 'Winning is Everything', yang punya tim basket berisi monster; Kiseki no Sedai, yang baru dua hari lalu mengalahkan Kagami dan tim basket Seirin.

Dan, Kagami akan mulai bersekolah disana mulai minggu depan?

"The hell…" umpat Kagami menghela napas berat, "jadi…bagaimana cara mengatakannya kepada Pelatih dan yang lain? Ugh, aku gak mau pindah ke sekolah elit itu. Udah tahu otakku cuman bisa dipakai sesekali aja. Aduh…gimana ini…!? Nanti yang lain mikir macem-macem…"

Kagami mondar-mandir di ruang tengahnya, memikirkan segala upaya untuk mengatakan hal ini ke teman se-tim-nya. Otak Kagami bukannya tidak bisa dipakai untuk berpikir, tetapi perlu energi banyak untuk memakainya. Kagami jenius―tentu saja, kakaknya, ibunya, ayahnya, semuanya jenius―tapi mempunyai batas, sayangnya.

Makanya nilai di rapor-nya merah semua kecuali nilai UTS atau UAS.

Dan, semua orang memanggilnya 'Bakagami'.

Kagami menggelengkan kepalanya, "Oke, otak, aku tahu kau masih lelah―tubuhku juga lelah―karena Teikou memaksaku memakai otak dan insting dalam satu waktu, tapi kau harus mengerti bahwa aku disini makin depresi bagaimana cara menyampaikan ini!?"

Kagami menatap HP-nya yang tergeletak tak jauh dari posisinya. Setelah beberapa menit menatap benda itu, Kagami meraih HP-nya dan menelepon seseorang.

[Halo?]

"Uh..halo, Fukuda?"

[Ada apa Kagami? Masih depresi?]

"Iya…uh, tapi, aku…"

[Ada masalah?]

"Iya…kau, bisa datang ke apartemenku? A-aku butuh bantuan."

[Oh, tentu saja. Sekarang?]

"K-kalau bisa.."

[Baiklah, aku akan kesana. Mungkin Furihata dan Kawahara akan ikut karena aku sedang bersama mereka sekarang. Tak apa?]

"T-tak apa sih, yang penting kau, atau yang lainnya, siapapun, datang."

[Baiklah, baiklah. Tenangkan dirimu, Kagami. Minum air putih atau mendengarkan lagu biasanya membantuku menenangkan diri.]

"Te-tentu…terima kasih…Fukuda…"

[Sama-sama.]

Sambungan terputus. Kagami menghela napas dan duduk di sofanya. Fukuda benar, dia harus menenangkan diri dulu. Dia beranjak dan menuju dapur. Mengambil gelas dan meminum air putih. Setelah minum dua gelas penuh, Kagami pergi menuju ruang tengah dan menyalakan CD kesukaannya.

CD yang berisi lagu-lagu instrumental hasil permainan keluarganya. Ayahnya merekam permainan-permainan itu dan menjadikannya beberapa CD. Kagami menikmati alunan piano yang menenangkan itu.

Kagami ingat, lagu itu dimainkan oleh ibunya setiap kali Kagami atau kakaknya menangis. Lagu yang dapat menenangkan pikiran siapapun. Lagu yang lembut, nyaman, dan hangat.

Ting Tong!

Kagami melonjak kaget. Ditatapnya jam, pukul setengah lima sore. Apa aku ketiduran ya? batin Kagami.

"Kagami, kau di dalam?" terdengar suara Fukuda dari luar.

"Kagami! Kalau kau tidur, cepatlah bangun!" dilanjut suara Furihata.

"Atau perlu kita panggil ambulan saja? Sepertinya dia benar-benar depresi, kau tahu. Aku merasa kasihan padanya," sambung Kawahara.

"Sebentar, sebentar," seru Kagami berjalan menuju pintu apartemennya. Di luar, ia mendapati tiga orang pemain cadangan Seirin yang sama-sama kelas satu dengannya. Fukuda, Furihata, dan Kawahara.

Kagami tersenyum, "Maaf, sepertinya aku ketiduran."

"Mendengarkan musik seperti itu? Pantas saja," tutur Kawahara.

"Apa aku menyetelnya terlalu keras?" tanya Kagami menoleh ke arah DVD Player-nya.

"Tidak," Furihata menggeleng, "karena kau membuka pintunya, lagunya jadi terdengar."

"Oh.." Kagami mengangguk pelan, mengusap tengkuk lehernya, "ayo masuk."

