Chapter 24

.

.

.

.

.

An Attack on Titan Fanfiction

.

.

.

Cast :

All Snk Characters and My Oc

.

.

.

Pairings :

Riren ( Main)

Erumin

Jean x Armin

and another pairing ( soon)

.

.

.

WARNING!

This is positive YAOI!

Rated M ( Adult and Mature)

BL ( Boys Love)

Mature and adult contents

Full of rude and cursing words. violence. bloody. suspense. and psychopath

Smut and kinda hard sex

.

.

.

Genre:

Crime

Romance

Adventure

Hurt Comfort

.

.

.

Semua chara di Snk adalah milik Hajime Isayama Senpai

saya hanya meminjam w

.

.

.

Hope you enjoy it

Bolehkah Eren pingsan sekarang? Bolehkan? Bolehkan?

Sumpah persetan dengan jati dirinya seorang lelaki atau ia yang selalu membanggakan sifat tangguhnya! Ia ingin sekali pingsan sejak datang ke Tokyo dan dihadapkan dengan segudang masalah sialan yang tidak ada habis-habisnya! Otaknya gatal sekali untuk menyuruh seluruh syaraf di tubuh Eren untuk segera mematikan diri dan kejang-kejang seketika seperti orang kesurupan.

" Tap-tapi..." Eren melongo. Pemuda berambut Ebony itu menatap ketiga orang di depannya syok.

Ditambah Yuii. YUII! YUII YANG SELALU BAIK PADANYA! DAN SEKARANG BERDIRI DI SAMPING AYAHNYA DENGAN SEORANG PEMUDA KEPARAT SIALAN YANG MENGAKU MEMBAWANYA PULANG KE JERMAN!

" Bagaimana dengan Mikasa dan Armin!?" Tanya Eren heboh. Ia langsung menyosor dan maju panik ke arah ayahnya. Mata emeraldnya membulat khawatir dan ia hampir beeteriak heboh. " Mereka masih di Jepang! A-aku bahkan belum mengabari merekKAU!"

Thomas memundurkan wajahnya saat Eren tiba-tiba menunjuk dengan alis menukik tajam dan dahinya terkerut tetapi sorot matanya ketakutan dan panik. " APAKAH KAU SUDAH MEMBERITAHU ARMIN DAN MIKASA!?"

" Eren!"

Suara ayah Eren meninggi. Lelaki dengan rambut sewarna surai Eren dan tukikan alis yang sama itu menginterupsi anak lelakinya sendiri.

Eren tersentak.

Selama remaja ini ia jarang bahkan sudah tidak pernah lagi ditentang ayahnya. Ayahnya hanya akan diam saat menghadapi sifat keras pemuda itu. Cenderung mengacuhkannya dan membuat Eren merasa tidak penting lagi.

Pemuda bermata emerald itu terdiam tetapi ia menatap kasar ke arah ayahnya. Mulut manis Eren tertutup rapat tapi ia tidak bisa menyembunyikan getaran karena panik tadi.

Lelaki parubaya itu menepuk bahu Thomas. Ia menatap pemuda di sampingnya itu sekilas dan kembali menatap Eren. " Tidakayah yang menyuruh mereka membawamu diam-diam ke Jerman. Tidak ada yang tahu selain ayah."

BOOM!

Tolong hantam otak Eren.

Otaknya seketika sengklek dan ia tidak bisa merespon normal selain melongo parah. Ia ingin mendebat tapi rasanya mulutnya blank. Akhirnya di hanya bisa mengerang seperti orang gila tetapi tanpa kata-kata.

Dan sekarang-Persetan dengan sopan santun.

BRUUK!

" APA-APAAN AYAH!" Eren mengerang teramat nyaring hingga ketiga orang plus madame tadi tersentak. Eren menghantamkan kakinya ke lantai kasar. " KENAPA!? KENAPA AYAH MELAKUKAN INI!? APA RENCANA AYAH SEBENARNYA! KENAPA AYAH SELALU MEMISAHKAN KU DARI ORANG-ORANG YANG MENYAYANGIKU!? DAN MENGIRIM PEMUDA KEPARAT BRENGSEK INI HAH!? KENAPA AYAH!?"

Madame dan maid lainnya di belakangnya menutup mulut syok karena perubahan perilaku Eren. Mereka tercekat saat Eren berani menyumpah terang-terangan. Kemana perginya pemuda manis bermata sewarna berlian Zamrud yang berkilau dan merengek manja itu?

Eren melototi Yuii yang berdiri di belakang ayahnya. Menyembunyikan tubuhnya dan berusaha tidak menatap Eren langsung. Gadis itu menutup matanya dan menundukkan kepala dalam.

" Y-yuii..." Nada suara Eren sekeras emosinya sekarang tapi Yuii bergidik. Gadis itu menahan nafas sakit saat mendengar getaran kecewa pada suara Eren.

Eren berlari dengan panik ke arah Yuii. Ia segera mengamit tangan gadis kecil itu kuat. Bahkan air mata Eren sudah mengalir deras dari tadi.

" Y-yuii.." Eren terisak. Matanya berkilat memohon dengan sirat panik. Bibirnya bahkan terengut ke bawah bergetar. " Tolong katakan padaku apa yang terjadi...kumohon Yuii. B-bantulah aku..."

Ayah Eren dan Thomas hanya bisa menatap Eren dengan pandangan datar.

" Dia tidak akan menjawab Eren" Jelas ayah Eren. " Dia tidak akan menur"

"DIA PASTI!" Potong Eren cepat dengan nada tinggi. Ia menatap ayahnya dengan teramat keras bahkan warna hijau mata Eren terlihat seperti terbakar. Menyala dengan kemarahan biarpun matanya penuh air mata.

Alis pemuda berambut Ebony itu tertukik kuat. "Dia pasti akan menjawab!"

Eren sekali lagi menatap ke arah Yuii. Pemuda itu bahkan sampai berlutut dan mengamit tangan Yuii makin kuat.

" Yuii..." Panggil Eren lagi dengan nada memelas. Pemuda manis itu bersuara selembut mungkin. " A-aku tidak punya orang lain untuk k-ku tanyai Yuii...aku hanya punya kau. Kumohon Yuii...t-tolong ceritakan aku apa yang terjadi. Kumohon to"

Yuii menundukkan kepalanya makin dalam. Gadis itu memegang tangan Eren balik dan melepaskan cengkraman kuat Eren sedikit demi sedikit. Mendorong tangan pemuda itu hingga benar-benar terlepas.

"iee.." Potong Yuii dengan nada selirih mungkin. Seakan-akan dia enggan berbicara sama sekali kepada siapapun. Terutama Eren. " Ieee.."

Eren melongo. Ia tersentak kaget dan air matanya mengalir makin deras.

Seketika hancur sudah semua tekad Eren. Pemuda itu terduduk di hadapan Yuii dan menutup mulutnya tanpa suara. Ia membulatkan matanya tetapi air mata tetap turun dari wajah Eren semakin deras.

" Ayah sudah menjauhkan mu dari putra Ackerman itu" Ayah Eren menatap Eren datar. " Ayah terkejut kalau dia mendekatimu walaupun kalian berdua tidak pernah bertemu sebelumnya."

