OUR STORY

Jaehyun X Taeyong

NCT-U & SMRookies © SM Entertaiment

BL. AU. Typo (s). OOC (s)


Namanya Taeyong. Lengkapnya Lee Taeyong.

Jaehyun bertemu tak sengaja dengannya di koridor kelas saat ia akan mengembalikan buku ke perpustakaan.

Pertemuan mereka klise. Jadi yang akan diceritakan hanya garis besarnya saja.

Dang! Bruk! Crack!

Begitulah kira-kira suara yang tercipta saat mereka bertumbukkan. Buku Jaehyun jatuh―beruntung karena pemiliknya tidak ikut terjatuh, namun sayang karena kacamata miliknya terhempas ke lantai. Taeyong menginjak benda tak bersalah itu hingga patah.

"Ups."

Dan hanya itulah yang Taeyong ucapkan sebelum menghilang di belokan koridor.

Jaehyun menghela nafas.

Ia tersenyum. "Terimakasih banyak," mengucapkan terimakasih untuk orang yang telah membantunya memungut buku dan mengambilkan kacamatanya yang sudah terbagi dua.

Apa gadis-gadis itu tersipu?

Entahlah. Jaehyun tak bisa melihatnya karena pandangannya buram.

Sekali lagi ia menghela nafas. Melirik koridor tempat menghilangnya pemuda itu beberapa saat lalu. Lee Taeyong, pemuda itu memang seperti apa yang ia dengar dari orang-orang.

Apa sebutannya?

Arogan?

.


"Wow."

Jaehyun sudah tahu jika ia pasti akan diledek oleh kawannya saat mereka bertemu.

"Kacamata yang bagus, Jae."

Jaehyun memutar matanya bosan. Jika yang dimaksud bagus adalah karena selotip yang terlilit ditengah kacamatanya, maka ia yakin selera temannya itu sungguh aneh. "Terimakasih banyak, Doyoung-ku sayang."

Doyoung, si pemuda bergigi kelinci tertawa. "Serius. Kok bisa?"

"Jatuh," jawabnya. Jaehyun berfikir sebentar, menimbang untuk melanjutkan ceritanya atau tidak. Tapi yang sedang mengobrol dengannya ini Doyoung. Dan pasti akan berakhir panjang jika ia cerita. Jadi Jaehyun memilih diam saja.

"Jangan bohong kau, Jae. Jika hanya jatuh takkan mungkin akan patah seperti itu."

"Sudahlah."

Jaehyun meringis merasakan kacamatanya jadi sungguh tak nyaman. Jika bukan karena hari ini ia masih membutuhkan benda itu untuk kelas berikutnya, ia pasti akan segera membuangnya dan menggantinya dengan yang baru. "Terimakasih, Lee Taeyong," bisiknya pelan.

"Apa?"

Jaehyun berdehem. "Tidak apa-apa."

Ia bisa merasakan Doyoung menatapnya curiga saat ia kembali berpura-pura sedang membaca. Dan ia bersyukur bel tanda pelajaran berikutnya sudah berbunyi dan guru sudah memasuki kelas, membuat perhatian kawannya itu mau tak mau segera teralih.

"Nanti aku temani beli kacamata sepulang sekolah. Tapi kau harus mentraktirku susu pisang," adalah kalimat terakhir dari Doyoung sebelum kembali duduk manis di tempatnya, yang tepat di depan Jaehyun.

Jaehyun nyengir.

.


"Taeyong-ah. Bangun!"

Pemuda yang terkapar di atas meja dengan buku paket terbuka sebagai alas, menepis kasar tangan yang mengguncang bahunya. "Hm... Lima menit lagi..." igaunya.

Tiga orang di sana, saling bertatapan sebelum sama-sama menghela nafas. Bukan Lee Taeyong namanya jika tidak menghabiskan jam pelajaran di kelas dengan tidur.

Dengan tak sopan, salah satu dari mereka menoyor kepala Taeyong hingga hampir terjungkal.

"APA SIH?!"

