The sorrow of behind mask

DLDR

(dont like dont read)

Chapter 1

Suara para gadis bergemuruh di lapangan basket yang sangat luas itu. Laki-laki bersurai raven dan cs penyebab utama teriakan dari para gadis yang membuat kegerumuhan di lapang itu. Suasana semakin sulit dikendalikan saat laki-laki bersurai raven itu menembak bola dengan teknik jump shoot.

"Prittttttttt"

Suara peluit dari panita, pertanda pertandingan basket telah selesai, dan dimenangkan oleh sekolah SMA Konoha School Internasional. Pertandingan basket yang diselanggarakan sekota Tokyo itu telah memasuki babak finalnya. babak final basket dari SMA Konoha School Internasional yang memakai kostum birunya telah berhasil mendapatakan fiala setelah menang mengalahkan lawannya dari SMA Akatsuki yang memakai kostum berwarna hitam .

Para pemain basket saling membungkuk, lalu para pemain basket dari SMA Konoha School Internasional mulai meninggalkan lapangan sekolahnya yang kebetulan dipakai menjadi tempat diadakannya pertandingan basket sekota Tokyo. Sasuke Uchiha salah satu pemain basket dari SMA Konoha School Internasional sangat banyak mencuri hati para siswi, bahkan siswi dari SMA Akatsuki yang datang untuk menonton pertandingan basket sekolahnya lebih tertarik untuk mendukung Uchiha Sasuke.

Sasuke dan anggota pemain basket lainnya melewati kerumunan siswi yang kini menggerombol menghalangi akses jalan mereka yang akan menuju tempat mereka beristirahat. Siswi-siswi tampak kegirangan ketika Sasuke mulai mendekat kearah mereka sambil tangannya membawa botol minum dan satu kain handuk kecil untuk diberikan kepada Uchiha Sasuke.

"Sasuke-kun" teriak para gadis-gadis yang sangat memuja ketampanan pemuda Uchiha itu. Sasuke hanya membalasnya dengan melambaikan tangannya pada para gadis yang sedari tadi mendukungnya penuh semangat itu, dan sukses membuat para gadis itu bersorak gembira.

"Berisik, tidakkah kalian melihatnya! Sasuke hanya melambaikan tangannya pada ku saja" Teriak gadis bernama Hyuuga Hinata dengan lantang penuh percaya diri, gadis ini dicap sebagai gadis super menyebalkan di sekolahnya, terkenal dengan mulutnya yang tajam dan hobby nya yang suka membully jika siapapun berurusan dengannya. Semua siswi takut padanya, bayangkan saja! Hyuuga Hinata ini dikenal memiliki geng yang semua orang beranggotan para gadis tengil yang suka menindas siswi yang berurusan dengan mereka.

Para gadis yang tadi kegirangan kini tengah menunduk takut, jika berani menantang bisa saja sesuatu terjadi pada mereka, dari pada cari mati lebih baik diam. Mereka bergidik ngeri sambil mengingat beberapa korbannya yang sudah banyak disebabkan ketidak manusiawianya kumpulan yang di ketuai oleh Hinata itu, dan jangan lupakan empat anggota lainnya, seperti si cantik Ino dengan mata aquariumnya siap menatap tajam sang pembangkang, atau si Uzumaki Karin perempuan super junius dengan mulut yang super tajam setiap perkataan yang keluar dari mulutnya seolah belati yang akan menancap di hati, lalu Tenten dan Shion dua gadis itu tidak memiliki kesepesialan yang lebih namun keduanya selalu melakukan hal tidak manusiawinya seperti menjahili para siswi yang menurutnya culun."Memang kau secantik apa, sampai berani menyukai Sasuke!"Ucap Karin sambil mengangkat salah satu dagu siswi yang kini diserang ketakutan.

"Hahahha, sudahlah Karin biarkan saja gadis itu, lihat mukanya sudah takut seperti itu!" Celetuk Ino sambil menggerak-gerakan kipas ditangannya, melihat siswi yang seperti mengiba padanya akhirnya Karin melepaskan pegangan tangannya.