Eren seketika mengerutkan dahinya kuat. Putra? Ackerman? Bukannya keluarga Ackerman cuma punya putri? Mikasa kan?

Eren membuka mulutnya untuk bertanya tapi ayahnya keburu berbalik bersama Thomas dan Yuii.

" Madame" Suara ayah Eren menggelegar di koridor manor. " Rapikan semua barang milik Eren dan buang semua pakaian sekolahnya di Jepang."

" APA!?"

Mata emerald milik Eren melebar sangat lebar. Bibir Eren bergetar kuat dan tanpa sadar mencengkram karpet berbulu tebal di bawahnya kelewat erat hingga bulu-bulunya memenuhi ruas jari Eren.

Ayahnya makin menjauh tanpa berkata apapun lagi. Eren makin panik bahkan ia mulai berdiri dan berteriak nyaring seperti orang gila.

" AYAH!" Aum Eren murka.

Pemuda itu mengerang kelewat nyaring seperti orang yang di hukum cambuk badannya. Bahkan madame lain makin syok. Mata mereka berkaca-kaca.

Hati Eren terkoyak-koyak habis. Apa maksud ayahnya dengan semua ini!? Dulu dia juga yang melempar Eren ke Jepang dan tak pernah sekalipun menanyakan kabarnya saat di Jepang. Memasukkannya di sekolah anak-anak kriminal, membuatnya harus tersiksa disana bersama Armin. Sekarang

" KENAPA AYAH MELAKUKAN SEMUA INI HAH!?" Eren berteriak dan menjerit gila-gilaan. Yuii berbalik dan membulatkan mata tidak percaya. Thomas mengangkat sebelah alisnya. " AYAH SELALU MENGHALANGI KU! AYAH MEMBUANGKU KE JEPANG DENGAN KEDOK MENDISIPLINKAN KU! PADAHAL AYAH SENDIRI INGIN MEMBUANGKU KAN! AKU TAHU SEMUANYA YAH! AKU TAHU SEMUANYA!"

Alis Eren menukik begitu tajam dan Eren menggemertakkan giginya dengan nada mengerikan. Tetapi air mata makin deras keluar dari mata Eren.

" JIKA SAJA TIDAK ATAS PERMINTAAN MADAME LAIN DAN KELUARGA ARLERTAYAH TIDAK AKAN PERNAH DAN TIDAK AKAN PERNAH MAU MENGIRIMKAN ARMIN DAN MIKASA UNTUK MENEMANIKU! AKU SADAR DARI AWAL AYAH! AKU SADAR SEJAK AYAH TERLIHAT KESAL SAAT KELUARGA LAIN MENYARANKAN HAL INI!"

Eren terisak. Ia sudah tidak tahan lagi. Hatinya sudah terpecah-pecah. Pemuda itu mengerang dan menjerit sambil berlutut. Eren berteriak sambil menangis. Menundukkan kepalanya ke lantai dan menarik-narik karpet frustasi.

" E-eren..." Suara Yuii bergetar. Ia tanpa sadar menarik bajunya kuat dan membuatnya terlihat sangat kusut.

Levi.

Mata Eren sontak terbuka. Ia tercekat begitu hebat dan terlonjak. Bukannya terdiam dia malah makin meronta. Pemuda manis itu makin depresi dan menangis seperti bayi yang ditinggalkan di tengah hutan sendirian dalam kelaparan dan kesepian. Tanpa ada siapapun yang menolongnya.

" Aku tidak b-bisa..." Eren terisak. " A-aku tidak bis-sa...L-levi...Hiksss...Levi...Kumohon."

Ayah Eren memandang Eren tanpa minat. " Kelihatannya kau sudah berhubungan dalam dengan putra Ackerman itu ya Eren? Well..."

Laki-laki paruhbaya itu menggidikkan bahunya, "...Selamat anakku."

Eren sontak mengangkat kepalanya kaget dan mendongak ke arah ayahnya.

" Apa maksud ayah?"

Ayah Eren memberi kode kepada Thomas. Pemuda itu hanya bisa memajukan bibirnya sekilas dan menghela nafas dalam yang berat. " Begini Erenkita permudah saja. Kau pasti sudah tahu Levi kan?"

Eren seketika menggertakkan giginya saat Thomas terlihat terkekeh saat menyebut nama Levi. Hati Eren terasa seperti terbakar. Ia benci pemuda cebol keparat setan yang mesum dan brengseknya tidak ketulungan itutapi ia lebih membenci orang yang meremehkannya seolah-olah ia tidak pantas hidup dan dianggap seorang manusia.

" Keluarga Ackerman yang kau tahu hanya mempunyai seorang putri yaitu Mikasa. Kuakui yah...mereka sangat rapi menyimpan awalnyamereka mempunyai seorang putra. Seorang bangsawan sejati. Penerus Ackerman yang cemerlang bahkan dalam usia mudanya ia mampu membuat siapapun bertekuk lutut atas kuasanya. Ia digadang-gadang menjadi penerus terhebat sepanjang sejarah keluarga bangsawan Prancis yang tersisa, tapi"

Thomas menggantung kalimatnya dan menyeringai lebar ke arah Eren. Kilat matanya menggila. Lebih gila dari milik kakaknya. Lebih psikopat, lebih mengerikan, lebih tanpa kasih, dan lebih tak ada ampun.

Eren merasakan firasat buruk tentang ini. " Tapi a-apa?"

" Kau sudah tahu siapa dia Eren. Kau sudah melihat kemampuannya yang satu itu." Thomas menyeringai makin mengerikan. Ia terkekeh ngeri. " Kau sudah berhadapan dengan sifatnya itu, Eren dan ohbolehkah kupanggil kau...kesayangannya Levi Ackerman?"

Rasanya sebuah petir melesak langsung ke dalam ulu hati Eren. Menusuk dan meledakkannya saat itu juga hingga rasanya otaknya ikutan meledak gila-gilaan. Seluruh syraf tubuh Eren terasa seperti tersetrum listrik 220 volt.

" Le-levi..." Ucap Eren lirih dengan nada bergetar. " A-ackerman? Levi a-adalah seorang Ackerman?"

" Sekali lagiselamat Eren" Thomas tersenyum lebar. " Kami berterimakasih karena kau telah berhasil membuat Levi menaruh nyawanya padamu dan masuk ke dalam jebakan kami."

" Kau umpan kami, Eren"

" M-mikasa! Jangan!"

" AKU TIDAK PUNYA WAKTU LAGI ARMIN!"

Armin berlari gila-gilaan sedari tadi. Masa bodoh dengan tubuhnya yang lemah. Ia bahkan tidak menyangka akan aksi nekat Mikasa yang melompati gedung lantai 2 dan parkour dari satu pijakan ke pijakan lain hingga sampai di balkon bawah.

" Gadis cecuruk sialan!" Umpat Jean kasar. Ia membuang puntung rokok di tangannya geram. " Dia akan mengacaukan rencana Levi!"

Seluruh murid yang tersisa di sekolah itu kaget bukan main. Mereka berteriak gila-gilaan dan mencoba menghentikan Mikasa yang berlari semakin jauh dan semakin brutal.