"Bel pulang sudah berbunyi, bodoh. Kau mau pulang tidak?" tanya Johnny, si tersangka pelaku penoyoran. Blesteran yang mengaku lahir di U.S.A itu berdecih. "Sudah bagus dibangunkan. Jika tidak kau pasti tidur sampai besok di sini. Dasar sleeping-beauty," ejeknya.

Dua orang lain tertawa.

"Jika sleeping beauty-nya seperti ini mana ada yang mau jadi prince," tambah Ten, nyengir.

Taeyong yang sudah sadar langsung cemberut. "Sialan," umpatnya.

"Sudah-sudah. Sebaiknya ayo pulang. Sebelum hujan," kata Yuta, si pemuda keturunan Jepang. Ia merangkul Ten dan mengajaknya keluar kelas lebih dulu, diikuti Johnny di belakang dan Taeyong yang dengan asal memasukkan bukunya ke tas dan berlari menyusul, menyelip di antara Johnny dan Yuta.

"Tapi aku ingin ke supermarket dulu. Di rumah tidak ada makanan."

"Hansol-hyung sedang tidak ada?"

"Hm," angguknya. "Kemarin ia kembali ke kampung halamannya karena ibunya sakit."

Taeyong yang mendengar itu langsung bersemangat. "Kalo gitu malam ini ayo kita nginap di rumah Yuta!"

Semua orang berhenti dan menatap Taeyong.

"Apa?"

Johnny merangkul bahu Taeyong. Dan mereka kembali berjalan bersama. "Kau hanya ga mau pulang ke rumah lagi hari ini, 'kan? Ngaku saja."

Taeyong tidak menjawab. Tapi ekspresi wajahnya yang mengeras menandakan jika tebakan Johnny memang benar.

"Kalo gitu, kajja! Malam ini kita menginap di rumah Yuta dan minum-minum hingga pagi-Adaw! Hei! Apa-apaan kau, Yuta!"

Protesan Johnny muncul karena Yuta memukul kepalanya keras. "Kita belum cukup umur, bodoh! Jangan membicarakan hal itu keras-keras!"

Johnny komat-kamit mengutuk Yuta, dan kembali mendapat pukulan sayang yang kedua kali di kepalanya. Sementara itu Ten tertawa mengejek ekspresi jelek Johnny.

Taeyong?

Dalam hati bersyukur tak harus pulang ke rumah dan melewati malamnya sendirian.

.


Bayangan di cermin menatap dirinya balik. Dan ia mengerutkan kening saat tak mengenali bayangannya sendiri. Juga mendapati jika ia bisa melihat dengan jelas bahkan tanpa batang kacamata bertengger di hidung. Rasanya aneh sekali.

"Doyoung, aku kira tadi kau berkata akan menemaniku membeli kacamata."

"Um, ya. Kenapa?"

Jaehyun berbalik dan menatap jengah sang kawan. "Lalu kenapa aku berakhir dengan membeli ini―" jarinya menunjuk pada matanya. Tepatnya benda yang ia pakai pada matanya.

Doyong nyengir. "Kacamata tidak keren. Kau harus mencoba memakai contact lens," katanya santai.

Jaehyun menghela napas. Ia menyesal sudah mau dibujuk untuk mencoba memakai contact lens yang diberikan si penjual di toko optik. Karena Doyoung, tanpa persetujuannya, langsung setuju untuk membeli. Padahal Jaehyun sama sekali tak tahu bagaimana cara memakai benda tipis-berair ini sebelum sekitar― sepuluh menit lalu?

Kini ia mulai membayangkan bagaimana mengerikannya saat ia akan melepaskannya nanti. Dan memakainya kembali besok. Uh, Jaehyun berharap tangannya tak tergelincir dan berakhir dengan mencolok bola mata indahnya.

"Jika mataku kenapa-kenapa aku pasti akan langsung mencarimu," ujar Jaehyun penuh ancaman.