"Dewi fortuna sedang berada di pihak mu kali ini, aku sedang tidak mood untuk berurusan dengan kalian" Hinata mengakhiri acaranya yang biasa ia lakukan itu, acara menindas para siswi yang menurutnya cari sensasi. Ia berjalan anggun ke arah dimana ia melihat Sasuke yang terlihatnya sedang menuju ke arah kantin. Hinata Cs meninggalkan para gadis yang menunduk ketakutan tersebut, membuat beberapa siswi itu menghela nafas lega setelah para dewa kematian meninggalkan mereka.

Sasuke duduk disebelah Naruto yang tengah menyantap semangkuk besar ramen yang tengah mengepul panas dan Gaara yang sibuk memainkan ponselnya. Terdengar suara langkah mendekat dimana ada Shikamaru yang berjalan sambil membawa beberapa botol minuman dingin ditangannya lalu ia duduk disebrang Sasuke sambil menyimpan botol minuman didepan meja Sasuke, ditengah kesibukan masing-masing yang sedang menyantanp makanan itu tiba-tiba Naruto bersuara setelah menghabiskan satu teguk air kuah dimangkuk besarnya yang sudah kosong "Kita harus merayakan kemenangannya kali ini" Ucap Naruto sambil membuka botol minum yang baru saja ia terima dari Shikamaru.

"Ide yang bagus, bagaimana kalau kita merayakannya di rumah ku" Jawab Gaara, Shikamaru menanggapinya hanya dengan menganggukan kepalanya saja. "Hn" Sasuke hanya meresponnya biasa, sedangkan Naruto tengah memikirkan sesuatu."Bagaimana kalau kita mengundang para gadis untuk meramaikan suasana" Usul Naruto penuh antusias, lagi-lagi Shikamaru mengangguk setuju."Tidak buruk, asalkan jangan-" Tiba-tiba ucapan Gaara terpotong oleh suara Hinata, dan mereka berempatpun menoleh keasal suara yang kini tengah berjalan mendekat kearah mereka."Asalkan apa Gaara-kun".

"Tidak jadi" Ucap Gaara ketus, Gaara sangat tidak menyukai kumpulan siswi seperti Hinata itu, Gaara mengingat waktu dulu ada beberapa acara kacau di sebabkan keributan oleh Hinata dan kawanannya.

"Sasuke-kun, apa kau akan mengundang ku?" Tanya Hinata dengan nadanya di lembut-lembutkan. Sasuke tak berekpresi juga tak menggubris ia hanya diam. Shikamaru disebelahnya hanya mendengus sebal, lagi-lagi gadis itu tidak punya rasa malu sudah beberapa kali di tolak oleh Sasuke, tetap saja mengincar Sasuke, oh god! Mahluk tuhan seperti apa Hinata itu, dan Shikamaru menceklis Hinata dan kawanannya sebagai perempuan yang harus di jauhi.

"Terserah mu saja" Ucap Sasuke akhirnya setelah melihat Hinata yang terus menatapnya memohon. Sasuke yang sudah lelah dengan keadaan yang seperti itu ia memilih untuk tidak meladeninya. Bukankah selama ini kau tidak pernah menoleh atau mengubris sama sekali Sasuke?. Beberapa teman Sasuke tak percaya dengan apa yang Sasuke katakan, bisa kacau jika gadis itu diijinkan mengikuti pestanya. Membuat sang pemuda Uzumaki itu segera memanggil sahabatnya itu "Hoy Teme" Naruto memicingkan matanya membuat sebuh kode, agar Hinata dan kawanannya tidak datang, namun Sasuke meresponnya malas.