Mata tajam Levi menempel pada Mikasa. Ia menatap semua orang dengan tatapan intimidasinya dan menggertakkan giginya kepada siapapun yang menghalangi jalannya. Dan orang-orang itu tentu sajabisa kau duga kaget dan terdiam.

" D-dia..." Salah satu anak yang memegang pisau dan menghadang Mikasa di pintu koridor gedung sayap kanan, menahan nafas ngeri. " K-kenapa dia mirip Tuan L-levi?"

" DASAR MANUSIA-MANUSIA BODOH! ANAK-ANAK SIALAN! TANGKAP DIA!" Teriak Jean geram sambil berlari di belakang Mikasa dan mencak-mencak. " JANGAN BERDIAM DIRI SAJA SEPERTI PATUNG RUSAK KALIAN BOCAH-BOCAH TIDAK PUNYA OTAK!"

" Tolong tangkap dia!" Armin yang berlari di depan Jean juga ikutan berteriak sampai suaranya serak. " Tolong!"

Mikasa mendengus kasar dan merengut. Murid-murid itu benar-benar menghalanginya.

Tanpa pikir panjang, gadis asia itu mengerem tubuhnya 2 meter sebelum anak-anak itu dan mengangkat kakinya tinggi-tinggi ke udara.

" STOP KAU GADIS SIALAN!"

BUUUGGH!

Armin sontak berhenti berlari dan menutup mulutnya syok. Jean mengangakan mulutnya dan murid-murid lain yang mulai berdatangan berhenti tiba-tiba. Mereka menelean saliva berat.

Mikasa memunggungi mereka semua. Ia melemparkan tatapan tajam sebanding milik Levi kepada semua orang. Di depannya, seorang murid wajahnya terendam ke dalam semen dan darah melebar di lantai semen koridor.

" Jangan menghalangiku" Suara dingin Mikasa menyebar.

Armin membuka mulutnya takut. " K-kenapa? Kenapa kau b-buru buru M-mikasa?"

" Aku akan menemui Levi. Aku akan membunuhnya. Seharusnya aku sudah menbunuhnya dari dulu." Mikasa mendecih sinis.

" HEY APA-APAAN!?" protes Jean tidak terima. " Kau akan mengacau gadis sialan! Ini bukan waktu yang tepat untuk menemui kakakmu!"

Mikasa mendengus kasar. Ia menatap setiap anak-anak yang ada dengan tatapan dingin yang menantang. Memberi mereka intimidasi untuk tunduk sekaligus menantang mereka untuk menentang perkataannya.

" Aku tidak peduli " Mikasa mendesis. " Sejak awal ini salahnya. Jika saja Eren dan Armin tidak bertemu dengannyamasalah ini tidak akan berakhir seperti ini."

" MIKASA!"

Armin seketika maju selangkah dan berteriak di depan matanya. Jean dan sisa murid tersentak kaget setengah mati. Mata birunya berkilat emosi dan raut pemuda berambut pirang itu mengeras. Ia mengatupkan mulutnya.

" Ini bukan salah Levi, Mikasa!" Balas Armin dengan nada lebih tinggi. " Itu salah kami! Kami yang membuat masalah sejak awal! Mengganggu Levi hingga menjadi seperti ini!"

" Ya ini salahnya...dan juga"

Mikasa menyipitkan matanya. " Eren dibawa pergi dari kita. Ia diculik, ketakutan dan kau menyuruhku untuk menemui kakakku yang brengsek? Levi sialan itu? Memangnya kenapa dengan Levi hah Armin? Kenapadiantara semua kemungkinan yang adakenapa harus namanya?"

Gadis berdarah asia itu menggenggam buku-buku tangannya hingga memutih. Ia menggertakkan giginya. " Aku bisa saja mencari sampai ke akarnya. Sendirian. Aku bisa memecahkan dan menghabisi penculik Eren dalam sekejap. Aku bisa saja membunuh setiap manusia bedebah sialan yang telah menyakiti kalian berdua dalam satu waktu tanpa ampun."

Jean dan murid-murid yang lainnya meneguk saliva berat. Mereka tertawa gugup dan berkeringat dingin saat tatapan Mikasa menusuk ke seluruh kerumunan.

" Aku. Bisa. Melakukan. Semuanya." Mikasa menekankan setiap katanya dengan mata berkilat mengerikan dan menggeram berat. " Tapikenapa harus dia!?"

Armin menarik nafas dalam. Ia masih menatap lurus ke arah Mikasa dan mengeraskan rahangnya. Jean dan yang lain menarik nafas kaget saat Armin... ARMIN! DEMI OTAK GILA KURANG WARAS HANJI YANG GENDERNYA DIPERTANYAKAN SETIAP ANGKATAN! ARMIN YANG LEMBUT ITU!

Armin menatap lurus Mikasa. Dengan mata birunya yang berhasrat kuat.

" Karena..." Armin menarik nafas panjang dan menggembungkan pipinya.

Mikasa membulatkan matanya kaget saat penjelasan Armin mengalun tepat di telinganya. Masuk ke dalam sel otaknya dan terproses cepat. Sangat cepat malahan.

" Tidak kusangka..." Mata dingin milik Annie menatap pemandangan di depannya dengan tatapan sadis. " Terluka, berdarah, lemah, dan hanya memegang...satu revolver. Ku akui kau mempunyai keberanian, Erwin Smith."

Erwin memegangi sebelah bahunya yang berdarah. Sebelah yang lain menggenggam erat sebuah revolver hitam yang pelurunya kurang lebih hanya untuk memberikan satu tembakan perlindungan dan satu tembakan perlawanan. Selebihnya, tidak ada tindakan lain yang lebih logis selain lari sekarang juga.

Pemuda berpewakan dewasa itu tersenyum. Mata biru nya menyorot Annie yang berdiri di depannya dengan wajah datar yang angkuh. Di depan gedung dimana para sniper yang seharusnya membidik para bedebah sialan itu.

Erwin melirik ke samping Annie. Ke arah gedung yang ia belakangi. Kosong dan sepi.

" Kau menghabisi mereka." Erwin terkekeh.

Annie menyalakan pelatuk senapan anginnya. " Dan kau beserta sisa murid-murid sekolah bodohmu itu akan segera menyusul."

Pemuda dengan tubuh kekar dan rambut sewarna ladang gandum itu tertawa. " Benarkah? Tanyakan pada bawahan sekolah bodoh-mu itu terlebih dahulu."

Annie menodongkan senjata itu tepat di hadapan Erwin. Malam semakin larut dan penerangan di daerah itu dibilang buruk. Tetapi mereka bisa merasakan kehadiran masing-masing. Erwin yang mencium bau senapan Annie dan Annie yang mencium bau besi darah Erwin menguar dimana-mana.

" Targetku adalah ketua sialan-mu itu." Annie bergumam. " Kepalanya adalah hadiah yang bagus atas kekalahan ayahku dan pembalasan dendam ke-mafiaan kami yang berumur lebih seabad, tetapi dikalahkan dengan memalukan oleh seorang bocah berusia 15 tahun sialan. Aku berharap Levi yang akan datang."