"Tidak ada salahnya mencoba, Jae. Lihat―" Doyoung menarik tangan Jaehyun dan membaliknya agar menghadap lagi ke cermin. "Kau jadi kelihatan lebih tampan. Walaupun tak menandingi ketampanan seorang Kim Doyoung," lanjutnya sambil tertawa.

Jaehyun memutar bola matanya.

"Sekarang, mana susu pisang yang kau janjikan? Aku 'kan sudah menemanimu!"

Kadang Jaehyun heran, sebenarnya Kim Doyoung ini temannya apa bukan.

.


"Aku mau ini!"

"Ambil yang di atas sana, Ten."

"Oke!" Ten mengambil bungkusan-bungkusan lain dan menumpuknya di tangan Johnny, membentuk gunungan makanan ringan berbagai jenis, merek, dan rasa.

Taeyong nyengir, tangannya sudah penuh dengan kaleng-kaleng cola.

"Aku hanya menyediakan tempat, semua makanan itu kalian bayar sendiri," ujar Yuta yang kini berdiri di samping Taeyong, di tangannya ada beberapa bungkus ramen. Yah, Apalagi yang diharapkan dari anak-anak remaja ababil yang ditinggal sendiri untuk makan malam. Selain ramen instan yang mudah dibuat?

"Tenang saja. Biar Ten yang bayar," kekeh Taeyong, memutuskan seenaknya. Dia punya teman kaya raya. Sayang sekali jika ia harus mengeluarkan uangnya sendiri.

Keduanya bersama menatapi tingkah konyol Ten dan Johnny yang sepertinya mau memborong semua makanan ringan yang ada di supermarket hingga tak bersisa. Bahkan tangan Johnny sudah tidak cukup, membuat beberapa barang jatuh.

Yuta yang melihatnya segera mengambil keranjang belanja dan mendekati kedua bocah idiot itu. "Pakai keranjang belanja, bodoh!"

Taeyong tertawa melihat dua temannya dimarah Yuta.

Dan saat itu pintu supermarket terbuka dan dua orang pemuda dengan seragam yang sama dengannya masuk.

Taeyong tidak mudah mengingat seseorang, tapi ia mengenali salah-satunya.

Pemuda yang ia tabrak di lorong sekolah, yang kacamatanya ia injak hingga patah.

Dan sepertinya pemuda itu juga mengenalinya, karena ia terdiam di pintu masuk sementara temannya sudah menuju rak-rak minuman.

Jaehyun bertemu dia lagi.

"Aku ambil susu pisangku ya, Jae." Doyoung langsung menuju rak-rak minum sementara Jaehyun masih terdiam.

Tadinya Jaehyun ingin pura-pura tak kenal saja, tapi sosok itu malah mendekatinya. Mau tak mau Jaehyun juga berjalan mendekat.

"Oh benar, kau yang tadi," suara Taeyong terdengar datar. Dan terkesan tanpa dosa. Entah kenapa Jaehyun jadi sedikit kesal.

"Ya. Kita bertemu di koridor."

Dan kau menabrak dan menginjak kacamataku hingga patah, tambah Jaehyun dalam hati.

Taeyong mengalihkan semua kaleng-kaleng cola ke tangan kirinya sehingga ia bisa mengulurkan tangan kanannya. "Lee Taeyong," katanya memperkenalkan diri. Sebuah smirk menghiasi wajahnya.

Orang aneh, batin Jaehyun. Bukannya seharusnya ia minta maaf dulu karena kejadian sebelumnya, sebelum memperkenalkan diri seperti ini? Dan apa-apaan jenis senyumnya itu.

Tapi berhubung Jaehyun diajarkan untuk berlaku sopan, maka ia menyambut uluran tangan itu. Merasakan sensasi dingin dari tangan yang lain. "Jung Jaehyun."

Sosok itu mendekatkan wajahnya, membuat Jaehyun tersentak mundur karena begitu tiba-tiba. Senyuman anehnya muncul lagi, senyum yang seakan meremehkan orang yang berhadapan dengannya. "Kau memakai contact lens? Pilihan bagus. Kacamata tidak keren dipakai olehmu."