"Terima kasih Sasuke-kun, kalian tidak mengijinkannya pun kami akan tetap dating kok" Hinata tersenyum lembut, namun sayang Sasuke tak melihatnya, padahal jika Sasuke mau melihatnya di sana terselip kesedihan yang tak kentara. Beberapa teman Sasuke hanya memutar matanya bosan, Hinata dengan percaya dirinya menepuk bahu Shikamru "Pastikan pestanya seru!" Ucap Hinata sok akrab membuat Shikamaru mendecih, setelah itu Hinata melenggang pergi meninggalkan mereka, berjalan menuju kawanannya yang sedang menahan tawa di pojokan sana.

"Hoy Teme! Apa yang kau lakukan, apa kau ingin menghancurkan acara kemenangan kita" Ucap Naruto, setelah memastikan Hinata dan kawanannya pergi menjauh.

"Aku berharap gadis itu tidak melakukan hal gila seperti yang sebelumnya" Ucap Gaara, dengan harapannya.

"Seharusnya kau tegas pada Hinata, ia jadi bersikap seenaknya begitu" Naruto terlihat gusar, dikepalanya terbayang-bayang acaranya yang kacau. Buru-buru ia menepis bayangan itu dan kembali menatap kearah Sasuke yang masih diam.

"Dia berfisik malaikat berjiwa iblis" Ucap Shikamaru, yang sedari tadi terdiam. Kini mengeluarkan uneg-unegnya.

"Kau benar, para gadis itu begitu bar-bar!. apa yang mereka harapkan melakukan hal seperti itu" Gaara mendecih, namun Sasuke tidak menanggapi protes para sahabatnya, ia benar-benar malas untuk membahasnya, karena ia sendiri begitu bingung.

.

Malam harinya kediaman Gaara begitu ramai, kediaman Gaara sehari-harinya selalu sepi karena Gaara tinggal seorang diri, kedua orang tuanya menetap di Belanda, Gaara ditinggal seorang diri di Jepang, rencananya setelah lulus Gaara akan melanjutakan study nya di Belanda karena permintaan kedua orang tuanya, namun mengingat ia baru saja kelas dua, ia tidak terlalu memikirkannya.

Ada yang aneh dengan malam ini, sedari tadi sigadis menyebalkan yang bernama Hyuga Hinata itu hanya terdiam di pojokan sofa, sedangkan Karin dan Ino sedang asik menyanyi di ruang sebelah ruangan khusus karoke, lalu Tenten dan Shion asik berfoto-foto ria mengabadikan keseruan mereka untuk dipublish dimedia sosial milik mereka. Mengabaikan sahabatnya yang sedari tadi hanya diam duduk disebuah kursi sofa, amethystnya memandang seseorang yang amat dipujanya. Sasuke sibuk memperhatikan ponselnya, dari tadi senyum-senyum sendiri karena sebuah pesan masuk, membuat Hinata yang sedari tadi tak pernah melepaskan pandangannya untuk melihat Sasuke, begitu ia melihat Sasuke yang berekpresi seperti itu Hinata merasa sakit hati kerena selama ini Sasuke tak pernah tersenyum kearahnya. Siapakah orang yang telah mengirim pesan itu, sampai membuat Sasuke begitu senang dan tersenyum, sepertinya orang itu sangat special pikir Hinata.

Hinata berjalan menghampiri Sasuke, sedangkan Sasuke yang tengah asik dengan ponselnya tidak menyadari kedatangan Hinata yang kini tengah duduk di sebelahnya. "Sepertinya kau senang sekali Sasuke-kun" Ucap Hinata, dan Sasuke yang tidak menyadari itu Hinata, pria itu mengangguk lalu melirik ke arah Hinata sambil tersenyum, namun ketika ia melihat itu Hinata, senyuman Sasuke menghilang saat ia berpandangan dengan amethyst Hinata."Apa itu karena pesan dari seseorang yang kau sukai?" Tanya Hinata, dan Sasuke hanya terdiam lalu memalingkan wajahnya memandang kosong ke arah depan.