" Kau tahu sifat pemuda itu, gadis es" Erwin tersenyum. Diam-diam dia menggenggam revolvernya kuat. Bersiap melepas tembakan. " Mana ada dia mau repot-repot datang hanya untuk bertatap muka dengan orang di bawah derajatnya"

Annie mendesis di antara sunyinya tempat itu. Desisannya bercampur dengan suara rintihan serta kutukan lirih para sniper yang mulai sadar di dalam gedung.

" Kekuatan dibalas kekuatan." Annie menatap tajam Erwin. " Si brengsek keparat itu menyukai tantangan dan kekuatan. Aku tidak menyangka kalau anak-anak yang disuruh menjebak itu malah dihabisi oleh orang sepertimu. Padahal aku sudah menyiapkan pembuka yang bagus untuknya"

Erwin tetap diam di tempatnya. Berusaha untuk bersikap normal selagi menyusun rencana di kepalanya dan mencari celah untuk tembakan itu.

Sisa mereka bersembunyi rapi di tempat-tempat tertentu. Telinga mereka diprogram untuk mendengarkan tembakan.

" Jangan lupakan kalau file hitam itu tidak satu orang saja" Erwin menggidikkan bahunya dan sedikit mendesis saat rasa sakit di tendon-nya menghantam sarafnya. " Aku juga petinggi mafia. Aku juga menyukai tantangan. Kekuatan dan pertempuran adalah makanan sehari-hari ku. Lagipula"

Erwin tersenyum, tetapi senyuman itu bukan senyum dewasa yang sering ia tunjukkan. Senyum itu senyum kejam, "lama aku sudah terkurung dan membusuk di sekolah itu. Sekolah ilusi itu. Aku harus berterima kasih padamu Annie Leondhart. Kau membangkitkan kembali diriku yang sebenarnya. Mengirimkan hampir 50 anak-anakmu dan menghabisi mereka. Wuuuhmenyenangkan."

Annie menggidikkan bahunya. " Ya sudahku bilang saja ada satu korban yang dengan bodoh menawarkan diri untuk mati. Target ku masih sama si Levi tapi untuk menghargai keberanian sia-siamu itusatu peluruku akan menembus otakmu"

BANG!

Gadis dengan tatapan lebih dingin dari es itu membulatkan mata dan seketika menggeram. Ia mendesis kuat dan segera menodongkan senapa anginnya membidik Erwin. Erwin sendiri tersenyum. Itu akan menimbulkan bunyi yang cukup kuat.

" Erwin Smith! Otak mafia!" Annie tertawa mengerikan. " Ternyata lebih bodoh dari yang kukira! Kau menembak kemana hah!? Tembakan itu jelas-jelas meleset sangat jauh. Levi akan sangat menyesal karena telah merekrutmu menjadi petinggi dan pemerintah telah buta memasukkanmu ke dalam file hitam!"

Erwin tersenyum lebar. Matanya berkilat. " Tidak juga. Malah aku bersyukur aku masuk ke dalam file hitam jadi aku sadaraku tidak perlu menahan diri untuk melakukan dosaku yang satu ini."

Annie menembak tetapi Erwin langsung menerjang. Biarpun tangannya terluka parah, ia menerjang seperti orang gila. Seperti seorang psikopat. Tidak peduli luka di tubuhnya ataupun apapun lagi, ia berkelahi seganas beruang liar yang mengamuk.

Dia benar-benar tidak menahan diri. Benar-benar haus darah akan kematian.

Dan Annie yang sudah terlatih sejak kecilsama liarnya. Perkelahian dan pembunuhan mereka tidak dapat dicegah lagi.

Suara tembakan menggema di langit Kyoto. Orang-orang yang berjalan di jalanan panik. Mereka berbisik gelisah dan berjalan lebih cepat. Para polisi segera berpencar. Polisi-polisi di kota panik mengkode yang lain untuk segera mencari tahu apa yang terjadi. Lusinan mobil kepolisian diturunkan.

Berbagai mata menatap mereka khawatir. Para peserta festival musim panas berlarian ke rumah masing-masing karena takut.

Beberapa mata lainnya menatap tajam.

" Itu sinyal kita yang di Kyoto. Erwin senpai mengeluarkan tembakan untuk kita."

" Kita harus peringatkan Tokyo sekarang juga."

Petra tidak peduli lagi dengan gelar Lady ataupun kebangsawanannya. Darah raja dan wibawa yang ia bawa dari lahir tidak berguna sekarang. Ia adalah file hitam sekarang. Ia adalah mafia. Ia adalah bagian dari kejahatan sekarang dan ia tidak perlu menahan diri ataupun takut dengan itu semua.

Malah ia tidak akan memberi ampun.

Wajah ayu-nya menatap tajam lusinan siswa di depannya. Siswa-siswa yang menahannya. Siswa-siswa yang meremehkannya. Siswa-siswa yang melawannya.

Semuanya mengerang dan merintih mengerikan meminta pertolongan. Petra hanya cukup menggunakan sebuah belati dan sebuah pistol. Saat pertama kali ia menyerahkan diri untuk ikut dalam file hitam Levi, Levi menolaknya dengan keras.

Dia berkata kalau file hitam adalah anak-anak dan orang-orang yang mengerikan. Mereka melakukan kejahatan pada kemanusiaan yang tidak akan dimaafkan oleh bumi dan langit. Kelakuan mereka dikutuk setiap generasi dan neraka serta kegelapanlah menunggu penghakiman mereka.

Petra membuktikannya.

" Beritahu aku, dimana kalian sembunyikan Eren Jaeger?" Petra meletakkan kakinya di atas kepala seorang siswa Maria Highschool.

Siswa itu mengerang dan menjerit. Petra menekan kakinya pada luka terbuka di kepalanya. Sol kasar sepatunya menggesek dan menekan luka itu tanpa henti dengan wajah dingin dan kejam. Wajah kedewian Petra segelap badai.

Gadis berambut sebahu itu menekan lebih kasar dan jeritan seperti orang yang akan dijagal keluar secara mengerikan dari mulut siswa itu. Pandangan siswa itu memerah pekat karena darah bukan lagi menetes, tetapi mengalir deras seperti air terjun dari kepalanya.

" Kau punya mulut kan?" Petra berjongkok. Ia mendesis. " Kau menjerit dan berteriak, tapi tidak bisa menjawab pertanyaan seseorang?"

Belati Petra, menusuk tepat di tendon bahu siswa itu. Ia menekannya dalam.

Siswa itu menjerit gila-gilaan. Berusaha meronta dan melepaskan diri dari Petra seperti cacing. Tetapi Petra hanya diam. Ia tidak tersenyum atau apapun. Petra menekan kepala siswa itu lebih kasar dan menusuk belati itu dengan sekali sentakan ke dalam.

Mengenai tulangnya.

" Katakan sesuatu padaku atau ini akan berakhir lebih buruk." Desis Petra. " Karena ini akan menggantikan kakiku di kepalamu".

" Petrahentikan"

Gadis berambut sebahu itu mendongak. Menatap dua orang pemuda yang hampir sama karena begitu banyak kemiripan pada mereka. Mereka dibalut jaket kulit berwarna hitam pekat dan abu-abu kotor. Rambut panjang mereka, disanggul dengan gaya khas laki-laki.