"Apa?"

Jehyun rasa ia salah dengar. Tapi yang ia dapat malah Taeyong yang tertawa.

"Taeyong-ah! Kau sedang apa? Cepat kemari!"

Suara asing terdengar dan Lee Taeyong langsung pergi begitu saja melewatinya. Menepuk bahunya sambil lalu, "Sampai ketemu lagi, Jung."

Jaehyun menghela nafas setelah sosok itu berlalu.

Kenapa di dunia ini ada orang seperti Lee Taeyong, ia tak mengerti. Pemuda arogan itu harus mulai belajar bagaimana menghormati orang lain.

Jaehyun mencoba untuk tak peduli, ia berbalik dan mendapati Doyoung, dengan tangan penuh dengan beberapa pack susu pisang dan senyuman aneh.

"Jadi... Aku tidak tahu jika kau akrab dengan... Wow! Aku tidak pernah sangka, Jae! Tapi― Lee Taeyong?!"

Jaehyun mengusap wajahnya lelah.

.


Jaehyun menatap ke belakangnya beberapa kali, memastikan jika Doyoung takkan bisa mengerjarnya setelah ia yang mencoba menghilang tepat saat bel tanda istirahat berbunyi.

Ia hanya butuh ketenangan untuk melanjutkan membaca bukunya. Dan tentu saja pelarian agar Doyoung tak bisa menagih janji ceritanya yang semalam. Temannya itu kadang bisa terlalu semangat untuk hal tak penting.

Atap sekolah menjadi pilihannya mencari tempat tenang. Karena jika ia datang ke perpustakaan, sudah barang tentu Doyoung akan datang menginvasi ketenangannya. Terkutuklah, Kim Doyoung.

Ah, ia tak bermaksud mengutuk teman baiknya itu. Hanya saja kadang-kadang Jaehyun kesal. Karena waktu bermesraannya dengan bukunya harus terganggu.

"Rasanya sudah lama sekali," gumam Jaehyun.

Dulu, atap sekolah selalu menjadi tempat menyendirinya. Tapi karena tempat ini berada cukup jauh dari kelas barunya saat naik ke kelas 3, membuatnya jadi jarang berkunjung. Alasan lain tentu karena Doyoung selalu menyeretnya ke kantin.

Saat membuka pintu, hal yang menyambutnya adalah udara segar penuh kebebasan.

Jaehyun tersenyum.

.

.

.

.

.

Tapi senyumnya luntur saat melihat sosok lain di sana. Berdiri memunggungi dirinya.

Jaehyun seharusnya tak mengenali sosok itu, tapi beberapa kali pertemuan mereka membuatnya sadar jika sosok itu terasa familiar. Sosok itu―

Lee Taeyong.

Sedang apa dia―

"Apa-" Untuk sepersekian detik Jaehyun kehilangan kata-katanya. Ia menjatuhkan bukunya dan secepat kilat menuju tempat tempat pemuda itu, yang kini berdiri di atas tembok, tepat di belakang batas palang gedung.

Tanpa berfikir panjang ia menarik sebelah tangan itu hingga terhuyung―

"AWAS!"

"Woah!"

BRUK!

―Jatuh menimpanya yang berbaring di atas beton dingin. Dengan mata yang terbelalak lebar dan detak jantung tak menentu.

Karena sesuatu yang lembut… terasa bersentuhan dengan bibirnya.

.


To Be Continued

.


Annyeonghaseyo~ Salam kenal, minna-san. =))

Pertama kali post di sini dan akan mencoba meramaikan salah satu OTP baru manis bin unyu-unyu ini― JaeYong. Yang fanficnya bisa dihitung jari ='((

Masih sangat baru, jadi mohon bantuannya. Kritik dan saran sangat dinanti. Apakah ini layak dilanjutkan?

Okay! Last but not least, lets sing together!

Open your eyes~ Joyonghi Open Your Eyes~

Open Your Eyes~ Ijeneun Open Your Eyes~

EHEHEHE =D