"Hn" jawab Sasuke setelahnya, dan sadarlah Sasuke perkataanmu sukses membuat Hinata menutup mulutnya rapat, gadis itu menunduk hatinya benar-benar sakit Sasuke kini mulai mengakui perempuan lain, apa salahnya kenapa Sasuke tak pernah meliriknya yang jelas-jelas sangat mencinta padanya. Hinata tak mau seperti itu, ia tidak boleh terlihat lemah didepan siapapun bahkan didepan Sasuke.

"Jadi kau tidak usah mengejar ku terus menerus, karena aku sudah memiliki seseorang" Ucap Sasuke kembali, dan membuat Hinata mengangkat wajahnya setelah itu ia terkekeh, menertawakan usaha Sasuke yang menyuruhnya untuk berhenti. Dikira akan berhenti, sayangnya kau berurusan dengan gadis seperti Hinata, tak ada kata menyerah dalam kamus hidupnya.

"Kau tidak tau aku ya! Aku tidak akan menyerah begitu saja Sasuke-kun, aku akan tetap mengejar mu" Ucap Hinata sambil tertawa, namun jika di lihat dari sudut pandangan pembaca raut wajah Hinata seolah berlindung dari kesedihannya di balik ketegarannya.

"Terserah mu, aku sudah memperingatimu!" Ucap Sasuke, setelahnya ia bangkit dari duduknya dan pergi kearah dimana Naruto dan yang lainnya mengumpul. Hianta melihat bahu tegap itu menjauhinya, dan ia memandang sendu.

Tahun berlalu, musim berganti

Dan aku masih di situ

Di mana aku jatuh cinta padamu

*Anonim

.

.

.

Suara alunan piano terdengar begitu merdu, orang-orang yang mendengarnya terhanyut dalam balutan nada kebahagiaan, berbeda dengan Hinata nada suara itu seolah kesedihan, kenapa ia bisa berpikir begitu di tengah-tengah orang sedang merasa bahagia kenapa ia harus bersedih. Amethystnya memandang kearah di mana ada ayahnya tengah berbahagia di depan altar sana, dan ia baru saja mengikrarkan janji suci kedua pada seorang wanita cantik, yang pasti bukan ibu kandung Hianta.

Hinata berdiri meninggalkan pesta pernikahan kedua ayahnya dengan wanita bernama Mei Terumi, seorang pengusaha pakaian dari Okaido, dan mereka memutuskan melakukan pernikahan hanya karena penyatuan saham antara Hyuuga corp dan Haruno fashion agar semakin melambung tinggi dipasar global perusahaan yang sangat di agung-agung sang workaholic. Haruno fashion adalah perusahaan milik Haruno Kizashi yang sudah lama meninggal dunia dan kini di kelola oleh sang istri Mei Terumi.

Untuk apa pernikahan seperti itu, akan kah mereka bahagia menikah hanya karena tahta, kenapa ayah Hinata seolah tidak bosan, dan katanya dulu ayah dan ibunya menikah karena perjodohan untuk melambung kan perusahaan juga. Kini ibu Hinata menetap di New Zeland kabarnya akan menikah juga dengan pria bule.

Hinata hampir saja bertubrukan dengan salah satu laki-laki dengan balutan jas, ia memang cerobah berjalan sambil menunduk. Ketika Hinata mengangkat kepalanya untuk berminta maaf ia malah melihat Nara Shikamaru lah yang hampir saja ia tubruk."Shikamaru" Ucap Hinata kaget, begitupun dengan Shikamaru ia juga terlihat kaget saat melihat Hinata lah yang akan menubruknya.

"Untuk apa kau di sini" Tanya Hinata mengganti mimik muka kagetnya dengan datar.

"Memang hanya kau saja yang boleh berada di sini" Jawab Shikamaru tak kalah datar, keduanya tak saling bertatapan mengalihkan pandangan kearah lain "Menyebalkan" gumam Hinata sambil melipat kedua tangannya didadanya.