Petra menarik belati-nya paksa. Menciptakan jeritan panjang siswa itu dan tubuhnya melemas pingsan karena sarafnya terguncang akibat banyaknya rasa sakit yang diberikan Petra padanya secara bertubi-tubi. Gadis itu menyingkirkan sepatunya dan menjauhkan pemuda itu.

" Aku sudah menanyai setiap siswa dan orang-orang yang kucurigai. " Petra memasukkan kembali belatinya ke dalam jas sekolahnya. " Tidak ada yang tahu. Entah mereka benar-benar tidak ada yang tahu atau mulut sialan mereka benar-benar ditutup rapat."

Petra menatap kedua pemuda di depannya dengan mata berkilat dingin. " Aku mendengar anak-anak yang lain memperingatkan Tokyo, berarti Erwin sudah melepas tembakan. Mereka bilang ia sedang menghadapi gadis keparat ituAnnie. Farlan dan Nanaba masih belum terdengar kabarnya. Rico dan Hanji mencoba mencapai bar milik mafia. Levi akan mendatangi Mina dan menyiapkan diri."

Pemuda dengan jaket kulit hitam itu maju selangkah. " Soal Eren Jaegertidak ada yang tahu. Penculikannya dirahasiakan petinggi sekolah itu karena itu hanya urusan Thomas beserta yang lain."

Petra menyipitkan mata, " Erd, bagaimana kalian tahu? Gunther, aku juga tidak pernah melihat jaket kulit itu."

Erd dan Gunther menatap satu sama lain dan menyeringai.

Erd terkekeh, " Ku akui, menyusup itu bukanlah perkara mudah. Kepala Gunther habis tertebas 5 kali jika saja aku tidak menebas kepala yang lain terlebih dahulu. Aku bahkan tidak bisa menghitung berapa banyak aku hampir saja tercincang oleh mereka."

" Kami menyusup ke sekolah mereka. " Ucap Erd santai

" Lebih tepatnya ruang rapat petingginya" Gunther melanjutkan sambil bersiul santai.

Senyum kemenangan terpatri di wajah Petra. " Oh ya? Tunjukkan padaku apa saja yang kalian dapatkan."

Sebuah amplop berwarna coklat kayu bergaya vintage terlempar ke tangan Petra. Gadis itu menatapnya dan seketika mengernyitkan dahi.

" Itu berbahasa prancis. " Erd menjelaskan sambil menunjuk amplop di tangan Petra. "Kami yakin membawanya kepadamu merupakan keputusan yang tepat. Gunther memang bisa berbahasa prancis sedikit, tetapi tetap saja tidak sebagus kau dan ketua."

Petra membuka tali yang mengikat amplop itu cepat. Ia bahkan menariknya sampai putus. Masalahnyajantungnya berpacu sangat cepat saat kata pertama di bagian depan amplop itu terbaca olehnya.

Tangannya memacu kecepatan untuk segera mengetahui isi amplop tebal itu. Sialnyamatanya mengenali tinta hitam di amplop itu.

" J-jangan bilang..." Bibir Petra bergetar selagi tangannya menarik kertas pertama di dalam amplop yang menarik perhatiannya.

Mungkin itu hanya salinan, tetapi isinya membuat Petra seketika tercekat.

Surat perjanjian keluarga Ackerman tentang pernikahan dan calon mempelai wanita. Tertanda Kenny Ackerman sebagai kepala keluarga dan peminang adalah Levi Ackerman. Surat yang sama dengan miliknya dulu.

Hanya saja ini lebih tua dari miliknya dan nama mempelainya bukan seorang bernama Petra Rall.

Melainkan nama gadis bermarga Jaeger.

Miranda Jaeger, tertanda sebagai putri keluarga Jaeger di Jerman dan adik Eren Jaeger.

Petra menutup mulutnya rapat dan matanya melebar saat di belakang surat itu terdapat surat lainnya. Sebuah salinan surat pernyataan rumah sakit di Jerman.

Petra spontan menutup mulutnya dengan tangan dan menatap Erd serta Gunther yang menatapnya minta penjelasan.

Itu adalah surat pernyataan tentang Miranda Jaeger.

Yang meninggal karena gagal jantung.

Eren mengurung diri seharian di kamar. Ia bahkan tidak membukakan pintu bagi madame yang lain untuk memasukkan makanan ke ruangannya. Lampu ruangannya dimatikan total dan tirai besar kamarnya juga ditutup.

Eren hampir-hampir berubah menjadi seorang vampir karena keadaan ruangannya benar-benar segelap malam padahal di luar, keadaan kota Berlin cerah. Cukup cerah untuk membuat Eren menolak segala cahaya masuk ke kamarnya.

Pemuda manis itu hanya bergelung dibalik selimut hijaunya dan membiarkan AC menyala.

Ia kesal. Sangat teramat kesal. Para madame pun tidak bisa membujuk Eren untuk membukakan pintu atau keluar.

Seluruh komunikasi milik Eren dikontrol ayahnya. Ia tidak bisa menghubungi siapapun di Jepang ataupun Jerman. Bahkan keluarganya yang lain juga tidak tahu kalau Eren dipulangkan ke Jerman. Apalagi Armin dan Mikasa. Ayahnya sangat menghalangi kedua orang itu untuk tahu keberadaan Eren.

" Akkhhh..."

Selimut besar berwarna hijau itu sedikit bergerak. Erangan liirh keluar dari balik selimut. Wajah Eren masih memerah dan ia sesekali mencengkram selimut erat.

Levi adalah seorang Ackerman. Levi adalah seorang Ackerman. Levi adalah seorang Ackerman.

Hanya hal itu yang terus berputar di kepalanya. Levi si keparat itu. Levi si brengsek cebol itu. Levi si bajingan sialan itu.

Sekarang semuanya jadi masuk akal untuk Eren. Hal itu menjelaskan kepadanya mengapa cebol itu bisa berbahasa prancis dengan lancar dan aksen-nya kental sekali. Orang-orang Prancis juga mempelajari bahasa Belanda dan Jerman.

Dengan status setinggi Levi, dua bahasa itu sudah menjadi makanan sehari-harinya. Itulah sebabnya ia selalu mempunyai hasrat untuk membunuh Eren karena Eren setiap waktu akan menyumpahi dan mengutukya dengan semua kata kutukan terbaik Jerman berharap Levi tidak akan sadar.

Tapi selama itu juga, dia sadar.

" Levi cebol tolol" Gumam Eren kasar di balik selimut.

Fakta bahwa Levi seorang Ackerman juga menjelaskan kecurigaan Eren terhadap kemiripan Mikasa dan Levi. Mereka punya hawa kepemimpinan alami. Mereka pandai mengintimidasi, menjatuhkan mental lawan, atau melindungi milik mereka dengan ketat.

" Kenapa Mikasa tidak pernah memberitahuku tentang hal ini?" Eren menggigit bibir bawahnya kuat. " Padahal...Padahal aku kira sudah mengenal Mikasa dengan baik. P-padahal aku sudah mengganggap Mikasa saudaraku...kenapa aku tidak tahu tentang hal ini? Apakah Armin juga tidak tahu?"

Eren makin menenggelamkan wajahnya ke balik selimut.

