Minna-san apa kabar? xD

Jreng.. jreeeng... Gue balik lagi dengan fic baru ini..

Gue minta maaf oke !, ga seharusnya gue bikin fic lagi dan menelantarkan fic lama gue yang udah jamuran, tapi gue janji gue bakal ngelanjutin fic – fic itu kok, kalau gue lagi senggang.. (angkat 2 jari sambil nyengir)

Well just cekidot guys.. ^_^

Happy Reading..

.

.

.

MAMA, REMEMBER US !

Disclaimer Naruto by Masashi Kishimoto

.

.

.

o0o

.

.

.

Alynda B Present ^_^

.

.

.

Pukul Enam sore, seharusnya saat ini ia masih berada didalam kantornya, berkutat dengan dokumen dokumen penting perusahaannya. Tapi karena rasa penat yang terasa semakin menggila, ia akhirnya memutuskan untuk pulang lebih awal tadi. setidaknya dengan jalan-jalan mungkin akan sedikit me-refresh otaknya yang terlalu lelah ini. Setelah berkeliling pusat perbelanjaan beberapa kali dan membeli beberapa dress yang menarik perhatiannya gadis indigo ini duduk diam di taman dekat pusat perbelanjaan, mengamati beberapa orang yang berlalu-lalang dihadapanya.

Tak jauh darinya ada sepasang suami istri yang tengah duduk dengan tangan sang suami yang berada di depan perut sang istri yang terlihat sedikit membuncit. Dengan anak kecil yang tertawa bahagia sambil menarik-narik ujung gaun sang wanita. Keluarga kecil yang harmonis. Pemandangan yang cukup menyebalkan dan terasa seperti mengejek bagi Hinata.

Ah, sepertinya memang menyenangkan jalan-jalan dengan orang yang disayanginya. Mama-papanya berada di Austria untuk mengurus cabang perusahaan keluarganya. Begitupun dengan adik dan kakaknya yang juga berada di negara lain. Jujur saja ia kesepian.

.

.

.

Hinata memutuskan akan memasak untuk malam ini. Lagipula Sudah cukup lama ia tidak pernah melakukan hobinya itu. Dan disinilah dia sekarang, mendorong trolinya sendirian dan memilih bahan masakan yang akan digunakannya nanti.

Ia sedang memilih salah satu dari dua lobak yang ada di kedua tangannya yang terlihat lebih bagus kualitasnya saat ia merasakan tarikan kecil di ujung baju yang ia kenakan. Bola mata sewarna langit cerah menyapanya saat ia membalikkan tubuhnya. Bocah laki-laki berumur sekitar 5 tahun berambut pirang berwajah tampan tersenyum manis sambil menggaruk tengkuknya salah tingkah.

"anoo.. aku kehilangan papa-ku dan tidak bisa menemukannya, apa bibi bisa membantuku?" hinata meringis mendengar ucapan bocah kecil itu. Kehilangan papa nya dan tidak bisa menemukannya dia bilang? Apa itu tidak terbalik?

"baiklah, sekarang tunjukan padaku seperti apa wajah papa-mu yang hilang itu sayang?" hinata yang pada dasarnya memang mencintai anak-anak kecil itu langsung tidak bisa menahan dirinya untuk menolak untuk menolong bocah kecil berwajah tampan dihadapannya itu.

Bocah itu itu tersenyum lebar, membuat wajahnya yang memang sudah tampan terlihat jauh lebih tampan dan imut. Dia menunjuk dirinya sediri "sepertiku, wajah kami sangat mirip dan omong-omong namaku Boruto"

'Bocah yang aneh, sikapnya terasa seperti orang dewasa, memangnya berapa sih usianya yang sebenarnya?' pertanyaan itulah yang ada dipikirannya saat ia mengusap lembut rambut pirang bocah itu. "aku Hinata. Nah, sekarang ayo kita cari papamu yang hilang itu bersama-sama"

Hinata kemudian meraih tangan kecil Boruto dengan lembut dengan salah satu tangannya dan meraih trolinya yang teronggok dibelakangnya dengan tangannya yang lain. Boruto tersenyum saat melihat telapak tangannya yang berada dalam genggaman tangan halus milik Hinata. 'apa begini rasanya memiliki seorang mama?'.