"Oh iya aku baru ingat, nama belakang mu Hyuuga kan?, apa kau lah orang yang di maksud Sakura" Ucap Shikamaru tampak mengingat. "Cih" Hinata mendecih, ketika mendengar nama saudara tirinya itu. Shikamaru membuatnya kesal saja. "Bukan urusan mu" Jawab Hinata sekenanya dan setelah itu Hinata berjalan meminggalkan Shikamaru, ia malas membahas keluarga Haruno yang tiba-tiba datang di kehidupannya itu.

Paginya setelah hari memuakan berlalu, hari ini di ujung koridor sana terlihat Hinata sedang melabrak siswi yang menantangnya, permasalahan yang dibuat siswi itu cukup serius menurut Hinata, saat malam hari media sosial tengah ramai ketika foto lawas Hinata tersebar, siswi yang sekarang tengah dihadang Hinata itu menyebarkan foto lawas Hinata saat badannya lumayan gemuk, dengan semangat membara siswi itu mengolok Hinata dengan kata-kata 'Lihat dia seperti babi' Neraka untuk siswi itu! Ia seolah membangunkan macan yang sedang tidur.

"Lihatlah rambut jelek mu ini, akan semakin jelek jika aku menggunting nya sekarang" Ucap Ino sambil memegang gunting untuk di gunakan memotong rambut siswi tersebut.

Lagi-lagi tak ada yang berani untuk mencegah kelakukan geng Hinata, kepala sekolah seolah menulikan dirinya karena ia tidak ingin berurusan dengan keluarga Hyuuga yang selaku penanam saham di yayasan sekolah terkenal tersebut.

Krekkkk

suara gunting yang tengah memotong rambut panjang siswi yang menantang itu. Siswi itu hanya menangis, dan terus mengucapkan kata maaf dengan berdalih akun sosmednya dihacker

"Apa kau ingin merasakan harimu seperti di Neraka" Hinata mencekal kedua kerah siswi yang ketakutan itu, siswi itu sudah menangis dan meminta maaf berkali-kali.

"M-maafkan a-aku H-hinata-san, sungguh aku ti-tidak me-lakukannya"Ucap siswi itu yang terlihat begitu menyedihkan. Ia terus menangis dan pipinya lebam karena tamparan keras dari Tenten dan Shion.

"Apa! Maaf katanya" Ino tertawa, dan manarik rambut siswi itu dengan kasar.

"S-sakit, k-kumohon h-hentikan" siswi itu mengerang sakit.

Di saat seperti itu tiba-tiba terdengar suara yang berteriak, mereka menoleh dan melihat gadis bersurai pink, yang eksistensinya terlihat baru.

"Hentikan, apa yang kalian lakukan" Sakura menarik siswi itu, Hinata menatap malas pada saudari tirinya itu.

"Jangan mencampuri urusan ku" Jawab Hinata datar, dan berniat kembali menarik siswi yang tengah berlindung di belakang Sakura.

"Tidak, kau menyakiti dia" Ucap Sakura tegas, sambil merangkul siswi itu.

"Dia siapa Hin?" Tanya Ino yang keheranan melihat sosok Sakura. Namun Hinata hanya diam.

"Haruno Sakura, aku harap kau melepaskan gadis itu, dan jangan urusi yang menjadi urusan kami" Ucap Karin, ia mengentahui siswi pindahan di hadapannya ini adalah saudari tirinya Hinata.

"Tidak, aku tidak akan membiarkan hal yang berbau penindasan" Sakura masih tidak menyerah, Karin muak dengan adanya pahlawan kesiangan yang selalu mengganggunya.

"Kau adalah siswi pindahan, jangan berurusan dengan kami meskipun sekalipun kau saudari Hinata" Karin berkata tegas, ia tidak akan melakukan tindakan ia masih menghargai Hinata.

"Tidak, aku harap kalian menghentikan hal buruk seperti ini" Ucap Sakura, namun Hinata hanya mendengus, ia sedari tadi diam mulai muak dengan sikap Sakura yang ikut campur. Ino yang geram mendorong Sakura, tetapi seseorang menahan tubuh Sakura yang akan terjengkang, dan orang itu adalah Sasuke.