Tatapan tajam Levi dan tatapan tajam Mikasa. Mata sehitam arang Levi dan Mikasa. Wajah rupawan tanpa cela milik Levi dan Mikasa.

Gambaran itu terus berputar di kepala Eren. Berusaha menyandingkan kedua orang itu dan semakin Eren menyandingkan, semakin tidak ia temukan celah kalau Levi bukanlah seorang Ackerman seperti yang diberitahu ayahnya dan bawahan sialan ayahnya yang bernama Thomas keparat itu.

Eren menutup matanya sambil mengerang dan sedikit terisak. Ia makin menggulung diri dan mencengkram kuat kunci pintu kamarnya di tangan lain.

Otaknya tiba-tiba saja memutar kejadian dimana ia bertemu Levi. Levi yang menendangnya. Levi yang memukulnya. Levi yang menariknya. Levi yang menyeretnya seenak udelnya. Levi yang menculiknya.

Levi yang memperkosa dan meng-klaimnya sepihak.

BRUUKKK!

" LEVI KEPARAT BRENGSEK!" Eren menendang kain di bawahnya kasar hingga lecek.

Nafas Eren beradu cepat. Telinganya memerah emosi dan ia tidak bisa menyembunyikan kekesalannya.

" Kenapa tidak ada yang baik darimu menurutku hah?" Eren menggerutu. " Kebencianku padamu tidak akan surut dasar cebol sialan!"

Eren sekali lagi menutup mata. Berusaha menenangkan diri dan berfikir hal lain. Mengindahkan tentang Levi agar membuat darahnya tidak cepat naik. Ia berusaha berfikir bagaimana jalan keluar dari ini semua.

Bagaimana ia menghubungi orang lain terutama Armin dan Mikasa. Mansion-nya dijaga ketat oleh ayahnya. Para madame pun disuruh bersiap-siap untuk sesuatu di luar tadi. Ia bisa mendengar banyaknya suara langkah kaki bolak-balik di luar kamarnya.

Ayahnya sedang merencanakan sesuatu dan ia tidak tahu apapun itu. Ia langsung mengunci diri di kamar saat Thomas mengatakan kalau ia adalah umpan.

" Umpan apa?" Eren mengernyitkan dahi.

Ayah memasang jebakan untuk Levi.

Levi.

Bahaya.

Eren segera menendang selimutnya. Mata sehijau emerald-nya membulat panik. Peluh mengalir dari dahinya. Ini bahaya. Jika ayahnya sampai merencanakan sesuatu sejauh ini bahkan dengan rela mengirimkan anaknya sendiri, ayahnya tidak akan main-main.

Ia harus memperingati Levi.

Eren tiba-tiba saja panik. Ia memang tidak pernah melihat Levi disakiti sebelumnya. Di dalam hatinya ia memang menginginkan pemuda sialan itu untuk sekali-kali merasakan sakit. Agar ia mengerti penderitaan seluruh korbannya.

Tetapi jauh-jauh di dalam, entah kenapa Eren bisa merasakan kalau bahkan Eren sendiri tidak bisa menampung semua rasa sakit yang Levi alami seumur hidupnya.

Bayangan Levi disakiti entah mengapa terlihat mengerikan di dalam kepala Eren bila itu sampai terjadi. Ia seolah seperti agak tidak rela kalau itu sampai terjadi. Lagipula, ia masih punya urusan dan hubungan dengan pemuda cebol itu.

Dan ia tidak ingin salah satu dari mereka terluka sebelum semuanya jelas.

Ckleek...

Kreeek

Eren segera menengok ke arah pintu kamarnya. Ia menyipitkan mata saat suara bunyi kunci yang terbuka mengisi kamarnya. Pemuda itu menengok kunci kamarnya di tangannya. Masih disana dan ia tidak ingat pernah melepasnya.

Sosok jangkung seorang pemuda memasuki kamarnya. Ia menyeringai di balik gelapnya kamar Eren. Eren awalnya syok tetapi lama kelamaan dia mendesis.

" Aku lebih memilih senior Hanji daripada dirimu" Desis Eren awas seperti kucing liar. " Setidaknya gilanya kakakmu lebih baik daripada harus melihat wajah sialanmu itu muncul dimana-mana di rumahku. Kau memang disewa oleh ayah tetapi ini tetap rumahku dan aku tetaplah aku. Kau tidak punya hak untuk mengatur diriku dan masuk ke kamarku tanpa seizinku".

Thomas membuka mulutnya kagum dan tertawa. " Wow..wow... sepertinya seorang Eren Jaeger sudah memasukkan sifat-sifat kesekolahan kami."

Eren makin mengernyitkan dahinya kesal. Ia mengerutkan dahi tidak suka saat kunci cadangan untuk kamarnya yang seharusnya berada di tangan ayahnya malah berada di tangan pemuda keparat ini.

" Maafkan aku pangeran kecil kita ini..." Thomas menggoyang-goyang kunci di tangannya dan tersenyum. " Tapi kau harus bersiap-siap..oh mungkin nanti dulu ku katakan itu. Ayahmu menyuruhku menjemputmu mengingat kau benar-benar menutup diri setelah pagi tadi."

Eren menggeram kesal. Ia menyumpahi pemuda itu di dalam hati dan dengan kasar menjauhkan diri dari kasurnya.

" Levi tidak salah jatuh dalam pesonamu" Komentar Thomas sambil bersender di pintu kamar Eren.

Eren segera menegakkan kepalanya dan menyorot Thomas dengan wajah merengut dan alis tertukik tajam.

" Kau itu bisa dibilang seperti kerang. Luarnya tangguh dan keras sedangkan dalamnya lembut. Ooops...apakah akau terlalu banyak berkomentar?"

Thomas mengangkat tangannya dan tersenyum saat Eren sudah berhenti tepat di hadapannya dengan rahang menegang dan tangan mencengkram kuncinya kuat. Mata emerald-nya terlihat terbakar.

Eren melabrak bahu Thomas dan dikejutkan dengan sesosok anak kecil di belakang Thomas sejak tadi. Ia menghadap ke koridor dan mendengarkan semua percakapan mereka berdua.

Anak kecil itu terlonjak dan mendongak menatap Eren yang juga kaget menatapnya.

Thomas menepuk kepala gadis itu dan tersenyum. " Yuii memutuskan untuk ikut. Dia merindukanmu. Iya kan Yuii sayang?"

Yuii menundukkan kepala. Sejak pagi tadi Yuii selalu menghindari Eren. Dia memang syok dengan apa yang terjadi. Fakta kalau Yuii masuk ke dalam jajaran sekolah kriminal juga membuat Eren terkejut setengah mati.

Tapi ia tidak bisa seperti ini.

Thomas dan Yuii sama-sama kaget saat tangan Eren mengamit tangan Yuii dan mengajaknya untuk berjalan lebih dahulu. " Ayo Yuii...kita harus cepat."

Yuii menundukkan kepala makin dalam dan memeluk tangan Eren. Gadis itu sangat rapuh. Mengingatkan Eren pada Levi saat itu. Levi yang kuat itu benar-benar rapuh di tangannya. Seolah-olah Eren mampu merasakan kalau ia melepaskan sedikit saja pegangannya pada pemuda dingin itu, maka ia akan hancur.