"dimana terakhir kali kau merasa kehilangan papamu Boruto?" pertanyaan itu membuat sang bocah menatap Hinata sambil mengernyit. Bocah itu kemudian berhenti sambil menyentuh dagunya seolah sedang berpikir.

"kurasa di pintu masuk" cengiran bodoh muncul diwajah tampan Boruto. "aku berlari meninggalkannya di belakang karena pria tua itu terlalu sibuk dengan ponselnya."

Hinata memukul pelan dahinya. "jadi benar dugaanku, kau bukannya kehilangan papamu, tapi papamu lah yang kehilangan dirimu Boruto". Boruto hanya tertawa mendengar pernyataan Hinata itu.

.

.

.

"Tuan muda... dimana anda? Tuan mudaaa..."

Hinata mengernyit saat melihat beberapa pria berseragam hitam berlari disekitar mereka. "Kelihatannya hari ini banyak orang yang hilang ya?" Boruto terkekeh pelan mendengar pertanyaan polos Hinata.

Kerutan di kening Hinata semakin dalam saat seseorang dari para pria berseragam tadi berlari menghampiri mereka berdua.

"anda disini rupanya Tuan muda? Tuan mencari-cari anda sedari tadi.."

"Mereka rupanya mencarimu Boruto?"

"kelihatannya begitu bi" Boruto mengangguk pelan "jadi, dimana papa? Bawa aku kesana !"

Pria berseragam itu menunduk sopan "kalau begitu silahkan ikuti saya Tuan muda, Tuan menunggu anda di pintu masuk"

Bocah itu mengurungkan langkahnya saat dirasanya wanita cantik yang tadi menolongnya tidak beranjak dari tempatnya.

"kelihatannya kita harus berpisah disini Boruto, kau sudah aman sekarang. Pria itu akan membawamu kepada papa-mu sayang. Aku masih punya pekerjaan lain yang menanti, ingat?" ucapnya sambil menunjuk kearah troli yang penuh dengan sayuran di hadapannya.

"Tidak bibi, Bibi harus ikut denganku sekarang, Bibi harus bertemu dengan Papa-ku, ayo bi..!"

Hinata hanya memandangi bocah kecil yang baru saja melarangnya pulang dan memerintahkannya ikut dengannya. Ia kemudian menghembuskan nafas pasrah. "Baiklah" Salahkan sifat keibuannya yang tidak bisa menolak ucapan bocah tampan yang sejak kapan menjerat hatinya itu.

.

.

.

"Papa.." Boruto berlari kencang ke arah pria dewasa yang ia sebut papa.

Satu kata dari Hinata saat melihat pria itu "Tampan" Boruto benar saat dia berkata bahwa ia dan papa-nya mirip. Oh Tuhan, mereka bukan hanya sekedar mirip. Boruto benar-benar seperti versi mini dari pria itu. Wajahnya, rambut pirangnya, dan oh.. bola mata safir mereka yang indah dan menghanyutkan itu benar-benar sama.

"oh ya, Papa ini bibi Hinata, dia yang tadi membantuku mencari papa yang tiba-tiba menghilang.. dan bibi, ini papa-ku Namikaze Naruto"

Hinata bersumpah, ia bisa melihat bagaimana tubuh Pria itu terperanjat saat melihatnya dan kemudian tanpa diduganya pria pirang yang baru saja diketahuinya bernama Namikaze Naruto itu tiba-tiba memeluknya erat dihadapan semua orang "Hinata, kau kah itu?"

Sama seperti saat ia menyentuh bocah kuning yang baru ditemuinya tadi, saat pria ini memeluknya pun ia merasa ada perasaan asing yang menyambut hatinya. Rasanya ia begitu familier dengannya, rasanya begitu... hangat, sesak.. seolah-olah ia begitu merindukannya, padahal mereka baru bertemu.

"tolong lepaskan aku Namikaze-san, dan maaf saya tidak mengenal anda. Siapakah anda? Apakah kita saling mengenal sebelumnya?"

.

.

.

.

.

Tbc

.

.

.

o0o

.

.

.

Nyahahaha xD

Oke guys, sampai jumpa di chapter selanjutnya, dan er... RnR please.. ^_^