"Kau tidak apa-apa" Tanya Sasuke, dan Sakura hanya tersenyum sebagai jawaban ia baik-baik saja.

"Kalian lagi!" Ucap Sasuke datar, ia memasukan tangan kanannya ke saku, dan berjalan dingin mendekat ke arah Hinata. "Sampai kapan akan seperti ini, menindas orang tanpa perasaan" Ucap Sasuke, pandangan matanya menusuk ke arah mata Hinata. "Kalian para perempuan yang tidak memiliki perasaan" Ucap Sasuke , lalu ia berbalik dan membantu Sakura membopong siswi tersebut. Hinata dan cs tak berkata sedikitpun, hanya mereka merasa heran, Sasuke ikut campur masalahnya. Biasanya pemuda Uchiha itu tak pedulian, lalu Sasuke pergi bersama Sakura dan siwi yang menentang Hinata tersebut, Hinata hanya diam, pandangan matanya kosong. Ino , Tenten dan Shion menggeleng tidak percaya, Karin hanya diam seperti Hinata.

.

.

.

Suasana ruangan makan begitu hangat dan penuh kekeluargaan malam hari ini, beberapa makan tersaji asapnya pun masih mengepul dari sup yang baru saja di bawa oleh Sakura itu, lalu ia pun menyimpannya di atas meja.

"Selamat makan" Ucap Sakura lembut.

Hiashi yang sedang duduk tersenyum, dan di sampingnya Mei Terumi sedang menuangkan nasi ke mangkuk milik Hiashi."Ku harap Tou-san menyukai masakan ku" Ucap Sakura, ia menarik kursi untuk ia dudukki. "Kau hebat sekali ya seumur segitu sudah bisa memasak seperti ini" Hiashi memuji kehebatan Sakura dalam memasak.

"Tou-san bisa saja" Sakura terkekeh, mendapat fujian dari ayah tirinya, ia begitu senang mempunyai ayah seperti Hiashi yang baik padanya menganggapnya seperti anak kandung sendiri.

"Berbeda dengan Hinata, ia tidak bisa apa-apa, yang ia bisa hanya membuat ku naik darah" Hiashi terdengar menggeram, lagi-lagi ia mendapat informasi mengenai Hinata menganiyaya murid di sana.

Tanpa mereka sadari, sedari tadi Hinata mendengarnya, dan lagi-lagi ia selalu di banding-bandingkan oleh ayahnya. Hinata tertawa hambar, ternyata suasa rungan makan malam begitu hangat, berbeda dengan yang ia pikirkan, pantas saja ayahnya begitu berbeda dibanding dengan ibu Hinata dulu. Hinata baru tahu permasalhan problema asmara sebelumnya anatar Hiashi dan Mei, Hinata terkekeh kembali memikirkan ayahya yang tengah bahagia karena ia bisa bersatu kembali dengan mantan kekasihnya yang masih di cintainya.

"Eh Hinata-chan ayo kita makan" Ucap Sakura, ketika melihat Hinata yang menghampiri mereka, Hinata melihat ibu tirinya memandang tidak suka dengan kedatangan Hinata.

"Aku sudah makan, gomene" Hinata tersenyum ala kadarnya, lalu melewat ke arah dapur untuk mengambil minuman dingin di kulkas, setelahnya ia kembali menuju kamarnya untuk segera tidur dan melupakan kejadian ini.

Pagi hari Hinata bangun pagi sekali, ia bersiap untuk kembali bersekolah, ia menghindar untuk sarapan bersama, karena ia muak melihat muka munafik ibu tirinya yang jelas-jelas tergurat jelas dari rahangnya yang sedikit mengeras bahwa ia membenci Hinata. Apalagi Sakura apa-apaan dia so polos begitu, Hinata meyakini kedua orang asing itu sangat tidak menyukai Hinata, mungkin mengharapkan Hinata tidak ada saja di rumah itu. Hah, memang Hinata akan lemah menghadapi mereka, ia tidak suka dengan wajah-wajah so baik berhati iblis.