" Apakah semua anak berandalan seperti ini?" Gumam Eren lirih. " Dan ayah ingin menghancurkan mereka lagi?"

Eren menatap lurus ke depan. Ia mencengkram tangan mungil Yuii kuat.

Ia harus berbicara pada ayahnya dan mengetahui semuanya. Meluruskan apa saja yang telah terjadi.

Mina menatap anak asuhnya itu. Levi yang menatap lurus ke depan dengan senjata tersampir di badannya. Badan tegapnya dibalut kemeja putih. Mata tajamnya menatap lurus ke arah jalanan.

Ia bersandar pada motor besarnya. Sikunya menumpu tubuhnya.

" Kau mengorbankan banyak anak buahmu" Ucap Mina lirih.

Levi masih tidak bergeming. " Menurutmu?"

Mina menghela nafas. Ia padahal sudah berjanji untuk tidak ikut dalam perkelahian macam apapun lagi. Ia ingin pensiun dan sesekali menikmati hidup. Caffe-nya masih memerlukan dirinya tetapi sekarang

" Kau membuatku sekali lagi terjun ke dalam pembunuhan, Levi" Mina berkomentar sambil terus menyorot Levi di hadapannya. " Aku tahu kau tidak bermaksud membuatku ikut campur. Mengasuhmu lama membuatku tahu sifat mu Levi. Biarpun wajah dingin dan datar itu menutup semuanya."

Levi menutup matanya.

" Apa rencanamu yang sebenarnya, Levi?" Mina mengetukkan kakinya di tanah. "Kita terpencar. Kemafiaanmu diletakkan di tempat-tempat yang tidak logis. Mereka ditugaskan hanya untuk mengamankan tempat-tempat vital, bukan tempat yang dalam perhitunganku dan perhitunganmu menjadi sasaran mereka. Anak-anak sekolah itu disuruh bersembunyi menunggu perintah sedangkan Thomas sudah mengirimkan banyak anak buahnya untuk menekanmu. Hanya file hitam yang diturunkan. Apa maksudmu?"

Levi berhenti bersender pada sikunya dan menatap Mina dengan sorotan tajam itu. "Intinya ini hanya masalah antar sekolah, Mina. Aku tidak akan menurunkan anak buahku yang berharga hanya untuk mengurus satu sekolah. Aku mendirikan mafia dan merekrut orang-orang terbaik bukan untuk disia-siakan."

"Ya dan mengorbankan file hitam yang lain." Balas Mina langsung. " Kau menyuruh Erwin untuk memberi kode pada anak-anak di Tokyo. Kuakui rencanamu sejauh ini berjalan mulustetapi setelah itu kau ingin apa? Hanya ada dua pertanyaan yang ingin ku tanyakan padamu, Levi."

Mina ingin bertanya tetapi Levi langsung memotongnya dengan nada dinginnya.

" Ini bukan karena Eren saja yang diculik". Levi mendesis. " Ini masalah yang jauh-jauh sudah terjadi dan baru diungkit sekarang."

Mina tersenyum. " Baiklah pertanyaan kedua, apa yang kau inginkan?"

Levi tersenyum remeh pada Mina. " Apa yang kuinginkan?"

" Yang kuinginkan hanyalah membuat mereka sadar kalau mereka telah berurusan dengan kita. Kekuatan dan gertakan tidak akan membuat kita takut. Mereka boleh menang jumlah karena akan melawan kita dan diriku, tapi sekolah itu telah lama dibangun oleh pemerintah bahkan sebelum aku mengambil alih diam-diam. Aku hanya menyempurnakannya. Anak-anak disana telah mengecap pahitnya hidup bahkan lebih dariku."

Mina mendengus. " Jadi?"

Levi menarik senapannya dan menyampirkannya ke bahu kokohnya. " Mereka pikir bisa mengambil alih Kyoto. Mereka menyerang daerah yang mereka anggap vital. Kejutkan mereka dengan menargetkan daerah lemah mereka. Jangan terjunkan semua. Gunakan sebaiknya Mina. Aku percayakan padamu. Yang terakhirlangsung ke sekolah mereka. Cepat dan tepat."

Mina tersenyum. " Kau selalu tahu kesukaanku Levi."

Levi menatap Mina datar tapi Mina tahu, di dalam hatinya, anak asuhnya itu sedang tersenyum. Ia tidak bisa menunjukkan perasaannya seperti anak biasanya. Ia akan menunjukkan perasaannya lewat hal lain.

" Levi, satu lagi..." Panggil Mina sebelum ia pergi karena salah satu murid sudah memberitahunya kalau mereka mendengar senapan Erwin.

" Mina..." Levi balas berbicara juga.

Mina menaikkan alisnya. " Apa?"

" Menurutmu kau pernah melihat Eren di suatu tempat? Namanya terasa familiar bagiku setelah beberapa hari ini." Levi mengusap matanya. " Aku lupa dimana tapiaku merasa harus bertemu dengannya. Benar-benar harus."

Mina mendengus dan melempar sebuah kerikil hingga menghantam bagian belakang kepala Levi. Pemuda bermata setajam belati itu itu seketika menatap Mina dengan tatapan membunuh dan ia menggeram mengerikan.

Mina malah tertawa dan mendengus. " Memang seharusnya begitu. Kau mencintai anak itu, Levi. Eren tidak seperti dirimu. Dia mudah senang tapi dia juga mudah jatuh. Kalian bahkan terikat lebih erat dari yang kau kira dan jangan sembarangan memutuskan hubungan itu karena sebuah masalah. Lihat kan? Kalian berdua juga yang sakit. Terutama kau. kau terlihat kacau bagiku."

Levi dan Mina mengalihkan pandangan ke arah iphone Levi yang bergetar. Levi mengangkatnya.

" Ada apa Petra?"

Levi tercekat. Ia melebarkan matanya seketika dan menggeram dengan nada bariton yang benar-benar terdengar gelap dan suram.

" Laki-laki tua sialan itu..." Geram Levi.

Mina bertanya. " Ada apa?"

Mina seperti melihat Levi berubah menjadi iblis.

" Mereka membawa Eren kabur ke Jerman."

Levi mencengkram motornya teramat kuat dan ia sudah yakin kalau membunuh beberapa orang lagi tidak akan masalah.

Petra segera berlari menuju rumahnya. Setidaknya sebuah apartemen itu bisa ia sebut rumahnya. Ia tidak lagi hidup bergelimang harta dan kemewahan seperti di Prancis tetapi ini membuatnya nyaman.

Selama hidupnya, ia selalu membawa surat perjanjian itu.

Gadis itu mendobrak pintu apartemennya dan dengan cepat membuka lemarinya. Ia mengeluarkan sebuah kota kecil dan melemparnya ke kasurnya. Ia membuka kotak itu cepat dengan sebuah kunci kecil yang ia sembunyikan di bawah tumpuka bajunya dan membuang kunci itu.

Sebuah surat perjanji tertanda kalau ia adalah tunangan Levi. Tetapi amplop di tangannya berkata lain. Surat miliknya terkesan baru. Di hadapannya terdapat surat perjanjian yang sama dengan tahun yang lebih tua darinya. Dengan nama seorang gadis bermarga Jaeger.