Ke-4-nya memasuki apartemen mewah milik Kagami. Entah sudah berapa kali mereka mengunjungi apartemen itu. Fukuda, Furihata, dan Kawahara duduk di sofa sementara Kagami mengambilkan mereka minuman.

Setelah Kagami kembali dan duduk sambil membawa sebuah surat, pembicaraan pun dimulai. "Jadi, ada apa, Kagami?" tanya Fukuda.

Kagami menyerahkan surat yang ia pegang, "Baca dulu surat ini, baru kau mengerti."

Fukuda, Furihata, dan Kawahara mengernyit penasaran, lalu membaca surat itu. Tak butuh waktu lebih dari lima menit untuk membaca surat itu. Dan sukses membuat ketiganya membulatkan mata.

"Kagami.." Fukuda menggantungkan kata-katanya.

"Kau akan pindah ke Teikou!?" seru Furihata menoleh ke arah Kagami tidak percaya.

"Bukan mauku pindah ke Teikou. Tetapi, ayahku memaksaku, bahkan dia sudah menyiapkan segalanya disana. Aku bingung harus bagaimana," jawab Kagami menundukkan kepalanya.

"Jadi, kau tak akan sekolah di Seirin lagi minggu depan?" tanya Kawahara.

Kagami mengangguk pelan. Lalu memandang ketiganya, "Aku tak tahu harus bagaimana. Tapi, aku yakin aku harus menjawab panggilan itu. Tetapi, bagaimana cara memberitahu Pelatih dan yang lainnya setelah dua hari lalu kita dikalahkan oleh sekolah itu!?"

Fukuda, Furihata, dan Kawahara terdiam. Masing-masing tenggelam dalam pemikiran mereka. Kagami memijit pelipisnya, frustasi. Emosinya sedang meluap-luap sekarang saking depresinya. Dia bisa saja nangis atau marah berlebihan sekarang.

"Kagami," panggil Fukuda.

"Ya?" Kagami melihat ke arah Fukuda.

"Kenapa ayahmu memaksamu masuk ke Teikou? Apa karena Seirin kalah dalam Inter-High?"

Kagami menggeleng. "Bukan, bukan karena itu. Ada sepupuku yang bersekolah disana. Dia manajer tim basket Teikou. Dia meminta bantuanku, memaksaku untuk masuk ke Teikou setelah aku sudah diterima di Seirin. Aku menolaknya. Tetapi, dia meminta bantuan ayahku dan akhirnya ayahku memaksaku pindah ke Teikou."

"Apa manajer berambut pink itu sepupumu?" tanya Kawahara.

"Yeah, itu dia," Kagami mengangguk dengan enggan.

"Bantuan apa yang ia minta emangnya?" tanya Furihata.

Kagami terdiam sebentar, mengigit bibir bawahnya, memikirkan setiap kata yang cocok untuk menjelaskannya secara garis besar. "Dia memintaku untuk menolongnya menyelamatkan Kiseki no Sedai."

Kagami takut setengah mati.

Tubuhnya bergemetar, kakinya serasa goyah. Dia bisa jatuh kapan saja. Keringat dingin bercucuran dari pelipisnya. Ia memandangi Fukuda, Furihata, dan Kawahara yang berdiri tak jauh darinya. Ketiganya hanya tersenyum, antara hangat dan sedih.

Kagami menelan ludahnya. Jantungnya berdetak tak karuan. Perutnya terasa melilit. Dia bisa merasakan matanya menghangat.

Oh, Tuhan, andaikan manajer sialan itu menyeretku duluan sebelum aku diterima di Seirin, ini tak akan terjadi, umpat Kagami.

Para senior dan pelatih Seirin―seorang murid perempuan kelas dua bernama Aida Riko―menatap Kagami bingung.

"Jadi, Kagami-kun, kau ingin membicarakan apa dengan kita semua?" tanya Riko meletakkan kedua tangannya di pinggang.

Kagami meremas surat yang berada di sakunya. Kagami ingin berbicara, namun suaranya tak keluar. Kagami benar-benar takut. Dia mengambil napas panjang lalu mengeluarkannya. Dia berharap membawa permen karet. Permen karet selalu bisa mengatasi ketakutannya―lumayan sih.

Fukuda, Furihata, dan Kawahara sudah membantunya kemarin sore, dan membantunya memanggil Pelatih dan para senior untuk berkumpul. Sekarang tinggal Kagami yang berbicara, karena tidak mungkin Fukuda, Furihata, atau Kawahara yang memberitahu mereka.

Karena ini masalah Kagami. Kagami yang harus menyelesaikannya.