"Hinata-chan" Tenten dan Shion menghampiri Hinata yang baru saja datang, lalu di susul Ino dan Karin menghampiri Hinata."Kenapa wajah mu murung begitu" Tanya Karin melihat perubahan muka Hinata yang sedikit murung.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit lelah" Jawab Hinata, mereka berjalan menuju kelas, namun langkah nya terhenti ketika melihat Sasuke dan teman-temannya yang sedang bercanda , di sana terlihat Sakura begitu akrab dengan mereka. "Lihat, saudari tiri mu itu begitu akrab dengan mereka semua" Ucap Ino, Hinata hanya diam, lalu kembali berjalan mengabaikan ucapan Ino.

"Sasuke-kun, mau ke kantin bersama?" Tanya Sakura ketika mendengar bunyi bell istirahat, lalu Sasuke mengangguk di sana Shikamaru dan Gaara sudah menunggu di depan pintu kelas, sedangkan Naruto terlihat terburu-buru pergi ke kamar kecil.

"Ayo kita pergi, perut ku lapar sekali" Ucap Gaara, ia berjalan duluan menuju kantin, di belakangnya ada Shikamaru, Sakura dan Sasuke sedang membahas pelajaran matematika yang tadi dipelajari.

Mereka menduduki kursi kantin yang kosong, lalu memesan makanan. Sakura begitu akrab dengan Sasuke, trelihat keduanya yang terlihat tertawa kecil karena sebuah candaan. Memang pada awalnya Sakura adalah sahabat Shikamaru, dan lama ke lamaan Sakura mulai mengenal Sasuke, mereka sering jalan berdua sebelum Sakura memasuki sekolah barunya. Tiba-tiba Hinata datang, seperti biasa Hinata dan gerembolannya akan mengusir orang-orang yang menempati meja tempat biasa mereka pakai. Hinata melihat ada Sasuke ia segera meninggalkan teman-temannya dan menghampiri Sasuke.

"Sasuke-kun, boleh kah aku bergabung di sini?" Tanpa rasa malu Hinata duduk di bangku kosong sebelah Gaara.

"Tanpa meminta izin pun, kau selalu bertindak sesuka hatimu!" Ucap Gaara ketus, ia memilih bangkit dan pergi dari sana, melihat Gaara pergi Shikamarupun ikut-ikutan menyusul Gaara pergi dan mencari bangku lain, di tempat semula hanya ada Sakura dan Sasuke yang masih terdiam.

"Kenapa mereka malah pergi?" Gumam Sakura, matanya melihat Gaara dan Shikamaru duduk di bangku terpisah. Sasuke terdiam, tak mengubris pertanyaan Sakura, ia malah memandang Hinata dengan sulit diartikan "Kenapa? kau juga akan pergi?" Tanya Hinata sambil menatap tajam ke arah Sasuke.

"Karena aku merasa tidak nyaman duduk seperti ini, jadi aku akan pergi, ayo Sakura!" Sasuke bangkit dari duduknya, Sakura hanya menurut dan pergi bersama Sasuke.

Hinata tertawa hambar, begitu menyeramkah ia sampai semua nya menjauh, ia bangkit dari duduknya, dan tanpa rasa malu ia berjalan ke arah Sasuke dan menarik dasi laki-laki sekolahnya , lalu Hinata mendekat wajahnya mengeliminasi jarak sampai bibirnya mencium bibir Sasuke di depan semuanya, di sana mereka melongo sambil terus mengkedip-kedip kan kelopak mata, Sasuke tampak membulatkan matanya.

"Dengar! aku tidak akan menyerah, seberapa keras kau menghindar" Hinata mengusap bibirnya, Hinata membalikan badannya memunggungi Sasuke, mengabaikan tatapan siswi dan siswa lain ia melenggang meninggalkan mereka yang masih shock.

Tbc