Petra memacu nafasnya antara gugup dan syok. Bibirnya memucat.

Seingatnya saat ia menelusuri Eren, ia tidak ingat Eren punya adik bernama Miranda Jaeger.

Petra kembali membaca surat pernyataan rumah sakit Berlin. Dinyatakan disini kalau Miranda meninggal

" Dia meninggal 1 minggu setelah lahir!?" Petra hampir saja menjerit.

Pernikahan ini bisa dibilang gila! Levi telah ditunangkan bahkan sebelum mempelainya lahir ke dunia. Dari tanggalnyaLevi saat itu masih berumur sekitar 4 tahun. Eren baru berumur 2 tahun dan Miranda dijadwalkan akan lahir di tahun itu.

Di dalam amplop yang sama tertulis perjanji antara ayah Eren dengan petinggi Maria Highschool. Ayah Eren meminta bantuan mereka untuk sesuatu.

" Ada sesuatu yang salah disini." Petra menarik rambut sewarna coklat madunya gusar. " Apa yang terjadi disini... aku bahkan tidak tahu menahu kalaukalau Levi telah ditunangkan dengan keluarga Jaeger...dan perjanjian ini."

Petra kaget saat ia membuka amplop itu lebih dalam. Terutama sebuah rencana yang tersusun rapi dengan transportasi, tiket, titik-titik, surat pernyataan sekolah, peta, koordinat kota.

Petra secara spontan langsung menekan tombol telpon ke nomor Levi.

" Levi, Eren dibawa kabur balik ke Jerman."

Levi menatap ayahnya yang sedang duduk di depannya. Ayahnya bersikeras dan membujuknya setengah mati untuk datang. Padahal Levi sedang dalam mood tidak baik. Sedari tadi ia duduk di hadapan ayahnya dengan wajah menekuk dan tatapan menusuk yang tajam.

Matanya berhasrat untuk membunuh. Dan tangannya gatal untuk memenggal seseorang. Otaknya terus memacu berbagai rencana untuk mengambil Eren kembali. Dengan paksa.

" Levi...kau masih mengingat keluarga Jaeger kan?" Ayahnya bersuara dengan nada datar yang khas seperti milik Levi. " Jika kau lupaaku rasa kau sudah mengetahuinya karena Eren Jaeger masuk ke sekolahmu dan ku yakini itu adalah sebuah kesalahan."

Levi masih menatap ayahnya dingin. " Darimana ayah tahu?"

" Mikasa menyadarinya. Ia tahu ada yang salah sejak Armin dan Eren tidak pulang ke apartemen untuk beberapa hari dan mengetahui kalau mereka berdua terkurung di sekolahmu." Jawab ayah Levi.

Levi melipat tangannya. " Jadi apa hubungannya dengan memanggilku hah? Menyalahkanku?"

Pemuda paruhbaya itu menggeleng. " Tidakbukan karena itu. Aku dan kakek Armi memikirkan untuk mengambil Eren dan Armin kembali dan berusaha menghubungi ayah Eren. Tapi..."

Levi menyorot tajam dan menusuk saat ayahnya menunjukkan sebuah undangan di hadapannya. Tertulis atas nama ayah Eren dan keluarga Jaeger.

" Mereka bukan hanya mengundang ayah, mereka juga mengundangmu." Ayah Levi menatap putranya yang menarik undangan itu ke hadapan wajahnya dan matanya berkabut. "mereka menulismu lengkap dengan nama keluarga kita."

Levi mendesis kecil dan menggeram. " Atas dasar apa?"

" Ayah tidak tahu. Kurasa ini waktunya kau mengingat siapa keluarga Jaeger kembali, Levi." Ayah Eren menarik sebuah kotak di atas meja. " Ayah ingin kau datang kesana sebagai putraku. Aku tahu kau tidak ingin dipaksa teta"

"aku akan hadir."

Raut kaget tidak bisa disembunyikan dari wajah keriput milik Kenny. Ia bahkan sampai melepas kacamatanya dan menyorot Levi tajam yang dibalas Levi lebih tajam untuk menunjukkan kesungguhannya.

" Ini di Jerman bukan?" Levi menggoyang-goyangkan undangan di tangannya. " Berarti aku akan ke Jerman."

Kenny mengangguk. " Aku tidak tahu maksud ayah Eren mengadakan pesta di saat masalah seperti ini."

" Kurasa aku akan segera tahu." Levi mendecih. " Kau masih punya jas ku yang dulu, pak tua?"

Kenny menyuruh salah satu maid yang di luar ruangannya untuk masuk. Historia masuk dan ia kaget saat melihat sosok Levi duduk di dalam ruangan. Begitu santai dan intens pada ayahnya.

Maid itu menahan tangisannya. " T-tuan muda..."

" Historia" Panggil Levi datar.

Kenny berdehem. " Historia, siapkan semua fasilitas milik Levi dulu."

Historia makin kaget. Ia tidak bisa berhenti menggigit bibirnya dan menunduk sopan sebelum keluar. Tangannya bergetar bahagia.

Levi berdiri dari kursinya dan segera mengambil jas miliknya. Ia akan keluar sebelum suara milik Kenny keluar.

" Kau benar-benar tidak ingat keluarga Jaeger?"

Levi mendecih. " Hanya Eren pak tua."

" Ahh..." Ayah Eren bersandar pada kursinya. " Kurasa aku yang ingat satu itu...kau mengamit tangannya. Kalian masih kecil saat itu. Kemungkinan juga kau tidak ingat apapun tentang Miranda Jaeger kan?"

Levi berhenti memutar kenop saat nama itu mengalun di telinganya. Ia terdiam. Seolah-olah ia pernah mengenali nama itu. Bukan dari percakapan, tetapi di sebuah tulisan. Dan pemandangan seorang anak laki-laki bermata hijau yang menabraknya bergulir dalam pikirannya.

" Kurasa..." Levi menggertakkan giginya entah karena apa. " Aku ingat sesuatu"

Levi meninggalkan tempat itu. Menghadapi kejutan apa yang akan menunggunya di Jerman dan bagaimana semua masalahnya yang lalu baru menghampirinya sekarang bertubi-tubi.

T

B

C

XD

Gommenasai

Ku hilangnya lama ya? ๏︿๏

Banyak yg nunggui ya?

Gommenasai, ku menghilang lama sekaliii, bahkan ff lain pun tak terurus.

W sebenarnya mau fokus ke sekolah karena banyak hal di sekolah yang harus diurus ๏︿๏

Tapi w masih pengen buat ff, jadi w usahakan untuk tetap jalanin ff w yg ada dan menyelesaikan biarpun w update-nya lamaaaa sekali.

( TДT)(。•́︿•̀。)

Arigatou untuk semua yg sudah mau mampir ke ff ini. Semua yg sudah follow and review *sujud *

Mohon maaf kalau ada salah dari saya '︿'

Untuk bulan ramadhan, w usahakan update, tapi bila tidak memungkinkan update, kemungkinan w bakal buatnya nyicil semua ff :v

Karena semua ff w rate-nya m :v

Jadi sangat bahaya kalau nekat buat di bulan ramadhan :'v

Arigatou dan gomennasai, Minna san ︿﹏

Mind to Rnr?