"Oke…tenang…" ucapnya lirih sambil memejamkan mata. Cukup ampuh untuk meredakan ketakutannya. Lalu, ia menatap ke arah mata Riko. Kagami mengeluarkan surat yang sudah diremas sebelumnya dan menyerahkannya ke Riko.

"Kagami-kun, apa ini?" tanya Riko bingung.

"Semua penjelasannya, Pelatih," jawab Kagami merapatkan kedua bibirnya, berusaha untuk tidak berteriak, menjerit, mengoceh tidak jelas. Ia juga mengedipkan matanya beberapa kali karena terasa sangat hangat.

Kagami akan nangis sebentar lagi. Pasti.

Riko membuka surat itu dan membacanya. Para senior mendekat dan ikutan membaca surat itu. Tak lama kemudian, raut wajah mereka menunjukkan kekagetan dan ketidakpercayaan. "Kagami-kun," dengan cepat Riko melihat kembali ke arah Kagami, "apa maksudnya ini?"

"Kau akan pindah ke Teikou, Kagami?" tanya Kiyoshi menautkan alisnya.

"Berikan penjelasan terhadap ini, D'aho!" seru Hyuuga yang sepertinya masuk ke clutch time-nya.

Kagami memilih untuk melirik lantai di bawahnya. "Ya…mulai minggu depan, aku akan bersekolah di Teikou Academy. Ayahku memaksaku untuk pindah kesana karena permintaan sepupuku. Sepupuku, dia manajer tim basket Teikou, meminta bantuanku setelah aku diterima di Seirin. Aku menolaknya. Tetapi, dia memberitahu ayahku, dan ayahku malah memaksaku masuk ke Teikou.

"Bukan mauku untuk pindah ke Teikou, sungguh! Tetapi, sepupuku sepertinya sudah putus asa dan meminta bantuanku. Dia memintaku untuk menolongnya…uh…menyelamatkan Kiseki no Sedai..?"

"Menyelamatkan Kiseki no Sedai?" tanya Izuki tak mengerti.

"I-iya. Salah satu anggota Kiseki no Sedai ternyata anak dari teman…uh…bisnis? Ayahku. Jadi, Ayahku memintaku―memaksaku pindah ke Teikou untuk membantu sepupuku."

"Haruskah kau pindah, Kagami? Sekarang?" tanya Koganei yang diikuti anggukan Mitobe.

"I-iya, minggu depan," jawab Kagami.

"Apa kau akan kembali ke Seirin setelah kau berhasil menyelamatkan Kiseki no Sedai?" tanya Tsuchida.

"Aku tak tahu…" jawab Kagami pelan, "tapi, aku ingin kembali. Aku suka Seirin. Aku sudah jatuh cinta pada tim basket ini. Disini menyenangkan, hangat, nyaman. Aku-aku…aku tak mau…" dada Kagami terasa sesak. Matanya benar-benar panas sekarang. Ia bisa merasakan air membasahi pipinya.

Benar 'kan? Kagami menangis.

"AKU TAK MAU PINDAH DARI SEIRIN!" teriaknya meremas bajunya. Kagami terisak.

Masa' bodohlah dengan pepatah 'anak cowok gak boleh nangis'.

Masa' bodohlah dengan hancurnya image sangar Kagami.

Kagami menangis, karena dia tak mau pindah.

Dia terlalu mencintai tim basket Seirin, walaupun dia baru tiga bulan berada di tim itu.

"Oh, Kagami-kun," mata Riko berkaca dan memeluk Kagami.

"Kagami," Fukuda, Furihata, dan Kawahara berlari kecil dan memeluk Kagami.

Para senior juga tak bisa menahan air matanya, dan ikutan memeluk Kagami.

Siang itu mereka tidak latihan. Mereka menangis. Menangis karena tak ingin melepaskan salah satu anggota baru mereka. Menangis karena Kagami tak menginginkan apa yang sudah dirancang oleh ayahnya. Seluruh anggota tim basket Seirin menangis karena mereka saling menyayangi dan tak rela melepas siapapun.

Untungnya, tim basket Seirin mengerti dengan situasi Kagami. Mereka mengucapkan semoga sukses kepada Kagami. Kagami berjanji akan tetap menjaga kontak dan mengunjungi mereka setiap akhir pekan.

Di hari Sabtu, mereka membuat pesta kecil-kecilan di apartemen Kagami untuk perpindahan Kagami ke Teikou. Malam itu semua tersenyum bahagia, walaupun kesedihan masih menyelimuti mereka.

Dan, di hari Minggunya, seluruh anggota tim basket Seirin mengantar Kagami ke stasiun. Kagami tersenyum, berusaha menahan tangisnya, "Terima kasih semuanya. Aku akan berkunjung di akhir pekan nanti."

"Tentu, hati-hatilah disana, Kagami-kun," seru Riko.

"Kalau ada yang macam-macam, kau bisa menghubungiku dan yang lainnya, nak," Kiyoshi mengacak-acak rambut Kagami.

"Hei, aku bisa menjaga diriku sendiri kok!" seru Kagami.

"Kami tahu itu, Kagami," kata Furihata.

"Semoga sukses!" seru Koganei dan diikuti oleh Mitobe yang mengacungkan jempol.

"Kepindahan untuk Kesuksesan," gumam Izuki, "oh, itu lumayan."

"Diamlah, Izuki," Hyuuga menatap tajam temannya.

Semuanya tertawa. Kagami mengecek jam tangannya, "Baiklah, sudah waktunya aku pergi. Sampai jumpa," Kagami melambai dan pergi menuju kereta jurusannya.

"Sampai jumpa minggu depan, Kagami!" seru Kawahara.

"Kalau sudah sampai kabarin ya!" sambung yang lainnya.

Kagami hanya mengacungkan jempol lalu berlari menuruni tangga. Ketika ia sampai di bawah, pintu baru terbuka. Setelah menunggu penumpang untuk turun, Kagami masuk dan duduk di salah satu kursi.

Ia mengambil HP-nya dari saku dan menelepon seseorang.

[Halo? Tai-chan?]

"Hei, Satsuki, aku sudah di dalam kereta. Setelah sampai nanti, aku harus kemana?"

[Oh, oh, tenang saja, Tai-chan. Aku akan izin sebentar dan menjemputmu, oke? Jangan kemana-mana.]

"Baiklah…kau sedang latihan basket, ya?"

[Yeah, begitulah. Besok kami akan tanding.]

"Inter-High?"

[Inter-High sudah lewat Tai-chan, kami menang. Kami akan ada latih tanding dengan salah satu universitas di dekat sini.]

"Universitas? Ohh…oke…kamarku bagaimana?"

[Tentu saja, aku dan Yuichi-san telah mengaturnya. Kau akan sekamar denganbukan hanya satu, tapi dua anggota Kiseki no Sedai.]

Kagami diam. Sialan nih cewek, batinnya, "Hebat. Mampus aku. Apa mereka ingat denganku?"

[Kurasa sih iya, soalnya mereka sempat kelelahan setelah bertanding denganmu.]

"Be..gitu…"

[Tenang saja Tai-chan! Teman sekamarmu gak se-arogan itu kok! Tetsu-kun orangnya baik, dan Ki-chan itu pengertian, walaupun berisik.]

"Tetsu-kun…? Ki-chan…?"

[Ah, mungkin kau mengenalnya dengan sebutan Phantom Sixth Man dan Copy Cat, Tai-chan.]

Dan Kagami langsung mematikan sambungannya. Dia mengambil napas dalam-dalam, lalu membuangnya. Kagami tersenyum masam.

"Hebat sekali. Aku akan sekamar dengan seorang manusia hantu dan sepupunya Spongebob."[]


A/N: Ini apaan!?/lempar meja/Fic GomxKagami!? Kok lu tega bikin Kagami-maji-tenshi nanges hah!?/tabok author

Iya, iya, yang awal itu AoKaga momen~ Taulah, mereka mirip tapi tidak(?)/maksud lo paan-,-

Spesial edisi AoKaga day, soalnya selesai dalam satu hari di hari jadinya Idiotic Couple ini :v

Bukan, bukan, endingnya bukan AoKaga, Alice juga masih bingung, soalnya lagi kepincut sama KiKaga dan AkaKaga juga KiyoKaga/mikir keras

Abaikan judulnya, Alice gak tau mau kasih judul apa, jadilah gitu. Entah apa maksudnya, yang pasti koloni pelangi kita menemukan cahaya baru mereka, dha, gitu.

Chapter depan udah setengah jadi, jadi kemungkinan besar akan di post gak lama2

Chapter depan mungkin mengandung Kurokaga, Kikaga, dan bro!KagaMomo lebih banyak, jadi siap2 saja buat yang ngeship mereka~

Akhir kata, Alice mengucapkan tenkyu peri mac buat yang udah nge-baca, follow, fav, dan review fic ini~ :D

Anyway, ini fic kedua Alice di fandom Kurobas/gak ada yang nanya


Edited: 05/10/2016 ~ HAPPY AOKAGA DAY! ^0^)/ bagi yang merayakan O:v